Anda di halaman 1dari 5

Material

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 M- 291
CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERBUK KETAM DAN SERBUK AMPLASAN
KAYU JATI DENGAN PEREKAT RESIN DAN HARDENER SEBAGAI BAHAN
PERBAIKAN KAYU
(275M)
Achmad Basuki
1
1
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta
Email: achmadbasuki@yahoo.com
ABSTRAK
Kerusakan yang terjadi pada kayu menyebabkan kekuatan kayu berkurang. Kerusakan tersebut salah
satunya dapat berupa lubang yang disebabkan karena serangan serangga, jamur dan kesalahan
manusia dalam pengerjaannya. Untuk meningkatkan kembali kekuatan kayu tersebut digunakan
metode patching. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kuat tekan, kuat geser dan kuat lekat
dari material penambal dengan harapan dapat meningkatkan kembali kekuatan kayu yang berkurang
akibat lubang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif atau
eksperimen, yaitu membuat benda uji dengan mencampurkan serbuk kayu, yaitu serbuk gergaji,
serbuk ketam dan serbuk amplasan serta resin dan hardener sebagai perekat. Perbandingan yang
digunakan yaitu kadar filler sebesar 25%, 50% dan 75% dari total kebutuhan serbuk kayu,
sedangkan kadar hardener sebesar 75% dan 100% dari kadar resin. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan didapat hasil kuat tekan yang paling rendah 20,28 MPa pada benda uji dengan kadar
hardener 75% dan kadar filler 25%. Kuat tekan paling tinggi 31,79 MPa pada benda uji dengan
kadar hardener 100% dan kadar filler 25%. Kuat geser yang paling rendah 2,07 MPa pada benda uji
dengan kadar hardener 75% dan kadar filler 75%. Kuat geser paling tinggi 18,42 MPa pada benda
uji dengan kadar hardener 100% dan kadar filler 75%. Kuat lekat yang paling rendah 0,78 MPa
pada benda uji dengan kadar hardener 75% dan kadar filler 75%. Kuat lekat paling tinggi 8,94 MPa
pada benda uji dengan kadar hardener 100% dan kadar filler 75%.
Kata kunci: Serbuk Kayu, Perekat, Kuat Tekan, Kuat Geser, Kuat Lekat.
1. PENDAHULUAN
Material kayu yang digunakan baik untuk konstruksi, non konstruksi maupun untuk keperluan lain diperlukan
pemilihan jenis kayu yang tepat. Kekuatan kayu akan berpengaruh terhadap kualitas kayu. Kekuatan kayu berkurang
maka kualitas kayu akan menurun, begitu juga sebaliknya. Kekuatan kayu akan menurun karena mengalami
kerusakan. Kerusakan yang terjadi pada kayu dapat berupa lubang yang disebabkan karena serangan serangga,
jamur dan kesalahan manusia dalam pengerjaannya.
Untuk meningkatkan kembali kekuatan kayu yang menurun akibat mengalami kerusakan berupa lubang, maka
digunakan metode patching. Material yang digunakan adalah campuran serbuk kayu dengan perekat resin dan
hardener. Serbuk kayu yang berupa serbuk gergaji, serbuk ketam dan serbuk amplasan merupakan sisa dari industri
pengerjaan kayu yang jumlah ketersediaan serbuk tersebut sangat besar, namun tidak semua serbuk yang ada telah
termanfaatkan, sehingga bila tidak ditangani dengan baik maka dapat menjadi masalah lingkungan yang serius.
Pemanfaatan limbah serbuk kayu sebagai bahan perbaikan kayu dengan patching diharapkan tambalan tersebut
dapat meningkatkan kembali kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser kayu sehingga akan sama dengan kayu yang akan
ditambal. Selain itu kayu yang rusak namun masih bisa digunakan tidak terbuang percuma dan dapat mengurangi
kebutuhan akan kayu, mengingat persediaan kayu di alam semakin berkurang.
2. MATERIAL KAYU
Kayu memiliki beberapa jenis tegangan, pada jenis tegangan tertentu nilainya besar tetapi pada jenis tegangan yang
lain nilainya kecil. Jenis tegangan yang berbeda tersebut berperan secara bersama-sama. Tegangan tekan akan
memperpendek kayu, tegangan tarik akan memperpanjang kayu, tegangan geser akan menggeser serat-serat kayu.
Biasanya kayu sering mengalami kombinasi dari beberapa tegangan di atas secara bersamaan walaupun salah satu
tegangan diantaranya akan mendominasi (Awaludin A., 2005).
Material
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
M- 292 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Komponen kimia di dalam kayu mempunyai arti yang penting, karena menentukan kegunaan suatu jenis kayu dan
digunakan untuk membedakan jenis-jenis kayu. Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu
terhadap serangan makhluk perusak kayu. Selain itu dapat pula menentukan pengerjaan dan pengolahan kayu,
sehingga di dapat hasil yang maksimal (Dumanauw JF., 1993).
Perbaikan kayu
Penentuan metode dan material perbaikan umumnya tergantung pada jenis kerusakan yang ada, disamping besar dan
luasnya kerusakan yang terjadi, lingkungan dimana struktur berada, peralatan yang tersedia, kemampuan tenaga
pelaksanaan serta batasan-batasan dari pemilik seperti keterbatasan ruang kerja, kemudahan pelaksanaan, waktu
pelaksanaan dan biaya perbaikan (Petunjuk Teknis Perawatan Benda Cagar Budaya, 2006). Beberapa metode
perbaikan kayu antara lain : perekatan, penambalan, injeksi bagian yang retak, penyambungan, dan penyelarasan
warna (kamuflase).
Perbaikan kayu dengan metode penambalan memerlukan material penambal yang paling tidak mempunyai sifat dan
karakteristik yang hampir sama dengan kualitas kayu yang akan diperbaiki. Pada penelitian ini akan dikaji
pemanfaatan campuran serbuk kayu, yaitu serbuk gergaji, serbuk ketam dan serbuk amplasan sebagai bahan
penambal kayu (patching material) dengan resin dan hardener sebagai perekat.
Jenis serbuk kayu yang digunakan adalah jenis kayu jati. Karakteristik serbuk kayu jati mempunyai kerapatan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan serbuk dari jenis kayu lainnya. Senyawa-senyawa hasil pirolisis serbuk kayu jati
mengandung p-guaiakol, 2 metoksi 4 propenil fenol, 2 metoksi 4 metil fenol, 3,4,5 trimetoksi toluene dan 1,3
dimetoksi siringol. Daya tahan tersebut disebabkan oleh fenol, terpena, alkaloid dan subtansi lain yang menumpuk
dalam kayu teras dan merupakan racun bagi jamur perusak kayu dan serangga. Dari beberapa tingkat golongan,
kayu jati termasuk dari golongan tingkat pemakaian I, tingkat keawetan I, tingkat kekuatan II.
Perekat yang digunakan adalah Epoxy MR yang bersifat thermosetting, yaitu sifat mengerasnya bahan perekat
akibat percampuran dua komponen bahan yaitu resin dan harderner atau ditambah katalisator membentuk
rangkaian tiga dimensi dan kalau sudah mengeras tidak dapat dilarutkan kembali. Resin adalah bahan yang berfungsi
sebagai perekat. Hardener adalah bahan yang berfungsi sebagai pengeras. Epoxy MR dapat merekatkan praktis apa
saja pada hampir semua benda, misalnya : besi-besi, besi-kayu, besi-kaca, aluminium-tembaga, kayu-plastik,
porselen-porselen, batu perhiasan-emas. Dalam penggunaannya campuran yang dibiarkan akan membeku dalam 3
jam.
Pembuat benda uji berasal dari campuran serbuk gergaji, serbuk ketam dan serbuk amplasan dengan perekat resin
dan hardener. Untuk volume 282 cm
3
membutuhkan serbuk kayu 118 gram, maka 1 cm
3
membutuhkan serbuk
0,42 gram. Untuk 90 gram campuran serbuk kayu membutuhkan kadar resin 97 cc, maka 1 gram serbuk kayu
membutuhkan kadar resin 1,08 cc.
Kuat tekan diperoleh dengan cara memberikan tekanan sehingga terjadi perubahan bentuk yang diakibatkan oleh
adanya tekanan yang diberikan kepada material tersebut. kuat geser diperoleh dengan cara memberikan tekanan
sehingga terjadi pergeseran yang diakibatkan adanya tekanan yang diberikan kepada material tersebut. kuat lekat
diperoleh dengan cara memberikan tekanan sehingga terjadi pemisahan yang diakibatkan oleh adanya geser pada
kedua material kayu induk dan material patching.
3. PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
Sebelum pembuatan sampel campuran bahan perbaikan kayu, maka terlebih dahulu serbuk kayu penyusunan
dilakukan pengujian kadar air. Kadar air pada serbuk kayu akan sangat berpengaruh pada tingkat penyusutan bahan
perbaikan kayu setelah digunakan. Pada pengujian kadar air diperolah data kadar air rata-rata serbuk kayu 6,24%,
kondisi ini masih diijinkan bahwa kayu kering udara dengan kandungan kadar air 20%.
Sampel yang dibuat berdasarkan perlakuan penggunaan kadar hardener 75% dan 100% dari resin yang digunakan,
serta penggunaan serbuk amplas sebagai filler dengan kadar 25%, 50% dan 75% dari berat serbuk ketam dan serbuk
gergaji. Dari pengujian kuat tekan diperoleh data seperti terlihat pada Gambar 1. Sedangkan pengujian kuat geser
disajikan dalam Tabel 1 dan Gambar 2.
Pengujian kuat lekat dan modulus elastisitas disajikan berturut turut seperti dalam Tabel 2 dan Gambar 3, serta
Tabel 3.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24
Gambar 1. Grafik hubungan antara kadar
Tabel 1. Kuat geser benda
Kode Benda Uji
CSG H75/F25
CSG
H100/F25
CSG H75/F50
CSG
H100/F50
CSG H75/F75
CSG
H100/F75
Gambar 2. Grafik hubungan antara kadar
0
5
10
15
20
25
30
35
K
u
a
t

T
e
k
a
n

(
M
P
a
)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
K
u
a
t

G
e
s
e
r

(
M
P
a
)
(KoNTekS 7)
Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Gambar 1. Grafik hubungan antara kadar hardener terhadap kuat tekan pada tiap
Tabel 1. Kuat geser benda uji dengan variasi filler dan hardener
Kode Benda Uji
maks
P
s
f
rata rata s
f

(kN) (MPa) (MPa)


CSG H75/F25
1 11.25 10.44
6.99 2 6.24 5.83
3 5.19 4.69
CSG
H100/F25
1 11.41 10.91
11.45 2 10.78 10.02
3 14.37 13.41
CSG H75/F50
1 3.01 2.77
2.57 2 2.76 2.54
3 2.53 2.39
CSG
H100/F50
1 14.81 14.23
12.15 2 11.43 10.61
3 12.18 11.60
CSG H75/F75
1 2.12 2.07
2.07 2 1.71 1.64
3 2.58 2.51
CSG
H100/F75
1 20.37 19.45
18.42 2 21.20 18.96
3 17.89 16.86
Grafik hubungan antara kadar hardener terhadap kuat geser pada tiap
20.28
3J.79
2S.7S
26.77
20,40
29,66
0
5
10
15
20
25
30
35
5 100
Kadar Hardener
Hubungan Kadar Hardener dan Kuat Tekan
liller 25
liller 50
liller 5
6.99
JJ.4S
2.S7
J2.JS
2.07
J8.42
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
5 100
Kadar Hardener
Hubungan Kadar Hardener dan Kuat Geser
liller 25
liller 50
liller 5
Material
M- 293
terhadap kuat tekan pada tiap-tiap kadar filler
hardener
terhadap kuat geser pada tiap-tiap kadar filler
Material
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
M- 294 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Tabel 2. Kuat lekat benda uji dengan variasi filler dan hardener
Kode Benda Uji
maks
P
cr
f
rata rata cr
f

(kN) (MPa) (MPa)


CSK H75/F25
1 17.78 3.71
2.57 2 6.54 1.35
3 12.56 2.64
CSK
H100/F25
1 21.17 4.30
4.86 2 27.74 5.65
3 21.63 4.64
CSK H75/F50
1 7.62 1.54
0.97 2 5.71 1.12
3 1.12 0.25
CSK
H100/F50
1 34.26 6.88
5.42 2 21.27 3.97
3 26.58 5.41
CSK H75/F75
1 4.38 0.87
0.78 2 3.93 0.78
3 3.34 0.70
CSK
H100/F75
1 39.20 7.97
8.94 2 37.13 7.65
3 59.05 11.19
Tabel 3. Hasil dari hubungan antara tegangan dan regangan
Kode Benda Uji
fc E
Erata-
rata
MPa mm/mm MPa MPa
CST
H75/F25
1 16.72 0.09 177.12
237.61 2 14.40 0.07 200.00
3 11.28 0.03 335.71
CST
H100/F25
1 17.60 0.05 343.75
374.58 2 15.20 0.04 380.00
3 19.20 0.05 400.00
CST
H75/F50
1 16.92 0.05 341.13
344.88 2 12.60 0.04 286.36
3 13.68 0.03 407.14
CST
H100/F50
1 16.20 0.06 270.00
367.54 2 17.60 0.03 523.81
3 16.80 0.05 308.82
CST
H75/F75
1 12.60 0.05 262.50
261.46 2 11.40 0.04 296.88
3 15.30 0.07 225.00
CST
H100/F75
1 15.20 0.04 404.26
388.30 2 17.60 0.04 400.00
3 17.60 0.05 360.66
Dari Gambar 1 dan Gambar 2, dapat diketahui bahwa penambahan kadar hardener pada tiap-tiap kadar filler
meningkatkan kuat tekan, kuat geser dan kuat lekat benda uji. Peningkatan kuat tekan, kuat geser dan kuat lekat
tersebut disebabkan karena perbandingan kadar resin dan kadar hardener mendekati 100% yaitu dari kadar resin
100% dan kadar hardener 75% menjadi kadar resin 100% dan kadar hardener 100%. Dengan demikian
penambahan kadar hardener dari 75% menjadi 100% menunjukkan sifat hardener sebagai pengeras semakin
meningkat, sehingga kuat tekan, kuat geser dan kuat lekat juga semakin meningkat.
Gambar 1 menunjukkan bahwa pada kadar hardener 75% dengan kadar filler 25% mendapatkan kuat tekan sebesar
20,28 MPa. Pada kadar hardener 75% dengan kadar filler 50% mendapatkan kuat tekan sebesar 25,75 MPa. Dengan
penambahan kadar filler sampai 50% ada peningkatan kuat tekannya. Pada kadar hardener 75% dengan kadar filler
75% mendapatkan kuat tekan sebesar 20,40 MPa. Dengan menambahkan kadar filler hingga 75% menurunkan kuat
tekannya.
Material
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 M- 295
Pada kadar hardener 100% kadar filler 25% mendapatkan kuat tekan sebesar 31,79 MPa. Pada kadar hardener
100% dengan kadar filler 50% mendapatkan kuat tekan sebesar 26,77 MPa. Dengan adanya penambahan kadar filler
50% menurunkan kuat tekannya. Pada kadar hardener 100% dengan kadar filler 75% mendapatkan kuat tekan
sebesar 29,66 MPa. Dengan menambahkan kadar filler hingga 75% dapat meningkatkan kembali kuat tekannya.
Gambar 2 menunjukkan bahwa, pada kadar hardener 75% dengan kadar filler 25% mendapatkan kuat geser sebesar
6,99 MPa. Pada kadar hardener 75% dengan kadar filler 50% mendapatkan kuat geser sebesar 2,57 MPa. Pada
kadar hardener 75% dengan kadar filler 75% mendapatkan kuat geser sebesar 2,07 MPa. Dengan penambahan kadar
filler tersebut hingga 75% menurunkan kuat gesernya.
Pada kadar hardener 100% dengan kadar filler 25% mendapatkan kuat geser sebesar 11,45 MPa. Pada kadar
hardener 100% dengan kadar filler 50% mendapatkan kuat geser sebesar 12,15 MPa. Pada kadar hardener 100%
dengan kadar filler 75% mendapatkan kuat geser sebesar 18,42 MPa. Dengan penambahan kadar filler tersebut
hingga 75% meningkatkan kuat gesernya.
Pada kadar hardener 75% dengan adanya penambahan kadar filler dari 25% sampai 75% menjadi tidak efektif,
sehingga menurunkan kuat gesernya. Karena penambahan kadar filler sampai dengan 75% dengan tingkat kekerasan
hardener yang kurang maksimal, sifat campuran tersebut tidak semakin keras tetapi semakin rapuh.
Pada kadar hardener 100% dengan adanya penambahan kadar filler dari 25% sampai 75% meningkatkan kuat
gesernya. Sudah diketahui bahwa penambahan kadar hardener dari 75% menjadi 100% menunjukkan sifat hardener
sebagai pengeras semakin meningkat. Penambahan kadar filler sampai dengan 75% menunjukkan sifat campuran
tersebut semakin keras.
Gambar 3 memperlihatkan, pada kadar hardener 75% dengan kadar filler 25% mendapatkan kuat lekat sebesar 2,57
MPa. Pada kadar hardener 75% dengan kadar filler 50% mendapatkan kuat lekat sebesar 0,97 MPa. Pada kadar
hardener 75% dengan kadar filler 75% mendapatkan kuat lekat sebesar 0,78 MPa. Dengan penambahan kadar filler
tersebut hingga 75% menurunkan kuat lekatnya.
Pada kadar hardener 100% dengan kadar filler 25% mendapatkan kuat lekat sebesar 4,86 MPa. Pada kadar hardener
100% dengan kadar filler 50% mendapatkan kuat lekat sebesar 5,42 MPa. Pada kadar hardener 100% dengan kadar
filler 75% mendapatkan kuat lekat sebesar 8,94 MPa. Dengan penambahan kadar filler tersebut hingga 75%
meningkatkan kuat lekatnya.
Pada kadar hardener 75% dengan adanya penambahan kadar filler dari 25% sampai 75% menurunkan kuat lekatnya.
Karena penambahan kadar filler sampai dengan 75% sifat campuran tersebut tidak semakin keras tetapi semakin
rapuh, sehingga tingkat kelekatannya juga berkurang.
Pada kadar hardener 100% dengan adanya penambahan kadar filler dari 25% sampai 75% meningkatkan kuat
lekatnya. Penambahan kadar filler sampai dengan 75% menunjukkan campuran kadar resin dan kadar hardener
tercampur merata dengan filler sehingga kelekatannya semakin meningkat.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian, analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan yaitu kuat tekan, geser dan lekat campuran
serbuk kayu adalah kuat tekan paling tinggi sebesar 31,79 MPa pada benda uji dengan kadar hardener 100% dan
kadar filler 25% (CST H100/F25). Kuat geser paling tinggi sebesar 18,42 MPa pada benda uji dengan kadar
hardener 100% dan kadar filler 75% (CSG H100/F75). Kuat lekat paling tinggi sebesar 8,94 MPa pada benda uji
dengan kadar hardener 100% dan kadar filler 75% (CSK H100/F75). Modulus elastisitas paling tinggi pada kadar
hardener 100% dengan kadar filler 75% sebesar 388,30 Mpa.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Awaludin (2005). Konstruksi Kayu Edisi Kedua, Biro Penerbit Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Anonim (2006). Petunjuk Teknis Perawatan Benda Cagar Budaya Bahan Kayu, Direktorat Peninggalan Purbakala
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Dumanauw, J.F. (1993). Mengenal Kayu, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Fatimah dan Jaka Nugraha. (2005). Identifikasi Hasil Pirolisis Serbuk Kayu Jati Menggunakan Principal
Component Analysis, Jurnal Ilmu Dasar.
Meijling, Gmelig dan Jong de. (1953). Bahan Bangunan, Buku Teknik, Kebayoran, Jakarta.
Yohanes Kelik Bekti Subagyo (2003). Pengaruh Perbandingan Komposisi Serbuk Kasar dengan Serbuk Halus dan
Serbuk Kayu Jati dengan Serbuk Kayu Sengon terhadap Sifat Produk Bentukan, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai