Anda di halaman 1dari 63

KOGNITIVISM

E
Oleh: Dr. Djono, M.Pd.
Kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori
pendidikan kognitivisme adalah dasarnya rasional.
Teori ini memiliki asumsi filosofis yaitu the way in which
we learn (Pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan
pemikiran) inilah yang disebut dengan filosofi
Rationalisme.
Menurut aliran ini, kita belajar disebabkan oleh
kemampuan kita dalam menafsirkan peristiwa atau
kejadian yang terjadi dalam lingkungan.
Kognitivisme
Teori Kognitivisme berusaha menjelaskan dalam belajar
bagaimanah orang-orang berpikir. Oleh karena itu
dalam aliran kognitivisme lebih mementingkan proses
belajar daripada hasil belajar itu sendiri.
Menurut teori ini bahwa belajar melibatkan proses
berpikir yang kompleks.
Jadi menurut teori kognitivisme pendidikan dihasilkan
dari proses berpikir
Tokoh aliran Kognitivisme antara lain: Piaget, Bruner,
dan Ausebel.

Tahun 60-an
Pendekatan kognitif
Empiris vs Rasionalis
Kemampuan berbahasa anak berasal dan
diperoleh karena akibat kematangan kognitif anak.
Bahasa distrukturkan atau dikendalikan oleh nalar
manusia.
Urutan-urutan perkembangan kognisi seorang anak
akan menentukan urutan-urutan perkembangan
bahasa dirinya.
Anak belajar karena kemampuannya menafsirkan
peristiwa yang terjadi dalam lingkungannya.
Titik awal teori kognitif adalah anggapan terhadap
kapasitas kognitif anak dalam menemukan struktur
dalam bahasa yang didengar di sekelilingnya.
Pemahaman, produksi, komprehensi bahasa pada
anak dipandang sebagai sebagai hasil dari proses
kognitif anak yang secara terus menerus
berkembang.
Stimulus merupakan masukan bagi anak yang
berproses dalam otak.
Konsep sentral teori kognitif adalah kemampuan
berbahasa anak berasal dari kematangan
kognitifnya.
Proses belajar bahasa secara kognitif merupakan
proses berpikir yang kompleks karena manyangkut
lapisan bahasa yang terdalam.
Lapisan bahasa tersebut: ingatan, persepsi, pikiran,
makna, dan emosi yang saling berpengaruh pada
struktur jiwa manusia.
Pendekatan Kognitif:
1. Dalam belajar bahasa, bagaimana kita berpikir
2. Belajar terjadi dalam kegiatan mental internal
dalam diri kita
3. Belajar bahasa merupakan proses berpikir yang
kompleks.
TEORI BELAJAR KOGNITIVISME
Proses/perub. kognitif
Studi tentang
Belajar: interaksi/adaptasi
dg lingkungan
Belajar:
Asimilasi Akomodasi
Ekuilibrium
Perkembangan kognitif
Hasil belajar:
- Perkemb. struktur kognitif
- Life skills
- Adult role behaviors
- Self-regulated learning
p b m
Pembelajaran:
- Konstruktivisme
- Diskoveri-inkuiri,
- PBL
- Kontekstual/STS/Salingtemas
Laughlin:
Dalam belajar bahasa seorang anak perlu proses
pengendalian dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Belajar bahasa lebih menekankan pada pemahaman,
proses mental atau pengaturan dalam pemerolehan.
Dalam belajar bahasa anak dipandang sebagai orang
yang berperan aktif.
Bruner:
Proses belajar bahasa lebih ditentukan bagaimana
cara anak mengatur materi bahasa.
Proses belajar bahasa:
1. Enaktif: aktivitas untuk memahami lingkungan.
2. Ikonik: melihat dunia melalui gambar dan
visualisasi verbal.
3. Simbolik: memahami gagasan-gagasan abstrak.
Hukum pragnanz: organisasi psikologis selalu cenderung untuk
bergerak ke keadaan penuh arti.
Hukum kesamaan: hal-hal yang sama cenderung akan
membentuk Gestal (kesatuan)
Hukum keterdekatan: hal-hal yang saling berdekatan cnderung
membentuk kesatuan
Hukum ketertutupan: hal-hal yang tertutup cenderung
membentuk kesatuan
Hukum kontinyuitas: hal-hal yang kontinyu atau
berkesinambungan akan cenderung membentuk kesatuan
Teori Gestalt: Koffka, Kohler,
Wetheimer
Bahan pelajaran akan lebih mudah dipahami jika
bahan itu dirasakan bermakna bagi siswa
Kebermaknaan: sesuai dengan struktur kognitif,
sesuai struktur keilmuan, memuat keterkaitan
Seluruh bahan
(ihtisar/resume/rangkuman/ringkasan/bahan/peta)
Peta konsep adalah bagan / struktur tentang
keterkaitan seluruh konsep secara terpadu /
terorganisir (herarkhis, distributive/menyebar)
Ausubel (Meaningful instruction pembelajaran
bermakna)
merupakan teori konflik sosiokognitif yang berkembang
menjadi aliran konstrukstivistik
kemauan belajar anak banyak ditentukan oleh karsa individu
keaktifan siswa merupakan faktor dominan keberhasilan
belajar
kemandirian merupakan jaminan ketercapaian hasil belajar
yang optimal
penataan lingkungan bukan penentu terjadinya belajar,
tetapi mempermudah belajar
Jean Piaget (Teori Perkembangan Kognitif)
bisa berakibat kontraproduktif, budaya individualistik dan
sokratik (self-generated knowledge individualistic
pursuit of truth), unggulan budaya barat
teori psikogenesis: pengetahuan berasal dari individu, posisi
siswa terpisah dengan interaksi sosial, penciptaan makna /
pengetahuan akibat kematangan biologis, primer (individu)
sekunder (sosial).
Mengutamakan interaksi dalam kelompok sebaya, bukan
yang lebih dewasa
Lanjutan Piaget
Klasifikasi perkembangan kognitif: sensory motor, pra
operasional, operasional konkrit, dan operasional formal.
Asumsi: konsep tersusun dalam jaringan laba-laba yang
disebut skemata, konsep terkait akan terhubung: perlunya
mengkaitkan pengetahuan baru dengan yang sudah ada,
pengetahuan prasyarat memudahkan siswa memahami
konsep.
Perubahan struktur kognitif melalui adaptasi yang berimbang
(equlibrasi): dengan proses asimilasi dan akomodasi
Lanjutan
enactive (manipulasi obyek langsung)
iconic (representasi gambar)
symbolic (manipulasi simbol)
Jerome Bruner (perkembangan mental,
kebermaknaan)
Dengan permainan siswa menjadi lebih tertarik
dan tidak bosan terhadap bahan pelajaran yang
diberikan
Dienes (Permainan)
prosedur: memahami, merencanakan,
melaksanakan, mengecek
Ciri: siswa tertentang, tidak ada prosedur tetap,
ada usaha
Model: tidak rutin, soal cerita, soal terapan
Strategi: penemuan terbimbing (guided discovery),
investigasi, multiple solution, multiple methods of
solution
Pengembangan: Higher Order Thinking (kritis,
kreatif, analitik)
George Polya (Problem solving/ pemecahan
masalah)
Proses: persiapan (koleksi, informasi,
pengamatan, penyelidikan, pendapat)
Analisis (definisi, klasifikasi, evaluasi)
Inkubasi (pengendapan dalam pikiran)
Iluminasi (munculnya ide baru tak terduga)
Usaha sadar menjawab / menyelesaikan
Lanjutan Polya





TEORI HUMANISME
Teori Belajar Humanistik
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika
si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing
individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia
yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi
yang ada dalam diri mereka.
Arthur Combs
Berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan
dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila
materi pelajarannya disusun dan disajikan
sebagaimana mestinya.
Yang penting ialah bagaimana membawa si siswa
untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi
pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan
kehidupannya.
Maslow
individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang
bersifat hirarkis.
Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan
takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut
untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang
sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga
memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri,
ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri
menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima
diri sendiri (self).
Carl Ransom Rogers
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah
pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa
tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2.Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan
ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan
ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang
proses.
Implikasi Teori Belajar Humanistik
Guru Sebagai Fasilitator
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,
situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan
perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat
umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang
paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai
tujuan mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan
menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan
mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual
ataupun bagi kelompok
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur
dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang
anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang
individu, seperti siswa yang lain.
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan
juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi
sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh
siswa
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan
adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba
untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Aplikasi Teori Humanistik Terhadap
Pembelajaran Siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok
untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang
bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator
dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi
perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan
sendiri.
Prinsip - Prinsip Belajar Humanistik
a. Manusia mempunyai cara belajar alami
b. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid
mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai
dirinya
d. Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya
e. Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar
f. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang
mendalam
g. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan
membiasakan untuk mawas diri
h. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar
TEORI BEHAVIORISME
Ciri utama manusia:
- Berpikirmenjelajah fenomena yang nampak
dan tidak nampak
- Berbahasaberkomunikasi, bersosialisasi untuk
menyampaikan hasil pemikirannya
Salah satu objek pemikiran manusia adalah
bagaimana manusia dapat berbahasa?
Ada pro dan kontra bagaimana manusia dapat
berbahasa.
Teori Belajar Bahasa
TEORI
1. Mendeskripsikan, menerangkan, menjelaskan
fakta.
2. Meramalkan kejadian-kejadian yang akan terjadi
berdasarkan teori yang sudah ada.
3. Mengendalikan: mencegah sesuatu supaya tidak
terjadi atau mengusahakan supaya terjadi.
BELAJAR
Teori berhubungan dengan belajar.
Belajar: pemerolehan ilmu melalui proses,
pengalaman, dan latihan,
Belajar akan melibatkan ingatan.
Lupa belum tentu hilang sama sekali dari ingatan.
Ingatan dapat dipanggil kembali dengan merangsang
otak.
Caranya yaitu dengan belajar kembali.
Prinsip Belajar
1. Dilakukan dengan sengaja.
2. Harus direncanakan sebelumnya dengan struktur
tertentu.
3. Guru menciptakan pembelajaran buat siswa.
4. Memberikan hasil tertentu buat siswa.
5. Hasil-hasil yang dicapai dapat dikontrol dengan
cermat.
6. Sistem penilaian dilaksanakan secara
berkesinambungan.
Harapan dari belajar:
Adanya perubahan (behavioral change),
menghasilkan kecakapan baru, adanya usaha
untuk mencapai yang lebih baik denga disengaja
Teori Behaviorisme
1. John B. Watson (1878-1958)
Bapak Behaviorisme
Stimulus Respons
Menolak adanya pengaruh naluri (instinct).
Makan lapar
Kegiatan makan bukan karena naluri tetapi karena
adanya stimulus dan respon.
Watson mengadaakan eksperimen terhadap
Albert, seorang bayi berumur sebelas bulan.
Albert adalah seorang bayi yang gembira dan tidak takut
bahkan senag bermain-main dengan tikus putih berbulu
halus. Dalam ejperimennya watson memulai proses
pembiasaannya dengan cara memukul sebatang besi
dengan sebuah palu setiap kali Albert mendekati dan ingin
memegang tikus putih itu. Akibatnya, tidak lama kemudian
Albert menjadi takut terhadap tikus putih juga kelinci putih.
Bahkan terhadap semua benda putih, termasuk jaket dan
topeng Sinterklas yang berjenggot putih.
2. Skinner (1957)
Operant Conditioning
Misalnya, jika seorang anak bayi kecil mengatakan minta
susu dan orangtuanya memberinya susu, maka operant
dikuatkan.
Menurut Skinner, perilaku verbal adalah perilaku yang
dikendalikan oleh akibatnya. Bila akibatnya itu hadiah,
perilaku itu akan terus dipertahankan. Namun, bila
akibatnya adalah hukuman, atau kurang adanya
penguatan, perilaku itu akan diperlemah atau pelan-pelan
akan disingkirkan.

Ada seorang anak kecil menangis meminta es kepada
ibunya. Tetapi, karena ibunya yakin dan percaya
bahwa es itu menggunakan pemanis buatan maka
sang ibu tidak meluluskan permintaan anaknya. Sang
anak terus menangis. Tetapi, sang ibu bersikukuh
untuk tidak menuruti permintaan anaknya. Lama
kelamaan tangis anak tersebut reda dengan
sendirinya dan dilain waktu tidak meminta es
semacam itu lagi kepada ibunya, apalagi dengan
menangis.
Seandainya anak itu kemudian dituruti keinginannya oleh
ibunya, apa yang akan terjadi?
Pada kesempatan lain anak tersebut akan meminta es lagi.
Apabila ibunya tidak meluluskannya, maka ia akan menangis
dan terus menangis karena dengan menangis ia akan
mendapatkan es.
Kalau ibunya memberikan es lagi, maka perbuatan menangis
itu dikuatkan.
Pada kesempatan lain, anak tersebut akan menangis
manakala ia meminta sesuatu pada ibunya
3. Pavlov (1948-1936)
Teori Pembiasaan
Pembelajaran merupakan rangkaian panjang dari
respons-respons yang dibiasakan.
Teori ini diperkuat oleh Thorndike (1947-1919)
yang terkenal dengan teori Trial and Error.

Thorndike berpendapat bahwa pembelajaran merupakan
suatu proses menghubung-hubungkan di dalam sistem
saraf.
Yang dihubungkan adalan peristiwa fisik dan mental.
Fisik: segala rangsangang (stimulus) dan gerak balas
(respons).
Mental: segala yang dirasakan oleh pikiran (akal).
Temuan Thorndike:
the law of exercise,
the law of effect
Misalnya, ketika sedang belajar bersepeda atau
belajar bahasa seperti pengucapan kata-kata
yang sulit. Kegagalan diulang terus-menerus
lama-kelamaan akan berhasil
4. Albert Bandura
Social Learning
Observational Learning
Perilaku Individu tidak semata-mata karena refleks otomatis S-
R, tetapi juga karena reaksi yang timbul sebagai interaksi
antara lingkungan dengan individu itu sendiri.
Belajar menurutnya adalah yang dipelajari manusia terutama
belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan
penyajian contoh periklaku (modeling).

Teori ini juga masih memandang penting
conditioning.
Pemberian reward dan punishment akan
membuat seorang berpikir dan memutuskan
perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.






MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PROBLEM BASED LEARNING)
Definisi/Konsep
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah
pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah
kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk
belajar.

Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis
masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah dunia nyata (real world)


KELEBIHAN PBL
1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran
bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang
belajar memecahkan suatu masalah maka mereka
akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya
atau berusaha mengetahui pengetahuan yang
diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan
dapat diperluas ketika peserta didik/mahapeserta
didik berhadapan dengan situasi di mana konsep
diterapkan


KELEBIHAN PBL
(2) Dalam situasi PBL, peserta
didik/mahapeserta didik mengintegrasikan
pengetahuan dan ketrampilan secara simultan
dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan

(3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis, menumbuhkan inisiatif peserta
didik/mahapeserta didik dalam bekerja, motivasi
internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan
hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.


Langkah-langkah Operasional dalam
Proses Pembelajaran
1. Konsep Dasar (Basic Concept)
Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk,
referensi, atau link dan skill yang diperlukan
dalam pembelajaran tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat
masuk dalam atmosfer pembelajaran dan
mendapatkan peta yang akurat tentang arah
dan tujuan pembelajaran

Langkah-langkah Operasional dalam
Proses Pembelajaran
2. Pendefinisian Masalah (Defining the
Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario
atau permasalahan dan peserta didik melakukan
berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota
kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan
tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga
dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif
pendapat

. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas
isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat
dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan,
halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan.

Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar
peserta didik mencari informasi dan mengembangkan
pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah
didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu
tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut
haruslah relevan dan dapat dipahami.


4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan
pendalaman materi dalam langkah pembelajaran
mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya
peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk
mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi
dari permasalahan kelompok. Pertukaran
pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta
didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.


5. Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan
(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap
penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian
tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.

Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan
perancangan dan pengujian.


Contoh Penerapan
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam
kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk
mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu.
Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-
masalah yang muncul.

Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta
didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah
yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta
didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan
mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.

Contoh Penerapan
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh
pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang
dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan peserta
didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.

Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk belajar diluar kelas.
Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman
langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman
belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan
peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar
kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.

Contoh Penerapan

Tahapan-Tahapan Model PBL

SISTEM PENILAIAN
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap
(attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan
yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah
semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.

Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari
penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software,
hardware, maupun kemampuan perancangan dan
pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap
dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan
dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama
dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot
penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru
mata pelajaran yang bersangkutan.
SISTEM PENILAIAN
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan
authentic assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan
portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis
pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk
melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam
kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian
dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri
(self-assessment) dan peer-assessment.

Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh
pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil
pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin
dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam
belajar.

Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar
berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya
dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah
dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam
kelompoknya

Selesai

Anda mungkin juga menyukai