Anda di halaman 1dari 155

TUGAS AKHIR RE 0391

SISTEM DETEKSI ORANG DALAM RUANGAN


UNTUK MENGATUR NYALA LAMPU RUANG KULIAH
YANG DIPANTAU SECARA TERPUSAT
DALAM RUANG KONTROL

R. Prawiro Kusumo R.
NRP 2205 030 047
Dimas Adityo
NRP 2205 030 057

Dosen Pembimbing
Harris Pirngadi. Ir. MT

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK ELEKTRO
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2008















Halaman kosong!!!



SISTEM DETEKSI ORANG DALAM RUANGAN UNTUK
MENGATUR NYALA LAMPU RUANG KULIAH
YANG DIPANTAU SECARA TERPUSAT
DALAM RUANG KONTROL


TUGAS AKHIR


Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Ahli Madya Teknik
Pada
Bidang Studi Komputer Kontrol
Program Studi D3 Teknik Elektro
Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember




Menyetujui :
Dosen Pembimbing,





Ir. Harris Pirngadi, MT
NIP. 131 843 903







SURABAYA
JULI, 2008

iii

















Halaman kosong!!!



iv
SISTEM DETEKSI ORANG DALAM RUANGAN UNTUK
MENGATUR NYALA LAMPU RUANG KULIAH YANG
DIPANTAU SECARA TERPUSAT DALAM RUANG KONTROL

Nama Mahasiswa : R. Prawiro Kusumo R.
NRP : 2205 030 047
Nama Mahasiswa : Dimas Adityo
NRP : 2205 030 057
Dosen Pembimbing : Ir. Harris Pirngadi, MT

Abstrak
Dewasa ini energi di dunia semakin terbatas dan mahal harganya,
karena itu penghematan terhadap energi harus dilakukan. Salah satunya
adalah penghematan dalam energi lisrik yaitu dengan cara mematikan
peralatan listrik yang tidak digunakan, dan salah satunya adalah
penggunaan lampu ruangan. Guna menghindari seseorang lupa
mematikan lampu ruangan maka diperlukan sistem yang dapat mengatur
nyala lampu ruangan berdasarkan ada dan tidaknya orang dalam
ruangan.
Dalam tugas akhir ini dirancang sistem kontrol lampu ruang
kuliah yang dikendalikan berdasarkan ada dan tidaknya orang yang ada
dalam ruangan dan dipantau secara terpusat dalam ruang kontrol. Pada
pembuatan alat ini, dilakukan pemantauan terhadap ada dan tidaknya
orang dalam ruangan. Untuk itu digunakan deretan sensor inframerah.
Sensor ini merupakan masukan, yaitu pendeteksi keluar masuknya
seseorang.
Untuk menghubungkan mikrokontroler yang ada pada tiap
ruangan dengan PC yang berada di ruang kontrol digunakan RS485.
Komunikasi antara mikrokontroler dan PC, menggunakan RS232 yang
kemudian di convert ke RS485. Data yang diterima PC diolah dengan
menggunakan program Delphi untuk menghasilkan informasi visual
secara langsung ditampilkan di dalam ruang kontrol.
Setiap orang melintas antara kedua ruangan ini akan
menyebabkan sensor penerima terhalang sehingga pada mikrokontroler
akan mengaktifkan counter sehingga dapat menghitung jumlah naik
ketika orang masuk dan menghitung turun ketika orang keluar. Dan hasil
dari pendeteksian ini dapat dipantau dari ruang kontrol.

Kata kunci : Lampu, Mikrokontroler, RS 485, Ruang Kontrol

v
DETECTION SYSTEM OF PEOPLE IN ROOM TO CONTROL
LAMP OF CLASSROOM THAT MONITORING AS CENTRALLY
IN CONTROL ROOM

Name : R. Prawiro Kusumo R.
NRP : 2205 030 047
Name : Dimas Adityo
NRP : 2205 030 057
Consultative Lecturer : Ir. Harris Pirngadi, MT

Abstract
Nowadays energy in world is progressively limited and the cost
is expensive, cause that thrift about energy must be done. One of them is
thrift in electrics energy by turning off electrics equipment which not be
used, and one of them is usage of room lamp. To avoid someone forget
to turn off the room lamp so needed system that able to control lamp
pursuant to there is and not any people inside room.
In this final project been designed room lamp control systems,
pursuant to there is and not any people in room and monitored centrally
in control room. Making this project, is conducted by monitoring to
there is and not any people in room. For that used censor infra red. This
censor is input, that is detector in and out someone.
To connect every microcontroller in every room with PC in
control room used RS485. Communication between PC and
mikrokontroler, is use RS232 then convert to RS485. Data accepted by
PC is processed by using Delphi program to make visual information
that directly presented in control room.
Everyone pass between both of this room will cause receiver
sensor blocked so that at mikrokontroler will activate counter so can
count up when people enter and count down when people go out. And
the result of this detection can monitored in control room.



Keywords : Lamp, Microcontroller, RS 485, Control Room

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kami dalam usaha dan kerja kami sehingga
kami dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul :

Sistem Deteksi Orang Dalam Ruangan Untuk Mengatur Nyala
Lampu Ruang Kuliah Yang Dipantau Secara Terpusat Dalam
Ruang Kontrol

Tugas Akhir ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk
menyelesaikan studi di Bidang Studi Komputer Kontrol, Program Studi
D3 Teknik Elektro, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, kami banyak
mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis dengan tulus ikhlas menyampaikan banyak terima kasih
kepada:
Bapak Ir. Harris Pirngadi, MT selaku dosen pembimbing
Tugas Akhir kami, atas segala kesabaran dan kesediaannya
meluangkan waktu untuk membimbing serta memberi
dukungan sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
Bapak Ir. Gatot Kusraharjo, MT, selaku Kaprodi D3 Teknik
Elektro, Komputer Kontrol FTI - ITS.
Dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu yang telah memberi dorongan dan bantuan dalam
menyelesakan Tugas Akhir ini baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Kesalahan juga merupakan bagian tak terpisahkan dari jalan
kehidupan manusia. Sehingga hanya pintu maaflah yang kami harapkan
atas kesalahan-kesalahan kami. Dengan segala kerendahan hati, kami
berharap apa yang ada dalam buku Tugas Akhir ini dapat bermanfaat,
dan berguna sebagai sumbangan pikiran bagi kita semua dalam
berprestasi turut mengisi pembangunan Bangsa dan Negara.

Surabaya, Juli 2008



Penyusun

vii














Halaman kosong!!!





viii
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................ i
PENGESAHAN .............................................................................. iii
ABSTRAK ABSTRACT ............................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................... xiii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah............................................................ 1
1.3 Batasan Masalah................................................................. 1
1.4 Maksud dan Tujuan ............................................................ 2
1.5 Sistematika Laporan ........................................................... 2
1.6 Relevansi ............................................................................ 2

BAB II. TEORI PENUNJANG
2.1 Power Supply...................................................................... 3
2.2 Photodioda ......................................................................... 3
2.3 Mikrokontroler.................................................................... 5
2.3.1 Gambaran Umum ATmega16.................................. 5
2.3.2 Konfigurasi Pin-Pin ATmega16 .............................. 7
2.4 Relay................................................................................... 8
2.5 Komunikasi Serial ............................................................. 10
2.5.1 RS 232 ..................................................................... 12
2.5.2 RS 485 ..................................................................... 13

BAB III. PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT
3.1 Perancangan Perangkat Keras............................................. 15
3.1.1 Ruangan 1 ............................................................... 15
3.1.1.1 Perancangan Power Supply........................ 16
3.1.1.2 Perancangan Rangkaian Sensor ................. 16
3.1.1.3 Perancangan Relay..................................... 18
3.1.2 Ruangan 2 ............................................................... 19
3.1.3 Perancangan Sistem Rangkaian ............................... 19
3.1.3.1 Perancangan Sistem Minimum ATmega 16 19
3.1.3.2 Rangkaian Downloader ............................. 20


ix
3.1.4 Perancangan Rangkaian Serial................................. 21
3.1.4.1 Perancangan RS232................................... 21
3.1.4.2 Perancangan RS232 to RS485................... 21
3.1.5 Ruang Kontrol ........................................................ 22
3.1.5.1 Perancangan RS485 to RS232................... 22
3.1.5.2 Personal Computer (PC) .......................... 23
3.2 Perencanaan dan Perancangan Perangkat Lunak ............... 23
3.2.1 CodeVision Untuk Mikrokontroler ATmega16 ..... 26
3.2.2 Delphi 7.0 ............................................................... 26
3.3 Pembuatan Alat ................................................................. 26

BAB IV. PENGUJIAN DAN ANALISA DATA
4.1 Pengujian Rangkaian Power Supply .................................. 29
4.2 Pengujian Rangkaian Sensor ............................................. 30
4.3 Pengujian Rangkaian Relay................................................ 31
4.4 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler ............................... 32
4.5 Pengujian Rangkaian RS 232 RS485 ......................... 34
4.6 Pengujian Alat Secara Keseluruhan .................................. 35

BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................ 41
5.2 Saran ................................................................................. 41

DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 43

LAMPIRAN
LISTING PROGRAM ............................................................... A-1
DATASHEET ............................................................................ B-1

RIWAYAT HIDUP ........................................................................ C-1

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konstruksi Photodioda ........................................... 3
Gambar 2.2 Karakteristik Volt-Ampere ...................................... 4
Gambar 2.3 Sensitifitas Photodioda Terhadap Fungsi Jarak Cahaya
dari Junction............................................................. 4
Gambar 2.4 Blok Diagram ATmega16........................................ 6
Gambar 2.5 IC ATmega16........................................................... 7
Gambar 2.6 Rangkaian Darlington ............................................. 9
Gambar 2.7 Komunikasi Data Master dan 32 Slave.................... 13
Gambar 3.1 Fungsional Rangkaian Keseluruhan......................... 15
Gambar 3.2 Rangkaian Power Supply ......................................... 16
Gambar 3.3 Rangkaian Sensor..................................................... 17
Gambar 3.4 Rangkaian Relay ...................................................... 18
Gambar 3.5 Rangkaian Sistem Minimum ATmega16................. 19
Gambar 3.6 Rangkaian ISP Downloader..................................... 20
Gambar 3.7 Rangkaian RS232..................................................... 21
Gambar 3.8 Rangkaian RS232 to RS485..................................... 22
Gambar 3.9 Rangkaian RS485 to RS232..................................... 22
Gambar 3.10 Listing Program Utama ............................................ 24
Gambar 3.11 Flowchart Rangkaian............................................... 25
Gambar 3.12 Bentuk Fisik Rangkaian Power Supply.................... 26
Gambar 3.13 Bentuk Fisik Rangkaian Sensor ............................... 27
Gambar 3.14 Bentuk Fisik Rangkaian Relay................................. 27
Gambar 3.15 Bentuk Fisik Rangkaian Mikrokontroler ATmega16 27
Gambar 3.16 Bentuk Fisik Rangkaian RS232 ............................... 28
Gambar 3.17 Bentuk Fisik Rangkaian Converter RS232
RS485....................................................................... 28
Gambar 4.1 Listing Program Tes Relay....................................... 32
Gambar 4.2 Listing Program LED Tester .................................... 33
Gambar 4.3 Listing Program Tes Serial....................................... 34
Gambar 4.4 Pada Hyperterminal 1 .............................................. 35
Gambar 4.5 Pada Hyperterminal 2 .............................................. 35
Gambar 4.6 Pada PC Sebelum Alat Dijalankan .......................... 36
Gambar 4.7 Pada PC Saat Belum Mendeteksi
Adanya Orang di dalam Ruangan ........................... 37
Gambar 4.8 Pada PC Saat Mendeteksi Adanya Orang
di dalam Ruangan 1.................................................. 37


xi
Gambar 4.9 Pada PC Saat Mendeteksi Adanya Orang
di dalam Ruangan 2 ................................................. 38
Gambar 4.10 Pada PC Saat Mendeteksi Adanya Orang
di dalam Ruangan 1 dan 2 ....................................... 38




xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Exitation Table Sensor 1 dan Sensor 2 .................... 17
Tabel 3.2 Exitation Table Sensor 3 dan Sensor 2 .................... 17
Tabel 3.3 Present State Next State Sensor ............................... 18
Tabel 3.4 Pembagian Port pada ATmega16 ............................ 20
Tabel 4.1 Data Pengukuran Rangkaian Power Supply............. 29
Tabel 4.2 Data Pengujian Sensor ............................................. 30
Tabel 4.3 Pengujian Sensor...................................................... 31
Tabel 4.4 Pengujian Rangkaian Relay..................................... 32
Tabel 4.5 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler Atmega16
pada LED Tester ...................................................... 33




xiii

xiv














Halaman kosong!!!



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dewasa ini energi di dunia semakin terbatas dan mahal harganya,
karena itu penghematan terhadap energi harus dilakukan. Salah satunya
adalah penghematan dalam energi lisrik yaitu dengan cara mematikan
peralatan listrik yang tidak digunakan, dan salah satunya adalah
penggunaan lampu ruangan. Guna menghindari seseorang lupa
mematikan lampu ruangan maka diperlukan sistem yang dapat mengatur
nyala lampu ruangan berdasarkan ada dan tidaknya orang dalam
ruangan.
Dalam hal ini dapat direncanakan sistem sensor yang terintegrasi
dengan pengontrol lampu. Sensor yang dapat digunakan meliputi sensor
inframerah, laser, limit switch, dan magnetik switch. Dalam tugas akhir
ini memilih sensor yang tidak ada kontak fisik dengan objek yang
dideteksi dan mampu untuk jarak 1 meter. Dalam hal ini inframerah.

1.2 Perumusan Masalah
Untuk menyalakan lampu, digunakan pendeteksi ada dan
tidaknya orang dalam ruangan yang menggunakan sensor inframerah.
Jika sensor mendeteksi ada satu orang dalam ruangan maka sistem dari
mikrokontroler akan mengaktifkan relay untuk menyalakan lampu.
Kemudian data yang ada pada mikrokontroler dikirim oleh RS485 ke
PC yang berada di ruang kontrol.

1.3 Batasan Masalah
Dari perumusan masalah di atas, maka batasan masalah dari
Tugas Akhir ini adalah:
1. Subyek yang dikontrol adalah nyala lampu.
2. Instrumen pengatur berupa sistem minimum berbasis
ATmega16.
3. Aplikasi alat yang dibuat hanya untuk menyalakan lampu yang
di atur berdasarkan hasil pendeteksian sensor.
4. Penghitungan oleh sensor dilakukan dalam keadaan orang yang
melewati pintu dalam keadaan tidak berdesakan atau dalam
antrian.


1
1.4 Maksud dan Tujuan
Tujuan dari pembuatan alat dalam tugas akhir ini adalah membuat
prototipe untuk keperluan sistem deteksi orang dalam ruangan untuk
mengatur nyala lampu ruang kuliah yang dipantau secara terpusat dalam
ruang kontrol.

1.5 Sistematika Laporan
Sistematika pembahasan Tugas Akhir ini terdiri dari lima bab,
yaitu pendahuluan, teori penunjang, perencanaan dan pembuatan alat,
pengujian dan analisa alat, serta penutup.
BAB I : PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang, permasalahan,
batasan masalah, maksud dan tujuan, sistematika
laporan, serta relevansi.
BAB II : TEORI PENUNJANG
Berisi teori penunjang yang mendukung dalam
perencanaan dan pembuatan alat.
BAB III : PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT
Membahas tentang perencanaan dan pembuatan
perangkat keras yang meliputi rangkaian-rangkaian,
desain ruang kelas, dan perangkat lunak yang meliputi
program yang akan digunakan untuk mengaktifkan
alat tersebut.
BAB IV : PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT
Membahas tentang pengukuran, pengujian, dan
penganalisaan terhadap alat beserta sensor yang
terdapat pada ruangan.
BAB V : PENUTUP
Menjelaskan tentang kesimpulan dari tugas akhir ini
dan saran-saran untuk pengembangan alat ini lebih
lanjut.

1.6 Relevansi
Manfaat dari pembuatan sistem deteksi orang dalam ruangan
untuk mengatur nyala lampu ruang kuliah yang dipantau secara terpusat
dalam ruang kontrol dalam tugas akhir ini antara lain :
pemakaian energi listrik lampu lebih efisien
penghematan energi listrik
dapat mengetahui jadwal pemakaian energi listrik dalam ruangan

2
BAB II
TEORI PENUNJANG

2.1 Power Supply
Rangkaian power supply adalah suatu rangkaian yang digunakan
untuk menyediakan supply dalam bentuk keluaran tegangan. Tegangan
yang dihasilkan disalurkan ke berbagai rangkaian lain untuk
mengaktifkan rangkaian-rangkaian tersebut. Di sini kami memakai
rangkaian power supply +5 dan +12 Volt yang digunakan untuk
menyediakan supply sebesar +5 dan +12 Volt.

2.2 Photodioda
1

Jika junction p-n dengan bias mundur disinari, terjadi perubahan
arus yang hampir linier terhadap flux cahaya. Gejala ini dimanfaatkan
pada photodioda semikonduktor. Komponen ini terdiri atas junction p-n
yang dibuat dalam plastik transparan. Seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 2.1. Radiasi hanya bisa diberikan pada satu permukaan junction.
Sisi yang lain biasanya dicat hitam atau ditutupi lempengan logam.
Komponen ini sangat kecil dengan order ukuran sepersepuluh inci.





Gambar 2.1 Konstruksi Photodioda

Karakteristik Volt-Amper seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.2. Jika photodioda mendapat tegangan balik dengan nilai
sepersepuluhan volt, akan terjadi arus yang hampir konstan (tidak
tergantung pada besarnya bias mundur). Arus "gelap" (dark current,
lihat gambar) berhubungan dengan arus saturasi mundur, karena
pembentukan carrier minoritas secara termal. Jika cahaya dijatuhkan
pada permukaan, terbentuk pasangan carrier, yang kemudian akan
berdifusi ke junction dan menyeberangi junction sehingga menimbulkan
arus. Arus saturasi mundur I
0
pada dioda p-n proporsional terhadap
konsentrasi carrier minoritas p
no
dan n
no
. Jika junction disinari, muncul

1
Arifin, Irwan , Elektronika 1, Gunadarma, 2004, hal 36-37.

3
sejumlah pasangan hole-elektron baru, proporsional terhadap jumlah
foton. Dengan demikian dengan bias mundur yang besar akan terbentuk
arus I = I
o
+ I
s
, dengan Is adalah arus short-circuit yang proporsional
terhadap intensitas cahaya. Dengan demikian, karakteristik volt-amper
photodioda semikonduktor adalah :
) 1 (
/
T
V V
O S
e I I I

+ = . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-1)
Nilai V positif untuk tegangan maju dan negatif untuk bias mundur.
Parameter bernilai satu untuk germanium dan 2 untuk silikon. VT
adalah tegangan ekuivalen untuk suhu (lihat Persamaan 2.1)










Gambar 2.2 Karakteristik Volt-Ampere

Sensitivitas terhadap Posisi Iluminasi. Arus pada photodioda
semikonduktor terbias mundur bergantung pada difusi carrier minoritas
di junction. Jika radiasi difokuskan pada satu titik kecil yang jauh dari
junction, carrier minoritas terinjeksi bisa melakukan rekombinasi
sebelum berdifusi pada junction. Dengan demikian, arus yang mengalir
menjadi lebih kecil dibandingkan kalau peristiwa ini terjadi pada posisi
yang lebih dekat dengan junction. Arus pada photodioda merupakan
fungsi jarak terhadap junction, seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.3 di
bawah ini. Kurva pada gambar bersifat asimetris, karena perbedaan
panjang difusi carrier minoritas di sisi p dan n.







Gambar 2.3 Sensitifitas Photodioda Terhadap Fungsi Jarak Cahaya dari
Junction

4
2.3 Mikrokontroler
Mikrokontroler dewasa ini menjadi booming dikalangan bidang
pendidikan terutama perguruan tinggi. Mikrokontroller dengan merk
ATMEL dengan tipenya meliputi ATtiny, AT90, dan ATmega. Masing-
masing tipe memiliki fitur yang berbeda-beda dengan tujuan aplikasi
yang spesifik.

2.3.1 Gambaran Umum ATmega16
2

Mirokontroler sebagai sebuah one chip solution pada dasarnya
adalah rangkaian terintregrasi (Integrated Circuit-IC) yang telah
mengandung secara lengkap berbagai komponen pembentuk sebuah
komputer. Berbeda dengan penggunaan microprocessor yang masih
memerlukan komponen luar tambahan seperti RAM, ROM, Timer, dan
sebagainya, untuk sistem microcontroller, tambahan komponen diatas
secara praktis hampir tidak dibutuhkan lagi. Hal ini disebabkan semua
komponen penting tersebut telah ditanam bersama dengan sistem
prosesor ke dalam IC tunggal microcontroller bersangkutan. Dengan
alasan itu sistem microcontroller dikenal juga dengan istilah populer the
real Computer On a Chip (komputer utuh dalam keping tunggal),
sedangkan sistem microprocessor dikenal dengan istilah yang lebih
terbatas yaitu Computer On a Chip (komputer dalam keping tunggal).
Berdasarkan fungsinya, microcontroller secara umum digunakan
untuk menjalankan program yang bersifat permanen pada sebuah
aplikasi yang spesifik (misal aplikasi yang berkaitan dengan
pengontrolan dan monitoring). Sedangkan program aplikasi yang
dijalankan pada sistem microprosesor biasanya bersifat sementara dan
berorientasi pada pengolahan data. Perbedaan fungsi kedua sistem diatas
secara praktis mengakibatkan kebutuhan minimal yang harus dipenuhi
juga akan berbeda (misal ditinjau dari kecepatan detak operasi, jumlah
RAM, panjang register, dan lain sebagainya). Hampir tidak dapat
disangkal, dewasa ini akan sukar dijumpai seseorang yang masih
menggunakan komputer dengan microprocessor berbasis 8 atau 16 bit
(misal microprocessor 8088 dan 8086 produk perusahaan Intel).
Mengapa demikian?, salah satu alasannya Perangkat lunak komputer
yang beredar saat ini umumnya mensyaratkan kecepatan CPU yang

2
Darma, Putu Rio A., Pengembangan Konverter Dari Teks Ke Fonem Pada
Mikrokontroler Untuk Aplikasi Alat Bantu Wicara, Proyek Akhir, Poltek Elektronika
Negeri Surabaya - ITS, 2006, hal 23-26.

5
sangat tinggi (dalam orde Mega bahkan GigaHz) serta memori dengan
kapasitas sangat besar (dalam orde MegaByte) yang mana hal tersebut
tidak mungkin dapat dipenuhi oleh sistem microprocessor lama tersebut.
Sedangkan untuk sistem microcontroller, program yang dijalankan
biasanya tidak memerlukan sumber daya sebanyak dan sebesar itu.
Untuk aplikasi kontrol sederhana dan tingkat menengah, microcontroller
yang digunakan cukup berbasis 4 sampai 8 bit. Microcontroller dengan
ukuran lebih besar (misal 16 dan 32 bit) umumnya hanya digunakan
untuk aplikasi-aplikasi khusus pada bidang pengolahan citra atau bidang
kontrol yang memerlukan kepresisian tinggi.























Gambar 2.4 Blok Diagram ATmega16

Mikrokontroler atau mikroprosesor adalah suatu piranti yang
digunakan untuk mengolah data-data biner (digital) yang didalamnya
merupakan gabungan dari rangkaian-rangkaian elektronik yng dikemas
dalam bentuk suatu chip (IC). Pada umumnya mikrokontroler tediri dari
bagian-bagian sebagai berikut: Alamat (address), Data, Pengendali,

6
Memori (RAM atau ROM), dan bagian input-output. Gambar 2.4 adalah
blok diagram dari ATmega16.

2.3.2 Konfigurasi pin-pin ATmega16
3

Konfigurasi pin-pin pada ATmega16 seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.5 .













Gambar 2.5 IC ATmega16

o VCC
Sebagai tegangan penyuplai.

o Ground
Sebagai ground.

o Port A (PA7..PA0)
Port A sebagai input analog ke A/D konverter. Port A juga sebagai
8-bit bi-directional port I/O, jika A/D konverter tidak digunakan.
Pin-pin port dapat menyediakan resistor-resistor internal pull-up.
Ketika port PA0PA7 digunakan sebagai input dan pull eksternal
yang rendah akan menjadi sumber arus jika resistor-resistor pull-up
diaktifkan. Pin-pin port A adalah tri-state ketika kondisi reset
menjadi aktif sekalipun clock tidak aktif.



3
, 8-bit AVR Microcontroller with 16K Bytes In-System Programmable Flash, Atmel,
2003, hal 2-5.

7
o Port B (PB7..PB0)
Port B adalah port I/O 8-bit bi-directional dengan resistor-resistor
internal pull-up. Buffer output port B mempunyai karaketristik
drive yang simetris dengan kemampuan keduanya sink dan source
yang tinggi. Sebagai input, port B yang mempunyai pull eksternal
yang rendah akan menjadi sumber arus jika resistor-resistor pull-up
diaktifkan. Pin-pin port B adalah tri-state ketika kondisi reset
menjadi aktif sekalipun clock tidak aktif.

o Port C (PC7..PC0)
Port C adalah port I/O 8-bit bi-directional dengan resistor-resistor
internal pull-up. Buffer output port C mempunyai karaketristik
drive yang simetris dengan kemampuan keduanya sink dan source
yang tinggi. Sebagai input, port C yang mempunyai pull eksternal
yang rendah akan menjadi sumber arus jika resistor-resistor pull-up
diaktifkan. Pin-pin port C adalah tri-state ketika kondisi reset
menjadi aktif sekalipun clock tidak aktif. Jika antarmuka JTAG
enable, resistor-resistor pull up pada pin-pin PC5(TDI), PC3(TMS),
PC2(TCK) akan diaktifkan sekalipun terjadi reset.

o Port D (PD7..PD0)
Port D adalah port I/O 8-bit bi-directional dengan resistor-resistor
internal pull-up. Buffer output port D mempunyai karaketristik drive
yang simetris dengan kemampuan keduanya sink dan source yang
tinggi. Sebagai input, port D yang mempunyai pull eksternal yang
rendah akan menjadi sumber arus jika resistor pull-up diaktifkan.

2.4 Relay
4

Relay merupakan salah satu komponen output yang paling sering
digunakan baik pada industri, otomotif, ataupun peralatan elektronika
lainnya. Relay berfungsi untuk menghubungkan atau memutus aliran
arus listrik yang dikontrol dengan memberikan tegangan dan arus
tertentu pada koilnya.
Ada 2 macam relay berdasarkan tegangan untuk menggerakkan
koilnya yaitu AC dan DC. Pada umumnya relay DC dengan tegangan
koil 12V DC, memerlukan arus sekitar 20-30mA. Karena itu tidak dapat
langsung menghubungkan output suatu IC logic (TTL/CMOS ) atau

4
, DT-I/O Relay Board, Innovative Electronics, 2005, hal 1.

8
peripheral lain seperti C 89C51 , PPI 82C55 dengan relay karena
IOHmax (arus maximum yang dikeluarkan pada saat logic 1) atau
IOLmax (arus maximum yang mampu dibenamkan pada saat logic 0)
tidak cukup besar. Karena itu perlu digunakan driver untuk penguat arus
yang biasanya berupa transistor dalam konfigurasi Darlington seperti
Gambar 2.6 berikut ini.







Gambar 2.6 Rangkaian Darlington

Rangkaian tersebut juga dilengkapi dengan supression diode.
Dioda ini berfungsi untuk mencegah kickback yaitu transient yang
terjadi pada koil relay (beban induktif) saat relay dimatikan. Bila terjadi
perubahan arus yang cukup besar dalam satuan waktu yang sangat cepat
maka tegangan balik ini menjadi sangat besar, dan dapat mengakibatkan
kerusakan pada transistor.
Problem lain yang sering terjadi pada kontak relay adalah
loncatan bunga api listrik yang dapat memperpendek umur kontak.
Bunga api ini terutama terjadi pada beban induktif seperti motor,
solenoid, dll. Untuk mencegah hal ini dapat digunakan MOV ( Metallic
Oxide Varistor ) yang dipasang secara paralel dengan kontak. Varistor
bersifat seperti resistor dengan nilai resistansinya tergantung pada
tegangan. Ketika kontak terbuka, beban induktif menghasilkan tegangan
balik yang cukup besar akibat perubahan medan magnet.
Pada saat ini ('protective state') nilai resistansi varistor menjadi
sangat kecil dan arus akan mengalir melalui MOV, sehingga transient
dapat diredam. Pada saat keadaan normal resistansi MOV sangat besar
dan hanya menarik arus yang sangat kecil, bunga api juga menyebabkan
sinyal Radio Frequency Interference (RFI) yang dapat mengganggu
peralatan peralatan sensitif.
Karena itu komponen peredam transient seperti MOV sangat
diperlukan terutama pada beban induktif. Parameter-parameter penting
Varistor :

9
o Tegangan Varistor (tegangan breakdown) : Tegangan pada
varistor yang diukur pada arus tertentu (0,1 mA atau 1 mA)
selama waktu tertentu
o Tegangan maksimum yang diperbolehkan : Tegangan maksimum
pada varistor agar tetap pada keadaan normal ('rest state').

2.5 Komunikasi Serial
5

Komunikasi serial adalah pengiriman data satu persatu secara
berurutan dalam satu waktu. Oleh karena itu, komunikasi serial lebih
lambat dari pada komunikasi paralel. Komunikasi serial dibagi menjadi
dua macam, yakni komunikasi serial sinkron dan komunikasi serial
asinkron. Komunikasi serial sinkron merupakan pengiriman data dengan
mengikutsertakan sinyal clock, sedangkan komunikasi serial asinkron
adalah pengiriman data tanpa disertai dengan sinyal clock. Komunikasi
serial lebih sulit ditangani, karena peralatan yang dihubungkan ke serial
port harus berkomunikasi dengan transmisi serial, sedangkan data yang
diterima komputer harus diproses secara paralel. Oleh karena itu data
yang diproses dari dan ke serial port harus diubah terlebih dahulu ke dan
dari paralel port agar bisa diolah oleh komputer. Dengan menggunakan
hardware, hal ini bisa dilakukan dengan Universal Asyncronous
Receiver Transmitter ( UART ).
Serial port menggunakan logika 1 atau mark dengan kisaran
tegangan -3 Volt hingga -25 Volt dan menggunakan logika 0 atau
space dengan kisaran tegangan +3 Volt hingga +25 Volt. Sehingga,
permasalahan turunnya tegangan karena panjangnya kabel atau disebut
dengan cable loss bukan menjadi masalah. Sinyal komunikasi serial
memiliki beberapa bagian penting yakni :
1. Kecepatan mobilisasi data per bit (Baud rate)
Laju perpindahan data serial seringkali dinyatakan dalam satuan
baud. Laju baud dalam kanal komunikasi merupakan laju tercepat dari
perpindahan bit. Laju pemindahan bit kanal jaringan biasanya lebih
rendah dari laju baud. Keterlambatan tersebut karena bit ekstra
ditambahkan untuk keperluan pewaktuan. Dalam sistem kecepatan
tinggi, pemindahan juga diperlambat oleh tundaan aktif proses
pengolahan. Data serial dapat dimobilisasikan pada berbagai baud

5
Darma, Putu Rio A., Pengembangan Konverter Dari Teks Ke Fonem Pada
Mikrokontroler Untuk Aplikasi Alat Bantu Wicara, Proyek Akhir, Poltek Elektronika
Negeri Surabaya - ITS, 2006, hal 44.

10
rate. modem asynchronous adalah 300 bps sampai dengan 19200 bps.
Kecepatan transmisi (Baud Rate) merupakan suatu hal yang amat
penting dalam komunikasi data seri asinkron, mengingat dalam
komunikasi data seri asinkron clock tidak ikut dikirimkan, sehingga
harus diusahakan bahwa kecepatan transmisi mengikuti standard yang
sudah ada.
2. Jumlah bit data per karakter (data length)
Dalam komunikasi data serial mode asynchronous biasanya
berlangsung transmisi data yang dikemas dalam bentuk karakter.
Dalam satu karakter diperbolehkan terdiri dari beberapa variasi
jumlah bit. Dari sekian variasi yang diperbolehkan diantaranya dalah
terdiri dari 7 bit dan 8 bit (panjang data karakternya saja). Kedua
variasi ini adalah yang paling sering digunakan dalam komunikasi
data serial. Tetapi meskipun demikian tidak menutup kemungkinan
jika diinginkan untuk menggunakan variasi jumlah bit yang lain
asalkan masih diperkenankan dalam penulisan inisialisasi peralatan
serial yang bersangkutan.
3. Parity yang digunakan
Bit parity adalah bit yang digunakan sebagai alat pemeriksaan
kesalahan sederhana dalam proses transmisi data digital. Pemakaian
parity ini akan diikutsertakan dalam proses penulisan inisialisasi
peralatan serial yang bersangkutan. Bit parity ini akan diletakkan
setelah susunan bit data. Kemungkinan dari jenis parity ini ada tiga
macam, yaitu : parity ganjil, parity genap dan tanpa parity (tidak
diikutkan dalam pemeriksaan kesalahan). Level digital dari bit parity
ini akan ditentukan oleh jenisnya. Jika seluruh bit data yang ada
dijumlah dan hasilnya dibagi dua, maka sisanya akan dianggap
sebagai level digital dari bit parity yang bersangkutan. Jika salah satu
dari bit data tertanggu dalam proses transmisinya, maka bit parity
yang dibangkitkan tidak benar, dan hal semacam ini dapat dideteksi
oleh peralatan serial pada terminal yang sedang berfungsi sebagai
terminal penerima. Pada jenis parity genap (even) akan dibangkitkan
bit parity yang memiliki level digital berupa kebalikan dari sisa hasil
bagi jumlah nilai seluruh bit data yang telah dijelaskan diatas, dengan
kata lain bit parity akan bernilai 0 (null) jika sisa hasil baginya sama
dengan 1 (satu). Demikian juga sebaliknya, apabila yang dipakai jenis
parity ganjil, maka bit parity yang dibangkitkan akan bernilai 1 jika
sisa hasil baginya sama dengan 1. Di dalam proses komunikasi data

11
serial mode null modem asynchronous, sering kali bit parity ini tidak
dipakai. 4. Jumlah stop bit dan start bit Pada komunikasi data serial
pada mode asynchronous, port serial yang menerima karakter serial
harus tahu kapan karakter itu diawali dan kapan karakter itu diakhiri.
Bertolak dari hal tersebut, maka dalam proses komunikasi data serial
juga disertakan bit awal dan bit akhir. Jika tidak ada karakter yang
dikirim, maka bit tanda yang selalu bernilai 1 akan dikirim terus-
menerus. Bit awal (start bit) yang selalu bernilai 0 (null) akan
menandai awal dari pengiriman suatu karakter. Setelah bit awal, maka
selalu diikuti bit data dan bit parity jika ada. Dan akhirnya terdapat
satu atau dua bit yang menandakan akhir dari karakter yang
dikirimkan. Bit-bit inilah yang dinamakan stop bit, dan kombinasi
jumlahnya adalah satu atau dua bit.

2.5.1 RS 232
6

RS 232 merupakan salah satu perangkat yang berfungsi sebagai
antarmuka (interfacing) komputer ke peralatan luar dengan pengiriman
data secara serial (per bit). Recomended Standard Number 232
digunakan dengan data biner serial yang ditransmisikan untuk
berkomunikasi dengan peralatan lain. Standar komunikasi RS 232
adalah standard komunikasi serial paling umum digunakan terutama
dalam komputer IBM PC dan peralatan lain yang kompatible.
Komunikasi serial RS 232 dijalankan dengan menggunakan perangkat
standart yang berhubungan dengan dua tipe peralatan yaitu data
terminal equipment (DTE) dan data communication terminating (DCE).
Proses transfer data secara serial memerlukan penunjang
peralatan lain untuk pengiriman data berupa DTE untuk masing-masing
terminal. Pada prinsipnya proses pengiriman data dengan menggunakan
serial interface sangat sederhana. Data ditransfer dikirim dari satu ke
terminal ke terminal yang lain begitu pula sebaliknya. Proses data dari
satu komputer ke komputer yang lain memerlukan jalur komunikasi data
agar data dapat di terima baik oleh penerima. Jalur ini dikenal dengan
protokol. Protokol digunakan start bit, stop bit, parity bit dsb. Semua
protokol komunikasi merupakan fungsi mikrokode dalam sistem yang
harus di atur dahulu sebelum program dijalankan.


6
Darma, Putu Rio A., Pengembangan Konverter Dari Teks Ke Fonem Pada
Mikrokontroler Untuk Aplikasi Alat Bantu Wicara, Proyek Akhir, Poltek Elektronika
Negeri Surabaya - ITS, 2006, hal 45.

12
2.5.2 RS 485
7

RS 485 adalah teknik komunikasi data serial yang dikembangkan
di tahun 1983 di mana dengan teknik ini, komunikasi data dapat
dilakukan pada jarak yang cukup jauh yaitu 1,2 Km. Selain dapat
digunakan untuk jarak yang jauh teknik ini juga dapat digunakan untuk
menghubungkan 32 unit beban sekaligus hanya dengan menggunakan
dua buah kabel saja tanpa memerlukan referensi ground yang sama
antara unit yang satu dengan unit lainnya.
SN75176 adalah IC yang menjadi komponen utama Modul SR-
485 yang didisain untuk komunikasi data secara bidirectional atau
multipoint dengan Standard ANSI EIA/TIA-422-B dan ITU V11. Data
yang ditransmisikan oleh IC ini dikirim dalam bentuk perbedaan
tegangan yang ada pada kaki A dan B dari SN75176. SN75176
berfungsi sebagai pengirim data atau penerima data tergantung dari
kondisi kaki-kaki kontrolnya yaitu DE dan RE. Apabila kaki DE
berlogika 0 dan RE berlogika 0, maka SN75176 berfungsi sebagai
penerima data sedangkan bila kaki DE berlogika 1 dan RE berlogika 1
maka SN75176 berfungsi sebagai pengirim.






Gambar 2.7 Komunikasi Data Master dan 32 Slave

Sistem komunikasi dengan menggunakan RS485 ini dapat
digunakan untuk komunikasi data antara 32 unit peralatan elektronik
hanya dalam dua kabel saja. Selain itu, jarak komunikasi dapat mencapai
1,6 km dengan digunakannya kabel AWG-24 twisted pair. Seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.7.
Agar komunikasi data pada sistem multipoint yang dapat
digunakan untuk 32 unit peralatan elektronik tidak terjadi saling bentrok
antar data, maka seperti layaknya pada forum diskusi yang benar, pada
kondisi awal semua peserta menjadi pendengar terlebih dahulu.
Kemudian pada saat salah seorang peserta diskusi berbicara, maka

7
, Komunikasi Data Dengan Menggunakan Teknik RS485, Delta-electronic, 2003, hal
1-2.

13
peserta yang lain harus menunggu peserta yang berbicara tersebut
menyelesaikan pembicaraan. Apabila peserta tersebut selesai berbicara,
maka peserta tersebut kembali menjadi pendengar sedangkan yang lain
baru boleh berbicara untuk memberikan tanggapan atau mengajukan
usul yang lain. Hal ini diperlukan agar forum diskusi dapat berjalan
dengan baik dan tertib. Demikian pula pada komunikasi RS485, semua
peralatan elektronik berada pada posisi penerima hingga salah satu
memerlukan untuk mengirimkan data, maka peralatan tersebut akan
berpindah ke mode pengirim, mengirimkan data dan kembali ke mode
penerima. Setiap kali peralatan elektronik tersebut hendak mengirimkan
data, maka terlebih dahulu harus diperiksa, apakah jalur yang akan
digunakan sebagai media pengiriman data tersebut tidak sibuk. Apabila
jalur masih sibuk, maka peralatan tersebut harus menunggu hingga jalur
sepi. Agar data yang dikirimkan hanya sampai ke peralatan elektronik
yang dituju, misalkan ke salah satu Slave, maka terlebih dahulu
pengiriman tersebut diawali dengan Slave ID dan dilanjutkan dengan
data yang dikirimkan. Peralatan elektronik-peralatan elektronik yang
lain akan menerima data tersebut, namun bila data yang diterima tidak
mempunyai ID yang sama dengan Slave ID yang dikirimkan, maka
peralatan tersebut harus menolak atau mengabaikan data tersebut.
Namun bila Slave ID yang dikirimkan sesuai dengan ID dari peralatan
elektronik yang menerima, maka data selanjutnya akan diambil untuk
diproses lebih lanjut.




14
BAB III
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

Pembuatan sistem kontrol lampu ruang kuliah untuk mendeteksi
ada dan tidaknya orang dalam ruangan yang dipantau secara terpusat
dalam ruang kontrol ini memiliki 2 tahap utama, yaitu perancangan
perangkat keras dan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras
meliputi perancangan rangkaian power supply, rangkaian mikrokontroler
ATmega16, rangkaian sensor, rangkaian relay, rangkaian RS232 dan
rangkaian RS232 to RS485. Untuk perancangan perangkat lunak
meliputi program berbasis bahasa C yang disuntikkan ke mikrokontroler
ATmega16 untuk mengatur nyala lampu, dan software Delphi untuk
menampilkan pada PC.

3.1 Perancangan Perangkat Keras
Diagram fungsional proses secara keseluruhan beserta
perencanaan perangkat keras secara keseluruhan. Pada Gambar 3.1
ditunjukkan blok diagram keseluruhan rangkaian.



SISTEM
MIKRO-
KONTRO-
LER
PC
RUANGAN1
RUANGKONTROL
RUANGAN2
SENSOR
LAMPU RELAY
SENSOR
LAMPU RELAY
RS232
RS485
RS485
RS232
MONITOR









Gambar 3.1 Fungsional Rangkaian Keseluruhan

3.1.1 Ruangan 1
Pada ruangan 1 ini terdapat beberapa komponen utama yaitu,
sensor, lampu, dan relay. Dibawah ini akan dijelaskan tiap komponen
yang diperlukan pada ruangan 1.



15
3.1.1.1 Perancangan Power Supply
Power supply digunakan untuk memberikan input tegangan pada
keseluruhan komponen yang terdapat pada sistem alat ini, yaitu pada
rangkaian sistem minimum mikrokontroler, sensor , relay, dan rangkaian
RS232 to RS485.
Rangkaian relay membutuhkan tegangan sebesar 12V, sedangkan
untuk rangkaian sistem minimum mikrokontroler, rangkaian sensor, dan
rangkaian RS232 to RS485 hanya membutuhkan tegangan sebesar 5V.
Karena kebutuhan tegangan tersebut maka dibuat power supply
yang mengeluarkan tegangan sebesar 5V dan 12V. Power supply
tersebut menggunakan komponen dioda 1N5403, resistor 0,47ohm/5W,
elko 2200F/25V dan 100F/16V, IC regulator 7805 dan 7812,
transistor PNP TIP2955, serta resistor 1k dan LED. Seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.2.








Gambar 3.2 Rangkaian Power Supply

3.1.1.2 Perancangan Rangkaian Sensor
Rangkaian sensor terdiri dari pemancar dan penerima cahaya
inframerah (D1 dan D2) yang dirancang dengan menggunakan dioda
inframerah dan photodioda seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.3.
Tegangan yang diperlukan pada Vcc sebesar 5V. Dengan mengacu pada
data sheet diperoleh informasi arus dioda inframerah mulai 5mA sampai
dengan 2A dapat mengaktifkan D1. Dengan memperhatikan hal ini yang
diintegrasikan dengan sensitifitas terhadap jarak 1 m maka dibutuhkan
arus 5mA. Dengan menggunakan rumus
5mA
5V

I
V
R = = , maka
didapatkan tahanan seri R1 1K. Dan untuk rangkaian penerima arus
photodioda mulai 25A sampai dengan 40A dapat mengaktifkan D2.
Dengan memperhatikan hal ini yang diintegrasikan dengan sensitifitas

16
terhadap jarak 1m maka dibutuhkan arus 25A. Maka dengan rumus
25A
5V

I
V
R = = didapatkan tahanan seri R2 200K.







Gambar 3.3 Rangkaian Sensor

Berikut ini adalah tabel kebenaran dari sensor, yang ditunjukkan
pada Tabel 3.1, Tabel 3.2, dan Tabel 3.3.

Tabel 3.1 Exitation Table Sensor 1 dan Sensor 2

Sensor 1 Sensor 2 (t+1) Counter
0 0 Keadaan saat ini
0 1 Keadaan saat ini
1 0 Keadaan saat ini
1 1 Tambah 1

Berdasarkan Tabel 3.1 dapat diketahui bahwa counter akan aktif
saat sensor 1 dan kemudian sensor 2 bernilai 1.

Tabel 3.2 Exitation Table Sensor 3 dan Sensor 2

Sensor 3 Sensor 2 (t+1) Counter
0 0 Keadaan saat ini
0 1 Keadaan saat ini
1 0 Keadaan saat ini
1 1 Kurang 1

Berdasarkan Tabel 3.2 dapat diketahui bahwa counter akan aktif
saat sensor 3 dan kemudian sensor 2 bernilai 1.





17
Tabel 3.3 Present State Next State Sensor

Sensor 1 Sensor 2 Sensor 3 Sensor 2 (t+1) Counter
0 0 0 0 Keadaan saat ini
0 0 1 1 Keadaan saat ini
0 1 0 0 Keadaan saat ini
0 1 1 1 Kurangi 1
1 0 0 0 Keadaan saat ini
1 0 1 1 Keadaan saat ini
1 1 0 0 Tambah 1
1 1 1 1 Keadaan saat ini

Berdasarkan Tabel 3.3 dapat diketahui bahwa counter akan aktif
saat sensor 1 dan sensor 2 bernilai 1 dan juga saat sensor 3 dan sensor
2 bernilai 1. Saat sensor 1 dan sensor 2 bernilai 1 maka counter akan
menghitung naik dan sebaliknya saat sensor 3 dan sensor 2 bernilai 1
maka counter akan menghitung turun.

3.1.1.3 Perancangan Relay
Untuk dapat menyalakan lampu yang membutuhkan tegangan
sebesar 220V, maka diperlukan sebuah rangkaian relay yang dapat
memenuhi hal tersebut. Rangkaian yang digunakan ditunjukkan pada
Gambar 3.4.









Gambar 3.4 Rangkaian Relay

Rangkaian relay ini hanya membutuhkan komponen dioda, relay,
kapasitor, dan transistor. Komponen relay ini membutuhkan tegangan
sebesar 12V, dan akan switch jika transistor sudah short (men-trigger),
dan kemudian lampu akan menyala karena sudah terhubung dengan
tegangan 220V.


18
3.1.2 Ruangan 2
Pada ruangan 2 ini terdapat jumlah pintu dan lampu sama dengan
jumlah pintu dan lampu pada ruangan 1. Sehingga dibutuhkan rangkaian
sama dengan rangkaian ruangan 1 yang penjelasannya dapat dilihat pada
Sub bab 3.1.1.

3.1.3 Perancangan Sistem Rangkaian
Perancangan sistem rangkaian meliputi perancangan sistem
minimum dan perancangan rangkaian downloder.

3.1.3.1 Perancangan Sistem Minimum ATmega 16























Gambar 3.5 Rangkaian Sistem Minimum ATmega16

Minimum sistem ini merupakan sistem kontrol dari keseluruhan
sistem kerja pada alat ini. Pada proyek ini digunakan sistem minimum
yang berbasis pada mikrokontroler ATmega16, digunakan ATmega16

19
karena bahasa pemrograman AVR tersebut adalah bahasa C yaitu bahasa
pemrograman tingkat menengah (bahasa instruksi program mendekati
bahasa manusia) sehingga lebih mudah untuk membuat atau menerapkan
suatu algoritma program. Kelebihan lainnya adalah setiap pin dalam satu
port dapat ditentukan sebagai input atau output secara mudah karena
didalamnya sudah dilengkapi fasilitas tersendiri untuk inisialisasi.
Rangkaian yang dipakai seperti ditunjukkan pada Gambar 3.5.
Pada sistem alat ini untuk pembagian port-port sebagai I/O dapat
ditunjukkan pada Tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4 Pembagian Port pada ATmega16

PORT KEPERLUAN
PORTA Dihubungkan dengan sensor
PORTB Tidak dipakai
PORTC Dihubungkan dengan relay
PORTD Dihubungkan dengan serial port

3.1.3.2 Rangkaian Downloader














Gambar 3.6 Rangkaian ISP Downloader
8


Gambar 3.6 adalah gambar ISP downloader (in-system
programming), IC yang digunakan adalah IC 74LS244. Untuk
interfacing dengan PC menggunakan kabel dan port paralel DB25. Pada

8
, Atmel AVR ISP Dongle, Efy Lab, 2005, hal 1.

20
rangkaian diatas ISP port dihubungkan dengan port-port yang ada pada
sistem minimum ATmega16.

3.1.4 Perancangan Rangkaian Serial
Dalam pembuatan alat ini dibutuhkan komunikasi serial untuk
menghubungkan sistem mikrokontroler ke PC yaitu, rangkaian RS232
dan RS232 to RS485.

3.1.4.1 Perancangan RS232









Gambar 3.7 Rangkaian RS232
9


Rangkaian RS232 ini hanya membutuhkan MAX232 dan
kapasitor serta konektor yang dihubungkan ke DB9 yang kemudian
disambungkan ke rangkaian RS232 to RS485. Rangkaian yang
digunakan ditunjukkan pada Gambar 3.7.

3.1.4.2 Perancangan RS232 to RS485
Untuk perancangan RS232 to RS485 digunakan rangkaian seperti
Gambar 3.8. Rangkaian RS232 to RS485 ini membutuhkan rangkaian
RS232 yang dihubungkan ke IC 75176 (sebagai pengganti MAX485)
yang kemudian akan dihubungkan ke rangkaian RS485 to RS232 yang
lain.






9
, The Printed Circuit Board (PCB) Layout,
http://www.airborn.com.au/layout/232cnv10.gif, tanggal akses 21 Mei 2008.

21













Gambar 3.8 Rangkaian RS232 to RS485
10


3.1.5 Ruang Kontrol
Didalam ruang kontrol dibutuhkan converter RS485 to RS232,
PC, Monitor untuk memantau tiap ruangan, dan program monitoring
dengan menggunakan bahasa Delphi.

3.1.5.1 Perancangan RS485 to RS232












Gambar 3.9 Rangkaian RS485 to RS232
11



10
, RS232/RS485 Converter Users Guide, RMV Electronics, 2002, hal 5.
11
, RS232/RS485 Converter Users Guide, RMV Electronics, 2002, hal 5.

22
Untuk perancangan RS485 to RS232 digunakan rangkaian seperti
Gambar 3.9. Rangkaian RS485 to RS232 ini membutuhkan rangkaian
RS232 yang dihubungkan ke IC 75176 (sebagai pengganti max485)
yang kemudian akan dihubungkan ke rangkaian RS485 to RS232 yang
lain.

3.1.5.2 Personal Computer (PC)
PC dihubungkan ke RS485, kemudian PC menerima data dari
mikrokontroler lalu diolah oleh program Delphi yang kemudian
ditampilkan pada Monitor.

3.2 Perencanaan dan Perancangan Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang direncanakan adalah perangkat lunak untuk
mendukung perangkat keras. Dalam perencanaannya dibagi menjadi dua
bagian, pertama perencanaan perangkat lunak untuk mikrokontroler
ATmega 16 dengan menggunakan program CodeVision C compiler, dan
perencanaan perangkat lunak pada PC menggunakan software Delphi
7.0 untuk tampilan pada PC seperti yang dimaksud pada Sub bab
3.1.5.2.
Pada Gambar 3.11 dapat dilihat flowchart dari keseluruhan
sistem, dengan penjelasan yang dapat dikelompokkan menjadi
algoritma sensor, algoritma mikrokontroler, dan algoritma relay.
Algoritma Sensor
Pada tiap ruangan terdapat tiga sensor penerima dan
pemancar. Jika sensor penerima 1 terhalang dan kemudian sensor
penerima 2 terhalang maka counter akan menambah hitungan
sebanyak 1, dan jika sensor penerima 3 terhalang dan kemudian
sensor penerima 2 terhalang maka counter akan mengurangi
hitungan sebanyak 1.

Algoritma Mikrokontroler
Mikrokontroler menerima masukan data dari sensor
penerima. Dan jika counter menghitung 1 maka mikrokontroler
akan mengaktifkan relay yang kemudian menyalakan lampu.
Sebaliknya jika counter mengitung 0 maka mikrokontroler akan
mematikan relay yang kemudian mematikan lampu.



23
Algoritma Relay
Relay saat menerima masukan logic 1 dari mikrokontroler
maka relay akan menghubungkan listrik 220V dengan lampu yang
ada pada ruangan sehingga lampu akan nyala. Saat relay menerima
masukan logic 0 dari mikrokontroler maka relay akan memutus
hubungan listrik 220V dengan lampu sehingga lampu akan mati.

Listing program

//--------------RUANGAN 1----------------
if(sensor11==1)
{ delay_ms(400);
if(sensor12==1) cr1=cr1+1;
if(sensor12==0) screen=1; }
if(sensor13==1)
{ delay_ms(400);
if(sensor12==1) cr1=cr1-1;
if(sensor12==0) screen=1; }
if(cr1<=0)cr1=0;
//-------------RELAY 1---------------
if(cr1<=1)
{ PORTC.7=1; PORTC.6=1; PORTC.5=1; PORTC.4=1; }
if(cr1==0)
{ PORTC.7=0; PORTC.6=0; PORTC.5=0; PORTC.4=0; }

//--------------RUANGAN 2----------------
if(sensor21==1)
{ delay_ms(400);
if(sensor22==1) cr2=cr2+1;
if(sensor22==0) screen=1; }
if(sensor23==1)
{ delay_ms(400);
if(sensor22==1) cr2=cr2-1;
if(sensor22==0) screen=1; }
if(cr2<=0)cr2=0;
//-------------RELAY 2---------------
if(cr2<=1)
{ PORTC.3=1; PORTC.2=1; PORTC.1=1; PORTC.0=1; }
if(cr2==0)
{ PORTC.3=0; PORTC.2=0; PORTC.1=0; PORTC.0=0; }

Gambar 3.10 Listing Program Utama

24
Flowchart rangkaian

Gambar 3.11 Flowchart Rangkaian

25
3.2.1 CodeVision Untuk Mikrokontroler ATmega16
Program ini digunakan untuk upload program dari PC ke
mikrokontroler sesuai dengan program yang dibutuhkan untuk
menjalankan sistem kontrol lampu ruang kuliah untuk mendeteksi ada
dan tidaknya orang dalam ruangan yang dipantau secara terpusat dalam
ruang kontrol.

3.2.2 Delphi 7.0
Bahasa pemrograman delphi digunakan untuk komunikasi serial
antara mikrokontroler dan PC sehingga data pada mikrokontroler dapat
dilihat pada PC.

3.3 Pembuatan Alat
Berdasarkan perancangan alat terebut maka dibuatlah komponen-
komponen pendukung yang dibutuhkan untuk keperluan sistem.
Komponen-komponen tersebut antara lain adalah:
1. Rangkaian Power Supply
2. Rangkaian Sensor
3. Rangkaian Relay
4. Sistem Minimum Mikrokontroler ATmega16
5. Rangkaian RS232 dan Converter RS232RS485

Dan berikut ini adalah bentuk fisik dari tiap-tiap komponen
pendukung.












Gambar 3.12 Bentuk Fisik Rangkaian Power Supply



26











Gambar 3.13 Bentuk Fisik Rangkaian Sensor












Gambar 3.14 Bentuk Fisik Rangkaian Relay













Gambar 3.15 Bentuk Fisik Rangkaian Mikrokontroler ATmega16



27








Gambar 3.16 Bentuk Fisik Rangkaian RS232













Gambar 3.17 Bentuk Fisik Rangkaian Converter RS232RS485



28
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan dari pembuatan alat ini
telah telaksana atau tidak, perlu dilakukan pengujian dan analisa
terhadap alat yang dibuat. Dan sebagai bagian yang tak terpisahkan
adalah adanya proses evaluasi sehingga akan dapat dilakukan langkah-
langkah positif guna membawa alat ini ke arah yang lebih baik.

4.1 Pengujian Rangkaian Power supply
Pengujian rangkaian power supply telah dilakukan dengan
menggunakan rangkaian seperti pada Gambar 3.2.
Rangkaian power supply digunakan untuk menyediakan supply
sebesar +5 Volt dan +12 Volt. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan AVOmeter digital ALDA DT 830B, dan pengujian
terhadap rangkaian ini menghasilkan data seperti tertuang dalam Tabel
4.1 berikut :

Tabel 4.1 Data Pengukuran Rangkaian Power Supply

+5 V +12 V
Pengukuran ke-
Vout_5V
(V)
Vout_12V
(V)
1 5,03 11,88
2 5,01 11,86
3 5,02 11,84
4 5,01 11,86
Rata-rata 5,02 11,86

% Error untuk supply +5 Volt = [(5-5,02)/5] x 100 %
= 0,4 %
% Error untuk supply +12 Volt = [(12-11.86)/12] x 100 %
= 1,16 %

% Error sebesar 0,4 % untuk supply +5 Volt dan 1,16 % untuk
supply +12 Volt masih tergolong kecil dan berada dalam batas toleransi,
sehingga tegangan sebesar 5,02 Volt dan 11,86 Volt dapat digunakan
untuk menyuplai rangkaian lainnya.


29
4.2 Pengujian Rangkaian Sensor
Pengujian pada rangkaian sensor inframerah dan photodioda telah
dilakukan dengan menggunakan rangkaian seperti pada Gambar 3.3.
Pada transmitter inframerah diberikan tegangan sebesar 5 Volt dan
resistor 1 K, sedangkan pada photodioda diberikan tegangan sebesar 5
Volt dan resistor 200 K.
Pengujian pertama dilakukan dengan menggunakan AVOmeter
analog SANWA YX360TRF. Pengujian kedua dengan menggunakan
AVOmeter digital ALDA DT 830B.

Tabel 4.2 Data Pengujian Sensor

V
out
photodioda
(V)
V
in
inframerah
(V)
Jarak inframerah dan
photodioda (cm)
AVO I AVO II
5 10 0,05 0,07
5 20 0,15 0,15
5 30 0,25 0,28
5 40 0,37 0,94
5 50 0,72 1,73
5 60 0,84 2,36
5 70 0,95 2,71
5 80 1,05 2,89
5 90 1,10 3,04
5 100 1,20 3,15
5 101 1,20 3,20
5 102 1,20 3,20
5 103 1,40 3,37
5 104 1,40 3,37
5 105 1,50 3,41
5 110 1,60 3,60
5 sensor terhalang 2,22 3,61

Jadi berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa sensor pemancar dan penerima dapat dipakai sampai jarak 1
meter. Dan untuk pengukuran lebih dari 1 meter sensor penerima sudah
tidak akurat lagi dikarenakan, Vout sensor penerima jika sudah melebihi
batas 1 meter hampir mendekati dengan Vout ketika sensor terhalang.
Dan kemudian dari Vout sensor penerima ini akan dihubungkan dengan
port A mikrokontroler yang kemudian digunakan untuk mendeteksi
orang yang melewati pintu ruangan.

30
Tabel 4.3 Pengujian Sensor

Sensor 1 Sensor 2 Sensor 3 Counter
0 0 0 Keadaan saat ini
0 0 1 Keadaan saat ini
0 1 0 Keadaan saat ini
0 1 1 Kurangi 1
1 0 0 Keadaan saat ini
1 0 1 Keadaan saat ini
1 1 0 Tambah 1
1 1 1 Keadaan saat ini

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa counter akan aktif
saat sensor 1 dan sensor 2 bernilai 1 dan juga saat sensor 3 dan sensor
2 bernilai 1. Saat sensor 1 dan sensor 2 bernilai 1 maka counter akan
menghitung naik dan sebaliknya saat sensor 3 dan sensor 2 bernilai 1
maka counter akan menghitung turun. Dan ketika semua sensor dalam
keadaan terhalang maka counter tidak dapat melakukan penghitungan.

4.3 Pengujian Rangkaian Relay
Pengujian dilakukan terhadap rangkaian pada Gambar 3.4.
Pengujian rangkaian relay dilakukan dengan menerapkan program
sederhana pada mikrokontroler, dimana relay disambungkan
mikrokontroler pada port C, dimana aplikasinya adalah untuk
menyalakan dan mematikan relay , dimana setiap tombol status ON
relay diperoleh jika relay mendapat input logic 1. Sedangkan jika
input adalah logic 0 maka relay akan OFF. Listing program yang
diberikan adalah seperti pada Gambar 4.1.
Jika dijalankan program ini akan membuat relay aktif dan setelah
selang waktu 1,5 detik maka relay akan mati dan selang 1,5 detik lagi
relay akan aktif kembali dan begitu seterusnya. Ketika program sudah
dijalankan maka hasil output relay akan menjadi seperti dalam Tabel
4.4.
Data dari Tabel 4.4 mengindikasikan bahwa rangkaian relay
berada dalam keadaan dapat digunakan (tidak rusak) dan dapat
digunakan menjadi salah satu bagian alat untuk pengaturan nyala lampu.


31

Gambar 4.1 Listing Program Tes Relay

Tabel 4.4 Pengujian Rangkaian Relay

Relay 1 Relay 2
Aktif Aktif
delay
Mati Mati
delay
Aktif Aktif
delay
Mati Mati
delay
Dan seterusnya

4.4 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler
Pengujian rangkaian mikrokontroler ATmega16 dengan
menggunakan rangkaian pada Gambar 3.5 telah dilakukan dengan
menerapkan program sederhana pada mikrokontroler tersebut, dimana
aplikasinya adalah untuk menyalakan dan mematikan 8 indikator LED

32
secara terus menerus. Port output yang digunakan adalah PORTA.
Listing program yang diberikan adalah seperti pada Gambar 4.2
Ketika sudah dihubungkan ke LED tester 8 bit, maka tampilan
LED akan menjadi seperti dalam Tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler ATmega16 pada LED
Tester.

D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0
1 1 1 1 1 1 1 1
Delay
0 0 0 0 0 0 0 0
Delay
1 1 1 1 1 1 1 1
Delay
0 0 0 0 0 0 0 0
Delay
Dan seterusnya


Gambar 4.2 Listing Program LED Tester

33

Data dari Tabel 4.5 mengindikasikan bahwa mikrokontroler
ATmega16 dapat menyalakan dan mematikan LED tester sesuai
program yang diberikan. Dan ini menandakan bahwa mikrokontroler
ATmega16 berada dalam keadaan dapat digunakan (tidak rusak) dan
dapat diisi dengan program yang lebih kompleks yaitu program
pengaturan nyala lampu.

4.5 Pengujian Rangkaian RS 232 RS485
Rangkaian ini digunakan untuk komunikasi serial dari
mikrokontroler ke PC. Pengujian berdasarkan rangkaian pada Gambar
3.8. Pengujian rangkaian dilakukan dengan menghubungkan
mikrokontroler ATmega16 ke rangkaian RS232, rangkaian RS 232
RS485, keypad dan kemudian dihubungkan ke PC. Selanjutnya
membuat program pada AVR dan melihat pada hyperterminal. Program
yang diberikan pada mikrokontroler adalah seperti pada Gambar 4.3.


Gambar 4.3 Listing Program Tes Serial


34
Berdasarkan program yang diberikan didapatkan hasil pengujian
sebagai berikut :
Jika ditekan huruf a pada keyboard maka akan keluar
tampilan sebagai berikut :










Gambar 4.4 Pada Hyperterminal 1

Jika ditekan angka 1 pada keypad maka akan keluar tampilan
sebagai berikut :










Gambar 4.5 Pada Hyperterminal 2

Dari tampilan tersebut Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 maka dapat
dilihat bahwa komunikasi serial dapat dilakukan antara mikrokontroler
dan PC.

4.6 Pengujian Alat Secara Keseluruhan
Terdapat 5 komponen utama dari hardware alat ini, yaitu :
1. Rangkaian Power Supply
2. Rangkaian Sensor
3. Rangkaian Relay

35
4. Sistem Minimum Mikrokontroler ATmega16
5. Rangkaian RS232 dan Converter RS232RS485

Keseluruhan kerja alat ini adalah ketika power supply dinyalakan,
maka power supply menyuplai tegangan untuk setiap komponen
hardware seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Rangkaian
mikrokontroler , rangkaian sensor, dan rangkaian converter
membutuhkan tegangan sebesar 5 Volt. Dan untuk rangkaian relay
membutuhkan tegangan 12 Volt.
Mikrokontroler terhubung dengan rangkaian sensor, rangkaian
converter dan rangkaian relay. Rangkaian sensor dihubungkan dengan
port A mikrokontroler. Rangkaian RS232 dihubungkan dengan port D
mikrokontroler yaitu pin 0 (Rx) dan pin 1 (Tx). Dan untuk relay
dihubungkan dengan port C, listrik 220Volt, dan lampu.
Mikrokontroler diprogram untuk menerima data masukan dari
sensor. Saat data dari sensor berupa logic 1 maka berarti sensor
mendeteksi adanya orang yang melewati pintu dan relay akan aktif dan
lampu akan menyala dalam ruangan tersebut. Dan jika logic 0 maka
sensor tidak mendeteksi adanya orang yang melewati pintu dan relay
tidak bekerja atau jika sebelumnya dalam keadaan aktif maka relay akan
mati yang kemudian akan mematikan lampu. Lalu kemudian
mikrokontroler akan menerima data dan mengirimkannya ke PC melalui
converter RS232RS485.













Gambar 4.6 Tampilan Pada PC Sebelum Alat Dijalankan


36
Pada Gambar 4.6 dapat dilihat tampilan pada PC sewaktu alat
belum dijalankan dan dapat dilihat bahwa pada layar tidak terdapat
tulisan apapun karena alat belum dijalankan.













Gambar 4.7 Tampilan Pada PC Saat Belum Mendeteksi Adanya
Orang di dalam Ruangan

Gambar 4.7 menunjukkan tampilan pada PC saat sensor belum
mendeteksi adanya orang yang melewati pintu, dan dapat dilihat pada
layar terdapat tulisan Ruangan 1 = 0 orang dan Ruangan 2 = 0
orang . Karena sensor belum mendeteksi adanya orang yang melewati
pintu maka counter belum menghitung, jadi saat itu counter = 0.













Gambar 4.8 Tampilan Pada PC Saat Mendeteksi Adanya Orang
di dalam Ruangan 1

37














Gambar 4.9 Tampilan Pada PC Saat Mendeteksi Adanya Orang
di dalam Ruangan 2

Dan Gambar 4.8 dan Gambar 4.9 menunjukkan tampilan pada PC
saat sensor mendeteksi adanya orang yang melewati pintu, dan dapat
dilihat pada Gambar 4.8 pada layar terdapat tulisan Ruangan 1 = 5
orang dan Ruangan 2 = 0 orang . Dan pada Gambar 4.9 terlihat
pada layar terdapat tulisan Ruangan 1 = 0 orang dan Ruangan 2 =
2 orang . Saat sensor mendeteksi adanya orang yang melewati pintu
maka counter akan menghitung naik saat sensor 1 dan sensor 2 yang
terhalang.











Gambar 4.10 Tampilan Pada PC Saat Mendeteksi Adanya
Orang di dalam Ruangan 1 dan 2

38
Dan Gambar 4.10 menunjukkan tampilan pada PC saat sensor
mendeteksi adanya orang yang melewati pintu, dan dapat dilihat pada
layar terdapat tulisan Ruangan 1 = 3 orang dan Ruangan 2 = 1
orang . Saat sensor mendeteksi adanya orang yang melewati pintu
maka counter akan menghitung naik saat sensor 1 dan sensor 2 yang
terhalang, dan counter akan menghitung turun saat sensor 3 dan sensor 2
yang terhalang. Saat sensor mendeteksi adanya orang yang melewati
pintu maka counter akan menghitung naik saat sensor 1 dan sensor 2
yang terhalang, dan counter akan menghitung turun saat sensor 3 dan
sensor 2 yang terhalang.



39













Halaman kosong!!!



40
BAB V
PENUTUP

Dari perancangan dan pengujian alat, dapat ditarik kesimpulan
dan saran mengenai Tugas Akhir sebagai berikut :

5.1 Kesimpulan
1) Sistem dapat digunakan sampai jarak 1 meter karena
menggunakan resistor 1K pada inframerah dan 200K
pada photodioda, jika ingin jarak yang lebih dari 1 meter
dapat mengganti resistor pada inframerah dengan yang lebih
kecil.
2) Dari Tabel 4.3 didapat bahwa sensor tidak dapat mendeteksi
saat orang yang melewati pintu dalam keadaan berdesakan
atau dalam antrian, dan saat orang yang masuk dalam
keadaan bersama-sama.
3) Jika sensor mendeteksi adanya orang yang melewati pintu
maka sensor akan mengirim masukan ke mikrokontroler dan
counter akan menghitung naik saat orang masuk dan
menghitung turun saat orang keluar.
4) Data dari counter digunakan untuk mengatur relay, saat
counter sama dengan 0 maka relay off dan saat counter lebih
dari atau sama dengan 1 maka relay aktif. Saat relay aktif
maka lampu akan menyala.
5) Tiap ruangan dapat dipantau dari ruang kontrol.

5.2 Saran
1) Sebaiknya digunakan 2 pintu yang berbeda untuk masuk dan
keluar untuk menghindari kesalahan penghitungan oleh
counter.
2) Ditambah sensor berat sehingga sistem akan lebih presisi.




41














Halaman kosong!!!






42
DAFTAR PUSTAKA

, 8-bit AVR Microcontroller with 16K Bytes In-System
Programmable Flash, Atmel, 2003.
, +5V-Powered, Multichannel RS-232 Drivers/Receivers,
MAXIM-IC, 2003.
, Atmel AVR ISP Dongle, Efy Lab, 2005.
, DT-I/O Relay Board, Innovative Electronics, 2005.
, Komunikasi Data Dengan Menggunakan Teknik RS485,
Delta-electronic, 2003.
, Pemrograman Borland Delphi 7, Yogyakarta: Andi Offset,
2003.
, RS232/RS485 Converter Users Guide, RMV Electronics,
2002.
, SN75176A Differential Bus Transceiver, Texas Instrument,
1995.
, The Printed Circuit Board (PCB) Layout,
http://www.airborn.com.au/layout/232cnv10.gif, tanggal akses 21
Mei 2008.
Arifin, Irwan , Elektronika 1, Gunadarma, 2004.
Darma, Putu Rio A., Pengembangan Konverter Dari Teks Ke
Fonem Pada Mikrokontroler Untuk Aplikasi Alat Bantu Wicara,
Proyek Akhir, Poltek Elektronika Negeri Surabaya - ITS, 2006.







43

44














Halaman kosong!!!





LAMPIRAN

LISTING PROGRAM MIKROKONTROLER

/*****************************************************
This program was produced by the
CodeWizardAVR V1.25.6 Professional
Automatic Program Generator
Copyright 1998-2007 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l.
http://www.hpinfotech.com

Chip type : ATmega16
Program type : Application
Clock frequency : 11.059200 MHz
Memory model : Small
External SRAM size : 0
Data Stack size : 256
*****************************************************/
#include <mega16.h>

#asm
.equ __lcd_port=0x18 ;PORTB
#endasm
#include <lcd.h>

#define RXB8 1
#define TXB8 0
#define UPE 2
#define OVR 3
#define FE 4
#define UDRE 5
#define RXC 7

#define FRAMING_ERROR (1<<FE)
#define PARITY_ERROR (1<<UPE)
#define DATA_OVERRUN (1<<OVR)
#define DATA_REGISTER_EMPTY (1<<UDRE)
#define RX_COMPLETE (1<<RXC)
#define RX_BUFFER_SIZE 8
char rx_buffer[RX_BUFFER_SIZE];
#if RX_BUFFER_SIZE<256
unsigned char rx_wr_index,rx_rd_index,rx_counter;
#else
unsigned int rx_wr_index,rx_rd_index,rx_counter;
#endif
bit rx_buffer_overflow;
interrupt [USART_RXC] void usart_rx_isr(void)
{
char status,data;

A-1
status=UCSRA;
data=UDR;
if ((status & (FRAMING_ERROR | PARITY_ERROR | DATA_OVERRUN))==0)
{
rx_buffer[rx_wr_index]=data;
if (++rx_wr_index == RX_BUFFER_SIZE) rx_wr_index=0;
if (++rx_counter == RX_BUFFER_SIZE)
{
rx_counter=0;
rx_buffer_overflow=1;
};
};
}
#ifndef _DEBUG_TERMINAL_IO_
// Get a character from the USART Receiver buffer
#define _ALTERNATE_GETCHAR_
#pragma used+
char getchar(void)
{
char data;
while (rx_counter==0);
data=rx_buffer[rx_rd_index];
if (++rx_rd_index == RX_BUFFER_SIZE) rx_rd_index=0;
#asm("cli")
--rx_counter;
#asm("sei")
return data;
}
#pragma used-
#endif
#define TX_BUFFER_SIZE 8
char tx_buffer[TX_BUFFER_SIZE];
#if TX_BUFFER_SIZE<256
unsigned char tx_wr_index,tx_rd_index,tx_counter;
#else
unsigned int tx_wr_index,tx_rd_index,tx_counter;
#endif
interrupt [USART_TXC] void usart_tx_isr(void)
{
if (tx_counter)
{
--tx_counter;
UDR=tx_buffer[tx_rd_index];
if (++tx_rd_index == TX_BUFFER_SIZE) tx_rd_index=0;
};
}
#ifndef _DEBUG_TERMINAL_IO_
// Write a character to the USART Transmitter buffer
#define _ALTERNATE_PUTCHAR_
#pragma used+

A-2
void putchar(char c)
{
while (tx_counter == TX_BUFFER_SIZE);
#asm("cli")
if (tx_counter || ((UCSRA & DATA_REGISTER_EMPTY)==0))
{
tx_buffer[tx_wr_index]=c;
if (++tx_wr_index == TX_BUFFER_SIZE) tx_wr_index=0;
++tx_counter;
}
else
UDR=c;
#asm("sei")
}
#pragma used-
#endif

#include <stdio.h>
#include <stdlib.h>
#include <delay.h>
//-------ruangan 1-------------
#define sensor11 PINA.0
#define sensor12 PINA.1
#define sensor13 PINA.2
//-------ruangan 2-------------
#define sensor21 PINA.5
#define sensor22 PINA.6
#define sensor23 PINA.7
int cr1,cr2;
char count[48];
unsigned char screen;
unsigned char i;

void main(void)
{
PORTA=0xFF;
DDRA=0x00;
PORTB=0x00;
DDRB=0x00;
PORTC=0x00;
DDRC=0xFF;
PORTD=0x00;
DDRD=0x00;
TCCR0=0x00;
TCNT0=0x00;
OCR0=0x00;
TCCR1A=0x00;
TCCR1B=0x00;
TCNT1H=0x00;
TCNT1L=0x00;

A-3
ICR1H=0x00;
ICR1L=0x00;
OCR1AH=0x00;
OCR1AL=0x00;
OCR1BH=0x00;
OCR1BL=0x00;
ASSR=0x00;
TCCR2=0x00;
TCNT2=0x00;
OCR2=0x00;
MCUCR=0x00;
MCUCSR=0x00;
TIMSK=0x00;
UCSRA=0x00;
UCSRB=0xD8;
UCSRC=0x86;
UBRRH=0x00;
UBRRL=0x47;
ACSR=0x80;
SFIOR=0x00;
lcd_init(16);
#asm("sei")

screen=1;
while (1)
{

//-------------------------------------------------
// RUANGAN 1
//-------------------------------------------------
if(sensor11==1)
{ delay_ms(400);
if(sensor12==1) cr1=cr1+1;
if(sensor12==0) screen=1;
}
if(sensor13==1)
{ delay_ms(400);
if(sensor12==1) cr1=cr1-1;
if(sensor12==0) screen=1;
}
if(cr1<=0)cr1=0;
//-------------RELAY 1---------------
if(cr1>=1)
{ PORTC.7=1;
PORTC.6=1;
PORTC.5=1;
PORTC.4=1;
}
if(cr1==0)
{ PORTC.7=0;

A-4
PORTC.6=0;
PORTC.5=0;
PORTC.4=0;
}

//-------------------------------------------------
// RUANGAN 2
//-------------------------------------------------
if(sensor21==1)
{ delay_ms(400);
if(sensor22==1) cr2=cr2+1;
if(sensor22==0) screen=1;
}
if(sensor23==1)
{ delay_ms(400);
if(sensor22==1) cr2=cr2-1;
if(sensor22==0) screen=1;
}
if(cr2<=0)cr2=0;
//-------------RELAY 2---------------
if(cr2>=1)
{ PORTC.3=1;
PORTC.2=1;
PORTC.1=1;
PORTC.0=1;
}
if(cr2==0)
{ PORTC.3=0;
PORTC.2=0;
PORTC.1=0;
PORTC.0=0;
}

//-------------SERIAL----------------
sprintf(count,"Ruangan 1 = %3d Orang\rRuangan 2 = %3d Orang",cr1,cr2);
for(i=0;i<=43;i++)
{putchar(count[i]);
}
delay_ms(400);

};
}



A-5














Halaman kosong!!!




A-6
LAMPIRAN

LISTING PROGRAM DELPHI

unit test2;

interface

uses
Windows, Messages, SysUtils, Variants, Classes, Graphics, Controls, Forms,
Dialogs, StdCtrls, CPort, CPortCtl, ExtCtrls, Menus, ComCtrls;

type
TForm1 = class(TForm)
ComPort1: TComPort;
Button1: TButton;
Button2: TButton;
ComLed1: TComLed;
Button3: TButton;
ComTerminal1: TComTerminal;
Label1: TLabel;
Label2: TLabel;
Timer1: TTimer;
Timer2: TTimer;
Label3: TLabel;
Label4: TLabel;
Label5: TLabel;
Label6: TLabel;
Label7: TLabel;
Button4: TButton;
Button5: TButton;
procedure Button2Click(Sender: TObject);
procedure FormCreate(Sender: TObject);
procedure Button3Click(Sender: TObject);
procedure Button1Click(Sender: TObject);
procedure Timer1Timer(Sender: TObject);
procedure Timer2Timer(Sender: TObject);
procedure Button4Click(Sender: TObject);
procedure Button5Click(Sender: TObject);
private
{ Private declarations }
public
{ Public declarations }
end;

var
Form1: TForm1;

var i: integer;

A-7
aa,bb : string;
implementation

{$R *.dfm}

procedure TForm1.FormCreate(Sender: TObject);
begin
comport1.Close;
label1.Caption:=formatdatetime('dddd, dd - mmm - yyyy',date);
label2.Caption:=formatdatetime('hh : mm : ss',time);
timer2.Enabled:=false;
end;

procedure TForm1.Button1Click(Sender: TObject);
begin
comport1.open;
button1.hide;
end;

procedure TForm1.Button2Click(Sender: TObject);
begin
comport1.Close;
button1.Show;
end;

procedure TForm1.Button3Click(Sender: TObject);
begin
comterminal1.ClearScreen;
end;

procedure TForm1.Timer1Timer(Sender: TObject);
begin
label1.Caption:=formatdatetime('dddd, dd - mmm - yyyy',date);
label2.Caption:=formatdatetime('hh : mm : ss',time);
end;

procedure TForm1.Timer2Timer(Sender: TObject);
begin
label3.Caption:=' R. Prawiro Kusumo R. 2205030047 ' ;
if label3.Left=8 then
label3.Left:=320
else
label3.left:=label3.Left-2;
label4.Caption:=' Dimas Adityo 2205030057 ' ;
if label4.Left=320 then
label4.Left:=8
else
label4.left:=label4.Left+2;
end;


A-8
procedure TForm1.Button4Click(Sender: TObject);
begin
ComPort1.ShowSetupDialog;
end;

procedure TForm1.Button5Click(Sender: TObject);
begin
ComPort1.Close;
Close;
end;

end.





A-9

A-10














Halaman kosong!!!






B-1


B-2


B-3


B-4


B-5


B-6


B-7


B-8


B-9


B-10














Halaman kosong!!!






B-11


B-12


B-13


B-14


B-15


B-16


B-17


B-18














Halaman kosong!!!





B-19


B-20


B-21


B-22


B-23


B-24


B-25


B-26


B-27


B-28


B-29


B-30


B-31


B-32


B-33


B-34


B-35


B-36


B-37


B-38


B-39


B-40


B-41


B-42


B-43


B-44


B-45


B-46


B-47


B-48


B-49


B-50


B-51


B-52


B-53


B-54


B-55


B-56


B-57


B-58


B-59


B-60


B-61


B-62


B-63


B-64


B-65


B-66


B-67


B-68


B-69


B-70


B-71


B-72


B-73


B-74


B-75


B-76


B-77


B-78


B-79


B-80


B-81


B-82


B-83


B-84




RIWAYAT HIDUP PENULIS


Data Pribadi R. Prawiro Kusumo R.
Nama R. Prawiro Kusumo R.
NRP 2205 030 047
Alamat
Jl. Mangga VII/189 P.C.I
Waru-SDA
Tempat,
Tanggal Lahir
Surabaya,
27 September 1987
No. HP 081331379649
E-mail mrprawthelib@yahoo.com
Jenis Kelamin Laki-laki
Agama Islam
Kewarganegaraan Indonesia


Motto
hanya yang berani
melawan rasa takut yang
mampu merubah segalanya


Riwayat
Pendidikan
Institusi Spesialisasi Periode
SDN Jemurwonosari
I/417 Surabaya
Umum 1993 - 1999
SLTP Negeri 17
Surabaya
Umum 1999 - 2002
SMU Negeri 9
Surabaya
IPA 2002 - 2005

D3 Teknik Elektro -
ITS Surabaya
Computer
Control
2005 - 2008


Pengalaman
Kepanitiaan
Nama Kegiatan Jabatan
D3 Teknik Elektro on Training
(DOT)
Organizing
Commitee (OC)
D3 Teknik Elektro on Training-
Camp (DOT-C)
Organizing
Commitee (OC)

Study Excursie D3 Teknik Elektro Wakil Ketua II


C-1

Pengalaman
Pelatihan
Nama Kegiatan Tanggal
Latihan Keterampilan Manajemen
Mahasiswa Pra-Tingkat Dasar Se-
FTI
16 18
Desember 2005
Shell LiveWIRE Bright Ideas
Workshop
9 Agustus 2007
Workshop of Financial Intelligent
Power
16 September
2007
Seminar Anti HIV/AIDS dan
Narkoba
30 November
2007
The Light of Personality with
Firewalk Experience
1 Desember
2007

National Career Seminar 2008 26 April 2008




C-2


C-3
RIWAYAT HIDUP PENULIS


Data Pribadi Dimas Adityo
Nama Dimas Adityo
NRP 2205 030 057
Alamat
Jl. Bogenvil no. 12 Pare-
Kediri
Tempat,
Tanggal Lahir
Kediri,
30 Mei 1987
No. HP 085648904871
E-mail diemaz_a@yahoo.com
Jenis Kelamin Laki-laki
Agama Islam
Kewarganegaraan Indonesia
Motto Hidup adalah perjuangan


Riwayat
Pendidikan
Institusi Spesialisasi Periode
SDN Pare I Umum 1993 - 1999
SLTP Negeri 2 Pare Umum 1999 - 2002
SMU Negeri 2 Pare IPA 2002 - 2005

D3 Teknik Elektro -
ITS Surabaya
Computer
Control
2005 - 2008

Anda mungkin juga menyukai