Anda di halaman 1dari 39

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

PENYAKIT DIARE DI WILAYAH TPA SARIMUKTI



PROPOSAL PENELITIAN
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS METODOLOGI
PENELETIAN

Oleh :
ANGGA WIGUNA SAPUTRA
NPM P17333110057





KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
JURUSAN KESEHATN LINGKUNGAN
2012
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan proposal penelitian tentang
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT
DIARE DI WILAYAH TPA SARIMUKTI.
Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Metode Penelitian.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal penelitian ini, terutama kepada
kedua orang tua, dosen pembimbing dan semua teman-teman yang telah memberikan
bimbingan, masukan dan dukungan yang berarti kepada penulis dalam membuat proposal
penelitian ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak keterbatasan dan kelemahan dalam
penyusunan proposal penelitian ini. Oleh karena itu keritik dan saran yang membangun
sangatlah diharapkan. Akhir kata, semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi semua
pembaca.






Cimahi,.

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan
kematian hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan semua kelompok usia bisa
diserang oleh diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada
bayi dan anak balita. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali
per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua
penyebab kematian (Aman, 2004 dalam Zubir et al, 2006). Di negara berkembang, anak-
anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun tetapi di beberapa tempat
terjadi lebih dari 9 kali kejadian diare per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak
dihabiskan untuk diare (Soebagyo, 2008). Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama, hal ini disebabkan karena masih tingginya
angka kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita. Angka
kesakitan diare di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Angka kesakitan
diare pada tahun 2006 yaitu 423 per 1000 penduduk, dengan jumlah kasus 10.980 penderita
dengan jumlah kematian 277 (CFR 2,52%). Di Indonesia dilaporkan terdapat 1,6 sampai 2
kejadian diare per tahun pada balita, sehingga secara keseluruhan diperkirakan kejadian
diare pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000-
400.000 balita. Pada 1 2 survei tahun 2000 yang dilakukan oleh Ditjen P2MPL Depkes di
10 provinsi, didapatkan hasil bahwa dari 18.000 rumah tangga yang disurvei diambil
sampel sebanyak 13.440 balita, dan kejadian diare pada balita yaitu 1,3 episode kejadian
diare pertahun (Soebagyo, 2008). Hal yang menyebabkan seseorang mudah terserang
penyakit diare pada balita adalah perilaku hidup masyarakat yang kurang baik dan sanitasi
lingkungan yang buruk. Diare dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani secara serius
karena tubuh balita sebagian besar terdiri dari air dan daging, sehingga bila terjadi diare
sangat mudah terkena dehidrasi (Irianto, 1996). Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan
kejadian diare yaitu tidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja,
kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis, kebersihan
perorangan dan lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang
tidak semestinya (Sander, 2005). Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat menjadi faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari factor agent,
penjamu, lingkungan dan perilaku. Faktor penjamu yang menyebabkan meningkatnya
kerentanan terhadap diare, diantaranya tidak memberikan ASI selama 2 tahun, kurang gizi,
penyakit campak, dan imunodefisiensi. Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu
sarana penyediaan air bersih dan
pembuangan tinja, kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.
Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi
dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat
terjadi (Depkes, 2005).
Dewasa ini masalah sampah merupakan salah satu masalah serius dalam lingkungan
hidup diseluruh dunia dan kaitannya sangat erat dengan kehidupan manusia sehari-hari.
Semua orang tidak bisa terlepas dengan masalah sampah, sebagai pihak yang menghasilkan
sampah. Maka boleh dikatakan masalah sampah adalah masalah persepsi masyarakat
mengenai sampah.
Sampah menjadi masalah yang tak habis untuk dikupas bagi sebuah kota. Setiap hari
kita, warga Kota Bandung menghasilkan sampah dari kegiatan yang kita jalani. Perjalanan
sampah-sampah itu tentu saja tidak berakhir di tong sampah yang ada di tempat kerja atau
rumahmu. Mereka akan berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) yang letaknya jauh
dari pusat kota.
Kehadiran tempat pemrosesan akhir (TPA) seringkali menimbulkan dilema. TPA
dibutuhkan, tetapi sekaligus tidak diinginkan kehadirannya di ruang pandang. Kegiatan
TPA juga menimbulkan dampak gangguan antara lain: kebisingan, ceceran sampah, debu,
bau, dan binatang-binatang vektor. Belum terhitung ancaman bahaya yang tidak kasat mata,
seperti kemungkinan ledakan gas akibat proses pengolahan yang tidak memadai. Lebih
lanjut, sampah juga berpotensi menimbulkan konflik sosial dengan masyarakat yang ada di
sekitarnya akibat penguasaan lahan oleh kelompok orang yang hidup dari pemulungan.
Konflik bisa memuncak pada protes dari masyarakat kepada pengelola TPA untuk
menutupnya dan memindahkannya ke tempat yang lain.
Timbul masalah penyediaan air bersih di wilayah TPA yang menjadi salah satu
prioritas dalam perbaikan derajat kesehatan masyarakat. Mengingat keberadaan air sangat
vital dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kehidupan di muka bumi ini hanya dapat
berlangsung dengan keberadaan air. Seiring meningkatnya kepadatan penduduk dan
pesatnya pembangunan, maka kebutuhan air pun semakin meningkat. Sehingga dituntut
tersedianya air yang sehat yang meliputi pengawasan dan penetapan kualitas air untuk
berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia yang bertujuan untuk menjamin tercapainya air
minum maupun air bersih yang memenuhi syarat kesehatan bagi seluruh lapisan
masyarakat.
Peranan lalat dalam kesehatan masyarakat maupun hewan telah banyak diketahui.
Sehubungan dengan perilaku hidupnya yang suka di tempat-tempat yang kotor yaitu
tumpukan sampah, makanan, dan pada tinja, dari situlah lalat membawa berbagai
mikroorganisme penyebab penyakit. Lalat selain sangat mengganggu juga ada yang
berperan sebagai vector mekanik beberapa penyakit (Kartikasari, 2008).
Penyakit diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan. Beberapa faktor yang
berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar
oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan (pembuangan tinja yang tidak higienis),
kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, penyiapan makanan kurang matang dan
penyimpanan
makanan masak pada suhu kamar yang tidak semestinya (Sander, 2005). Banyak faktor
yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi pendorong terjadinya diare yaitu
faktor agent, penjamu, lingkungan dan perilaku. Faktor lingkungan merupakan faktor yang
paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor
berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta terakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat,
maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Zubir et al, 2006). Seperti di wilayah
wilayah TPA sarimukti yang faktor lingkungannya kurang terjamin dan faktor agent lalat
yang tinggi dan menyebabkan terjadinya kasus diare. Maka dengan ini peneliti tertarik
untuk meneliti kasus penyakit diare di kawasan wilayah TPA Sarimukti.

1.2 Rumusan Masalah
Faktor Apa saja yang berhubungan dengan kejadian penyakit diare di wiliyah sekitar
TPA Sarimukti

1.3 Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian penyakit diare di wilayah sekitar TPA Sarimukti.

1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai sumber air,
tempat penyimpanan makanan, kepadatan lalat, pengetahuan dan prilaku dengan kejadian
diare di wilayah TPA Sarimukti.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan tentang hubungan antara sanitasi lingkungan dengan
kejadian penyakit diare sehingga masyarakat dapat lebih meningkatkan sanitasi
lingkungannya.

1.5.2 Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan memberi pengalaman langsung dalam
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan Sebagai penerapan dalam mata
kuliah metodologi penelitian.

1.5.3 Bagi instansi terkait
Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan tentang hubungan antara sanitasi
lingkungan dengan kejadian penyakit diare sehingga dapat meningkatkan penyuluhan dan
pembinaan terhadap masyarakat luas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Definisi Penyakit Diare
Diare adalah suatu penyakit yang biasanya ditandai dengan perut mulas,
meningkatnya frekuensi buang air besar, dan konsentrasi tinja yang encer. Tanda-tanda
Diare dapat bervariasi sesuai tingkat keparahannya serta tergantung pada jenis penyebab
diare. Ada beberapa penyebab diare. Beberapa di antaranya adalah Cyclospora
cayetanensis, total koliform (E. coli, E. aurescens, E. freundii, E. intermedia, Aerobacter
aerogenes), kolera, shigellosis, salmonellosis, yersiniosis, giardiasis, Enteritis
campylobacter, golongan virus dan pathogen perut lainnya. Penularannya bisa dengan
jalan tinja mengontaminasi makanan secara langsung ataupun tidak langsung (lewat lalat).
Untuk beberapa jenis bakteri, utamanya EHEC (Enterohaemorragic E. coli), ternak
merupakan reservoir terpenting. Akan tetapi, secara umum manusia dapat juga menjadi
sumber penularan dari orang ke orang. Selain itu, makanan juga dapat terkontaminasi oleh
mikroorganisme patogen akibat lingkungan yang tidak sehat, di mana-mana ada
mikroorganisme patogen, sehingga menjaga makanan kita tetap berseih harus diutamakan.
Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) berasal dari bahasa Yunani yaitu
diarroi yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan abnormal dari pengeluaran tinja
yang terlalu frekuen.8,9,42 Terdapat beberapa pendapat tentang definisi penyakit diare.
Menurut Hippocrates definisi diare yaitu sebagai suatu keadaan abnormal dari frekuensi
dan kepadatan tinja, Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, diare atau penyakit diare
adalah bila tinja mengandung air lebih banyak dari normal. Menurut WHO dikatakan diare
bila keluarnya tinja yang lunak atau cair dengan frekuensi 3x atau lebih per hari dengan
atau tanpa darah atau lender dalam tinja. Diare adalah berak cair lebih dari tiga kali dalam
24 jam, dan lebih menitik beratkan pada konsistensi tinja dari pada menghitung frekuensi
berak. Ibu-ibu biasanya sudah tahu kapan anaknya menderita diare dan merasakan adanya
perubahan konsistensi dan frekuensi BAB pada anaknya, mereka biasanya mengatakan
bahwa berak anaknya encer atau cair.. Menurut Direktur Jenderal PPM dam PLP, diare
adalah penyakit dengan buang air besar lembek/ cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari).
.Diare merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbilitas pada anak di
negara-negara berkembang. WHO telah berhasil menurunkan angka kematian hingga 95%
tapi hanya sedikit menurunkan angka kesakitan. Diare juga merupakan penyebab penting
kekurangan gizi, ini disebabkan karena adanya anoreksia pada penderita diare sehingga ia
makan lebih sedikit dari biasanya dan kemampuan menyerap sari makananpun juga
berkurang. Padahal kebutuhan sari makanan meningkat akibat dari adanya infeksi.
2.2 Penyebab diare

a. Minum air tidak dimasak
b. Makan jajanan kurang bersih
c. Makan dengan tangan yang kotor
d. Berak disembarang tempat
e. Mengguankan air kotor untuk keperluan sehari-hari
f. Makanan tidak ditutup sehingga dihinggapi lalat dan terkena debu dan kotoran
g. Ikan, jamur atau singkong dan makan makanan yang mengandung racun
h. Makanan dan minuman yang basi atau menggunakan zat pewarna berlebihan
Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1215/MENKES/SK/XI/2001 penyebab diare adalah sebagai berikut :
1.2.1 Karena peradangan usus yang disebabkan oleh :
1) Bakteri, misal : Vibrio Cholera, Shigela, E. coli, Clostridium perfringens,
Staphylococcus aureus.
2) Virus, misal : Rota Virus, Adenovirus, Norwalk laike agent.
3) Parasit
- Protozoa (Entamoeba histolytica, Giarta labtia, Balantidium coli, Crytosporodium)
- Cacing perut (Ascaris lumbricoides, Thichiuris trichiura)
- Jamur
1.2.2 Karena kekurangan gizi yaitu karena kekurangan energi protein.
1.2.3 Karena tidak tahan terhadap makanan tertentu, misalnya intoleran terhadap susu
sapi.
1.2.4 Karena kurang adaptasi terhadap cuaca

2.3 Jenis Diare
Berdasarkan waktu, WHO membagi diare menjadi diare kronik dan diare akut.
a. Diare Kronik
Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari disebut diare kronik.
b. Diare Akut
Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling
berhenti lebih dari 2 hari.9,42 Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh
penderita, gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat katagori, yaitu :
1. Diare tanpa dehidrasi
2. Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 5 % dariberat badan.
3. Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 6 10 % dari berat
badan
4. Diare dengan dehidrasi berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 10%
Empat unsur utama, pengelolaan diare yang dianjurkan WHO, yaitu: pemberian cairan,
diet, obat-obatan dan edukasi terhadap keluarga dan penderita.
2.4 Gejala
Diare adalah penyakit gangguan pada pencernaan yang biasanya berkaitan dengan
kebersihan makanan, ditandai dengan keluarnya tinja yang encer atau frekuensi buang air
besar yang terlalu sering.
Tanda Dan Gejala Diare :
a. Tinja yang berbentuk encer.
b. BAB lebih dari 3 kali sehari, atau bisa kurang dari 3 kali tapi yang keluar kebanyakan
air.
c. Merasa lemas setelah BAB
d. Tidak mempunyai nafsu makan.
e. terasa nyeri pada perut.
f. Kadang disertai demam, mual, dan munta.

Gejala-gejala dari penyakit diare :
a. Diare dengan dehidrasi ringan, dengan gejala sebagai berikut:
Frekuensi buang air besar 3 kali atau lebih dalam sehari
Keadaan umum baik dan sadar
Mata normal dan air mata ada
Mulut dan lidah basah
Tidak merasa haus dan bisa minum
b. Diare dengan dehidrasi sedang, kehilangan cairan sampai 5-10% dari berat badan,
dengan gejala sebagai berikut :
Frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan sering
Kadang-kadang muntah, terasa haus
Kencing sedikit, nafsu makan kurang
Aktivitas menurun
Mata cekung, mulut dan lidah kering
Gelisah dan mengantuk
Nadi lebih cepat dari normal, ubun-ubun cekung
c. Diare dengan dehidrasi berat, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan, dengan
gejala :
Frekuensi buang air besar terus-menerus
Muntah lebih sering, terasa haus sekali
Tidak kencing, tidak ada nafsu makan
Sangat lemah sampai tidak sadar
Mata sangat cekung, mulut sangat kering
Nafas sangat cepat dan dalam
Nadi sangat cepat, lemah atau tidak teraba
Ubun-ubun sangat cekung
2.5 Cara Penularan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa penularan penyakit
diare dibagi menjadi dua cara yaitu : secara langsung adalah penularan dari manusia satu ke
manusia yang lainnya tidak melalui perantara, sedangkan untuk penularan secara tidak
langsung adalah penularan penyakit dari manusia ke manusia yang lainnya melalui
perantara, misalnya benda atau barang kotor yang terkena kuman dan biasanya perantara
tersebut adalah air kotor, makanan dan minuman yang kotor atau telah terkontaminasi.
Makanan yang terkontaminasi dengan bakteri E.Coli yang dibawa oleh lalat yang
hinggap pada tinja, karena buang air besar (BAB) tidak di jamban.
Air minum yang mengandung E. Coli yang tidak direbus sampai mendidih.
Air sungai yang tercemar bakteri E.coli karena orang diare buang air besar di sungai
digunakan untuk mencuci bahan makanan, peralatan dapur, sikat gigi, dan lain-lain.
Tangan yang terkontaminasi dengan bakteri E.coli (sesudah BAB tidak mencuci
tangan dengan sabun)
Makanan yang dihinggapi lalat pembawa bakteri E.Coli kemudian dimakan oleh
manusia.
2.6 Cara Pencegahan
Upaya pencegahan penyakit diare menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1215/MENKES/SK/2001 adalah sebagai berikut :
a. Pemberian ASI (khusus bayi)
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi. ASI mempunyai khasiat preventif
secara imunologik dengan adanya anti body dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI
memberikan perlindungan terhadap diare.
b. Menggunakan air bersih yang cukup
Sebagian kuman infeksius penyebab penyakit diare ditularkan melalui fekal oral.
Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang
tercemar tinja , misalnya air minum, jari-jari tangan, makan yang disiapkan dalam plastik
yang dicuci dengan air yang tercemar. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap
serangan penyakit diare yaitu dengan: ambil air dari sumberair yang bersih, simpan air
dalam tempat air yang bersih tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air,
jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang. Gunakan air yang direbus, cuci semua
peralatan masak dan makan dengan air bersih yang cukup.
c. Mencuci tangan
Mencuci tangan dengan sabun, terutama setelah buang air besar, sesudah buang
tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan
sebelummakan, mempunyai dampak dalam kejadian diare
d. Menggunakan jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban
mempunyai dampak yang besar dalam menurunkan risiko terhadap penyakit diare. Dalam
penggunaan jamban harus adanya pemanfaatan jamban yang seusuai dengan fungsinya dan
pemeliharaan jamban agar dapat nyaman digunakan.
Cara pencegahan penyakit diare yang disesuaikan dengan faktor penyebabnya adalah
sebagai berikut:

2.6.1 Penyediaan air tidak memenuhi syarat
1. Gunakan air dari sumber terlindung
2. Pelihara dan tutup sarana agar terhindar dari pencemaran
2.6.2 Pembuangan kotoran tidak saniter
1. Buang air besar di jamban
2. Buang tinja bayi di jamban
3. Apabila belum punya jamban harus membuatnya baik sendiri maupun berkelompok
dengan tetangga.
2.6.3 Perilaku tidak higienis
1. Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan
2. Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar
3. Minum air putih yang sudah dimasak
4. Menutup makanan dengan tudung saji
5. Cuci alat makan dengan air bersih
6. Jangan makan jajanan yang kurang bersih
7. Bila yang diare bayi, cuci botol dan alat makan bayi dengan air panas/mendidih
Sedangkan intervensi pada faktor lingkungan dapat dilakukan antra lain melalui :
1. Perbaikan sanitasi lingkungan dan pemberantasan vektor secara langsung.
2. Perbaikan sanitasi dapat diharapkan mampu mengurangi tempat perindukan lalat.
Cara yang bisa diambil di antaranya adalah menjaga kebersihan kandang hewan,
buang air besar di jamban yang sehat, pengelolaan sampah yang baik, dan
sebagainya.
Keberadaan lalat sangat berperan dalam penyebaran penyakit diare, karena lalat dapat
berperan sebagai reservoir. Lalat biasanya berkembang biak di tempat yang basah seperti
sampah basah, kotoran hewan, tumbuh-tumbuhan yang membusuk, dan permukaan air
kotor yang terbuka. Pada waktu hinggap, lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang
membentuk titik hitam. tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengenal
tempat lalat istirahat. Pada siang hari lalat tidak makan tetapi beristirahat di lantai dinding,
langit-langit, rumput-rumput, dan tempat yang sejuk. Juga menyukai tempat yang
berdekatan dengan makanan dan tempat berbiaknya, serta terlindung dari angin dan
matahari yang terik. Di dalam rumah, lalat istirahat pada pinggiran tempat makanan, kawat
listik dan tidak aktif pada malam hari. Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak
lebih dari 5 (lima) meter. Pemberantasan lalat dapat dilakukan dengan 3 cara, fisik
(misalnya penggunaan air curtain), kimia (dengan pestisida), dan biologi (sejenis semut
kecil berwana hitam Phiedoloqelon affinis untuk mengurangi populasi lalat rumah di
tempat tempat sampah). Lingkungan yang tidak higienis akan mengundang lalat. Padahal
lalat dapat memindahkan mikroorganisme patogen dari tinja penderita ke makanan atau
minuman.
2.7 Klasifikasi Lalat
Peranan lalat dalam kesehatan masyarakat maupun hewan telah banyak diketahui.
Sehubungan dengan perilaku hidupnya yang suka di tempat-tempat yang kotor yaitu
tumpukan sampah, makanan, dan pada tinja, dari situlah lalat membawa berbagai
mikroorganisme penyebab penyakit. Lalat selain sangat mengganggu juga ada yang
berperan sebagai vector mekanik beberapa penyakit (Kartikasari, 2008).

Lalat merupakan vector penting dalam penyebaran penyakit pada manusia dan juga
kehidupan lalat yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Di samping lalat
sebagai vector penyakit, lalat merupakan binatang yang menjijikkan bagi kebanyakan
orang. Karena penularan penyakitnya dapat secara mekanik, yaitu penularan dari penderita
ke orang lain atau dari suatu bahan tercemar (makanan, minuman, dan air) ke orang sehat
dengan perantara menempelnya bagian tubuh lalat misalnya lewat prombosis, tungkai, kaki
dan badan lalat (Kartikasari, 2008).

Berbagai penyakit yang ditularkan oleh lalat antara lain virus, bakteri, protozoa dan telur
cacing yang menempelpada tubuh lalat dan ini tergantung dari spesiesnya. Lalat Musca
domestica dapat membawa telur cacing (Oxyrus vermicularis, Tricuris trichiura, Cacing
tambang, dan Ascaris lumbricoides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamlia, dan
Balantidium coli), bakteri usus (Salmonella, Shigella dan Eschericia coli), Virus polio,
Treponema pertenue (penyebab frambusia), dan Mycobacterium tuberculosis. Lalat
domestica dapat bertindak sebagai vector penyakit typus, disentri, kolera, dan penyakit
kulit. Lalat Fannia dewasa dapat menularkan berbagai jenis penyakit myasis (Gastric,
Intestinal, Genitaurinary). Lalat Stomoxys merupakan penyakit surra (disebabkan oleh
Trypanosima evansi), anthraks, tetanus, yellow fever, traumatic miasis dan enteric
pseudomiasis (walaupun jarang). Lalat hijau (paenicia dan chrysomya) dapat menularkan
penyakit myasis mata, tulang dan organ lain melalui luka. Lalat Sarcophaga dapat
menularkan penyakit myasis kulit, hidung, sinus, jaringan vagina dan usus (Kartikasari,
2008).


Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) termasuk dalam ordo diphtera yang
mempunyai sepasang sayap berbentuk membran dan saat ini diseluruh dunia dapat
dijumpai sekitar 60.000 100.000 spesies lalat (Santi, 2001). Lalat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Hexapoda
Ordo : Diptera
Family : Muscidae, Sarchopagidae, Challiporidae, dll.
Genus : Musca, Stomoxys, Phenisia, Sarchopaga, Fannia, dll.
Spesies : Musca domestica, Stomoxy calcitrans, Phenesia sp, Sarchopaga sp, Fannia sp,dll

Jenis Species dari Tiap-tiap Kelas Flies (Lalat) adalah Houseflies (lalat rumah, Musca
domestica), Sandflies (lalat pasir, genus Phlebotomus), Tsetse flies (lalat tsetse, genus
Glossina), Blackflies (lalat hitam, genus Simulium).
2.7.1 Biologi Lalat

a. Siklus Hidup Lalat
Dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu mulai dari telur, larva, pupa dan
dewasa. Lalat berkembang biak dengan bertelur, berwarna putih dengan ukuran lebih
kurang 1 mm panjangnya. Setiap kali bertelur akan menghasilkan 120130 telur dan
menetas dalam waktu 816 jam .Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12
13 C). Telur yang menetas akan menjadi larva berwarna putih kekuningan, panjang 12-
13 mm. Akhir dari phase larva ini berpindah tempat dari yang banyak makan ke tempat
yang dingin guna mengeringkan tubuhnya, Setelah itu berubah menjadi kepompong yang
berwarna coklat tua, panjangnya sama dengan larva dan tidak bergerak. Phase ini
berlangsung pada musim panas 3-7 hari pada temperatur 3035 C, Kemudian akan keluar
lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450900 meter, Siklus hidup dari telur hingga
menjadi lalat dewasa 6-20 hari Lalat dewasa panjangnya lebih kurang inci, dan
mempunyai 4 garis yang agak gelap hitam dipunggungnya. Beberapa hari kemudian sudah
siap untuk berproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5
(lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi pada kondisi yang lebih
sejuk biasa sampai 3 (tiga) bulan Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi
sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1 kilometer.

b. Makanan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari terutama pada pagi hingga sore hari. Serangga ini
sangat tertarik pada makanan manusia sehari-hari seperti gula, susu, makanan olahan,
kotoran manusia dan hewan ,darah serta bangkai binatang Sehubungan dengan bentuk
mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cairan, makanan yang kering dibasahi oleh
lidahnya terlebih dahulu baru dihisap air merupakan hal yang penting dalam hidupnya,
tanpa air lalat hanya hidup 48 jam saja. Lalat makan paling sedikit 2-3 kali sehari.

c. Tempat Perindukan
Tempat yang disenangi adalah tempat yang basah seperti sampah basah, kotoran binatang,
tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang menumpuk secara kumulatif (dikandang).
1. Kotoran Hewan
Tempat perindukan lalat rumah yang paling utama adalah pada kotoran hewan yang lembab
dan masih baru (normal nya lebih kurang satu minggu).

2. Sampah dan sisa makanan dari hasil olahan
Disamping lalat suka hinggap juga berkembang baik pada sampah, sisa makanan,
buahbuahan yang ada didalam rumah maupun dipasar.

3. Kotoran Organik
Kotoran organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia. Sampah dan makanan ikan
adalah merupakan tempat yang cocok untuk berkembang biaknya lalat.

. 4. Air Kotor
Lalat Rumah berkembang biak pada pemukaan air kotor yang terbuka.

2.7.2 Ekologi Lalat Dewasa

Dengan memahami ekologi lalat kita dapat menjelaskan peranan lalat sebagai karier
penyakit dan dapat pula membantu kita dalam perencanaan pengawasan. Lalat dewasa aktif
pada siang hari dan selalu berkelompok. Pada malam hari biasanya istirahat walaupun
mereka dapat beradaptasi dengan cahaya lampu yang lebih terang.

a. Tempat peristirahatan
Pada Waktu hinggap lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk titik hitam.
Tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengenal tempat lalat istirahat. Pada
siang hari lalat tidak makan tetapi beristirahat di lantai dinding, langit-langit, rumputrumput
dan tempat yang sejuk. Juga menyukai tempat yang berdekatan dengan makanan dan
tempat berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari yang terik. Didalam rumah,
lalat istirahat pada pinggiran tempat makanan, kawat listik dan tidak aktif pada malam hari.
Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih dari 5 (lima) meter.
b. Fluktuasi Jumlah lalat
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai cahaya. Pada malam
hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan. Efek sinar pada lalat
tergantung sepenuhnya pada temperatur dan kelembaban jumlah lalat akan meningkat
jumlahnya pada temperatur 20 C 25 C dan akan berkurang jumlahnya pada temperatur
< 10 C atau > 49 C serta kelembaban yang optimum 90 %.

c. Perilaku dan perkembangbiakan

Pada siang hari lalat bergerombol atau berkumpul dan berkembang biak di sekitar sumber
makanannya. Penyebaran lalat sangat dipengaruhi oleh cahaya, temperatur, kelembaban.
Untuk istirahat lalat memerlukan suhu sekitar 35- 40C, kelembaban 90%. Aktifitas
terhenti pada temperatur < 15C.

2.8 Air dan Kesehatan
Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan
biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka
sehari-hari termasuk diantaranya adalah Untuk konsumsi air minum menurut departemen
kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan
tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh
manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia
coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga
100 C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini.

2.8.1 Sumber air bersih
Sungai
Rata-rata lebih dari 40.000 kilometer kubik air segar diperoleh dari sungai-sungai di dunia.
Ketersediaan ini (sepadan dengan lebih dari 7.000 meter kubik untuk setiap orang) sepintas
terlihat cukup untuk menjamin persediaan yang cukup bagi setiap penduduk, tetapi
kenyataannya air tersebut seringkali tersedia di tempat-tempat yang tidak tepat. Sebagai
contoh air bersih di lembah sungai Amazon walupun ketersediaannya cukup, lokasinya
membuat sumber air ini tidak ekonomis untuk mengekspor air ke tempat-tempat yang
memerlukan.
Curah hujan
Dalam pemanfaatan hujan sebagai sumber dari air bersih, individu perorangan/
berkelompok/ pemerintah biasanya membangun bendungan dan tandon air yang mahal
untuk menyimpan air bersih di saat bulan-bulan musim kering dan untuk menekan
kerusakan musibah banjir.
Air permukaan dan air bawah tanah.
2.8.2 Penyalah gunaan dan pencemaran air
Sumber-sumber air bersih ini biasanya terganggu akibat penggunaan dan penyalahgunaan
sumber air seperti:
1. Pertanian. Penghamburan air akibat ketiadaannya penyaluran air yang baik pada
lahan yang diairi dengan irigasi (untuk penghematan dalam jangka pendek) dapat
berakibat terjadinya kubangan dan penggaraman yang akhirnya dapat menyebabkan
hilangnya produktivitas air dan tanah
[2]

2. Industri. Walaupun industri menggunakan air jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan irigasi pertanian, namun penggunaan air oleh bidang industri mungkin
membawa dampaknya yang lebih parah dipandang dari dua segi. Pertama,
penggunaan air bagi industri sering tidak diatur dalam kebijakan sumber daya air
nasional, maka cenderung berlebihan. Kedua, pembuangan limbah industri yang
tidak diolah dapat menyebabkan pencemaran bagi air permukaan atau air bawah
tanah, seihingga menjadi terlalu berbahaya untuk dikonsumsi. Air buangan industri
sering dibuang langsung ke sungai dan saluran-saluran, mencemarinya, dan pada
akhirnya juga mencemari lingkungan laut, atau kadang-kadang buangan tersebut
dibiarkan saja meresap ke dalam sumber air tanah tanpa melalui proses pengolahan
apapun. Kerusakan yang diakibatkan oleh buangan ini sudah melewati proporsi
volumenya. Banyak bahan kimia modern begitu kuat sehingga sedikit kontaminasi
saja sudah cukup membuat air dalam volume yang sangat besar tidak dapat
digunakan untuk minum tanpa proses pengolahan khusus.
3. Eksploitasi sumber-sumber air secara masal oleh rumah tangga.
* Di negara berkembang: Di beberapa tempat di negara bagian Tamil Nadu di India
bagian selatan yang tidak memiliki hukum yang mengatur pemasangan penyedotan
sumur pipa atau yang membatasi penyedotan air tanah, permukaan air tanah anjlok
24 hingga 30 meter selama tahun 1970-an sebagai akibat dari tak terkendalikannya
pemompaan atau pengairan. Pada sebuah konferensi air di tahun 2006 wakil dari
suatu negara yang kering melaporkan bahwa 240.000 sumur pribadi yang dibor
tanpa mengindahkan kapasitas jaringan sumber air mengakibatkan kekeringan dan
peningkatan kadar garam.
* Di negara maju seperti Amerika Serikat seperlima dari seluruh tanah irigasi di AS
tergantung hanya pada jaringan sumber air (Aquifer) Agallala yang hampir tak
pernah menerima pasok secara alami. Selama 4 dasawarsa terakhir terhitung dari
tahun 2006, sistem jaringan yang tergantung pada sumber ini meluas dari 2 juta
hektar menjadi 8 juta, dan kira-kira 500 kilometer kubik air telah tersedot. Jaringan
sumber ini sekarang sudah setengah kering kerontang di bawah sejumlah negara
bagian. Sumber-sumber air juga mengalami kemerosotan mutu, di samping
pencemaran dari limbah industri dan limbah perkotaan yang tidak diolah, seperti
pengotoran berat dari sisa-sisa dari lahan pertanian. Misalnya, di bagian barat AS,
sungai Colorado bagian bawah sekarang ini demikian tinggi kadar garamnya
sebagai akibat dari dampak arus balik irigasi sehingga di Meksiko sudah tidak
bermanfaat lagi, dan sekarang AS terpaksa membangun suatu proyek besar untuk
memurnikan air garam di Yuma, Arizona, guna meningkatkan mutu sungainya.
Situasi di wilayah perkotaan jauh lebih jelek daripada di daerah sumber dimana
rumah tangga yang terlayani terpaksa merawat WC dengan cara seadanya karena
langkanya air, dan tanki septik membludak karena layanan pengurasan tidak dapat
diandalkan, atau hanya dengan menggunakan cara-cara lain yang sama-sama tidak
tuntas dan tidak sehat. Hal ini tidak saja mengakibatkan masalah bagi penggunanya
sendiri, tetap juga sering berbahaya terhadap orang lain dan merupakan ancaman
bagi lingkungan karena limbah mereka lepas tanpa proses pengolahan.
2.8.3 Akibat ketiadaan air bersih
Program percontohan penyediaan air bersih melalui sambungan saluran rumah
tangga oleh USAID dan ESP.
Ketiadaan air bersih mengakibatkan:
1. Penyakit diare. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian kedua terbesar
bagi anak-anak dibawah umur lima tahun. Sebanyak 13 juta anak-anak balita
mengalami diare setiap tahun. Air yang terkontaminasi dan pengetahuan yang
kurang tentang budaya hidup bersih ditenggarai menjadi akar permasalahan ini.
Sementara itu 100 juta rakyat Indonesia tidak memiliki akses air bersih.
2. Penyakit cacingan.
3. Pemiskinan. Rumah tangga yang membeli air dari para penjaja membayar dua kali
hingga enam kali dari rata-rata yang dibayar bulanan oleh mereka yang mempunyai
sambungan saluran pribadi untuk volume air yang hanya sepersepuluhnya
[6]

2.8.4. Jenis Jenis Air

Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga.
Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air di bumi dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawar permukaan tanah. Air tanah dapat kita bagi lagi
menjadi dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis.
a. Air Tanah Preatis
Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta
berada di atas lapisan kedap air / impermeable.
b. Air Tanah Artesis
Air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan
kedap air.
2. Air Permukaan
Air pemukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan mudah dilihat
oleh mata kita. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan
lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a. Perairan Darat
Perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya seperti rawa-
rawa, danau, sungai, dan lain sebagainya.
b. Perairan Laut
Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya seperti air laut
yang berada di laut.
2.8.5 Penyediaan Air

Untuk menghindari terjadinya penyakit yang berhubungan dengan air diperlukan
suatu prinsip penyediaan air bersih dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Kualitas
Air yang akan digunakan oleh masyarakat harus memenuhi persyaratan fisik, kimia,
bakteriologis dan radioaktif berdasarkan Permenkes No.492/MENKES/PER/IV/2010
mengenai persyaratan kualitas air bersih, yaitu:
1) Syarat fisik
Ysitu air bersih harus jernih tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.
2) Syarat Bakteriologi Air
Harus dipenuhi agar air tidak menimbulkan penyakit bagi yang menggunakannya, maka
Total Coliform dan E.Coli dalam air harus 0 MPN/100ml, dan bisa dikatakan air
tersebut harus terbebas dari mikroorganisme.
3) Syarat Kimia Air
Air yang akan digunakan tidak mengandung bahan kimia berlebihan yang berbahaya
bagi kesehatan atau yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis maupun ekonomis,
dapat dilihat pada Permenkes No.492/MENKES/PER/IV/2010 mengenai persyaratan
kimia untuk air bersih.
4) Syarat Radioaktif air
(1) Gross alpha activity; kadar yang diperbolehkan adalah 0,1 Bq/liter
(2) Gross beta activity; kadar yang diperbolehkan adalah 1 Bq/liter

b. Kuantitas
Jumlah air bersih yang dibutuhkan oleh orang dalam satu hari untuk memenuhi
kebutuhannya. Pemakaian air rata-rata tiap orang dibeberapa negara berbeda,
tergantung dari tingkat kehidupannya. Sebagai kebutuhan pokok, air bersih mutlak
diperlukan. Kebutuhan tubuh manusia adalah 2,5 liter perhari. Namun kebutuhan lain
perlu dipertimbangkan khususnya untuk menjaga kesehatan. Kondisi emergency, setiap
jiwa membutuhkan minimal 7,5 15 liter perhari untuk kebutuhan minum, memasak
dan membersihkan tangan serta peralatan makan (Depkes RI, 2007).
2.8.6 Air minum
Adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut departemen
kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak
mengandung mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Air
minum adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum (Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 907 Tahun 2002)
Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini
telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya.
Bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 C, namun banyak zat berbahaya,
terutama logam, yang tidak dapat dihilangkan dengan cara ini. Saat ini terdapat krisis air
minum di berbagai negara berkembang di dunia akibat jumlah penduduk yang terlalu
banyak dan pencemaran air.

2.9 Pengertian Makanan

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut WHO,
yang dimaksud makanan adalah : Food include all substances, whether in a natural state
or in a manufactured or preparedform, wich are part of human diet. Batasan makanan
tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi yang diperlukan untuk
tujuan pengobatan.
Makanan dapat membuat orang menjadi sehat atau sakit. Makanan yang sehat
membuat tubuh menjadi sehat namun, makanan yang sudah terkonaminasi dapat
menyebabkan penyakit. Oleh karena itu, makanan dan minuman yang dikonsumsi haruslah
terjamin baik dari segi kualitas dan kuantitasnya.
Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci
tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan
piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan
secara keseluruhan.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala
bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari sebelum makanan
diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai
pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada
masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan
kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan
yang akan merugikan pembeli. mengurangi kerusakan / pemborosan makanan.
2.9.1 Syarat Makanan
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut
layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya :
1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh
enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan
karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan
oleh makanan (food borne illness).
2.9.2 Penyimpanan makanan
Tidak semua bahan makanan yang tersedia langsung dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan
makanan yang tidak segera diolah terutama untuk katering dan penyelenggaraan makanan
RS perlu penyimpanan yang baik, mengingat sifat bahan makanan yang berbeda-beda dan
dapat membusuk, sehingga kualitasnya dapat terjaga. Cara penyimpanan yang memenuhi
syarat hgiene sanitasi makanan adalah sebagai berikut:
- Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang bersih dan memenuhi
syarat
- Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah diambil, tidak memberi
kesempatan serangga atau tikus untuk bersarang, terhindar dari lalat/tikus dan untuk
produk yang mudah busuk atau rusak agar disimpan pada suhu yang dingin.
Penyimpanan bahan makanan merupakan satu dari 6 prinsip higiene dan sanitasi makanan.
Penyimpanan bahan makanan yang tidak baik, terutama dalam jumlah yang banyak (untuk
katering dan jasa boga) dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan tersebut. Adapun
tata cara penyimpanan bahan makanan yang baik menurut higiene dan sanitasi makanan
adalah sebagai berikut:
A. Suhu penimpanan yang baik
Setiap bahan makanan mempunyai spesifikasi dalam penyimpanan tergantung kepada
besar dan banyaknya makanan dan tempat penyimpanannya. Sebagian besar dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Makanan jenis daging, ikan, udang dan olahannya
Menyimpan sampai 3 hari : -5
0
sampai 0
0
C
Penyimpanan untuk 1 minggu : -19
0
sampai -5
0
C
Penyimpanan lebih dari 1minggu : dibawah -10
0
C
2. Makanan jenis telor, susu dan olahannya
Penyimpanan sampai 3 hari : -5
0
sampai 7
0
C
Penyimpanan untuk 1 minggu : dibawah -5
0
C
Penyimpanan paling lama untuk 1 minggu : dibawah -5
0
C
3. Makanan jenis sayuran dan minuman dengan waktu penyimpanan paling lama 1
minggu yaitu 7
0
sampai 10
0
C. sedangkan
4. Tepung, biji-bijian dan umbi kering pada suhu kamar (25
0
C).
B. Tata cara Penyimpanan
1. Peralatan penyimpanan
a. Penyimpanan suhu rendah dapat berupa:
- Lemari pendingin yang mampu mencapai suhu 10
0
15
0
C untu penyimpanan
sayuran, minuman dan buah serta untuk display penjualan makanan da
minuman dingin.
- Lemari es (kulkas) yang mampu mencapai suhu 1
0
- 4
0
C dalam keadaanisi
bisa digunakan untuk minuma, makanan siap santap dan telor.
- Lemari es (Freezer) yang dapat mencapai suhu -5
0
C, dapat digunakan untuk
penyimpanan daging, unggas, ikan, dengan waktu tidak lebih dari 3 hari.
- Kamar beku yang merupakan ruangan khusus untuk menyimpan makanan
beku (frozen food) dengan suhu mencapai -20
0
C untuk menyimpan daging
dan makanan beku dalam jangka waktu lama.
b. Penyimpanan suhu kamar
Untuk makanan kering dan makanan terolahan yang disimpan dalam suhu
kamar, maka rang penyimpanan harus diatur sebagai berikut:
- Makanan diletakkan dalam rak-rak yang tidak menempel pada dinding, lantai
dan langit-langit, maksudnya adalah:
o untuk sirkulasi udara agar udara segar dapatsegera masuk keseluruh
ruangan
o mencegah kemungkinan jamahan dan tempat persembunyian tikus
o untuk memudahkan pembersihan lantai
o untuk mempermudah dilakukan stok opname
- Setiap makanan ditempatkan dalam kelompoknya dan tidak bercampur baur
- Untuk bahan yang mudah tercecer seperti gula pasir, tepung, ditempatkan
dalam wadah penampungan sehigga tidak mengotori lantai
C. Cara penyimpanan
1. Setiap bahan makanan yan disimpan diatur ketebalannya, maksudnya agar suhu
dapat merata keselutuh bagian
2. Setiap bahan makanan ditempatkan secara terpisah menurut jenisnya, dalam wadah
(container) masing-masing. Wadah dapat berupa bak, kantong plastik atau lemari
yang berbeda.
3. Makanan disimpan didalam ruangan penyimpanan sedemikian hingga terjadi
sirkulasi udara dengan baik agar suhu merata keseluruh bagian. Pengisian lemari
yang terlalu padat akan mengurangi manfaat penyimpanan karena suhunya tidak
sesuai dengan kebutuhan.
4. Penyimpanan didalam lemari es:
a. Bahan mentah harus terpisah dari makanan siap santap
b. Makanan yang berbau tajam harus ditutup dalam kantong plastik yang rapat dan
dipisahkan dari makanan lain, kalau mungin dalam lemari yang berbeda, kalau
tidak letaknya harus berjauhan.
c. Makanan yang disimpan tidak lebih dari 2 atau 3 hari harus sudah dipergunakan
d. Lemari tidak boleh terlalu sering dibuka, maka dianjurkn lemari untuk keperluan
sehari-hari dipisahkan dengan lemari untuk keperluan penyimpanan makanan
1. Penyimpanan makanan kering:
a. Suhu cukup sejuk, udara kering dengan ventilasi yang baik
b. Ruangan bersih, kering, lantai dan dinding tidak lembab
c. Rak-rak berjarak minimal 15 cmdari dinding lantai dan 60cm dari langit-langit
d. Rak mudah dibersihkan dan dipindahkan
e. Penempanan dan pengambilan barang diatur dengan sistem FIFO (firs in first out)
artinya makanan yang masuk terlebih dahulu harus dikeluarkan lebih dulu
D. Administrasi penyimpanan
Setiap barang yang dibeli harus dicatat dan diterima oleh bagian gudang untuk
ketertiban adminisrasinya. Setiap jenis makanan mempunyai kartu stock, sehingga bila
terjadi kekurangan barang dapat segera diketahui.
2.10 Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh
seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep,
teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan
akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau
dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru
dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan
tersebut.
Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi
untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang. Pada umumnya, pengetahuan
memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola.
Manakala informasi dan data sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan
menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan
tindakan. Ini lah yang disebut potensi untuk menindaki.
2.11 Perilaku

Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya
dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya
Perilaku mempunyai beberapa dimensi:
- fisik, dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik frekuensi, durasi dan intensitasnya
- ruang, suatu perilaku mempunyai dampak kepada lingkungan (fisik maupun sosial)
dimana
perilaku itu terjadi
- waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan masa lampau maupun masa yang
akan datang
Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara
perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan. Perubahan perilaku dapat diciptakan
dengan merubah peristiwa didalam lingkungan yang menyebabkan perilaku tersebut
Perilaku dapat bersifat covert ataupun overt
- overt artinya nampak (dapat diamati dan
dicatat)
- covert artinya tersembunyi (hanya dapat
diamati oleh orang yang melakukannya)
Fokus pengubahan perilaku kepada perilaku yang dapat diamati (perilaku overt)
1. Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan
2. Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar
3. Minum air putih yang sudah dimasak
4. Menutup makanan dengan tudung saji
5. Cuci alat makan dengan air bersih
6. Jangan makan jajanan yang kurang bersih
7. Bila yang diare bayi, cuci botol dan alat makan bayi dengan air panas/mendidih
2.12 Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat. PHBS di Rumah Tangga sangat penting peranannya dalam mencegah penyakit
baik penyakit non menular (seperti penyakit gizi buruk, gizi kurang, masalah kesehatan ibu
hamil maupun ibu bersalin) maupun penyakit menular (misalnya flu burung/avian influenza
atau Swine flu, dimana virus H5N1 atau H1N1 akan mati dengan ditergen/sabun). Secara
umum indikator PHBS tatanan Rumah Tangga yang sangat sulit dicapai adalah indikator
Pemberian ASI eksklusif dan indikator RT tidak merokok.
Dalam hal ini peranan nyata TP PKK sangat penting dalam pembinaan PHBS di Rumah
Tangga dalam mendukung program-program Kesehatan melalui pembinaan 10 Prilaku
Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga. Rumah Tangga dikatakan Rumah Tangga ber
PHBS adalah Rumah Tangga yang melaksanakan 10 PHBS di Rumah Tangga tersebut.
Adapun 10 Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga adalah sebagai
berikut:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi ASI ekslusif
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah.
2.11 Tempat Pembuangan Akhir
Tempat pembuangan akhir (TPA) atau tempat pembuangan sampah (TPS) ialah
tempat untuk menimbun sampah dan merupakan bentuk tertua perlakuan sampah.
TPA dapat berbentuk tempat pembuangan dalam (di mana pembuang sampah membawa
sampah di tempat produksi) begitupun tempat yang digunakan oleh produsen. Dahulu, TPA
merupakan cara paling umum untuk limbah buangan terorganisir dan tetap begitu di
sejumlah tempat di dunia.
Sejumlah dampak negatif dapat ditimbulkan dari keberadaan TPA. Dampak tersebut bisa
beragam: musibah fatal (mis., burung bangkai yang terkubur di bawah timbunan sampah);
kerusakan infrastruktur (mis., kerusakan ke akses jalan oleh kendaraan berat); pencemaran
lingkungan setempat (seperti pencemaran air tanah oleh kebocoran dan pencemaran tanah
sisa selama pemakaian TPA, begitupun setelah penutupan TPA); pelepasan gas metana
yang disebabkan oleh pembusukan sampah organik (metana adalah gas rumah kaca yang
berkali-kali lebih potensial daripada karbon dioksida, dan dapat membahayakan penduduk
suatu tempat); melindungi pembawa penyakit seperti tikus dan lalat, khususnya dari TPA
yang dioperasikan secara salah, yang umum di Dunia Ketiga; jejas pada margasatwa; dan
gangguan sederhana (mis., debu, bau busuk, kutu, atau polusi suara).







BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
3.1.1 Kerangka Teori
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit tergantung pada host, agent dan
environment. Ketiga faktor tersebut merupakan tritunggal yang selalu ada tetapi tidak akan
selalu menimbulkan penyakit, hal itu tergantung pada kondisi masing-masing faktor serta
proses interaksi antara ketiga faktor tersebut. Sakit akan terjadi bila dalam lingkungan yang
memadai agent berhasil memasuki tubuh host dan mulai menimbulkan reaksi

















Faktor Agent
Faktor Lingkungan

Kepadatan Lalat


Tumpukan sampah

Kualitas air
bakteriologis

Tempat penyimpanan
makanan

Jarak antara sumber air
dengan sumber pencemar

Ketersediaan
sarana air bersih

Kualitas makanan
dan minuman

Faktor Manusia
1. Prilaku
2. Pengetahuan
3. Sikap Kejadian Penyakit
Diare
3.1.2 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan diatas, faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya penyakit diare sangat banyak. Untuk itu kerangka konsep ini hanya mengambil
faktor kepadatan lalat dan beberapa faktor saja karena keterbatasan dalam hal biaya dan
waktu. Oleh karena itu kerangka konsepnya dapat diuraikan sebagai berikut :









3.1.3 Hipotesa
1. Terdapat hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan terjadinya diare di
wilayah TPA Sarimukti Kabupaten Bandung barat
2. Terdapat hubungan antara tempat penyimpanan makanan dengan terjadinya diare di
wilayah TPA Sarimukti Kabupaten Bandung barat
3. Terdapat hubungan antara Kepadatan lalat dengan terjadinya diare di wilayah TPA
Sarimukti Kabupaten Bandung barat
4. Terdapat hubungan antara Sumber air minum dengan terjadinya diare di wilayah
TPA Sarimukti Kabupaten Bandung barat
5. Terdapat hubungan antara Prilaku masyarakat mengenai Hygiene perorangan
dengan terjadinya diare di wilayah TPA Sarimukti Kabupaten Bandung barat

3.1.4 Definisi Operasional
Untuk membatasi penelitian dan menyamakan persepsi maka di tulis pengertian -
pengertian secara operasional sebagai berikut :
No Variabel Definisi operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil hitung
Kejadian Suatu Keadaan Menelaah Laporan Nominal 1.sakit
Penegetahuan masyarakat
menegenai kejadian diare
Tempat penyimpanan
makanan
Kepadatan Lalat
Kejadian Penyakit Diare
Sumber Air minum

Prilaku masyarakat
Mengenai Hygiene
Perorangan

Penyakit
Diare

adanya perubahan
bentuk dan
konsistensi tinja
melembek samapai
mencair dan
frekuensi BAB
lebih dari 3 kali
sehari
data yang
sudah ada
Puskesmas 2.tidak sakit
Pengetahuan
Masyarakat
mengenai
kejadian
diare
Pengetahuan
merupakan hasil
dari tahu tentang
faktor-faktor yang
berhubungan
dengan terjadinya
diare.
wawancara Lembar
Kuisioner
Nominal 1. Baik
2. Tidak baik
Tempat
Penyimpanan
Makanan
Tempat yang
digunakan untuk
menyimpan
makanan setelah
selesai diolah
Observasi Lembar
Observasi
Nominal 1. Memenuhi
syarat
2. Tidak
memenuhi
syarat
Kepadatan
Lalat
banyaknya lalat
yang hinggap atau
berada di suatu
tempat yang diukur
menggunakan alat
yaitu fly grill
Menggunakan
perhitungan
manual
Fly grill Ordinal 1.Padat,
2.sedang,
3.rendah
Sumber Air
Minum
Sarana air yang
digunakan untuk
memenuhi
kebutuhan hidup
balita sehari untuk
kebutuhan minum.
Yang bersumber
dari sumur atau
PDAM

Observasi Lembar
Observasi
Nominal 1. Memenuhi
syarat
2. Tidak
memenuhi
syarat
Prilaku
(Hygiene
Perorangan)
perbuatan/tindakan
dan perkataan
seseorang yang
wawancara Lembar
Kuisioner
Nominal 1. Setuju
2. Tidak
setuju
sifatnya dapat
diamati,
digambarkan dan
dicatat oleh orang
lain ataupun orang
yang melakukannya
masyarakat
mengenai hal yang
berkaitan dengan
personal hygiene

3.1.5 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti lakukan ialah Analitik observasional dengan
Rancangan Crossectional, Rancangan ini merupakan rancangan penelitian dengan
melakukan pengamatan pada saat bersamaan antara faktor risiko / paparan dengan penyakit
(Alimul Aziz, 2009).

3.2 Rancangan Sampel
3.2.1 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan diduga.
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari populasi manusia, populasi agent dan lingkungan.
Untuk populasi manusia adalah seluruh masyarakat di wilayah TPA Sarimukti. Dan untuk
populasi agent adalah vektor lalat. Sedangkan untuk populasi lingkungan terdiri dari tempat
penyimpanan makanan dan sumber air minum. Pada penelitian ini dilakukan sampling
karena pengamatan dilakukan terhadap seluruh populasi.
3.2.2 Besar Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang bias mewakili keseluruhan populasi
yang diteliti, sedangkan besarnya sampel ditentukan dengan banyaknya subyek seperti
menurut pendapat Suharsimi, yaitu: Apabila subyek yang diteliti kurang dari 100 subyek,
lebih baik diambil semua, sehingga merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subyek
yang diteliti besar/lebih dari 100 dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25%. Adapun
jumlah populasi yang akan diteliti di wilayah TPA Sarimukti Kab. Bandung Barat Tahun
2011 adalah sebanyak 700 kepala keluarga. Berdasarkan hal tersebut diatas maka dalam
penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 25% dari jumlah populasi. Jumlah
sampel yang diambil yaitu 25% dari 700 kepala keluarga atau responden adalah sebanyak
175 kepala keluarga atau responden.
3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
sampel random sampling secara acak sederhana karena populasi dianggap homogen,
sehingga setiap anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai
sampel.
Cara menentukan anggota sampel, mula-mula semua anggota populasi diberi nomor
secara berurutan, kemudian dibuat 4 buah gulungan kertas yang telah diberi nomor 1, 2, 3,
4 selanjutnya diambil salah satu gulungan kertas yang terambil, misalnya yang terambil
adalah nomor 4, itulah yang menjadi sampel pertama untuk melakukan sampel penelitian,
selanjutnya dengan cara pelompatan setiap 4 subyek sampai diperoleh jumlah yang
diinginkan.

3.3 Rancanangan Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data meliputi data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Rajamandala yaitu
data kasus Diare, dan data kependudukan yang diperoleh dari masing-masing RT di
wilayah RW sekitar TPA Sarimukti
Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara penderita.
3.3.2 Alat Pengumpul Data
Alat yang digunakan untuk pengumpulan data ialah :
1) Lembar kuesioner
2) Lembar observasi
3) Kamera
4) Fly grill
3.3.3 Teknik Pengumpul Data
Peneliti menggolongkan data kedalam data primer dan data sekunder
1) Data Primer
Pengumpulan data primer menggunakan teknik sebagai berikut :
1. Melakukan wawancara terhadap Masyarakat.
2. Melakukan observasi sikap mengenai hygiene perorangan, tempat penyimpanan
makanan, dan sumber air bersih dan kepadatan lalat.
2) Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi kesehatan seperti, puskesmas
Rajamandala yang meliputi data jumlah kasus, gambaran umum lokasi penelitian dan
data demografi.

3.3.4 Tenaga Pengumpul Data
Tenaga pengumpul data dalam penelitian ini adalah penulis pribadi selaku
mahasiswa poltekes bandung jurusan kesehatan lingkungan yang telah diberikan
pengarahan sebelumnya.
3.4 Rancangan Pelaksanaan Penelitan
3.4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dalam studi ini dilakukan di wilayah TPA sarimukti pada tahun
2011.
3.4.2 Langkah-langkah Penelitian
1. Persiapan alat dan bahan
Alat yang disiapkan dalam penelitian meliputi Lembar kuisioner, lembar
observasi, kamera dan fly grill.
2. Menguji coba instrument pengumpul data
Menguji coba instrument yang akan dipakai dalam penelitian ini
3. Persiapan pengambilan data
Persiapan pengambilan data dalam penelitian ini meliputi :
a) Pengurusan Surat Izin penelitian yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kota
bandung, Puskesmas Rajamandala, dan Ketua RW 09 Kecamatan sarimukti.
b) Pembuatan lembar observasi
c) Mempersiapkan Alat yang digunakan untuk menghitung kepadatan lalat.

3.4.3 Pengolahan dan Analisis Data
3.4.3.1 Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini meliputi tahapan sebagai berikut :
1) Editing, yaitu kegiatan memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang dikembalikan
responden untuk memeriksa kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang
diajukan, kelengkapan pengisian daftar pertanyaan serta konsistensi jawaban
responden.
2) Coding, yaitu Setelah kegiatan editing diselesaiakan, kegiatan selanjutnya yang perlu
dilakukan adalah pemberia kode. Pengkodean dilakukan dengan pemberian tanda
(simbol) yang berupa angka pada jawaban responden yang diterima. Tujuan
pengkodean ini adalah untuk menyederhanakan jawaban responden. Dalam
pengkodean harus diperhatikan pemberian kode pada jenis pertanyaan yang diajukan.
Pada penelitian ini peneliti memberi kode sebagai berikut :
1. Untuk pertanyaan pada aspek pengetahuan dengan pilihan jawaban 3 option
1) Nilai 3 untuk jawaban yang benar
2) Nilai 2 untuk jawaban yang mendekati benar
3) Nilai 1 untuk jawaban yang salah atau tidak
2. Untuk prilaku
1) Nilai 4 untuk jawaban yang sangat setuju
2) Nilai 3 untuk jawaban yang setuju
3) Nilai 2 untuk jawaban yang tidak setuju
4) Nilai 1 untuk jawaban yang sangat tidak setuju
3. Sedangkan untuk observasi peneliti member kode sebagai berikut :
1) Nilai 1 untuk item yang memenuhi syarat
2) Nilai 0 untuk item yang tidak memenuhi syarat
3) Entry, yaitu memasukkan data dalam program komputer untuk dilakukan analisis lebih
lanjut.
4) Tabulating, yaitu Kegiatan yang dilakukan dalam tabulasi adalah menyusun dan
menghitung data hasil pengkodean untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabel.
Dalam kegiatan tabulasi ini penulis menggunakan cara Tabulasi mekanis yaitu
pelaksanaan tabulasi dengan menggunakan peralatan program komputer.
Pengolahan Data Kuisioner dan Observasi.
1. Aspek Pengetahuan
Cara penilaian data yang sudah didapat yaitu menjumlahkan nilai-nilai dari setiap
jawaban responden untuk seluruh pernyataan lalu dipersentasekan dengan rumus
sebagai berikut :


P = persentase
F = frekuensi
N = jumlah sampel
Menetapkan kategori dari seluruh responden per pertanyaan dibagi dalam kriteria
sebagai berikut (Alimul aziz : 2009)
76% - 100% = Sangat baik
51% - 100% = Baik
26% - 50% = Tidak baik
< 25% = Sangat tidak baik
Kemudian kategori di kelompokkan menjadi 2, yaitu :
77% - 100% = Baik
<77% = Tidak baik

2. Aspek Sikap
Untuk perhitungan digunakan rumus :



Untuk melakukan perhitungan rekapitulasi data, maka digunakan asumsi bahwa :
NP NI, maka tidak baik
NP = NI, maka baik
Keterangan :
NI : Jumlah nilai
NP : Nilai yang dicapai
Menetapkan kategori dari seluruh responden per pertanyaan dibagi dalam kriteria
sebagai berikut (Alimul aziz : 2009)
76% - 100% = sangat setuju
51% - 100% = setuju
26% - 50% = tidak setuju
< 25% = sangat tidak setuju
Kemudian kategori di kelompokkan menjadi 2, yaitu :
50% - 100% = setuju
< 50% = tidak setuju
3. Observasi Tempat penyimpanan makanan dan sumber air minum
Untuk perhitungan digunakan rumus :



Untuk melakukan perhitungan rekapitulasi data, maka digunakan asumsi bahwa :
NP NI, maka tidak memenuhi syarat ( TMS )
NP = NI, maka memenuhi syarat ( MS )
Keterangan :
NI : Jumlah nilai
NP : Nilai yang dicapai
3.4.3.2 Analisis Data
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan program SPSS 12 dan
Analisis data meliputi :
1. Uji Validitas
Alat ukur untuk instrument penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat
ukur yang telah melalui uji validiatas (Alimul Aziz, 2009). Uji validitas dapat
menggunakan Pearson Product Moment, setelah itu di uji dengan menggunakan uji t
dan lalu baru dilihat penafsiran dari indeks korelasinya. Untuk nilai t

= 0,05 derajat
kebebasan (dk = n-2). Jika t hitung > t tabel berarti valid begitu sebaliknya.
2. Uji Reliabilitas
Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reabilitas data (Alimul Aziz, 2009),
apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Dalam mengukur reabilitas dapat
digunakan rumus diantaranya : rumus belah dua dan spearman brown lalu
dibandingkan antara nilai pada uji reliabilitas dengan nilai r hitung pada uji validitas.
Nilai pada uji reliabilitas harus lebih besar dari pada nilai r hitung pada uji validitas. D
Hasil uji reabilitas pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
3. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuens imasing-
masing variabel, baik variable bebas, variable terikat maupun deskripsi karakteristik
responden.


4. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan denganm enggunakan uji chi square. Syarat uji chi
square antara lain jumlah sampel harus cukup besar, pengamatan harus bersifat
independen, dan hanya dapat digunakan pada data deskrit atau data kontinu yang telah
dikelompokkan menjadi kategori (Notoatmodjo, 2005). Dasar pengambilan keputusan
penerimaan hipotesis berdasarkan pendekatan probabilistic yaitu membandingkan nilai
P dengan nilai :
(1) Jika nilai p > maka hipotesis penelitian (Ho) gagal ditolak. Berarti tidak ada
hubungan atau tidak ada perbedaan.
(2) Jika nilai p maka hipotesis penelitian (Ho) ditolak. Ada hubungan atau ada
perbedaan.























Lembar Kuisioner








Wawancara Aspek Pengetahuan Mengenai Kejadian Diare
1. Menurut saudara, apakah yang dimaksud dengan penyakit Diare?
a. Buang air besar lebih dari 3x sehari
b. Mencret
c. Buang air kecil lebih dari 3x sehari
2. Menurut saudara, apakah penyebab diare ?
a. Bakteri E Coli, Salmonella, Shigella, Virus, Parasit
b. Kuman, Bakteri, Virus
c. Kuman
3. Menurut saudara, dimanakah tempat hidup bakteri ?
a. Air, makanan, tinja manusia
b. Makanan dan air
c. Tinja
4. Menurut saudara, bagaimana gejala penyakit diare ?
a. Buang air besar lebih dari 3x dalam sehari, tinja berair, muntah, dehidrasi
b. Buang air besar lebih dari 3x dalam sehari
c. Mencret
5. Menurut saudara, bagaimana cara penyakit diare menular ?
a. Melalui air minum dan makanan yang terkontaminasi
b. Melalui makanan
c. Melalui bersentuhan kulit
6. Menurut saudara, bagaimana cara pencegahan penyakit diare ?
a. Mengguakan air bersih, perbaikan lingkungan, peningkatan hygiene
perorangan, dan pengendalian vector penyakit
b. Menggunakan air bersih
c. Menutup makanan dengan tudung saji
7. Menurut saudara, berapakah jarak antara jamban keluarga dengan sumber air ?
a. 11 meter
b. 7 meter
c. 5 meter
Pengantar
Daftar pertanyaan ini dilakukan untuk keperluan studi atau penelitian maka dengan
kerendahan hati, Bapak/ibu/saudara kami mohon berkenan mengisinya dengan lengkap
dan benar. Hasil penelitian ini semata-mata untuk kepentingan studi. Kerahasian data
dijamin oleh penanggungjawab penelitian. Atas kesedian Bapak/ibu/saudara kami
sampaikan banyak terimakasih.
Petunjuk Pengisian
1. Berikan tanda (x) pada jawaban yang dipilih
2. Isikan jawaban pada tempat yang disediakan



8. Menurut saudara, air yang bagaimana yang baik untuk di konsumsi?
a. Tidak berbau, berasa, berwarna,tidak mengandung zat kimia yang berbahaya
dan tidak mengandung bakteri pathogen
b. Jernih tidak kotor
c. Tidak kotor
9. Menurut saudara, bagaimana septictank yang memenuhi syarat ?
a. Kedap air, jarak dari sumber air > 11 meter, memiliki pipa vent
b. Jarak dari sumber air > 11 meter
c. Kedap air
10. Menurut saudara, apa fungsi dari septictank ?
a. Sebagai tempat penampungan tinja
b. Sebagai tempat pembuangan air dan WC
c. Tempat pembuangan air kecil

Wawancara Prilaku Mengenai Hygine Sanitasi Perorangan
1. Selalu mencuci tangan sebelum makan
a. Setuju
b. Tidak setuju
2. Selalu mencuci tangan setelah Buang air besar
a. Setuju
b. Tidak setuju
3. Selalu mencuci tangan sesudah makan
a. Setuju
b. Tidak setuju
4. Selalu memotong kuku
a. Setuju
b. Tidak setuju
5. Mencuci tangan menggunakan sabun
a. Setuju
b. Tidak setuju
6. Selalu mencuci alat makan sebelum digunakan
a. Setuju
b. Tidak setuju







LEMBAR OBSERVASI TEMPAT PENYIMPANAN MAKANAN
NO Item yang diperiksa Ya Tidak
1.
2.
3.
4.
5.

Kontruksi kuat, kokoh, bersih dan mudah dibersihkan
Tempat penyimpanan makanan tertutup
Tempat penyimpanan makanan dipisahkan sesuai jenisnya
Tempat penyimpanan alat makan jauh dari sumber pencemar
Tempat penyimpanan makanan jauh dari vector dan binatang
pengganggu


LEMBAR OBSERVASI SUMBER AIR MINUM
NO Item yang diperiksa Ya Tidak
1.

2.


3.


4.
Apakah sebelum diminum air dimasak terlebih dahulu sampai
mendidih pada suhu 100
0
C
Apakah masyarakat menampung air yang digunakan untuk keperluan
minum dan memasak di wadah tertutup

Apkah wadah untuk menampung air yang dugunakan untuk
keperluan minum dan memasak dalam keadaan bersih

Apakah jarak sumber air yang digunakan dengan sumber pencemar
lainnya > 11 meter










LEMBAR OBSERVASI KEPADATAN LALAT
NO Item yang diperiksa Ya Tidak
1.

2.


3.

4.
Apakah sampah tidak berserakan di sekitar tempat tinggal warga

Apakah tidak terdapat genangan air kotor di sekitar tempat tinggal
warga

Apakah tempat sampah warga memenuhi persyaratan

Apakah jarak TPA dengan tempat tinggal waraga setempat > 10 km

Anda mungkin juga menyukai