Anda di halaman 1dari 5

PP 51

Kasus: Karena suatu kondisi (stok kosong) obat X, yang diminta dalam
resep tidak dapat dilayani. Setelah di cek ternyata IFRS mempunyai
obat Y yang kandungannya sama dari pabrik lain. Harga obat
pengganti memang lebih mahal, tetapi dengan pertimbangan agar
pasien segera dapat dilayani, tidak ada pasien yang membeli obat di
luar RS dan efisiensi perputaran stok di IFRS, Apoteker segera
memberikan obat Y tersebut.
Pelanggaran:
Apoteker mengganti merek obat dengan harga yang lebih mahal tanpa
konfirmasi kepada pasien adalah tidak boleh. Harusnya sampaikan kepada
pasien alasan dan rekomendasi bahwa beda tapi sama isinya.
Sebaiknya Apoteker melakukan konfirmasi kepada dokter penulis resep
dan menghimbau untuk mematuhi formularium rumah sakit.

PP 51 tentang Pekerjaan Kefarmasian
Pasal 24
Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker dapat:
(b). mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen
aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau
pasien;
UU kesehatan
Kasus: Seorang ibu dengan keluhan sakit lambung diberi tablet
antacid Mylanta oleh petugas apotek. Namun, penderita tidak
diberi tahu bahwa tablet itu harus dikunyah terlebih dahulu
sebelum ditelan. Pada akhirnya tablet keluar lagi bersama feses
masih dalam keadaan utuh, dan penyakitnya pun tak kunjung
sembuh.
Pelanggaran:
UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
BAB III
Hak dan Kewajiban
Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi
tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.

Kode etik
Kasus: Untuk meningkatkan penjualan, seorang Apoteker yang menjadi
Manajer Marketing divisi OTC pada suatu pabrik farmasi merencanakan
untuk melakukan promosi aktif kepada outlet apotek. Apotek yang dapat
menjual produk A dengan target tertentu akan mendapatkan reward berupa
bonus/marketing fee/diskon yang cukup besar. Adapun ketentuan yang
ditetapkan adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan pencapaian target berdasarkan jumlah pembelian produk A
ke PBF yang telah ditentukan, dibuktikan dengan foto kopi faktur pembelian.
2. Outlet bersedia mendisplay produk A pada tempat yang strategis.
3. Petugas outlet bersedia menggunakan atribut berupa kaos produk A dan
selalu aktif menawarkan produk kepada konsumen.
4. Outlet tidak menyediakan produk competitor.
5. Menjamin ketersediaan produk A pada outlet selama 6 bulan berturut-
turut.

Pelanggaran:
Manajer marketing tidak selayaknya membuat ketentuan seperti ini karena tidak adil.
Ketentuan no 3 dan 4 yang dibuat untuk meningkatkan penjualan akan mendorong terjadinya
pelanggaran kode etik. Apotek akan menjadi alat promosi dari pabrik tertentu dan apotek hanya
menyediakan/menjual obat-obatan dari industri farmasi tertentu saja.
Promosi produk A sebaiknya dilakukan sendiri oleh pabrik tanpa melibatkan apotek untuk mencegah
persaingan yang tidak sehat antara pabrik farmasi di apotek.

Kode Etik
Pasal 3
Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta
selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan
kewajibannya.

Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari
keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.

Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.

Anda mungkin juga menyukai