Anda di halaman 1dari 26

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

MODUL
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan,
baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya
tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada
khususnya
2013
PROGRAM PENDIDIKAN CALON PENDIDIK AKADEMI KOMUNITAS
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
Syaifi Abdurrahman, S.Pd.

1 | P a g e

PROSEDUR KESELAMATAN DI
TEMPAT KERJA
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang benar-benar aman adalah hal
yang sulit. Namun untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan dalam bekerja
adalah hal yang mungkin dilakukan. Prosedur keselamatan di tempat kerja akan
benar-benar dilaksanakan dengan baik apabila sudah mengetahui dengan jelas
keselamatan kerja itu. Untuk itulah perlu dijelaskan terlebih dahulu panduan
mengenai keselamatan kerja. Penerapan panduan keselamatan kerja disuatu
lingkungan pekerjaan merupakan cara yang paling baik untuk menciptakan
lingkungan kerja yang lebih aman dan kondusif. Untuk itulah diperlukan
kesadaran dari seluruh karyawan dalam menerapkan panduan tersebut.
Isi panduan keselamatan kerja setiap perusahaan tentu berbeda satu sama lain.
Namun pada dasarnya, ada beberapa poin penting yang tercakup dalam berbagai
panduan tersebut. Secara umum, dalam panduan keselamatan kerja akan memuat
beberapa hal sebagai berikut:

A. Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Kerja
Dalam setiap panduan keselamatan kerja, harus memuat informasi
tentang detail pekerjaan yang akan dilakukan dan resiko kecelakaan yang
mungkin terjadi. Dijelaskan apa saja hal yang harus dilakukan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan. Setiap karyawan baru yang akan bekerja di
suatu perusahaan harus dijelaskan tentang hal ini sejelas-jelasnya. Karyawan
harus dijelaskan tentang bahaya yang dapat terjadi di tempatnya bekerja,
berbagai alat pengamanan yang harus digunakan dan cara melaksanakan
pekerjaan yang aman.
B. Panduan Saat Terjadi Kebakaran
Dalam panduan keselamatan kerja, harus memuat pula informasi
tentang kebakaran ini. Harus dijelaskan secara detail apa saja yang harus
dilakukan saat terjadinya kebakaran. Dengan membaca panduan ini, setiap
karyawan tahu cara untuk mencegah terjadinya kebakaran, cara memadamkan
api dan cara untuk menyelamatkan diri saat terjadinya kebakaran.
C. Pengamanan Bagi Pekerja
Setiap pekerjaan yang mengandung resiko cukup besar, wajib
menggunakan berbagai alat pengaman. Pada panduan keselamatan kerja, hal
ini dijelaskan pula secara lengkap. Karyawan wajib menerapkan aturan-aturan
ini secara disiplin untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja saat
bertugas.

2 | P a g e

D. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Ada pula pekerjaan yang bersinggungan langsung dengan berbagai
zat-zat berbahaya. Dalam panduan keselamatan kerja, penyebaran zat-zat
berbahaya ini juga diatur secara jelas. Panduan ini akan menghindari
timbulnya penyakit yang diakibatkan zat-zat ini dan juga mencegah
penyebarluasan zat-zat ini.
Panduan keselamatan kerja tentu dibuat dengan maksud yang baik yaitu
melindungi para pekerja. Ada aturan pemerintah yang terkait dengan keselamatan
kerja. Setiap perusahaan wajib melaksanakan aturan ini dengan sebaik-baiknya
demi menjamin keselamatan pegawainya.
A. Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja atau safety adalah suatu usaha untuk menciptakan
keadaan lingkungan kerja yang aman bebas dari kecelakaan.
Kecelakaan adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan atau
tidak disengaja serta tiba-tiba dan menimbulkan kerugian, baik harta maupun
jiwa manusia.
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja atau
sedang melakukan pekerjaan disuatu tempat kerja.
Keselamatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan,
baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya
tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada
khususnya.
B. Tujuan Keselamatan Kerja
Dari pemahaman diatas sasaran keselamatan kerja adalah:
1. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2. Mencegah timbulnya penyakit akibat suatu pekerjaan.
3. Mencegah/ mengurangi kematian.
4. Mencegah/mengurangi cacat tetap.
5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan,
alat-alat kerja, mesin-mesin, instalasi dan lain sebagainya.
6. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan
menjamin kehidupan produktifnya.
7. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumber-sumber
produksi lainnya.
8. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga
dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja.
9. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi industri serta
pembangunan



3 | P a g e

Dari sasaran tersebut maka keselamatan kerja ditujukan bagi:
1. Manusia (pekerja dan masyarakat)
2. Benda (alat, mesin, bangunan dll)
3. Lingkungan (air, udara, cahaya, tanah, hewan dan tumbuhtumbuhan).
C. Syarat-Syarat Keselamatan Kerja
Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 pasal 3 syarat-syarat
keselamatan kerja ayat 1 bahwa dengan peraturan perundang-undangan
ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurang bahaya peledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan gelora.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik
maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Memelihara kebersihan, keselamatan dan ketertiban.
11. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja dan alat kerja.
12. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang-orang, binatang,
tanaman atau barang.
13. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
14. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
15. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
16. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
D. Pengenalan Bahaya Pada Area Kerja
Bila ditinjau dari awal perkembangan usaha keselamatan kerja di
perusahaan/industri, manusia menganggap bahwa kecelakaan terjadi karena
musibah, namun sebenarnya setiap kecelakaan disebabkan oleh salah satu
faktor sebagai berikut, baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama, yaitu:
1. Tindakan Tidak Aman Dari Operator Kerja (Unsafe Act)
a. Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan.
b. Tidak menggunakan pelindung diri yang disediakan.
c. Sengaja melanggar peraturan keselamatan yang diwajibkan.

4 | P a g e

d. Berkelakar/bergurau dalam bekerja dan sebagainya.

2. Keadaan Tidak Aman Dari Lingkungan Kerja (Unsafe Condition)
a. Mesin-mesin yang rusak tidak diberi pengamanan, kontruksi kurang
aman, bising dan alat-alat kerja yang kurang baik dan rusak.
b. Lingkungan kerja yang tidak aman bagi manusia (becek atau licin,
ventilasi atau pertukaran udara , bising atau suara-suara keras, suhu
tempat kerja, tata ruang kerja/ kebersihan dan lain-lain).
3. Apakah kecelakaan dapat dicegah?
Pada prinsipnya setiap kecelakaan dapat diusahakan untuk dicegah karena:
a. Setiap kecelakaan pasti ada sebabnya.
b. Bilamana sebab-sebab kecelakaan itu dapat kita hilangkan maka
kecelakaan dapat dicegah.
4. Bagaimana kecelakaan dapat dicegah?
Pencegahan kecelakaan adalah suatu usaha untuk menghindarkan
tindakan-tindakan yang tidak aman dari pekerja serta mengusahakan
lingkungan kerja yang tidak mengandung faktor-faktor yang
membahayakan (unsafe condition).
5. Sebab-sebab seseorang melakukan tindakan tidak aman
a. Karena tidak serius/disiplin.
b. Karena tidak mampu/tidak bisa.
c. Karena tidak mau.
6. Bagaimana mengatasi lingkungan lingkungan yang tidak aman?
a. Dihilangkan, sumber-sumber bahaya atau keadaan tidak aman
tersebut agar tidak lagi menimbulkan bahaya, misalnya alat-alat yang
rusak diganti atau diperbaiki.
b. Dieleminir/diisolir, sumber bahaya masih tetap ada, tetapi diisolasi
agar tidak lagi menimbulkan bahaya, bagian-bagian yang berputar
pada mesin diberi tutup/pelindung atau menyediakan alat-alat
keselamatan kerja.
c. Dikendalikan, sumber bahaya tidak aman dikendalikanm secara
teknis, misalnya memasang safety valve pada bejana-bejana tekanan
tinggi, memasang alat-alat kontrol dsb.
Untuk mengetahui adanya unsafe condition harus dilakukan pengawasan
yang seksama terhadap lingkungan kerja.
7. Keselamatan Kerja di Perbengkelan Otomotif.
a. Kenakan celana tanpa kantong yang tidak tertutup karena kantong
celana dapat menyebabkan kemasukan bunga api atau zat-zat yang
merugikan.

5 | P a g e

b. Kenakan sepatu yang sesuai dan rawat baik-baik (dalam kondisi baik).
Sepatu usahakan bersol kuat atau bersol baja yang di tengahnya dapat
melindungi dari luka akibat benda tajam dan paku yang menonjol.
Perlindungan utama terhadap benda, bersol baja di tengahnya
melindungi dari kejatuhan benda-benda berat.
c. Jaga rambut panjang dengan topi atau penutup kepala yang rapat
seperti disarankan dalam peraturan. Apabila rambut anda panjang
dapat dengan mudah tersangkut mesin, misal mesin bor, beberapa
orang terluka karena itu.
d. Jangan memakai cincin atau jam karena sangat berbahaya hingga anda
dapat kehilangan jari-jari. Ketika bekerja pada kendaraan tersangkut
mesin dapat menyebabkan hubungan pendek arus listrik sehingga
menyebabkan kebakaran.
e. Gunakan perlengkapan perlindungan pribadi yang sesuai dengan
pekerjaan. Beberapa peralatan perlindungan yang tersedia harus
dikenakan secara benar pada semua situasi kerja. Sehingga dapat
menyelamatkan diri dari kemungkinan terluka. Pelajari tujuan masing-
masing nomor item atau barang pada tempat latihan yang tersedia,
yang terdiri atas helm pengaman, penutup muka, pelindung telinga,
respirator, sarung tangan dan apron.
f. Kenakan kaca mata penyelamat ketika menggunakan gerinda atau
mesin bubut dan beberapa tugas lainnya agar debu atau material tidak
dapat masuk ke mata.
g. Hindari berbaring pada lantai beton atau lantai sejenis ketika bekerja di
bawah kendaraan. Gunakan selalu kain krep atau bahan penutup untuk
berbaring karena berhubungan dengan lantai dingin dapat merusak
kesehatan, terutama dalam waktu yang lama.
8. Penggunaan Pakaian Pengaman
Syarat-syarat pakaian perlindungan atau pengamanan:
a. Pakaian kerja harus dapat melindungi pekerja terhadap bahaya yang
mungkin ada.
b. Pakaian kerja harus dibuat senyaman mungkin. Supaya pada saat
bergerak dapat bergerak leluasa.
c. Pakaian kerja harus tidak mengakibatkan bahaya lain, misalnya lengan
yang terlalu lepas atau ada kain yang lepas yang sangat mungkin
termakan mesin.
d. Bahan pakaiannya harus mempunyai derajat resistensi yang cukup
untuk panas dan suhu kain sintesis (nilon, dll) yang dapat meleleh oleh
suhu tinggi seharusnya tidak dipakai.

6 | P a g e

e. Pakaian kerja harus dirancang untuk menghindari partikel-partikel
panas terkait di celana, masuk di kantong atau terselip di lipatan-
lipatan pakaian.
f. Overall cotton memenuhi semua persyaratan yang disebutkan di atas
dan karenanya overall catton adalah yang paling banyak digunakan
sebagai pakaian kerja.
g. Dasi, cincin dan jam tangan merupakan barang-barang yang
mempunyai kemungkinan besar menimbulkan bahaya karena mereka
itu dapat dimakan mesin, dan akan menyebabkan kecelakaan jika para
pekerja tetap memakainya. Jam tangan dan cincin menambah masalah
pada bahan kimia dan panas dengan berhenti menghilangkan bahaya.
9. Beberapa APD
a. Sarung Tangan Lateks.
Jangan menggunakan sarung tangan kain saja karena cairan dapat
merembes. Bila kan melakukan tindakan lainnya yang memerlukan
sarung tangan kerja, maka sebaiknya sarung tangan lateks dipakai
terlebih dahulu.
b. Kecamata pelindung
Berguna untuk melindungi mata dari percikan darah, maupun
mencegah cedera akibat benturan atau kelilipan pada mata saat
melakukan pertolongan
c. Baju pelindung
Penggunaannya kurang popular di Indonesia, gunanya adalah untuk
mencegah merembesnya cairan tubuh penderita melalui baju penolong.
d. Masker penolong
Sangat berguna untuk mencegah penularan penyakit melalui udara.
e. Masker Resusitasi
Diperlukan bila akan melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru.
f. Helm
Dipakai bila akan bekerja ditempat yang rawan akan jatuhnya benda
dari atas. Misalnya dalam bangunan runtuh dan sebagainya.
10. Peraturan Mengenai Keselamatan Kerja
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 Tentang
jaminan Sosial Tenaga Kerja.
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan Kerja.
c. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 tahun 2008
Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Beracun dan
Berbahaya.
d. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 1990
Tentang Pemberian Tambahan Santunan Bagi Tenaga Kerja Yang

7 | P a g e

Meninggal Dunia Dan Mengalami Cacat Total Tetap Karena
Kecelakaan Kerja
e. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979 Tentang Keselamatan Kerja
Pada Pemurnian Dan Pengolahan Minyak Dan Gas Bumi.











































8 | P a g e

SIMBOL-SIMBOL K3 DAN
TANDA-TANDA BAHAYA
Rambu rambu / Simbol simbol K3 adalah peralatan yang bermanfaat
untuk membantu melindungi kesehatan dan keselamatan para karyawan dan
pengunjung yang sedang berada di tempat kerja. Rambu-rambu keselamatan
berguna untuk:
A. Menarik perhatian terhadap adanya bahaya kesehatan dan keselamatan kerja.
B. Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat.
C. Menyediakan informasi umum dan memberikan pengarahan.
D. Mengingatkan para karyawan dimana harus menggunakan peralatan
perlindungan diri.
E. Mengindikasikan dimana peralatan darurat keselamatan berada.
F. Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan yang atau
perilaku yang tidak diperbolehkan.
Berikut macam-macam rambu-rambu/simbol-simbol yang sering dipakai di
industri:
A. Caution sign

Caution Sign adalah salah satu simbol keselamatan kerja tentang
bahaya yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan Multinasional,
terutama yang berasal dari amerika serikat berdasar ANSI Standard Z535.
Tanda waspada (Caution Sign) ini sangat populer, pasti pada setiap
perusahaan yang punya taraf manajemen keselamatan kerja yang baik ada
rambu-rambu jenis ini. Caution Sign dalam bahasa Indonesia dapat
diterjemahkan sebagai Rambu Waspada, yang mengindikasikan situasi yang
berpontensi menimbulkan bahaya, yang jika tidak dihindari, akan
menyebabkan cedera yang ringan atau berat.

9 | P a g e


Gambar 1. Caution Sign
Caution Sign ditandai dengan bagian header berwarna kuning,
ditambah geometri segitiga dengan tanda seru dan tulisan Caution atau
waspada berwarna hitam. Caution Sign harus digunakan tanpa symbol tanda
seru untuk bahaya yang hanya menyebabkan kerusakan properti.
Caution Sign yang sering digunakan antara lain : Waspada celah
jepitan, Waspada benda berat, Waspada lintasan forklift, dan lain-lain. Berikut
contohnya:

Gambar 2. Caution Sign (Waspada
Bahaya Bising)

Gambar 3. Caution Sign (Waspada
Bahaya Radiasi)



Gambar 4. Caution Sign (Waspada
Lintasan Forklift)

Gambar 6. Caution Sign (Waspada
Listrik Bertegangan)



10 | P a g e


Gambar 5. Caution Sign (Waspada
Permukaan Panas)

Gambar 7. Caution Sign (Waspada
Pastikan Tabung Terikat)

B. Danger Sign

Danger Sign adalah salah satu Simbol keselamatan kerja tentang
bahaya yang juga sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan Multinasional
juga yang berdasar ANSI Standard Z535. Danger Sign dalam bahasa
Indonesia dapat diterjemahkan sebagai Rambu Bahaya, yang mengindikasikan
kondisi yang sangat dekat dengan bahaya, yang jika tidak dihindari, akan
menyebabkan kematian atau cedera serius. Rambu ini dibatasi penggunaannya
hanya untuk kondisi yang sangat ekstrim saja.

Gambar 8. Danger Sign
Danger Sign ditandai dengan bagian header berwarna merah
ditambah geometri segitiga dengan tanda seru dan tulisan Danger atau Bahaya
berwarna putih. Danger Sign yang sering digunakan antara lain : Bahaya
listrik tegangan tinggi, Bahaya radiasi, Bahaya bahan beracun, dan lain-lain.
Berikut contohnya:


11 | P a g e


Gambar 9. Danger Sign (Bahaya Gas
Mudah Meledak)

Gambar 11. Danger Sign (Bahaya
bagian Bergerak)

Gambar 13. Danger Sign (Bahaya:
Dilarang Merokok)

Gambar 10. Danger Sign (Bahaya
Tegangan Tinggi)

Gambar 12. Danger Sign (Bahaya
Mudah Terbakar)

Gambar 14. Danger Sign (Bahaya
bagian Bergerak)

C. Safety First/Emergency Sign
Safety First / Emergency Sign adalah salah satu simbol/rambu pada
keselamatan kerja di tempat kerja yang sama berdasar ANSI Standard Z535
yang juga sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan Multinasional,
terutama yang berasal dari amerika serikat.
Safety First / Emergency Sign dalam bahasa Indonesia dapat
diterjemahkan sebagai Rambu Utamakan Keselamatan / Darurat. Walaupun
pada beberapa industri di Indonesia ada yang menggunakan header Safety
First (Utamakan Keselamatan) dan ada pula yang menggunakan header
Emergency (Darurat), namun pada prinsipnya Safety First / Emergency Sign
digunakan untuk menyampaikan instruksi umum yang berhubungan dengan

12 | P a g e

praktik kerja aman, mengingatkan prosedur keselamatan yang sesuai dan
menunjukkan lokasi peralatan keselamatan.
Safety First / Emergency Sign ditandai dengan bagian header
berwarna hijau dan tulisan Utamakan Keselamatan / Darurat berwarna putih.
Safety First / Emergency Sign yang sering digunakan antara lain : Tempat
berkumpul darurat, Emergency eyewash, Safety shower, Alat penanganan
tumpahan, dan lain-lain. Berikut contohnya:

Gambar 15. Safety First / Emergency
Sign (Penyelamatan ke pintu keluar)

Gambar 16. Safety First / Emergency
Sign (Penyelamatan ke pintu darurat)

Gambar 16. Safety First / Emergency
Sign (Penyelamatan arah keluar)


Gambar 17. Safety First / Emergency
Sign (Penyelamatan ke pintu darurat
kebakaran 1)


Gambar 17. Safety First / Emergency Sign (Penyelamatan ke pintu darurat
kebakaran 2)
D. Fire Sign
Fire Sign adalah salah satu rambu pemadaman api yang cukup
populer dalam British Standard (BS) yang sering digunakan oleh perusahaan-
perusahaan Multinasional yang berpusat di Inggris atau negara-negara

13 | P a g e

persemakmuran, seperti Australia, Singapura, Malaysia, dan lain-lain. Sering
pula digunakan perusahaan multinasional yang berasal dari Eropa.
Fire Sign dalam bahasa indonesia disebut Rambu Pemadaman Api,
bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang yang melihatnya agar
mengetahui dimana letak peralatan pemadaman api seperti fire extinguisher,
fire hydrant, fire alarm, dan lain-lain ketika terjadi kebakaran.
Fire Sign ditandai dengan pictogram berwarna putih yang dikelilingi
bentuk geometri segi empat berwarna merah. Fire Sign yang sering digunakan
antara lain : APAR, Fire hydrant, Fire alarm, Fire blanket, dan lain-lain.
Berikut contohnya:


Gambar 18. Fire Sign (Rambu
kebakaran menunjuk pada alarm)


Gambar 20. Fire Sign (Rambu
kebakaran menunjuk pada pemadam
api 2)

Gambar 19. Fire Sign (Rambu
kebakaran menunjuk pada pemadam
api 1)

Gambar 21. Fire Sign (Rambu
kebakaran menunjuk pada telepon
darurat)

E. Safe Condition Sign
Safe Condition Sign adalah salah satu rambu penyelamatan dalam
British Standard (BS) yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan
Multinasional yang berpusat di Inggris juga atau negara-negara
persemakmuran, seperti Australia, Singapura, Malaysia, dan lain-lain. Sering
pula digunakan perusahaan multinasional yang berasal dari Eropa.

14 | P a g e

Safe Condition Sign dalam bahasa indonesia disebut Rambu darurat,
bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang yang melihatnya untuk
mengetahui dimana letak peralatan untuk menangani keadaan darurat. Safe
Condition Sign ditandai dengan pictogram berwarna putih yang dikelilingi
bentuk geometri segi empat berwarna hijau.
Safe Condition Sign yang sering digunakan antara lain : Emergency
eyewash, Safety shower, Emergency exit, dal lain-lain. Berikut contohnya:

Gambar 22. Safe Condition Sign
(Rambu penyelamatan pada P3K 1)


Gambar 23. Safe Condition Sign
(Rambu penyelamatan pada P3K 2)



Gambar 24. Safe Condition Sign
(Rambu penyelamatan tombol
darurat)

Gambar 25. Safe Condition Sign
(Rambu penyelamatan pada tempat
pembersihan 1)


15 | P a g e


Gambar 26. Safe Condition Sign
(Rambu penyelamatan pada tempat
pembersihan 2)

Gambar 27. Safe Condition Sign
(Rambu penyelamatan untuk
instruksi evakuasi)

F. Prohibited Sign
Prohibited Sign adalah salah satu rambu larangan dalam British
Standard (BS) yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan
Multinasional yang berpusat di Inggris juga atau negara-negara
persemakmuran, seperti Australia, Singapura, Malaysia, dan lain-lain. Sering
pula digunakan perusahaan multinasional yang berasal dari Eropa.
Prohibited Sign dalam bahasa indonesia disebut Rambu Larangan,
bertujuan untuk memberitahukan kepada orang yang melihat untuk tidak
melakukan hal-hal yang dilarang tersebut karena dapat mengakibatkan
kecelakaan fatal. Prohibited Sign ditandai dengan pictogram berwarna hitam
yang dikelilingi geometri outline lingkaran dan tanda silang tunggal berwarna
merah.
Prohibited Sign yang sering digunakan antara lain : Dilarang
merokok, Dilarang masuk bagi yang tidak berkepentingan, Dilarang
menyalakan api, dan Dilarang mengaktifkan hp, dan lain-lain. Berikut
contohnya:

16 | P a g e


Gambar 28. Prohibited Sign (Rambu
larangan untuk tidak mengaktifkan
kamera hp)

Gambar 30. Prohibited Sign (Rambu
larangan untuk tidak menyalakan
api)

Gambar 32. Prohibited Sign (Rambu
larangan untuk tidak mengendarai
forklift)


Gambar 29. Prohibited Sign (Rambu
larangan untuk tidak menyentuh)


Gambar 31. Prohibited Sign (Rambu
larangan orang selain pekerja
masuk/melintas)

Gambar 33. Prohibited Sign (Rambu
larangan keras orang
masuk/melintas)



16 | P a g e

PENGENDALIAN
KECELAKAAN KERJA
A. Hirarki Pengendalian Kecelakaan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja atau disingkat K3 merupakan hal
yang tidak dapat ditawar lagi untuk diterapkan di tempat kerja. K3 bertujuan
untuk meningkatkan kualitas kehidupan kerja atau quality of worklife dengan
terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya insiden kecelakaan kerja.
Pengendalian kecelakaan kerja merupakan faktor kunci untuk menekan
tingginya angka kecelakaan kerja.
Filosofi untuk mengatasi K3 sebenarnya tidak terlalu berbeda
dengan konsep manajemen untuk perbaikan terus menerus atau continuous
improvement. Langkah-langkah yang dilakukan adalah mengidentifikasi
permasalahan, mengumpulkan data dan fakta, melakukan analisis
permasalahan, merancang upaya perbaikan, mengimplementasikan dan
mengevaluasi. Keseluruhan rangkaian proses ini adalah sebuah siklus
perbaikan.
Terdapat hirarki pengendalian kecelakaan kerja menurut Roger L
Braurer dalam bukunya Safety and Health for Engineer. Hirarki pengendalian
ini terdiri dari lima tingkatan. Tingkatan pertama menjadi prioritas utama, jika
tidak memungkinkan baru kemudian dipilih tingkatan di bawahnya. Tingkatan
tersebut adalah :
1. Tingkat Pertama: Menghilangkan
Pengendalian diutamakan dengan cara menghilangkan sumber
bahaya atau aktivitas yang berbahaya. Misalnya terdapat aktivitas manual
memotong yang dapat mengakibatkan risiko cacat fisik tubuh, maka
aktivitas tersebut bisa digantikan dengan alat terotomasi yang
menggantikan pekerjaan manusia.
2. Tingkat Kedua : Mengurangi
Jika tingkatan pertama tidak dapat dilakukan, maka pilihan
pengendalian kecelakaan kerja berikutnya adalah mengurangi risiko dari



17 | P a g e

sumber bahaya. Misalnya, di suatu tempat kerja, tidak bisa dihindari untuk
bekerja dengan api yang mungkin dapat menyebabkan risiko kebakaran,
maka potensi kebakaran diperkecil dengan menjaga ketat adanya bahan
atau zat yang mudah terbakar. Bahan kimia yang mudah terbakar tidak
boleh berada satu ruangan dengan tempat kerja tersebut.
3. Tingkat Ketiga : Menyediakan Pengaman
Ketika tingkatan pertama dan kedua tidak dapat dilaksanakan, maka
pilihan yang ketiga adalah menyediakan pengaman pada mesin atau
peralatan kerja yang digunakan. Sebagai contoh aktivitas manual
memotong dengan mesin yang dapat menyebabkan jari terpotong, bila
tidak dapat diganti dengan aktivitas terotomasi maka untuk meminimalkan
risiko pekerja harus dilengkapi dengan alat pengaman berupa sarung
tangan.
4. Tingkatan Keempat : Menyediakan Tanda Peringatan
Tingkatan yang keempat ini merupakan langkah pengendalian yang
dapat melengkapi tingkat pengendalian kedua dan ketiga. Pada dasarnya
manusia harus selalu senantiasa diingatkan untuk waspada
terhadap bahaya. Dengan memasang tanda peringatan bahaya maka
diharapkan sikap kehatian-hatian dari pekerja akan meningkat.
5. Tingkatan Kelima : Menyediakan Prosedur K3
Tingkatan kelima merupakan langkah pengendalian yang
melengkapi tingkatan pengendalian kedua, ketiga dan keempat. Pekerja
harus diberikan informasi dan pemahaman yang jelas terhadap potensi
bahaya. Pekerja juga harus mendapatkan sosialisasi prosedur K3 agar
mencegah terjadinya tingkatan kecelakaan kerja yang lebih parah jika
tidak cepat untuk ditangani.
Meski sudah sangat jamak terdengar, tetapi pepatah lebih baik
mencegah daripada memperbaiki sangat tepat diterapkan dalam K3.
Kerugian yang ditimbulkan dari memperbaiki jauh berlipat-lipat dari
biaya yang dikeluarkan untuk mencegah.




18 | P a g e

B. Menelisik Penyebab dan Penanggungjawab Kasus Kecelakaan Kerja
Tidak ada seorang-pun yang berkeinginan untuk celaka pada saat
bekerja. Oleh karena itu, berbagai cara Anda lakukan agar selamat saat
bekerja. Berbagai upaya dilakukan agar setiap pekerjaan yang dilakukan tidak
mungkin mencelakai Anda. Tetapi pada kenyataanya, kasus-kasus
keselamatan kerja tetap saja bisa dialami. Masih saja, ada orang-orang yang
mengalami kecelakaan pada saat bekerja.
Dengan memperhatikan setiap kejadian yang ada di perusahaan,
setidaknya kasus-kasus keselamatan kerja masih perlu mendapatkan perhatian
ekstra dari semua orang. Kasus keselamatan kerja di negeri ini memang masih
sangat tinggi sehingga perlu kesadaran semua pihak agar tidak semakin
bertambah. Hal ini karena sebenarnya, kasus kecelakaan kerja rata-rata terjadi
karena faktor kelalaian pekerja.
Anda memang telah berusaha sekuat tenaga agar kecelakaan kerja
tidak terjadi d lingkungan kerja. Hal ini merupakan bagian integral dari gaya
hidup sehat yang diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan kondisi
ini, maka sebenarnya setiap elemen masyarakat bertanggungjawab atas
pengkondisian keselamatan kerja ini.
Tetapi, Anda memang tidak dapat menghilangkan secara
keseluruhan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Namun, dalam hal ini
setidaknya Anda telah melakukan langkah antisipasi atas kondisi negatif
dilingkungan kerja.
1. Faktor Penyebab Kasus Kecelakaan Kerja
Jika ditelisik aspek-aspek yang menjadikan terjadinya kasus
kecelakaan kerja maka setidaknya dapat menyebutkan penyebab utama
diantaranya adalah:
a. Kelalaian Pekerja
Ini merupakan aspek humanis. Biasanya aspek ini seringkali
dijadikan patokan dasar, human error. Setiap kejadian dianggap selalu
terjadi karena kelalaian pekerja, atau orang-orang yang terlibat dalam
pekerjaan.



19 | P a g e

b. Tingkah Laku Pekerja Tidak Aman
Aspek ini juga sangat sering Anda jumpai pada setiap kasus
keselamatan kerja. Kondisi ini biasanya terjadi karena sifat pongah
dalam diri seseorang. Seseorang yang merasa mempunyai kelebihan,
mereka sombong dan berlaku sembrono pada saat bekerja. Inilah awal
terjadinya kasus keselamatan kerja.
c. Kondisi Lingkungan yang Tidak Aman
Lingkungan yang tidak aman juga dapat memicu terjadinya
kecelakaan kerja. Tempat kerja atau lingkungan kerja harus aman dari
segala kemungkinan penyebab kecelakaan kerja. Ada banyak kasus
keselamatan kerja yang terjadi karena lingkungan yang kurang aman
bagi pekerja.
d. Kondisi Peralatan yang Tidak Standar
Peralatan adalah segala alat yang Anda gunakan untuk
memperingan pekerjaan kita. Dengan alat-alat ini, Anda berharap
dapat melaksanakan pekerjaan sebaik-baiknya dan memberikan hasil
maksimal. Tetapi, jika kondisi alat tidak standar, minimal layak untuk
digunakan bekerja, maka hal tersebut merupakan
penyebab kasus keselamatan kerja juga. Oleh karena itu, maka alat
kerja harus baik.
2. Pihak-Pihak yang Bertanggungjawab Pada Kasus Kecelakaan Kerja
Jika ternyata setelah semua kondisi telah Anda posisikan
sedemikian rupa namun, tetap saja terjadi kecelakaan kerja, maka dalam
hal ini tetap saja harus ada pihak-pihak yang bertanggungjawab. Anda
tidak dapat menyalahkan pekerja sebab mereka melakukan pekerjaan
dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, maka pihak-pihak tertentu harus
mengambil dan menerima tanggungjawab serta kewajiban terkait kasus
keselamatan kerja ini, diantaranya adalah:
a. Perusahaan
Perusahaan adalah penyelenggara kegiatan kerja, dalam hal
ini dewan komisaris atau pemilik perusahaan mempunyai kewajiban



20 | P a g e

dan tanggungjawab atas kasus keselamatan kerja ini. Tentunya dalam
hal ini terkait dengan pembiayaan pengobatan atau yang lainnya.
b. Pihak Asuransi Tenaga Kerja
Jamsostek merupakan salah satu jenis asuransi yang banyak
dijadikan rekanan oleh perusahaan terkait dengan keselamatan kerja
para pekerjanya. Mereka setiap bulan menerima pembayaran premi
dari para pekerja, yang dibayarkan oleh perusahaan. Umumnya
dipotong dari gaji pekerja, walau ada juga perusahaan yang membayar
dari dana perusahaan. Pihak ini mempunyai tanggungjawab dan
kewajiban moral kepada korban kasus keselamatan kerja.
c. Dinas Tenaga Kerja
Adalah dinas pemerintah yang menangani secara intensif
segala hal terkait dengan ketenagakerjaan dan pekerjaan. Aspek yang
ditangani dinas ini tidak hanya terbatas pada aspek hubungan kerja,
melainkan segala hal terkait dengan kondisi pekerjaan dan pekerja.
Dinas inilah yang selalu berkoordinasi dengan semua pihak
di lingkungan kerja dan selalu memberikan pembekalan mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja bagi semua pihak terkait dengan
pekerjaan.
Selanjutnya yang perlu Anda perhatikan dan selalu usahakan
untuk peningkatannya adalah kepedulian Anda terhadap segala hal
yang terjadi pada saat proses kerja dilakukan. Jika semua pihak terkait
mempunyai kepedulian tinggi, maka sebenarnya tidak perlu terjadi
kasus-kasus keselamatan kerja sebagaimana selama ini terjadi.










21 | P a g e

PENGANGKATAN DAN
PEMINDAHAN MATERIAL SECARA
MANUAL
Pengangkatan dan pemindahan material/komponen/part secara manual
akan selalu melibatkan tenaga manusia. Dalam material dari tempat yang satu ke
tempat lain, seseorang akan mengeluarkan tenaga untuk mengangkat, membawa,
menurunkan, mendorong, menarik, menahan dan sebagainya. Untuk dapat
melakukan pekerjaan tersebut secara, seseorang harus memahami kekuatan
tangan, kaki,badan serta bagaimana cara mengambil posisi. Selain itu seseorang
juga harus memahami pengetahuan tentang grafitasi bumi.

A. Kekuatan Badan/Punggung Saat Mengangkat.
Gaya tarik bumi yang sering disebut dengan grafitasi, akan cenderung
menarik semua benda ke bawah. Apabila seseorang akan mengangkat material
yang berupa komponen, part atau benda yang lain, posisi badan harus pada
kekuatan maksimal untuk mengatasi gaya grafitasi. Hal tersebut dilakukan
melalui tangan ,punggung serta posisi kaki sebagai tumpuhan. Tangan sebagai
tuas pemegang beban, punggung sebagai pusat tenaga penahan beban dan kaki
sebagai tumpuhan.








Gaya Otot




22 | P a g e

Gambar 1. Kekuatan badan/punggung saat mengangkat.

B. Kekuatan Pada Tangan Pada Saat Mengangkat
Sewaktu mengangkat beban, lengan tangan sebagai tuas mengandalkan
kekuatan pada otot Bisep yang berkaitan dengan tulang hasta oleh ujung otot
bisep yang disebut Tendon. Tenaga atau berat beban yang disangga akan
disalurkan ke Tendon otot Bisep atas ke tulang belikat.












C. Kekuatan Otot Punggung Saat Tangan Mengangkat
Pada saat tangan mengangkat beban, tenaga yang disangga oleh otot
Bisep tangan akan disalurkan melalui tulang belikat ke otot punggung. Karena
beban tersebut bekerja pada lengan yan cukup pendek, maka beban justru akan
banyak disangga oleh otot punggung. Apabila beban terlalu berat, otot
punggung dapat terkilir atau bahkan dapat merusakkan tulang belakang.
Gambar 2. Pusat Kekuatan Tangan Saat Mengangkat




23 | P a g e



Gambar 3. Tulang Belakang Sebagai Penyangga Beban Badan.

D. Prinsip-Prinsip Pengangkatan Secara Manual
Dalam melakukan pengangkatan suatu benda kerja harus mengetahui secara
jelas tentang prinsip-prinsip pengangkatan, diantaranya:
1. Upayakan beban sedekat mungkin dengan badan
2. Upayakan kedua tangan dapat memegang kuat pada benda yang akan
diangkat
3. Hindarkan gerakan putar yang mendadak
4. Upayakan konsentrasi beban berada pada kekuatan tumpuhan kaki
5. Upayakan badan tetap lurus/tegap saat mengangkat
6. Upayakan beban disekitar titik tengah badan
7. Beban yang diangkat maksimal setengah berat badan.


Gambar 4. Pengangkatan Secara Manual



24 | P a g e


Beberapa cara secara teknis untuk pemindahan material secara manual adalah
sebagai berikut :
1. Pindahkan beban yang berat dari mesin ke mesin yang telah dirancang
dengan menggunakan roller (ban berjalan)
2. Gunakan meja yang dapat digerakkan naik turun untukmenjaga agar
bagian permukaan dari meja kerja dapat langsung dipakai untuk
memasukkan lembaran logam ataupun benda kerja lainnya kedalam mesin.
3. Tempatkan benda kerja yang besar pada permukaan yang lebih tinggi dan
turunkan dengan bantuan gaya gravitasi
4. Berikan peralatan yang dapat mengangkat, misalnya; pada ujung belakang
truk untuk memudahkan pengangkatan material, dengan demikian tidak
diperlukan lagi alat angkat (crane).
5. Desainlah kotak (tempat benda kerja) dengan disertai handel yang
ergonomis sehingga mudah pada waktu mengangkat.
6. Aturlah peletakan fasilitas sehingga semakin memudahkan metodologi
angkat benda pada ketinggian permukaan pinggang.
7. Berilah tanda atau angka pada beban sesuai dengan beratnya.

Anda mungkin juga menyukai