Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah
Limbah cair tahu adalah limbah yang ditimbulkan dalam proses pembuatan tahu
dan berbentuk cairan. imbah cair mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut yang
akan meng alami perubahan fisika, kimia dan biologis yang akan menghasilkan zat
beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman dimana kuman tersebut dapat
berupa kuman penyakit ataupun kuman yang merugikan baik pada tahu sendiri maupun
tubuh manusia.limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang disungai
akan menyebabkan tercemar disungai tersebut.
Kolam merupakan lahan yang dibuat untuk menampung air dalam jumlah
tertentu sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan dan atau hewan air lainnya.
Berdasarkan pengertian teknis kolam merupakan suatu perairan buatan yang luasnya
terbatas dan sengaja dibuat manusia agar mudah dikelola dalam hal pengaturan air, jenis
hewan budidaya dan target produksinyaalah
Konduktivitas adalah kemampuan suatu bahan(larutan ,gas, atau logam) untuk
mengahnatar arus listrik dalam suatu larutan ,larutan arus listrik dibawa oleh kation
kation dan anion-anion ,sedangakan arus lstrik dibawa oleh electron-electron
.konduktivitas suatu larutan dipengearuhi oleh beberapa factor :
a.Konsentrasi
b.Pengerakan ion-ion
c.Valensi ion
d.Suhu

Pengukuran konduktivitas larutan standar yang telah diketahui jumlah muatan
ionnya dilakukan pada beberapa jenis larutan baik elektrolit kuat dan elektrolit lemah.
Suatu larutan elektrolit kuat memiliki konduktivitas lebih tinggi dari pada larutan
elektrolit lemah. Karena dalam elektrolit kuat, zat elektrolit akan terdisosiasi sempurna
menjadi ion-ionnya. Jumlah ion pada suatu larutan juga berpengaruh pada nilai
konduktivitas larutan. Daya hantar listrik (konduktivitas) adalah ukuran seberapa kuat
suatu larutan dapat menghantarkan listrik. Konduktivitas digunakan untuk ukuran
larutan atau cairan elektrolit. Semakin besar jumlah ion dari suatu larutan maka akan
semakin tinggi nilai konduktivitasnya. Jumlah muatan dalam larutan sebanding dengan
nilai hantar molar larutan dimana hantaran molar juga sebading dengan konduktivitas
larutan. Konsentrasi elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas molar (m).
TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic
maupun anorganic, misalnya : garam, dll) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS
meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per Million (PPM) atau sama
dengan milligram per Liter (mg/L). Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya
zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2
micrometer (210-6 meter). TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam ppm
atau sama dengan miligram per Liter. Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk
mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam
renang, proses kimia, pembuatan air mineral, dll. Setidaknya, kita dapat mengetahui air
minum mana yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia
(misalnya pembuatan kosmetika, obat-obatan, makanan, dll). Sampai saat ini ada dua
metoda yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas suatu larutan. Ada pun dua
metoda pengukuran TDS (Total Dissolve Solid) tersebut adalah :

1. Gravimetry, merupakan analisis dalam proses isolasi dan pengukuran berat
suatu unsure atau senyawa tertentu. Bagia terbesar senyawa gravimetric meliputi
transformasi unsure atau radikal senyawa murni stabil yang dapatsegera diubah
menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti.
2. Electrical Conductivity, adalah ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk
menghantarkan arus listrik. Jika suatu beda potensial listrik ditempatkan pada ujung-
ujung sebuah konduktor, muatan-muatan bergeraknya akan berpindah, menghasilkan
arus listrik.






























BAB II
TINJAUAUN PUSTAKA

REFERENSI LIMBAH TAHU

A. Pengertian Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Limbah yang
mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan
limbah B-3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi
berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya. Bila ditinjau secara
kimiawi, bahan-bahan ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik.
(Kristanto, 2004).

B. Jenis-Jenis Limbah
1. Berdasarkan Karakteristiknya
Berdasarkan wujud atau karakteristiknya limbah industri dapat digolongkan
menjadi tiga bagian, yaitu:
Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan
industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan.
Limbah gas dan partikel adalah limbah yang banyak dibuang ke udara.
Gas/asap, partikulat, dan debu yang dikeluarkan oleh pabrik ke udara akan
adalah butiran halus yang mungkin masih terlihat oleh mata telanjang, seperti
uap air, debu, asap, fume dan kabut.
Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur, dan
bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan
menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yang dapat didaur-ulang (misalnya
plastik, tekstil, potongan logam) dan limbah padat yang tidak memiliki nilai
ekonomis.

2. Berdasarkan Sumber Pencemar
Penggolongan limbah berdasarkan sumber pencemar dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
Sumber domestik (rumah tangga)
Limbah domestik adalah semua limbah yang berasal dari kamar mandi, WC,
dapur, tempat cuci pakaian, apotik, rumah sakit, dari perkampungan, kota, pasar,
jalan, terminal dan sebagainya.
Sumber non-domestik
Limbah non-domestik sangat bervariasi, diantaranya berasal dari pabrik,
pertanian, peternakan, perikanan, transportasi, dan sumber-sumber lainnya.

3. Berdasarkan Sifat Kimianya
Limbah ditinjau secara kimiawi, terdiri atas:
Limbah organik adalah limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh
mikroorganisme. Oleh karena bahan buangan organik dapat membusuk atau
terdegradasi maka akan sangat bijaksana apabila bahan buangan yang

C. Limbah Cair
Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan
industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan. Mutu
limbah cair adalah keadaan limbah cair yang dinyatakan dengan debit, kadar dan bahan
pencemar. Debit maksimum adalah debit tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang
ke lingkungan.

1. Klasifikasi limbah cair
Limbah cair dibedakan menurut asal limbah cair :
Limbah cair dari rumah tangga yang terdiri atas senyawa organik seperti sayur-
mayur, buah-buahan dan senyawa anorganik seperti gelas dan kaleng.
Limbah cair dari industri dengan nilai BOD tinggi, rendah padatan terlarut,
konsentrasi logam berat sangat tinggi atau senyawa organik sangat tinggi dalam
limbah cair.
Limbah cair dari industri dengan nilai COD sangat tinggi namun nilai BOD
rendah.

D. Sumber dan Jenis Pencemar Limbah Cair
1. Sumber pencemar fisik
Pencemar fisik misalnya suhu, nilai pH, warna, bau dan total padatan
tersuspensi.
2. Sumber pencemar senyawa kimia organik dan anorganik
Pencemar senyawa kimia organik misal karbohidrat, lemak, protein, minyak,
pelumas, BOD, COD, TOC, TOD, alkalinitas.
Pencemar senyawa kimia anorganik misal logam berat, N, P, khlorida, sulfur,
hidrogen sulfit, dan gas terlarut dalam limbah cair.
3. Sumber Pencemar Mikrobiologi
Sumber pencemar mikrobiologi misal mikroba patogen yaitu typhus-cholera-
dysentri, poliovirus, virus hepatitis B, Salmonella typhi, cacing parasit, bakteri,
algae, protozoa, virus, dan coliform
(Suharto, 2011).

E. Tahu
Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah baik limbah
padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan
penggumpalan, limbah ini kebanyakan oleh pengrajin dijual dan diolah menjadi tempe
gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung ampas tahu yang
akan dijadikan bahan dasar pembuatan roti kering dan cake. Sedangkan limbah cairnya
dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu, oleh
karena itu limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Limbah cair tahu dengan
karakteristik mengandung bahan organik tinggi dan kadar BOD, COD yang cukup
tinggi pula, jika langsung dibuang ke badan air, jelas sekali akan menurunkan daya
dukung lingkungan. Sehingga industri tahu memerlukan suatu pengolahan limbah yang
bertujuan untuk mengurangi resiko beban pencemaran yang ada.
Teknologi pengolahan limbah tahu dapat dilakukan dengan proses biologis
sistem anaerob, aerob dan kombinasi anaerob-aerob. Teknologi pengolahan limbah tahu
yang ada saat ini pada umumnya berupa pengolahan limbah dengan sistem anaerob, hal
ini disebabkan karena biaya operasionalnya lebih murah. Dengan proses biologis
anaerob, efisiensi pengolahan hanya sekitar 70%-80%, sehingga airnya masih
mengandung kadar pencemar organik cukup tinggi, serta bau yang masih ditimbulkan
sehingga hal ini menyebabkan masalah tersendiri.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka diterapkan sistem pengolahan limbah
dengan sistem kombinasi anaerob-aerob, dengan sistem ini diharapkan dapat
menurunkan konsentrasi kadar COD air limbah tahu. Sehingga jika dibuang tidak
menyebabkan bau dan tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Mengingat industri tahu
merupakan industri dengan skala kecil, maka membutuhkan intalasi pengolahan limbah
yang alat-alatnya sederhana, biaya operasionalnya murah, memiliki nilai ekonomis dan
ramah lingkungan.
(Herlambang,2002)

F. Limbah Industri Tahu
Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) bentuk limbah, yaitu
limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik pengolahan tahu berupa kotoran
hasil pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat lain yang
menempel pada kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang disebut dengan ampas
tahu. Limbah padat yang berupa kotoran berasal dari proses awal (pencucian) bahan
baku kedelai dan umumnya limbah padat yang terjadi tidak begitu banyak (0,3% dari
bahan baku kedelai). Sedangkan limbah padat yang berupa ampas tahu terjadi pada
proses penyaringan bubur kedelai. Ampas tahu yang terbentuk besarannya berkisar
antara 25-35% dari produk tahu yang dihasilkan.
Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman, pencucian
kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu, penyaringan dan
pengepresan/pencetakan tahu. jumlah kebutuhan air proses dan jumlah limbah cair yang
dihasilkan dilaporkan berturut-turut sebesar 45 dan 43,5 liter untuk tiap kilogram bahan
baku kacang kedelai. Pada beberapa industri tahu, sebagian kecil dari limbah cair
tersebut (khususnya air dadih) dimanfaatkan kembali sebagai bahan penggumpal.
Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan
kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih (whey. Adanya
senyawa-senyawa organik tersebut menyebabkan limbah cair industri tahu mengandung
BOD, COD dan TSS yang tinggi. Limbah ini sering dibuang secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari
lingkungan.

G. Karakteristik Limbah Industri Tahu
Karakteristik buangan industri tahu meliputi dua hal, yaitu karakteristik fisika dan
kimia. Karakteristik Fisika meliputi padatan total, padatan tersuspensi, suhu, warna, dan
bau. Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan gas. Suhu air
limbah tahu berkisar 37-45C, kekeruhan 535-585 FTU, warna 2.225-2.250 Pt.Co,
amonia 23,3-23,5 mg/1, BOD5 6.000-8.000 mg/1 dan COD 7.500-14.000 mg/1.
Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu limbah cair
tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 400C-460C. Suhu yang
meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan
oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan. Bahan-bahan
organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu pada umumnya sangat tinggi.
Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat berupa protein,
karbohidrat, lemak dan minyak. Diantara senyawa-senyawa tersebut, protein dan lemak
adalah yang jumlahnya paling besar. Protein mencapai 40-60%, karbohidrat 25-50%
dan lemak 10%. Air buangan industri tahu kualitasnya bergantung dari proses yang
digunakan. Apabila air prosesnya baik, maka kandungan bahan organik pada air
buangannya biasanya rendah. Komponen terbesar dari limbah cair tahu yaitu protein
(Ntotal) sebesar 226,06-434,78 mg/l, sehingga masuknya limbah cair tahu ke
lingkungan perairan akan meningkatkan total nitrogen di perairan tersebut .
Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah tahu adalah gas nitrogen (N2). Oksigen
(O2), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), karbondioksida (CO2) dan metana (CH4).
Gas-gas tersebut berasal dari dekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam
air buangan







H. Dampak Limbah Industri Tahu
Herlambang (2002) menuliskan dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran bahan
organik limbah industri tahu adalah gangguan terhadap kehidupan biotik. Turunnya
kualitas air perairan akibat meningkatnya kandungan bahan organik. Aktivitas
organisme dapat memecah molekul organik yang kompleks menjadi molekul organik
yang sederhana. Bahan anorganik seperti ion fosfat dan nitrat dapat dipakai sebagai
makanan oleh tumbuhan yang melakukan fotosintesis. Selama proses metabolisme
oksigen banyak dikonsumsi, sehingga apabila bahan organik dalam air sedikit, oksigen
yang hilang dari air akan segera diganti oleh oksigen hasil proses fotosintesis dan oleh
reaerasi dari udara. Sebaliknya jika konsentrasi beban organik terlalu tinggi, maka akan
tercipta kondisi anaerobik yang menghasilkan produk dekomposisi berupa amonia,
karbondioksida, asam asetat, hirogen sulfida, dan metana. Senyawa-senyawa tersebut
sangat toksik bagi sebagian besar hewan air, dan akan menimbulkan gangguan terhadap
keindahan (gangguan estetika) yang berupa rasa tidak nyaman dan menimbulkan bau
Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut,
akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan menimbulkan gangguan
terhadap kesehatan karena menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk
tumbuhnya kuman penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada produk tahu
sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan, air limbah akan berubah warnanya
menjadi cokelat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini mengakibatkan sakit
pernapasan. Apabila air limbah ini merembes ke dalam tanah yang dekat dengan sumur
maka air sumur itu tidak dapat dimanfaatkan lagi. Apabila limbah ini dialirkan ke
sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan akan menimbulkan
gangguan kesehatan yang berupa penyakit gatal, diare, kolera, radang usus dan penyakit
lainnya, khususnya yang berkaitan dengan air yang kotor dan sanitasi lingkungan yang
tidak baik.





G. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu
Berbagai upaya untuk mengolah limbah cair industri tahu telah dicoba
dandikembangkan. Secara umum, metode pengolahan yang dikembangkan tersebut
dapat digolongkan atas 3 jenis metode pengolahan, yaitu secara fisika, kimia maupun
biologis.
1. Cara fisika
Merupakan metode pemisahan sebagian dari beban pencemaran khususnya padat
tersuspensi atau koloid dari limbah cair. Dalam pengolahan limbah cair industri tahu
secara fisika, proses yang dapat digunakan antara lain adalah filtrasi dan
pengendapan (sedimentasi). Filtrasi (penyaringan) menggunakan media penyaring
terutama untuk menjernihkan dan memisahkan partikel-partikel kasar dan padatan
tersuspensi dari limbah cair. Padatan tersuspensi yang lolos dari penyaringan
selanjutnya disisihkan dalam unit sedimentasi dengan menambahkan koagulan
sehinggga terbentuk flok. Proses ini termasuk proses kimia. Dalam sedimentasi,
flokflok padatan dipisahkan dari aliran dengan memanfaatkan gaya gravitasi.

2. Cara kimia
Merupakan metode penghilangan atau konversi senyawa-senyawa polutan dalam
limbah cair dengan penambahan bahan-bahan kimia atau reaksi kimia lainnya.
Beberapa proses yang dapat diterapkan dalam pengolahan limbah cair industri tahu
diantaranya termasuk koagulasi-flokulasi dan netralisasi. Dalam proses koagulasi-
flokulasi, partikel-partikel koloid hidrofobik cenderung menyerap ion-ion bermuatan
negatif dalam limbah cair melalui sifat adsorpsi koloid tersebut, sehingga partikel
tersebut menjadi bermuatan negatif. Koloid bermuatan negatif ini melalui gaya-gaya
Van der Waals menarik ionion bermuatan berlawanan dan membentuk lapisan
kokoh (lapisan stern) mengelilingi partikel inti. Selanjutnya lapisan kokoh (stern)
yang bermuatan positif menarik ion-ion negatif lainnya dari dalam larutan
membentuk lapisan kedua (lapisan difus). Kedua lapisan tersebut bersama-sama
menyelimuti partikel-partikel koloid dan membuatnya menjadi stabil. Partikel-
partikel koloid dalam keadaan stabil menurut Davis dan Cornwell (1991) cenderung
tidak mau bergabung satu sama lainnya membentuk flok-flok berukuran lebih besar,
sehingga tidak dapat dihilangkan dengan proses sedimentasi ataupun filtrasi.
Koagulasi pada dasarnya merupakan proses destabilisasi partikel koloid bermuatan
dengan cara penambahan ion-ion bermuatan berlawanan (koagulan) ke dalam koloid,
dengan demikian partikel koloid menjadi netral dan dapat beraglomerasi satu sama lain
membentuk mikroflok. Selanjutnya mikroflokmikroflok yang telah terbentuk dengan
dibantu pengadukan lambat mengalami penggabungan menghasilkan makroflok
(flokulasi), sehingga dapat dipisahkan dari dalam larutan dengan cara pengendapan atau
filtrasi.
Koagulan yang biasa digunakan antara lain polielektrolit, aluminium, kapur, dan
garam-garam besi. Masalah dalam pengolahan limbah secara kimiawi adalah banyaknya
endapan lumpur yang dihasilkan , sehingga membutuhkan penanganan lebih lanjut.
(Rahman. 2010)

3. Cara biologi
Dapat menurunkan kadar zat organik terlarut dengan memanfaatkan
mikroorganisme atau tumbuhan air. Pada dasarnya cara biologi adalah pemutusan
molekul kompleks menjadi molekul sederhana oleh mikroorganisme. Proses ini
sangat peka terhadap faktor suhu, pH, oksigen terlarut (DO) dan zat-zat inhibitor
terutama zat-zat beracun. Mikroorganisme yang digunakan untuk pengolahan limbah
adalah bakteri, algae, atau protozoa Sedangkan tumbuhan air yang mungkin dapat
digunakan termasuk gulma air (aquatic weeds).

Metode biologis lainnya dapat dilakukan dengan Anaerobik, Anaerobik-Biogas,
Aerobik, Kombinasi Anaerobik dan Aerobik.


KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR
Secara umum karakteristik air buangan dapat digolongkan atas sifat fisika, kimia
dan biologi. Akan tetapi, air buangan industri biaasanya hanya terdiri dari karakteristik
kimia dan fisika. Parameter yag digunakan untuk menunjukkan karakter air buangan
industri pangan adalah:
1. Parameter fisika, seperti kekeruhan, suhu, zat padat, bau,dan lain-lain.
2. Parameter Kimia
Parameter kimia dibedakan atas :
Kimia Organik : kandungan organik (BOD, COD, TOC), oksigen terlarut (DO),
minyak/lemak, Nitrogen-Total (N-Total), dan lain-lain.
Kimia anorganik: pH, Ca, Pb, Fe, Cu, Na, sulfur, H
2
S , dan lain-lain.

Beberapa karakteristik limbah cair industri tahu yang penting anatara lain:
Padatan tersuspensi, yaitu bahan-bahan yang melayang dan tidak larut dalam air.
Padatan tersuspensi sangat berhubungan erat dengan tingkat kekeruhan air, semakin
tinggi kandungan bahan tersuspensi tersebut, maka air akan semakin keruh.
Biochemical Oxygen Demand (BOD), merupakan parameter untuk menilai jumlah
zat organik yang terlarut serta menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh
aktivitas mikroba dalam menguraikan zat organik secara biologis di dalam limbah
cair. Limbah cair industri tahu mengandung bahan-bahan organik terlarut yang
tinggi.
Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi merupakan
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh oksidator (misal kalium dikhormat) untuk
mengoksidasi seluruh material baik organik maupun anorganik yang terdapat dalam
air. Jika kandungan senawa organik dan anorganik cukup besar, maka oksigen
terlarut di dalam air dapat mencapai nol sehingga tumbuhan, air, ikan-ikan dan
hewan air lainnya yang membutuhkan oksigen tidak memungkinkan hidup.
Nitrogen-Total (N-Total) yaitu fraksi bahan-bahan organaik campuran senyawa
kompleks antara lain asam-asam amino, dan protein (polimer asam amino). Dalam
analisis limbah cair, N-Total terdiri dari campuran N-organik, N-amonia, nitrat dan
nitrit. Nitrogen organik dan nitrogen amonia dapat ditentukan secara analitik
menggunakan metode Kjeldahl, sehingga lebih lanjut konsentrasi total keduanya
dapat dinyatakan sebagai Total Kjeldahl Nitrogen (TKN). Senyawan-senyawa N-
Total adalah senyawa-senyawa yang mudah terkonversi menjadi amonium (NH
4
+
)
melalui aksi mikroorganisme dalam lingkungan air atau tanah. Menurut Kuswardani
(1985) limbah cair industri tahu mengandung N-Total sebesar 434,78 mg/l.
Derajat Keasaman (pH). Air limbah industri tahu sifatnya cenderung asam, pada
keadaan asam ini akan terlepas zat-zat yang mudah menguap. Hal ini
mengakibatkan limbah cair industri tahu mengeluarkan bau busuk.

Pengertian Air Kolam
Kolam merupakan lahan yang dibuat untuk menampung air dalam jumlah tertentu
sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan dan atau hewan air lainnya. Berdasarkan
pengertian teknis kolam merupakan suatu perairan buatan yang luasnya terbatas dan sengaja
dibuat manusia agar mudah dikelola dalam hal pengaturan air, jenis hewan budidaya dan
target produksinya. Kolam selain sebagai media hidup ikan juga harus dapat berfugsi sebagai
sumber makanan alami bagi ikan, artinya kolam harus berpotensi untuk dapat menumbuhkan
makanan alami. (Susanto, 1992),



Fungsi Dan Manfaat Air Kolam
Fungsi ekologis diantaranya : Habitat hidup berbagai jenis hewan dan tumbuhan
air, dan sebagai sumber plasma nutfah
Manfaat ekonomis kolam: menghasilkan berbagai sumber daya alam bernilai
ekonomis, meningkatkan perekonomian masyarakat, sarana pariwisata / rekreasi.


Proses Pembuatan Kolam
Kolam merupakan lahan basah buatan yang dapat dikelola dan diatur langsung
oleh manusia untuk kebutuhan budidaya ikan. Berdasarkan proses pembentukannya,
kolam dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu kolam yang sengaja dibangun dan
kolam yang tidak sengaja dibangun.
Tipe-Tipe Kolam
a. Tipe Kolam berdasarkan sumber air: kolam tadah hujan, kolam mata air, kolam
berperairan setengah teknis, kolam berperairan teknis.
b. Tipe kolam berdasarkan kegunaannya: kolam pemeliharaan induk, kolam
pemijahan / perkawinan, kolam penetaan telur, kolam pendederan, kolam
pembesaran, kolam penumbuhan makanan alami, kolam pengendapan, kolam
penampungan hasil.
c. Tipe kolam berdasarkan aliran air: (a) kolam air tergenang (stagnant water
ponds), (b) kolam air air mengalir / kolam air deras (running water pond).

Syarat Kolam
Syarat esensial bagi suatu kolam yang efektif adalah :
kondisi topografi di tempat yag akan dibangun kolam haruslah memungkinkan
pembangunan yang ekonomis, tenaga dan biaya adalah fungsi langsung panjang
dan dalam kolam,
cukup air yang memenuhi syarat,
terdapat bahan tanah yang kedap air, bukan pasir,
semua kolam harus dilengkapi fasilitas pelimpasan untuk menyalurkan air kalau
terjadi terjadi banjir, dengan aman, dan
kolam harus dapat dikeringkan untuk perbaikan.

Kandungan Air Kolam
1. Amonia (NH3)
Ammonia diukur dengan satuan part per million (ppm), adalah sebagai acuan
utama tingkat kesehatan bio-converters. Turunnya pH dan temperatur dapat
meningkatkan proses ionisasi yang menyebabkan kadar Amonium meningkat
sehingga tingkat racun menurun. Sebagai panduan secara garis besar, untuk air
dengan temperatur 70
0
F (21
0
C) salah satu contohnya adalah ikan koi.
2. Nitrate
Nitrate (NO3-N), diukur dalam satuan ppm, adalah pentunjuk ketiga untuk
menilai tingkat kesehatan bio-converter. Nitrate adalah hasil akhir dari lingkaran
proses nirtifikasi dan sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk hidup.
Catatan bahwa perbedaan yang sangat mencolok di dalam ukuran untuk mengukur
Nitrate (200 ppm) yang berbeda untuk Amonia dan Nitrite yang memiliki level 1 4
ppm. Dengan asumsi bahwa bio-converter telah mengkonversikan 1 ppm ekuivalen
Amonia menjadi 1 ppm ekuivalen Nitrite dan kemudia menjadi 1 ppm ekuivalen Nitrate
per hari, maka akan dibutuhkan 100 hari atau 3 bulan untuk mencapai kadar Nitrate
menjadi 100 ppm (akan lebih lama lagi jika penggantian air dilakukan). Konsentrasi
Nitrate secara alami sangat dikontrol oleh penggantian air dan sedikit dipengaruhi oleh
besarnya konsumsi tumbuhan/alga.
3. Temperature
Apapun ukuran yang digunakan untuk mengukur temperatur (Celcius atau
Fahrenheit), sebuah termometer sangat dibutuhkan oleh para pemilik/pemelihara kolam.
Disarankan termometer berada terapung di sistem filter/converter atau terikat di titik
yang mudah dijangkau di kolam.
Temperatur ideal berkisar antara 65F 75F (20C 25C)
Temperatur yang masih dapat diterima 35F 85F (2C 30C)
Temperatur kolam pada umumnya mengikuti kondisi lingkungan sekitarnya
walaupun memiliki keterlambatan penyesuaian yang tergantung pada besarnya kolam.
Kolam terbuka dapat menyebabkan perubahan temperatur yang besar. Sinar matahari di
siang hari dapat mengakibatkan temperatur meningkat tajam dan kehilangan panas
dapat terjadi di malam hari lebih besar dibandingkan dengan kolam yang tertutupi.
Kondisi malam hari yang cerah dapat mengabsorsi sejumlah besar panas dari kolam
berukuran kecil sehingga temperatur kolam tersebut dapat berada di bawah temperatur
udara sekitar.
Faktor yang mempengaruhi aktivitas air kolam
Banyak faktor yang bisa mempengaruhi organisme dalam melakukan aktivitasnya
contohnya pengaruh dari luar seperti lingkungan dan pengaruh dalam yang berasal dari
organisme itu sendiri. Salah satu faktor lain yang mempengaruhi aktivitas organisme
adalah suhu dimana suhu mempunyai rentang yang dapat ditolelir oleh setiap jenis
organisme. Suhu mempunyai peranan penting dalam mengatur aktivitas biologis
organisme baik hewan maupun manusia (Ramadhani, 2011).
Menurut Yuliani dan Rahardjo (2012), Suhu air dipengaruhi oleh suhu udara. Tinggi
rendah suhu juga berpengaruh terhadap aktivitas ikan. Tingginya suhu air akan
mengurangi kadar oksigen terlarut. Keadaan suhu air dan DO akan mempengaruhi
aktivitas ikan. Suhu air sangat berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dan
laju konsumsi oksigen hewan air.
Termoregulasi
Termoregulasi merupakan proses yang terjadi dalam tubuh hewan untuk mengatur
suhu tubuhnya supaya tetap konstan, supaya suhu tubuhnya tidak mengalami perubahan
yang drastis.

Hewan Endoterm, Ektoterm, dan Heteroterm
Makhluk hidup dapat diklasifikasikan atas dasar sumber panas bagi tubuhnya.
Endoterm adalah kelompok hewan yang mampu memproduksi sendiri panas yang
diperlukan untuk tubuhnya. Sedangkan suhu tubuh kelompok hewan Ektoterm berasal
dari suhu di sekelilingnya yang merupakan sumber panas tubuh. Kelompok hewan
ketiga adalah Heteroterm, tubuh hewan ini dapat memproduksi panas seperti halnya
pada endoterm, tetapi tidak mempertahankan suhu tubuhnya dalam kisaran suhu yang
sempit (Yuliani dan Raharjo, 2009).
Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah
diukur dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang penting dalam
mengatur aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun tumbuhan. Ini terutama
disebabkan karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan
sekaligus menentukan kegiatan metabolisme, misalnya dalam hal respirasi.

DO (Dissolved Oxigen)
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup
untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga
dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik.
Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara
bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin,
2000).







Gambar kolam






KONDUKTIVITAS

Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap temperatur hanya bergantung pada
ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan suatu elektrolit
diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada per cm3 larutan
untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektrode yang terpisah
1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan, konduktans akan
naik selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek-
efek antar-ionik untuk elektrolit-elektrolit kuat oleh kenaikan derajat disosiasi untuk
elektrolit-elektrolit lemah
(Basset,J.dkk,1994:236).
PRINSIP KERJA KONDUKTOMETER
Prinsip kerja konduktometer adalah bagian konduktor (elektroda) dimasukkan ke
dalam larutan akan menerima rangsang dari suatu ion-ion yang menyentuh permukaan
konduktor, lalu hasilnya akan diproses dan sebagai outputnya berupa angka
konduktansi. Semakin banyak konsentrasi suatu ion dalam larutan maka semakin besar
nilai daya hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari larutan yang menyentuh
konduktor dan semakin tinggi suhu suatu larutan maka semakin besar nilai daya
hantarnya, hal ini karena saat suatu partikel berada pada lingkungan yang suhunya
semakin bertambah maka pertikel tersebut secara tidak lansung akan mendapat
tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik yang dimiliki suatu partikel
semakin tinggi (gerakan molekul semakin cepat).






Daftar pustaka
Meck, N. (1996), Pond Water Chemistry, Koi Club of San Diego.
Abdlanov, Dikri. 2011. Hubungan antara oksigen terlarut (DO) , PH dengan
penyerapan bahan toksik oleh organisme air. Diakses melalui
http://abdilanov.blogspot.com/2011/11/hubungan-antara-oksigen-terlarut-do-
ph.html pada tanggal 8 Oktober 2012.

Amdah, Misdar. 2011. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Organisme. Diakses melalui
http://blognaghgeo.blogspot.com/2011/02/pengaruh-suhu-terhadap-aktifitas.html
pada tanggal 8 Oktober 2012.

Anonim. 2008. Ikan Mas (Cyprinus caprio L.) sebagai Early Warning System
pencemaran lingkungan. Diakses melalui
http://smk3ae.wordpress.com/2008/07/24/ikan-mas-cyprinus-caprio-l-sebagai-
early-warning-system-pencemaran-lingkungan/ pada tanggal 8 Oktober 2012.

Anonim. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adaptasi Hewan terhadap
Lingkungannya. www.google.co.id. Diakses pada tanggal 30 Desember 2010.

Asmawati. 2004. Biologi Pendidikan IPA 1. Jakarta: Univeersitas Terbuka.

Haryono. 1984. Biologi Umum. Jakarta : Intan Pariwara.

Kholik. Abdul. 2000. Kamus Biologi Praktis. CV Nurul Umu: Jakarta.

Nasir, Mochammad. 1993. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Nurani, Rizki Gita. 2011. Pengaruh Berbagai Faktor Lingkungan Terhadap Kehidupan
Hewan Akuatik. Diakses melalui http://gitanurani09.blogspot.com/2011/03/pengaruh-
berbagai-faktor-lingkungan.html pada tanggal 8 Oktober 2012.

Ramadhani, Fitri. 2011. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Organisme. Diakses
melalui http://elfitri-vidow.blogspot.com/2012/05/lap-bio-pengaruh-suhu-
terhadap.html pada tanggal 8 Oktober 2012.

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi
(BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana,
Volume XXX, Nomor 3, 2005 : 21 - 26 ISSN 0216-1877. Diakses melalui
http://images.atoxsmd.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/RluywAoKCsYAAA
HIw641/oksigen%20terlarut%20dan%20kebutuhan%20oksigen%20biologi%20untuk%
20penentuan%20kualitas%20perairan.pdf?nmid=44066689, pada tanggal 8 Oktober
2012.

Soesilo. 1986. Biologi jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Tim Pengajar. 2010. Biologi umum. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Udom, P.Eugene. 1987. Dasarr-Dasar Biologi. Yogyakarta: Gayah Mada Universty
per

Waskito, dkk. 1992. Biologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Yuliani, dan Rahardjo. 2012. Panduan Praktikum Ekofisiologi. Unipress, Universitas
Negeri Surabaya: Surabaya.








TINJAUAUN PUSTAKA

REFERENSI LIMBAH TAHU

I. Pengertian Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Limbah yang
mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan
limbah B-3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi
berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya. Bila ditinjau secara
kimiawi, bahan-bahan ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik.
(Kristanto, 2004).

J. Jenis-Jenis Limbah
4. Berdasarkan Karakteristiknya
Berdasarkan wujud atau karakteristiknya limbah industri dapat digolongkan
menjadi tiga bagian, yaitu:
Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan
industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan.
Limbah gas dan partikel adalah limbah yang banyak dibuang ke udara.
Gas/asap, partikulat, dan debu yang dikeluarkan oleh pabrik ke udara akan
adalah butiran halus yang mungkin masih terlihat oleh mata telanjang, seperti
uap air, debu, asap, fume dan kabut.
Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur, dan
bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan
menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yang dapat didaur-ulang (misalnya
plastik, tekstil, potongan logam) dan limbah padat yang tidak memiliki nilai
ekonomis.


5. Berdasarkan Sumber Pencemar
Penggolongan limbah berdasarkan sumber pencemar dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
Sumber domestik (rumah tangga)
Limbah domestik adalah semua limbah yang berasal dari kamar mandi, WC,
dapur, tempat cuci pakaian, apotik, rumah sakit, dari perkampungan, kota, pasar,
jalan, terminal dan sebagainya.
Sumber non-domestik
Limbah non-domestik sangat bervariasi, diantaranya berasal dari pabrik,
pertanian, peternakan, perikanan, transportasi, dan sumber-sumber lainnya.

6. Berdasarkan Sifat Kimianya
Limbah ditinjau secara kimiawi, terdiri atas:
Limbah organik adalah limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh
mikroorganisme. Oleh karena bahan buangan organik dapat membusuk atau
terdegradasi maka akan sangat bijaksana apabila bahan buangan yang

K. Limbah Cair
Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan
industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan. Mutu
limbah cair adalah keadaan limbah cair yang dinyatakan dengan debit, kadar dan bahan
pencemar. Debit maksimum adalah debit tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang
ke lingkungan.

2. Klasifikasi limbah cair
Limbah cair dibedakan menurut asal limbah cair :
Limbah cair dari rumah tangga yang terdiri atas senyawa organik seperti sayur-
mayur, buah-buahan dan senyawa anorganik seperti gelas dan kaleng.
Limbah cair dari industri dengan nilai BOD tinggi, rendah padatan terlarut,
konsentrasi logam berat sangat tinggi atau senyawa organik sangat tinggi dalam
limbah cair.
Limbah cair dari industri dengan nilai COD sangat tinggi namun nilai BOD
rendah.

L. Sumber dan Jenis Pencemar Limbah Cair
4. Sumber pencemar fisik
Pencemar fisik misalnya suhu, nilai pH, warna, bau dan total padatan
tersuspensi.
5. Sumber pencemar senyawa kimia organik dan anorganik
Pencemar senyawa kimia organik misal karbohidrat, lemak, protein, minyak,
pelumas, BOD, COD, TOC, TOD, alkalinitas.
Pencemar senyawa kimia anorganik misal logam berat, N, P, khlorida, sulfur,
hidrogen sulfit, dan gas terlarut dalam limbah cair.
6. Sumber Pencemar Mikrobiologi
Sumber pencemar mikrobiologi misal mikroba patogen yaitu typhus-cholera-
dysentri, poliovirus, virus hepatitis B, Salmonella typhi, cacing parasit, bakteri,
algae, protozoa, virus, dan coliform
(Suharto, 2011).

M. Tahu
Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah baik limbah
padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari proses penyaringan dan
penggumpalan, limbah ini kebanyakan oleh pengrajin dijual dan diolah menjadi tempe
gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung ampas tahu yang
akan dijadikan bahan dasar pembuatan roti kering dan cake. Sedangkan limbah cairnya
dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu, oleh
karena itu limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Limbah cair tahu dengan
karakteristik mengandung bahan organik tinggi dan kadar BOD, COD yang cukup
tinggi pula, jika langsung dibuang ke badan air, jelas sekali akan menurunkan daya
dukung lingkungan. Sehingga industri tahu memerlukan suatu pengolahan limbah yang
bertujuan untuk mengurangi resiko beban pencemaran yang ada.
Teknologi pengolahan limbah tahu dapat dilakukan dengan proses biologis
sistem anaerob, aerob dan kombinasi anaerob-aerob. Teknologi pengolahan limbah tahu
yang ada saat ini pada umumnya berupa pengolahan limbah dengan sistem anaerob, hal
ini disebabkan karena biaya operasionalnya lebih murah. Dengan proses biologis
anaerob, efisiensi pengolahan hanya sekitar 70%-80%, sehingga airnya masih
mengandung kadar pencemar organik cukup tinggi, serta bau yang masih ditimbulkan
sehingga hal ini menyebabkan masalah tersendiri.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka diterapkan sistem pengolahan limbah
dengan sistem kombinasi anaerob-aerob, dengan sistem ini diharapkan dapat
menurunkan konsentrasi kadar COD air limbah tahu. Sehingga jika dibuang tidak
menyebabkan bau dan tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Mengingat industri tahu
merupakan industri dengan skala kecil, maka membutuhkan intalasi pengolahan limbah
yang alat-alatnya sederhana, biaya operasionalnya murah, memiliki nilai ekonomis dan
ramah lingkungan.
(Herlambang,2002)

N. Limbah Industri Tahu
Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) bentuk limbah, yaitu
limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik pengolahan tahu berupa kotoran
hasil pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat lain yang
menempel pada kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang disebut dengan ampas
tahu. Limbah padat yang berupa kotoran berasal dari proses awal (pencucian) bahan
baku kedelai dan umumnya limbah padat yang terjadi tidak begitu banyak (0,3% dari
bahan baku kedelai). Sedangkan limbah padat yang berupa ampas tahu terjadi pada
proses penyaringan bubur kedelai. Ampas tahu yang terbentuk besarannya berkisar
antara 25-35% dari produk tahu yang dihasilkan.
Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman, pencucian
kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu, penyaringan dan
pengepresan/pencetakan tahu. jumlah kebutuhan air proses dan jumlah limbah cair yang
dihasilkan dilaporkan berturut-turut sebesar 45 dan 43,5 liter untuk tiap kilogram bahan
baku kacang kedelai. Pada beberapa industri tahu, sebagian kecil dari limbah cair
tersebut (khususnya air dadih) dimanfaatkan kembali sebagai bahan penggumpal.
Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan
kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih (whey). Limbah
cair industri tahu mengandung bahan-bahan organik kompleks yang tinggi terutama
protein dan asam-asam amino dalam bentuk padatan tersuspensi maupun terlarut.
Adanya senyawa-senyawa organik tersebut menyebabkan limbah cair industri tahu
mengandung BOD, COD dan TSS yang tinggi. Limbah ini sering dibuang secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan
mencemari lingkungan.

O. Karakteristik Limbah Industri Tahu
Karakteristik buangan industri tahu meliputi dua hal, yaitu karakteristik fisika dan
kimia. Karakteristik Fisika meliputi padatan total, padatan tersuspensi, suhu, warna, dan
bau. Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan gas. Suhu air
limbah tahu berkisar 37-45C, kekeruhan 535-585 FTU, warna 2.225-2.250 Pt.Co,
amonia 23,3-23,5 mg/1, BOD5 6.000-8.000 mg/1 dan COD 7.500-14.000 mg/1.
Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu limbah cair
tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 400C-460C. Suhu yang
meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan
oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan. Bahan-bahan
organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu pada umumnya sangat tinggi.
Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat berupa protein,
karbohidrat, lemak dan minyak. Diantara senyawa-senyawa tersebut, protein dan lemak
adalah yang jumlahnya paling besar. Protein mencapai 40-60%, karbohidrat 25-50%
dan lemak 10%. Air buangan industri tahu kualitasnya bergantung dari proses yang
digunakan. Apabila air prosesnya baik, maka kandungan bahan organik pada air
buangannya biasanya rendah. Komponen terbesar dari limbah cair tahu yaitu protein
(Ntotal) sebesar 226,06-434,78 mg/l, sehingga masuknya limbah cair tahu ke
lingkungan perairan akan meningkatkan total nitrogen di perairan tersebut .
Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah tahu adalah gas nitrogen (N2). Oksigen
(O2), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), karbondioksida (CO2) dan metana (CH4).
Gas-gas tersebut berasal dari dekomposisi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam
air buangan




P. Dampak Limbah Industri Tahu
Herlambang (2002) menuliskan dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran bahan
organik limbah industri tahu adalah gangguan terhadap kehidupan biotik. Turunnya
kualitas air perairan akibat meningkatnya kandungan bahan organik. Aktivitas
organisme dapat memecah molekul organik yang kompleks menjadi molekul organik
yang sederhana. Bahan anorganik seperti ion fosfat dan nitrat dapat dipakai sebagai
makanan oleh tumbuhan yang melakukan fotosintesis. Selama proses metabolisme
oksigen banyak dikonsumsi, sehingga apabila bahan organik dalam air sedikit, oksigen
yang hilang dari air akan segera diganti oleh oksigen hasil proses fotosintesis dan oleh
reaerasi dari udara. Sebaliknya jika konsentrasi beban organik terlalu tinggi, maka akan
tercipta kondisi anaerobik yang menghasilkan produk dekomposisi berupa amonia,
karbondioksida, asam asetat, hirogen sulfida, dan metana. Senyawa-senyawa tersebut
sangat toksik bagi sebagian besar hewan air, dan akan menimbulkan gangguan terhadap
keindahan (gangguan estetika) yang berupa rasa tidak nyaman dan menimbulkan bau.
(Kaswinarni, 2007)
Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan
mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan menimbulkan gangguan
terhadap kesehatan karena menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk
tumbuhnya kuman penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada produk tahu
sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan, air limbah akan berubah warnanya
menjadi cokelat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini mengakibatkan sakit
pernapasan. Apabila air limbah ini merembes ke dalam tanah yang dekat dengan sumur
maka air sumur itu tidak dapat dimanfaatkan lagi. Apabila limbah ini dialirkan ke
sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan akan menimbulkan
gangguan kesehatan yang berupa penyakit gatal, diare, kolera, radang usus dan penyakit
lainnya, khususnya yang berkaitan dengan air yang kotor dan sanitasi lingkungan yang
tidak baik.





G. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu
Berbagai upaya untuk mengolah limbah cair industri tahu telah dicoba
dandikembangkan. Secara umum, metode pengolahan yang dikembangkan tersebut
dapat digolongkan atas 3 jenis metode pengolahan, yaitu secara fisika, kimia maupun
biologis.
4. Cara fisika
Merupakan metode pemisahan sebagian dari beban pencemaran khususnya padat
tersuspensi atau koloid dari limbah cair. Dalam pengolahan limbah cair industri tahu
secara fisika, proses yang dapat digunakan antara lain adalah filtrasi dan
pengendapan (sedimentasi). Filtrasi (penyaringan) menggunakan media penyaring
terutama untuk menjernihkan dan memisahkan partikel-partikel kasar dan padatan
tersuspensi dari limbah cair. Padatan tersuspensi yang lolos dari penyaringan
selanjutnya disisihkan dalam unit sedimentasi dengan menambahkan koagulan
sehinggga terbentuk flok. Proses ini termasuk proses kimia. Dalam sedimentasi,
flokflok padatan dipisahkan dari aliran dengan memanfaatkan gaya gravitasi.

5. Cara kimia
Merupakan metode penghilangan atau konversi senyawa-senyawa polutan dalam
limbah cair dengan penambahan bahan-bahan kimia atau reaksi kimia lainnya.
Beberapa proses yang dapat diterapkan dalam pengolahan limbah cair industri tahu
diantaranya termasuk koagulasi-flokulasi dan netralisasi. Dalam proses koagulasi-
flokulasi, partikel-partikel koloid hidrofobik cenderung menyerap ion-ion bermuatan
negatif dalam limbah cair melalui sifat adsorpsi koloid tersebut, sehingga partikel
tersebut menjadi bermuatan negatif. Koloid bermuatan negatif ini melalui gaya-gaya
Van der Waals menarik ionion bermuatan berlawanan dan membentuk lapisan
kokoh (lapisan stern) mengelilingi partikel inti. Selanjutnya lapisan kokoh (stern)
yang bermuatan positif menarik ion-ion negatif lainnya dari dalam larutan
membentuk lapisan kedua (lapisan difus). Kedua lapisan tersebut bersama-sama
menyelimuti partikel-partikel koloid dan membuatnya menjadi stabil. Partikel-
partikel koloid dalam keadaan stabil menurut Davis dan Cornwell (1991) cenderung
tidak mau bergabung satu sama lainnya membentuk flok-flok berukuran lebih besar,
sehingga tidak dapat dihilangkan dengan proses sedimentasi ataupun filtrasi.
Koagulasi pada dasarnya merupakan proses destabilisasi partikel koloid bermuatan
dengan cara penambahan ion-ion bermuatan berlawanan (koagulan) ke dalam koloid,
dengan demikian partikel koloid menjadi netral dan dapat beraglomerasi satu sama lain
membentuk mikroflok. Selanjutnya mikroflokmikroflok yang telah terbentuk dengan
dibantu pengadukan lambat mengalami penggabungan menghasilkan makroflok
(flokulasi), sehingga dapat dipisahkan dari dalam larutan dengan cara pengendapan atau
filtrasi.
Koagulan yang biasa digunakan antara lain polielektrolit, aluminium, kapur, dan
garam-garam besi. Masalah dalam pengolahan limbah secara kimiawi adalah banyaknya
endapan lumpur yang dihasilkan , sehingga membutuhkan penanganan lebih lanjut.
(Rahman. 2010)

6. Cara biologi
Dapat menurunkan kadar zat organik terlarut dengan memanfaatkan
mikroorganisme atau tumbuhan air. Pada dasarnya cara biologi adalah pemutusan
molekul kompleks menjadi molekul sederhana oleh mikroorganisme. Proses ini
sangat peka terhadap faktor suhu, pH, oksigen terlarut (DO) dan zat-zat inhibitor
terutama zat-zat beracun. Mikroorganisme yang digunakan untuk pengolahan limbah
adalah bakteri, algae, atau protozoa Sedangkan tumbuhan air yang mungkin dapat
digunakan termasuk gulma air (aquatic weeds).

Metode biologis lainnya dapat dilakukan dengan Anaerobik, Anaerobik-Biogas,
Aerobik, Kombinasi Anaerobik dan Aerobik.

a. Pengolahan Limbah Cair Anaerobik
Proses anaerobik pada hakikatnya adalah proses yang terjadi karena aktivitas
mikroba yang dilakukan pada saat tidak terdapat oksigen bebas. Proses anaerobik dapat
digunakan untuk mengolah berbagai jenis limbah yang bersifat biodegradable, termasuk
limbah industri makanan salah satunya adalah limbah tahu.
Proses biologi anaerobik merupakan sistem pengolahan air limbah tahu yang
banyak digunakan. Pertimbangan yang dilakukan adalah mudah, murah dan hasilnya
bagus. Proses biologi anaerobik merupakan salah satu sistem pengolahan air limbah
dengan memanfaatkan mikroorganisme yang bekerja pada kondisi anaerob. Kumpulan
mikroorganisme, umumnya bakteri, terlibat dalam transformasi senyawa komplek
organik menjadi metana. Selebihnya terdapat interaksi sinergis antara bermacammacam
kelompok bakteri yang berperan dalam penguraian limbah.
Kelompok bakteri non metanogen yang bertanggung jawab untuk proses
hidrolisis dan fermentasi tardiri dari bakteri anaerob fakultatif dan obligat.
Mikroorganisme yang diisolasi dari digester anaerobik adalah Clostridium spp.,
Peptococcus anaerobus, Bifidobacterium spp., Desulphovibrio spp., Corynebacterium
spp., Lactobacillus, Actonomyces, Staphylococcus, and Eschericia coli (Metcalf and
Eddy, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses anaerobik yaitu :

1. Suhu.
Proses anaerobik dapat terjadi dibawah dua kisaran kondisi suhu, yaitu kondisi
mesopilik, yaitu antara 20-45oC, pada umumnya 35oC dan kondisi thermopilik, yaitu
antara 50-65oC, pada umumnya 55oC. Suhu yang optimal dari proses anaerobik
bervariasi tergantung pada komposisi nutrient di dalam digester, tetapi kebanyakan
proses anaerobik seharusnya dipelihara secara konstan untuk mendukung tingkat
produksi gas. Digester termopilik lebih efisien dalam hal waktu tinggal, tingkat
kapasitas, dan jumlah produksi gas, tetapi di lain hal membutuhkan input panas yang
lebih tinggi dan mempunyai sensitivitas yang tinggi yang membuat proses lebih
problematik daripada digesti mesopilik.
2. Waktu Tinggal.
Waktu tinggal adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai proses degradasi
materi-materi organik yang sempurna. Waktu tinggal bervariasi dengan memproses
parameter-parameter, seperti memproses suhu dan komposisi limbah. Waktu tinggal
untuk limbah yang diperlakukan dalam digester mesopilic dalam kisaran 15-30 hari dan
12-14 hari untuk digester termopilik.



3. pH.
Nilai pH yang optimal untuk proses asidogenesis dan metanogenesis berbedabeda.
Selama proses asidogenesis dibentuk asetat, laktat, dan asam propionat, dengan
demikian pH turun. pH yang rendah dapat menghambat proses asidogenesis dan nilai
pH dibawah 6,4 dapat bersifat racun untuk bakteri pembentuk metan (pH optimal untuk
proses metanogenesis adalah antara 6,6-7). Kisaran pH optimal untuk semua yaitu
antara 6,4-7,2.
(Monnet, 2003)












Q. Pencemaran Lingkungan air
Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan
dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat dalam
bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Misalnya,
walaupun di daerah pegunungan atau hutan yang ber-udara bersih dan bebas
pencemaran, air hujan yang turun diatasnya selalu mengandung bahan-bahan terlarut,
seperti CO2, O2 dan N2, serta bahan-bahan tersuspensi, seperti debu dan partikel-
partikel lainnya yang terbawa air hujan dari atmosfir.
Air permukaan dan air sumur pada umumnya mengandung bahan-bahan metal
terlarut, seperti Na, Mg, Ca dan Fe. Air yang mengandung komponen-komponen
tersebut dalam jumlah banyak disebut air sadah.
Dari contoh diatas jelaslah bahwa air yang tidak tercemar tidak selalu
merupakan air murni, tetapi merupakan air yang tidak mengandung bahan
asing tertentu dalam jumlah yang melebihi batas yang telah ditetapkan sehingga
air tersebut dapat digunakan secara normal untuk keperluan tertentu, misalnya
untuk air minum, untuk berenang, mandi, kehidupan hewan air, pengairan dan
keperluan industri.
Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat
digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal disebut dengan

Pencemaran Air.
Sifat kimia-fisika air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk menentukan
tingkat pencemaran air adalah nilai pH, keasaman dan alkanitas; suhu; oksigen terlarut;
karbondioksida bebas; warna dan kekeruhan; jumlah padatan; nitrat; amoniak; fosfat;
daya hantar; klorida.

1. Nilai pH, keasaman dan alkalinitas
Nilai pH air yang normal adalah antara 6,00 8,00, sedangkan air yang tercemar,
misalnya air limbah (buangan), berbeda-beda tergantung pada jenis limbahnya.
Air yang masih segar dari pegunungan biasanya mempunyai pH yang lebih tinggi.
Semakin lama pH air akan menurun menuju kondisi asam. Hal ini disebabkan
bertambahnya bahan-bahan organik yang membebaskan CO2 jika mengalami
penguraian.
Air limbah industri bahan anorganik pada umumnya mengandung asam mineral
dalam jumlah tinggi sehingga keasamannya juga tinggi atau pHnya rendah.
Adanya komponen besi sulfur (FeS2) dalam jumlah banyak di dalam air akan
membentuk H2SO4 dan besi (Fe) yang larut. Perubahan keasaman pada air
limbah, baik kearah alkali (pH naik) maupun kearah asam (pH turun), akan sangat
mengganggu kehidupan ikan dan hewan air. Selain itu, air limbah yang memiliki
pH rendah bersifat sangat korosif yang mengakibatkan besi menjadi berkarat.
Alkalinitas berkaitan dengan kesadahan air, yang merupakan salah satu sifat air.
Adanya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) di dalam air akan
mengakibatkan sifat kesadahan air tersebut. Garam-garam ini terdapat dalam
bentuk karbonat, sulfat, klorida, fosfat dan lain-lain. Air dengan tingkat
kesadahan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan korosi pada alat yang terbuat
dari bahan besi, menyebabkan sabun kurang berbusa, sehingga meningkatkan
konsumsi sabun dan dapat menimbulkan kerak atau endapan pada tempat
pengolahan. Oleh karena itu air yang digunakan untuk industri seharusnya
kesadahannya dihilangkan terlebih dahulu.

2. Suhu
Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai proses industri.
Air pendingin tersebut setelah digunakan akan mendapat panas dari bahan yang
didinginkan, kemudian kembali ke tempat asalnya, yaitu sungai atau sumber air
lainnya. Air buangan tersebut mungkin memiliki suhu lebih tinggi daripada air
asalnya.
Naiknya suhu air akan menimbulkan akibat menurunnya jumlah oksigen
terlarut dalam air, meningkatkan kecepatan reaksi kimia, mengganggu
kehidupan ikan dan biota air lainnya, bahkan jika batas suhu yang mematikan
terlampaui, komponen biotik air tersebut akan mati.
Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan
mengalami kecepatan respirasi, disamping itu suhu yang tinggi juga akan
menurunkan jumlah oksigen yang terlarut di dalam air, sehingga biota air akan
mati kekurangan oksigen.

3. Oksigen terlarut
Oksigen adalah gas tak berbau, tidak berasa dan hanya sedikit larut dalam air.
Oksigen terlarut inilah yang merupakan tempat bergantungnya kehidupan dalam
air baik tumbuhan maupun hewan, sehingga kadar oksigen terlarut dapat
dijadikan ukuran untuk menentukan oksigen terlarut. Kehidupan dalam air dapat
bertahan jika terdapat oksigen terlarut minimal sebanyak 5 ppm (5 part per
million atau 5 mgr oksigen untuk setiap liter air), selebihnya bergantung pada
ketahanan organisme, derajat keaktifan, kehadiran bahan pencemar, suhu air dan
sebagainya.
Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air dan dari
atmosfir. Jika oksigen terlarut terlalu rendah, maka organisme aerob mungkin
akan mati dan organisme anaerob akan menguraikan bahan organik dan
menghasilkan bahan seperti metana dan hydrogen sulfida. Zat inilah yang
menyebabkan air berbau busuk.
Pengujian yang berhubungan dengan kandungan oksigen dalam air, yang
dibedakan atas uji BOD (biological oxygen demand) dan uji COD (chemical
oxygen demand).
BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme
hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan buangan dalam air. Jika
konsumsi oksigen tinggi, yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa
oksigen terlarut dalam air, maka berarti kandungan bahan buangan yang
membutuhkan oksigen adalah tinggi. Organisme hidup yang bersifat aerobik
membutuhkan oksigen untuk proses reaksi biokimia.
Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan suatu uji
yang lebih cepat dari uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu
oksidan. Uji ini disebut sebagai uji COD, yaitu suatu uji yang menentukan
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh suatu bahan oksidan, misalnya kalium
dikromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air

4. Warna dan kekeruhan
Warna air yang terdapat di alam sangat bervariasi, misalnya air di rawa-rawa
berwarna kuning, coklat atau kehijauan. Air sungai biasanya berwarna kuning
kecoklatan karena mengandung lumpur. Air limbah yang mengandung besi (Fe)
dalam jumlah banyak berwarna coklat kemerahan. Warna air yang tidak normal
biasanya merupakan indikasi terjadinya pencemaran air.
Warna air dapat dibedakan atas dua macam, yaitu warna asli (true color) yang
diakibatkan bahan-bahan terlarut, dan warna semu (apparent color) yang selain
diakibatkan oleh bahan terlarut, juga karena bahan tersuspensi, termasuk
diantaranya yang bersifat koloid.
Kekeruhan menunjukkan sifat optis air, yang mengakibatkan pembiasan cahaya
ke dalam air. Kekeruhan membatasi masuknya cahaya ke dalam air, yang terjadi
karena adanya bahan yang terapung, dan terurainya zat tertentu, seperti bahan
organik, jasad renik, lumpur, tanah liat dan benda lain yang melayang atau
terapung dan sangat halus sekali. Semakin keruh airnya semakin tinggi daya
hantar listriknya dan semakin banyak pula padatannya

5. Padatan
Padatan dalam air terdiri dari padatan organik dan anorganik yang terlarut,
mengendap maupun tersuspensi. Bahan ini akan mengendap pada dasar air
yang lambat laun akan menyebabkan pendangkalan pada tempat penerima.
Akibat lain dari padatan ini adalah tumbuhnya tanaman air tertentu dan dapat
menyebabkan racun bagi mahluk lain. Banyaknya padatan menunjukkan
banyaknya lumpur yang terkandung dalam air.
Pada dasarnya lingkungan air yang tercemar selalu mengandung padatan, yang
dapat dibedakan menjadi empat kelompok berdasarkan besar partikel dan sifat-
sifat lainnya, terutama kelarutannya, yaitu padatan terendap (sedimen),
padatan tersuspensi, padatan terlarut total, minyak dan lemak.
Padatan terendap (sedimen) yaitu padatan yang dapat langsung mengendap
jika air tidak terganggu untuk beberapa saat. Adanya sedimen dalam jumlah
banyak dalam air akan sangat merugikan, karena dapat mengakibatkan
penyumbatan saluran air dan selokan, dan dapat pula mengendap di dalam bak
penampung air sehingga mengurangi volume air yang dapat ditampung dalam
bak tersebut. Endapan dapat mengurangi populasi ikan dan biota air lainnya
karena telur-telur ikan dan sumber makanan mungkin terendam dalam sedimen.
Sedimen mengurangi penetrasi sinar ke dalam air sehingga akan mengurangi
kecepatan fotosintesis, dan sedimen mengakibatkan kekeruhan.
Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak
terlarut dan tidak langsung mengendap, terdiri dari partikel yang ukuran
maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, sel-sel
mikroorganisme. Air permukaan mengandung tanah liat dalam bentuk suspensi,
dapat bertahan sampai berbulan-bulan, kecuali jika keseimbangannya terganggu
oleh zat lain, sehingga mengakibatkan terjadinya penggumpalan yang
kemudian diikuti dengan pengendapan.
Padatan terlarut adalah padatan yang memiliki ukuran yang lebih kecil dari
padatan tersuspensi. Padatan ini larut dalam air, misalnya air limbah pabrik
gula, atau air limbah industri kimia yang mengandung mineral seperti merkuri
(Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), chromium (Cr), nikel (Ni), serta
garam magnesium dan kalsium yang mempengaruhi kesadahan air.

Air merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
keperluan industri air berfungsi sebagai pendingin mesin, bahan baku maupun
sebagai sarana pembersih (penggelontor limbah). Air juga diperlukan untuk
usaha-usaha pertanian, perikanan, olah raga, rekreasi, pemadam kebakaran dan
lain sebagainya.
Dalam dunia kesehatan lingkungan, air dapat menjadi faktor perpindahan atau
penularan penyebab penyakit (agent), atau membawa penyebab penyakit non
microbial seperti bahan-bahan toxic yang dikandungnya. Melalui media air,
dapat juga terjadi peracunan logam



Limbah Cair
Limbah cair merupakan air bekas yang sudah tidak terpakai lagi sebagai hasil dari
berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Air limbah domestik adalah air limbah yang
bukan berasal dari kegiatan industri. Limbah biasanya dibuang ke alam yaitu dalam
tanah atau ke badan perairan

Jenis Dan Macam Limbah Cair
Jenis dan macam limbah cair dikelompokan berdasarkan sumber penyebab air
limbah, yang secara umum terdiri
limbah domestik. Air yang berasal dari kegiatan penghunian (rumah
tinggal, hotel, sekolah, kampus, perkantoran, pasar, pertokoan, dan fasilitas
umum). Yang dapat dikelompokan menjadi air buangan kamar mandi, air
buangan wc, dan air buangan dapur dan cuci
limbah industri. Air yang berasal dari kegiatan industri (logam, tekstil,
kulit, makanan, minuman, kimia, dll).
air limbah limpasan dan rembesan air hujan. Yaitu air yang melimpas di
atas permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah sebagai akibat terjadinya
hujan

Kuantitas Air Limbah
Banyaknya air limbah dipengaruhi oleh hal-hal sbb :
jumlah air bersih yang dibutuhkan per kapita, yang pada umumnya diperkirakan
berkisar 60 % - 70% dari banyaknya air bersih yang dibutuhkan.
keadaan masyarakat dan lingkungan, yang dapat dibedakan berdasarkan tingkat
perkembangan suatu daerah (kota, urban, dan pedesaan), daerah yang
mengalami kekeringan, pola hidup masyarakat (di Jawa barat dengan kolam
ikannya, di kalimantan dengan jamban apungnya).
keserempakan pembuangan air limbah yang tidak sama antara sumber satu
dengan lainnya se tiap hari. Beberapa besaran air buangan limbah yang sering
digunakan dalam perencanaan adalah sbb:


Amerika 100 - 200 liter/orang/hari
Eropa 40 225 liter/orang/hari
Indonesia 100 -150 liter/orang/hari
Limbah industri 50 liter/orang/hari
Air limbah yang akan masuk pipa harus digelontor air bersih yang banyaknya
sama atau lebih dari limbahnya, yang dimaksudkan agar aliran dalam pipa dapat
selalu lancar karena sedimentasi yang terjadi dapat dihilangkan pada saat
penggelontoran, dan dengan penggelontoran, maka kepekatan air limbah akan
berkurang.
untuk menghitung debit air limbah domestik dapat dilakukan melalui 2 cara,
yaitu dengan perhitungan yang berdasarkan pada debit air limbah domestik per
kapita sebesar 150 liter/orang/hari, atau dengan perhitungan yang berdasarkan
debit air bersih rata-rata, yaitu 1 liter/detik/1000 orang.

Kualitas Air Limbah
Kualitas air limbah dapat diketahui melalui karakteristiknya, sbb :
1. Sifat fisik
bahan padat : terapung, tersuspensi, terlarut dan mengendap. Yang mengendap
terdiri dari pasir dan lumpur kasar, lumpur halus dan lumpur koloid.
warna : coklat muda (berumur 6 jam), abu-abu tua (merupakan air limbah yang
sedang mengalami pembusukkan), hitam (air limbah sudah membusuk akibat
bakteri anaerob).
bau : terasa bau tidak sedap saat air limbah pada kondisi anaerob.
suhu : suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari air bersih

2. Sifat kimia
organik : minyak, lemak, protein, dan karbonat.
anorganik : sulfat, chlorida, nitrogen, fosfor, belerang dan logam berat (Fe, Al,
Mn, Mg dan Pb)
gas-gas : hirogen sulfida, karbon dioksida, oksigen, dan meta

3. Sifat biologis
Berbagai jenis organisme terdapat di dalam air limbah, yang dapat diklasifikasikan
dalam kelompok binatang (bertulang belakang dan jenis kerang-kerangan), tumbuhan
(lumut dan pakis), protista (bakteri, mikroorganisme)



















Pengertian Konduktivitas
Konduktivitas adalah kemampuan suatu bahan (larutan, gas, atau logam) untuk
menghantarkan arus listrik. Dalam suatu larutan, larutan arus listik dibawa oleh kation-
kation dan anion-anion, sedangkan dalam logam arus listrik dibawa oleh electron-
elektron. Konduktivitas suatu larutan dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Konsentrasi dan Suhu, Pengaruh konsentrasi dan suhu
Setiap unsur atau senyawa kimia mempunyai derajat konduktivitas yang
berbeda-beda. Air murni mempunyai konduktivitas yang sangat rendah, beberapa
senyawa atau unsur kimia yang terlarut dalam air dapat meningkatkan konduktivitas
air. Pada umumnya peningkatan konsentrasi zat kimia dalam suatu larutan akan
meningkatkan konduktivitas.
Perubahan suhu suatu larutan juga mempengaruhi konduktivitasnya, kenaikan
suhu akan meningkatkan pergerakan ion-ion dalam larutan, sehingga konduktivitas
larutan meningkat. Temperatur burhubungan secara linier dengan konduktivitas,
peningkatan konduktivitas akibat kenaikan temperature dapat dinyatakan dalam
persen per derajat celcius (slope) air murni mempunyai slope yang relative besar
yaitu 5.2 % per 0C. Air pada umumnya mempunyai slope antara 1,8 - 2 % per 0C
larutan garam, asam, atau alkali mempunnyai slope sekitar 1,5 % per 0C.
2. Pergerakan ion-ion.
3. Valensi ion.

Aplikasi Pengukuran Konduktivitas
Pengukuran konduktivitas dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu
larutan kimia atau elektrolit seperti larutan NaCl, HCl, H2SO4, dan NaOH. Pengukuran
konduktivitas secara luas digunakan dalam industri pengolahan air. Pengolahan air
limbah industri untuk menentukan tingkat kontaminasi air dan lain-lain.


Satuan Konduktivitas
Hantaran listrik merupakan kebalikan dari tahanan (resistanse) bila tahanan
mempunyai satuan dasar ohm maka satuan dasar hantaran adalah mho atau biasa
ditulis Siemen/cm, pada pengukuran konduktivitas air dan larutan larutan kimia
umumnya digunakan satuan Volt atau mV.

Alat Ukur Konduktivitas
Pengukuran konduktivitas dapat dilakukan dengan menggunakan arus listrik
yang dialirkan pada dua elektroda yang dicelupkan kedalam air atau larutan kimia, dan
mengukur tegangan yang dihasilkan. Selama proses ini ,kation berpindah ke elektroda
negative dan anion berpindah ke elektroda positif , larutan bertindak sebagai penghantar
listrik.
Beberapa jenis khusus konduktivimeter menggunakan arus listrik bolak-balik
(AC).Pada frekwensi optimal dengan dua elektroda aktif dan mengukur beda tegangan
yang dihasilkan suatu larutan. Kuat arus dan beda tegangan digunakan untuk
menghiutng hantaran listrik (Conductance). Conductance = I/V. Konduktivitimeter
kemudian menggunakan konduktance dan cell konstan untuk menampilkan nilai
konduktivitas. Nilai konduktivitas merupakan ukuran terhadap konsentrasi total
elektrolit di dalam air.Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya merupakan garam-
garam yang terlarut dalam air, berkaitandengan kemampuan air di dalam
menghantarkan arus listrik.
Semakin banyak garam-garam yang terlarut semakin baik daya hantar listrik air
tersebut. Air suling yang tidak mengandung garam-garam terlarut dengan demikian
bukan merupakan penghantar listrik yang baik. Selain dipengaruhi oleh jumlah garam-
garam trelarut, konduktivitas juga di pengaruhi oleh temperatur.



Konduktivitas dapat merujuk pada:
Konduktivitas listrik , ukuran kemampuan bahan untuk membuat arus listrik .
Konduktivitas hidrolik , properti kemampuan bahan untuk mengirim air .
Konduktivitas termal, properti intensif bahan yang menandakan
kemampuannya untuk membuat panas.
Konduktivitas Rayleigh,menjelaskan kelakuan apertur mengenai aliran cairan
atau gas.
Konduktivitas listrik adalah ukuran dari kemampuan suatu bahanuntuk
menghantarkanarus listrik . Jika suatu beda potensial listrik ditempatkan pada
ujung-ujung sebuah konduktor ,muatan-muatanbergeraknya akan berpindah,
menghasilkan arus listrik. Konduktivitas listrik didefinsikan sebagai ratio dari
rapat arus terhadap kuat medan listrik :

Berdasarkan Penelitian Orang Lain
Hasil data percobaan
Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Konduktivitas larutan NaCl
Konsentrasi (%) Konduktivitas (mS/cm)
0.1 2.45
0.08 1.75
0.06 1.25
0.04 0.82
0.02 0.50


Gambar 3.1 Kurva Konsentrasi vs Konduktivitas pada larutan NaCl


Gambar 3.1 Kurva Konsentrasi vs Konduktivitas pada larutan NaCl



Pembahasan
Berdasarkan Tabel 3.1 dan Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa semakin tinggi
konsentrasi dari NaCl maka nilai konduktivitas nya juga akan semakin meningkat. Pada
konsentrasi 0,1% didapatkan nilai konduktivitasnya 2.45 mS/cm, pada konsentrasi
0,08% didapatkan nilai konduktivitasnya 1.75 mS/cm, pada konsentrasi 0,06%
didapatkan nilai konduktivitasnya 1.25 mS/cm, pada konsentrasi 0.04% didapatkan nilai
konduktivitasnya 0.82 mS/cm, dan yang terakhir pada konsentrasi 0,02% didapatkan
nilai konduktivitasnya 0.50 mS/cm. Hal ini sesuai dengan teoritis yang menyatakan
bahwa semakin meningkatnya konsentrasi di dalam suatu larutan maka nilai
konduktivitasnya akan meningkat pula.





































Saran
Lakukan pengamatan dengan teliti dan penuh kecermatan.
Pengambilan data nilai konduktivitas setelah kondisinya konstan (stabil).
Daftar pustaka
McCabe L Warren, Smith C Julian, Herriot Peter. OperasiTeknik Kimia J ilid 1
Edisi Ke-4.diterjemahkanolehJasifi E.1985.Erlangga.
Buku Panduan Praktikum Instrumentasi dan Kontrol I. TIM. 2012.
Fakultas Teknik Jurusan Diploma III Teknik Kimia. Universitas Riau.
Considine, D.M. Process Instrumens and Controls Handbook, 2
nd
edition, Mc.
Graw-Hill Book Co, New York
http://www.scribd.com/doc/56312795/KONDUKTIVITAS


contoh pembahasan
Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahui daya hantar suatu larutan
dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Dari pengukuran larutan NaCl dengan
konsentrasi yang berbeda-beda tersebut dapat diketahui presisi, histerisis, akurasi alat,
dll. Pada percobaan ini dilakukan pengukuran pada kesepuluh larutan dengan
konsentrasi yang berbeda-beda. Kesepuluh larutan tersebut memiliki konsentrasi 8500
ppm, 4250 ppm, 1700 ppm, 1416,67 ppm, 850 ppm, 425 ppm, 283,33 ppm, 170 ppm,
106,25 ppm, 0 ppm. Dari kesepuluh larutan tersebut dilakukan pengukuran berturut-
turut dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah serta dari konsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi yang masing-masing pengukuran dilakukan sebanyak 3
kali. Larutan yang diukur tersebut, larutan yang memiliki konsentrasi 8500 ppm
merupakan larutan induk. Dari larutan NaCl 8500 ppm tersebut, kemudian dilakukan
pengenceran dimana pelarut yang digunakan adalah air sehingga larutan tersebut
menjadi konsentrasi-konsentrasi kesembilan larutan tersebut.
Larutan yang diukur konduktivitasnya adalah larutan NaCl. Larutan NaCl
merupakan larutan elektrolit. NaCl merupakan senyawa ionik yang bila dilarutkan
dalam air, maka menjadi larutan elektrolit. Larutan NaCl akan terionisasi sempurna dan
berubah menjadi ion-ion dalam larutannya yaitu ion Na+ dan Cl-, sehingga larutan NaCl
ini memiliki muatan-muatan negatif dan positif yang muatan-muatan tersebut dapat
menghantarkan listrik. Dikarenakan NaCl dapat terionisasi sempurna, maka larutan
NaCl merupakan larutan elektrolit kuat. Senyawa yang termasuk elektrolit kuat
mempunyai daya hantar listrik yang relatif baik walaupun memiliki konsentrasi yang
kecil. Pada percobaan ini dilakukan pengukuran daya hantar listrik dengan berbagai
konsentrasi. Pengaruh konsentrasi pada pengukuran daya hantar listrik ini adalah
semakin besar konsentrasi larutan, maka daya hantar listriknya semakin besar pula. Hal
ini dikarenakan semakin pekat konsentrasi larutan, maka semakin banyak NaCl yang
terlarut dalam air sehingga menyebabkan semakin banyak NaCl yang terionisasi dan
menghasilkan muatan-muatan negatif dan positif. Apabila semakin banyak muatan-
muatan dalam larutan maka semakin banyak arus listrik yang dihantarkan hal ini
tentunya akan menyebabkan nilai daya hantar listrik suatu larutan akan semakin besar.
Begitupun sebaliknya dengan larutan yang memiliki konsentrasi rendah, maka semakin
sedikit muatan-muatan yang ada pada larutan, maka semakin kecil daya hantar listrik
suatu larutannya.
Pada percobaan ini alat yang digunakan adalah konduktivity meter.
Konduktivity meter adalah metode analisis kimia berdasarkan hubungan antara
konduktansi listrik dan konsentrasi larutan. Sel terdiri dari sepasang elektroda berupa
logam yang dilapisi dengan logam untuk menahan evektivitas permukaan elektroda.
Pada larutan yang memiliki konduktivitas atau elektrolitik, ion positif (kation) akan
bergerak kearah katoda, dan ion negatif (anion) bergerak kearah anoda. Reduksi dan
oksidasi akan terjadi pada katoda dan anoda. Pada reaksi ini, elektron akan berpindah
dari anoda ke katoda dengan dihantarkan listrik. Pada percobaan ini nilai yang diukur
oleh konduktivity meter adalah konduktansi dari suatu larutan. Sehingga percobaan ini
akan didapatkan nilai konduktansi dari suatu larutan, sedangkan nilai konduktivitasnya
tidak dapat diketahui karena larutan tidak memiliki luas penampang. Konduktivitas
adalah ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik (satuan
ohm.meter), sedangkan konduktansi (G) didefinisikan sebagai kemampuan untuk
menghantarkan arus listrik dan dalam standar SI mempunyai satuan siemens (S). Nilai
konduktansi yang besar menunjukkan bahwa bahan tersebut mampu mengkonduksikan
arus dengan baik, tetapi nilai konduktansi yang rendah menunjukkan bahan itu susah
mengalirkan muatan. Dari kedua definisi diatas, nilai suatu konduktansi menunjukkan
kemampuan untuk menghantarkan arus listrik biasanya digunakan untuk mengukur
larutan elektrolit, sedangkan nilai suatu konduktivitas menunjukan kemampuan untuk
mengalirkan muatan arus listrik dalam suatu luas penampang.
Pada percobaan ini, dalam pengukuran konduktivitas sebaiknya dilakukan
pengukuran dari konsentrasi kecil ke konsentrasi besar. Hal ini untuk mencegah
banyaknya ion-ion yang menempel pada logam konduktivitimeter. Sehingga
terkontaminasinya ion-ion pada larutan lain juga semakin kecil. Pada saat pengukuran
konduktivitas, elektroda konduktivity meter harus tercelup seluruhnya ke dalam larutan,
hal ini dimaksudkan agar elektroda mengukur daya hantar listrik larutan secara benar,
apabila tidak tercelup seluruhnya kemungkinan sensor elektroda tidak akan mengukur
konduktivitas larutan dengan benar.
Dari hasil percobaan yang didapat nilai presisi alat adalah 0,070 pada
pengukuran pengenceran 20 kali. Kepresisian alat menunjukan nilai ketidaktelitian
pengukuran alat, nilai yang didapatkan dari percobaan nilai kepresisiannya tidaklah
terlalu besar. Nilai kepresisian yang didapat yaitu sebesar 0,070, nilai kepresisian
tersebut menunjukan ketidaktelitian alat dalam menunjukan nilai konduktansi hasil
pengukuran, misalnya nilai hasil pengukuran nilai konduktansi pada pengenceran 2 kali
yaitu 8,5 maka nilai pengukuran yang sebenarnya berkisar antara 8,5 0,07. Alat
dikatakan cukup presisi karena nilai presisi tersebut relatif kecil apabila dibandingkan
dengan nilai hasil pengukuran. Selain mengukur presisi, akurasi dari alat pun dihitung.
Akurasi berdasarkan variabel pengukuran adalah sebesar 5.18(mS), sehingga akurasi
dalam persentasi span adalah 26 %, akurasi dalam presentasi terhadap skala maksimum
adalah 25,9 % dan akurasi dalam persentasi pembacaan adalah 9,2 %. Dari hasil
percobaan tersebut, akurasi terbesar terdapat pada akurasi berdasarkan persentasi span.
Hal ini dikarenakan pada rentang yang tinggi yaitu 19,8 menyebabkan ketidaktepatan
yang tinggi pula. Dari percobaan ini pula didapat nilai sensitivitas alat ialah sebesar
1,12, hal ini menunjukkan alat cukup sensitif dalam mengukur daya hantar listrik
larutan, sensitivitas adalah perbandingan nilai hasil pengukuran dengan nilai yang
sebenarnya, sehingga idealnya hasil yang didapat adalah 1. Nilai histerisis alat adalah
0.24 pada pengukuran ke 2 NaCl tanpa pengenceran, hal ini menunjukan pada
pengukuran ke 2 tanpa pengenceran adalah penyimpangan terbesar.
Dari ketiga pengukuran naik dan turun, didapat linearitas dari ketiga
pengukuran. Dari ketiga grafik yang telah digambar, terlihat bahwa kurva naik dan
turun berhimpit. Linieritas ketiga kurva tersebut memiliki nilai regresi yang sama, dan
memiliki gradien dan intersep yang hampir sama. Hal ini menunjukan bahwa pada
ketiga pengukuran naik maupun turun, alat tersebut memiliki pengukuran daya hantar
listrik larutan yang hampir sama sehingga alat tersebut dikatakan repeatability.
Jadi dapat disimpulkan bahwa alat tersebut memiliki ketelitian yang tinggi
karena banyaknya keterulangan nilai hasil pengukuran, tetapi alat tidak menunjukan
ketepatan karena memiliki selisih yang cukup besar ketika dibandingkan dengan nilai
sebenarnya.

KOLAM
Nilai konduktivitas air keluaran kolom resin campuran mengalami kenaikan
dari. 0.1S/cm menjadi 0.28 ... umpan air pendingin pada kolam reaktor. Setidaknya,
kita dapat mengetahui air minum mana yang baik .... Untuk mengubahnilai
konduktivitas menjadi 13,30, maka tetapan sel diubah .
Air permukaan yang mencakup air sungai, air danau, air kolam dapat ..... 1979);
sedangkan padaair tanah nilai TOC biasanya lebih kecil, yaitu ... Selanjutnya, kenaikan
pada konduktivitas airdengan kemurnian tinggi pada sel dicatat.
Air limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segi empat dengan ....
Nilaikekeruhan air dikonversikan ke dalam ukuran SiO2 dalam satuan mg/1. ...
Konduktivitas limbah cair dalam mengalirkan arus listrik bergantung ...


TAHU
Pada air terbukti berpengaruh pada nilai pH, konduktivitas, ORP dan kandungan
bakteri pada air. Plasma. limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan
rumah tangga, limbah. Pengolahan Air Limbah Industri Tahu dengan ..
Perhitungan Ulang Kumpulan Nilai Koefisien Untuk Menentukan Suhu Udara
Pengaruh Limbah Cair Tahu Terhadap Eristrosit, Kadar Hemoglobin Dan Nilai
Pengaruh Temperatur TerhadapNilai Konduktivitas Listrik Zeolit Dari Limbah. tangga
dan limbah pabrik tahu yang dibuang ke badan air ... nilai konduktivitas listrik hanya
terkandung pada. Menghilangkannya sehingga limbah padat (sludge) dapat
diminimalisasi hingga ..... tahu bahwa arus listrik itu dihasilkan dari aliran electron yang
bermuatan negatif ke .... Nilai konduktivitas suatu bahan juga dapat diperhitungkan
dengan .
22 Sep 2008 ... Atau nilai konduktivitasnya hrs dikonversi menjadi TDS? ...
bacaan alat tsb merupakan TDS larutan sebenarnya? ataukah nilai konduktivitas yg ...
Tapi kalo boleh tahu nama merek, model alat yang digunakan apa yach? atau ...
Solusi MicrobulkCryoEaseArgon untuk Glasir Ganda
http://www.airproducts.co.id/products/Gases/supply-options/microbulk-
solutions/double-glazi...
Laju penyusutan panas dinyatakan dalam nilai U di Inggris. Semakin ... Nilai U
yang biasa untuk unit glasir ganda tersegel adalah sebagai berikut: Nilai U glasir ...
Download this PDF file - Jurnal FMIPA Unila - Universitas Lampung
http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.php/semirata/article/download/811/630
terhadap parameter kualitas air, yang meliputi: temperatur, pH, konduktivitas,
kekeruhan, oksigen terlarut ... Nilai pH optimum diperoleh pada pH 3 untuk ... dan
limbah pertanian. Cemaran ...... Penjernihan Limbah Cair Industri Tahu. Tesis.
OPTIMISASI PROSES KOAGULASI FLOKULASI UNTUK ...
http://eprints.undip.ac.id/17016/1/Dian_Risdianto.pdf
partikel tersuspensi pada efluen limbah cair sehingga proses dapat ... merupakan
kondisi yang paling optimal, hal ini dilihat dari % penurunan nilai turbidity ......
konduktivitas air setelah diproses dengan menggunakan conductivitymeter, iron ...




















PERCOBAAN YANG DILAKUKAN
METODE
A. ALAT :
Instrumen Konduktometer Eutech Cyberscon CON 10/110
Gelas kimia 500 ml 4 buah
Botol semprot 1 buah
Tissue 1 gulung
Pencatat Data
Trayek indikator (kertas lakmus)
Kamera digital

B. BAHAN :
Sampel Limbah Tahu 500 ml
Air Kolam Unja 500 ml
Air Deionisasi
Larutan Standart Konduktivitas 132,88 mg di 25
0
C,
Larutan Standart Konduktivitas 141 3US 60 ml 25
0
C,
Larutan Standart Konduktivitas 111,8 ms 60ml di 25
0
C.
Aquades

C. SKEMA KERJA :
1.1 Menstandarisasi Alat

di celupkan ke dalam aquades
di nyalakan tombol on/off pada alat pembaca konduktivitas
di biarkan sebentar 2 menit
di tekan tombol
di masukkan kedalam larutan standar yang telah tersedia ( 1413 )
di tunggu sampai data yang terlihat menunjukkan angka yang tetap
di bersihkan dengan tisu

Elektroda

Pengukuran




1.2 Mengukur Konduktivitas Larutan



di masukkan Gelas kimia 500 ml
di celupkan elektrode kedalam aquades
di bersihkan elektrode dengan tissue
di celupkan kedalam air kolam unja 500 ml
di lihat dan di catat data yang telah diperoleh pada alat konduktometer


di masukkan air limbah tahu 500 ml
di celupkan elektrode kedalam aquades
di bersihkan elektrode dengan tissue
di celupkan kedalam limbah tahu 500 ml
di lihat dan di catat data yang telah diperoleh pada alat konduktometer


1.3 Mengukur pH


di masukkan dalam gelas kimia 500 ml
di celupkan kertas pH universal
di cocokkan warna yang terbentuk pada kotak universal
di peroleh pH 6 ( asam )

di masukkan dalam gelas kimia 500 ml
di celupkan kertas ph universal limbah tahu
di cocokkan warna yang terbentuk pada kotak universal
di peroleh ph 5 ( asam )

Air Kolam Unja 500 ml

Gelas kimia 500 ml

Sampel 1 Air Kolam Unja
500 ml
Sampel 2 Limbah Tahu

Data Pengamatan

Data Pengamatan




PEMBAHASAN
Pada praktikum ini adapun yang akan dilakukan yaitu uji pH, TDS dan
konduktifitas pada masing-masing sampel air. Sampel air yang digunakan yaitu air
kolam unja , air limbah tahu. Setelah lakukan uji pH dengan kertas lakmus yaitu pada
pH 6 dan 5 . Untuk perlakuan uji pH indicator dilakukan sampai 2 kali pengulangan
agar data yang didapat lebih menunjukkan keakuratan. Pada setiap perlakuan uji pH dan
konduktifitas pada masing-masing sampel didapat data yang berbeda-beda. Untuk pH
tertinggi terdapat pada sampel air limbah tahu pH 5 ,sedangkan air kolam unja pada pH
6 untuk konduktifitas tertinggi terdapat pada sampel air Limbah Tahu yaitu1683
S/cm.pada pelakuan yang pertama sedangkan yang kedua pada perlakuan tersebut
1689 S/cm. pada pH terendah terdapat pada sampel air kolam unja yaitu 6 untuk TDS
terendah terdapat pada air aquades yaitu 120,7 mg/l dan konduktifitasnta terendah
terdapat pada sampel air aquades 0 dan air sampel air kolam unja yaitu 70,7 S/cm.
untuk data air sampel yang lain bisa dilihat pada data pengamatan. Dalam praktikum ini
uji sampel dlakukan hingga dua kali pengulangan kemudian di rata-ratakan.
. Berikut ini adalah kurva kalibrasi yang didapat untuk pH buffer vs pH yang terbaca
pada uji kalibrasi :
Prinsip kerja konduktometer adalah bagian konduktor atau yang di celupkan
dalam larutan akan menerima rangsang dari suatu ion-ion yang menyentuh permukaan
konduktor, lalu hasilnya akan diproses dan dilanjutkan pada outputnya yakni berupa
angka . Semakin banyak konsentrasi suatu misel dalam larutan maka semakin besar
nilai daya hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari larutan yang menyentuh
konduktor dan semakin tinggi suhu suatu larutan maka semakin besar nilai daya
hantarnya, hal ini karena saat suatu partikel berada pada lingkungan yang suhunya
semakin bertambah maka pertikel tersebut secara tidak lansung akan mendapat
tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik yang dimiliki suatu partikel
semakin tinggi (gerakan molekil semakin cepat). Sehingga semakin sering suatu
konduktor menerima sentuhan dari ion-ion larutan.


Dari kurva diatas di dapat harga slope dan intersep yang didapat yaitu y = 13,2x-
15,93 yang merupakan harga yang didapat dari perpotongan harga X dan harga Y.
Untuk tingkat kelinieran garis dari kurva tersebut diagap sangat bagus bahkan bisa
dibilang sangat sempurna karena nilai R2 = 0.886. Jadi antara harga X dan harga Y
yang didapat dari kurva kalibrasi ini sangat cocok dan sesuai yang diharapkan.
Konduktivitas air ditetapkan dengan mengukur tahanan listrik antara dua
elektroda dan membandingkan tahanan ini dengan tahanan suatu larutan potasium
klorida pada suhu 25
o
C. Bagi kebanyakan air, konsentrasi bahan padat terlarut dalam
miligram per liter sama dengan 0,55 sampai 0,7 kali hantaran dalam mikroumhos per
sentimeter pada suhu 25
o
C. Nilai yang pasti dari koefisien ini tergantung pada jenis
garam yang ada didalam air (Aidia MJ, 2011).
pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki nilai 7
sementara bila pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH
< 7 menunjukkan keasaman. Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 C
ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang dari pada tujuh disebut bersifat asam,
dan larutan dengan pH lebih dari pada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali.
Konduktivitas elektrik dipengaruhi oleh:

Konsentrasi ion : semakin tinggi konsentrasi ion maka nilai konduktivitas
elektrik semakin tinggi.
0
5
26.4
y = 13.2x - 15.933
R = 0.886
-10
0
10
20
30
0 2 4
LIMBAH TAHU
LIMBAH
TAHU
Linear
(LIMBAH
TAHU)
3, 27.1
0
10
20
30
0 2 4
A
x
i
s

T
i
t
l
e

Axis Title
AIR KOLAM UNJA
AIR
KOLAM
UNJA
Temperature larutan : semakin tinggi temperature larutan maka nilai
konduktivitas elektrik semakin tinggi.
Sifat dasar ion : semakin tinggi kemampuab spesifik dan valensi ion maka nilai
konduktivitas elektrik semakin tinggi.
Pengukuran dari conductivity / konduktivitas sangat dipengaruhi oleh nilai
temperatur. Bahkan suatu larutan standar conductivity pun akan memberikan perbedaan
yang besar apabila terjadi perbedaan temperatur
Konduktivitas adalah Daya Hantar Listrik (DHL) menunjukkan kemampuan air
untuk menghantarkan aliran listrik. Konduktivitas air tergantung dari konsentrasi ion
dan suhu air, oleh karena itu kenaikan padatan terlarut akan mempengaruhi kenaikan
DHL.
DHL adalah bilangan yang menyatakan kemampuan larutan cair untuk
menghantarkan arus listrik. Kemampuan ini tergantung keberadaan ion, total
konsentrasi ion, valensi konsentrasi relatif ion dan suhu saat pengukuran. Biasanya
makin tinggi konduktivitas dalam air, maka air akan terasa payau sampai asin.
Konduktivitas air bergantung pada jumlah ion-ion terlarut per volumenya dan
mobilitas ion-ion tersebut.Satuannya adalah (mho/cm, 25
0
C). Konduktivitas bertambah
dengan jumlah yang sama dengan bertambahnya salinitas. Secara umum, faktor yang
lebih dominan dalam perubahan konduktivitas air adalah temperatur. Untuk mengukur
konduktivitas digunakan konduktometer.
Sumber air limbah terdpat berbagai berikut yaitu :
a. Air buangan industri adalah berasal dari berbagai jenis industry akibat proses
produksi .zat-zat terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan
baku yang dipakai oleh masing-masing industri .anatar lain :nitrogen sulfide
,amoniak dan garam garam zat pewarna ,mineral dan logam berat .zat perlarut
dan sebagainya oleh sebab itu perlu dilakukan pengolalahan jenis air limbah ini
.agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih rumit

Secara teori Karateristik dari air limbah tersebut sangat penting karena hal ini
akan menentukan pengolahan limbah yang tepa.sehingga tidak mencemari lingkungan
hidup yaitu :

1. karateristik fisik yaitu
Air limbah terdiri dari 99,9% air .sedangkan kandungan bahan padatan nya
mencapai 0,1 %dalam bentuk suspensi padat yang volumenya bervariasi anatar
100-500 mg/l Apabila volume suspensi padat kurang dari 100mg/l .air limbah
disebut lemah sedangkan bila lebih dari 500mg/l disebut kuat .

2. Karateristik kimiawi
Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang
berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari
penguraian tinja ,urine ,dan sampah lainnya .oleh sebab itu pada umunya bersifat
basa pada waktu masih baru dan cenderung ke asam apabila sudah mulai
membusuk .substansi organik dalam air buangan terdiri dari 2 golongan yaitu :
a. Gabungan yang mengandung nitrogen , misalnya urea ,protein atau asam
amino .
b. Gabungan yang tidak mengandung nitrogen, misalnya: lemak, sabun, atau
karbohidrat.
Dalam parameter air limbah, yang dapat digunakan berkaitan dengan air limbah adalah :
1. Kandungan zat padat (total solid,suspending solid,dissolved solid)
2. Kandungan zat organik
3. Kandungan zat anorganik (mis: P, Pb, Cd, Mg)
4. Kandungan gas (mis: O
2
, N, CO
2
)
5. Kandungan bakteri (mis: E.coli)
6. Kandungan Ph.
7. Suhu
Dalam hal ini, Pada setiap perlakuan uji pH, TDS dan konduktifitas pada
masing-masing sampel didapat data yang berbeda-beda. Untuk pH tertinggi terdapat
pada sampel limbah air kolam, dan untuk konduktifitas tertinggi terdapat pada sampel
air kolam UNJA yaitu 111,8 S/cm. Pada pH terendah terdapat pada sampel air limbah
tahu yaitu 5, dan konduktifitas terendah terdapat pada sampel air aquades 18,21. untuk
data air sampel yang lain bisa dilihat pada data pengamatan. Dalam praktikum ini uji
sampel dilakukan hingga dua kali pengulangan kemudian di rata-ratakan, tujuan dari
dua kali pengulangan adalah untuk memastikan data yang diperoleh dari satu kali
pengulangan, agar pengukuran yang dilakukan benar-benar hasil yang murni.

Dari hasil pengukuran konduktometer diperoleh konduktivitas dan pH masing-
masing sampel pada table berikut ini :
SAMPEL KONDUKTIVITY (s) pH SUHU C
AQUADES ( 18.21) 7 29.6
AIR KOLAM UNJA 70.7 6 27.1
LIMBAH TAHU 16.93 (1969) 5 26.4
LARUTAN STANDAR 1314 - 25

Semakin tinggi konduktivitas suatu larutan maka daya hantar listrik semakin
besar.

Anda mungkin juga menyukai