MorphostLab E-bookPress MorphostLab E Jantung Bayi: Sirkulasi Janin dan Transisi bookPress http://www.morphostlab.com Samuel Pola Karta Sembiring MorphostLab E-BookPress Jantung Bayi: Sirkulasi Janin dan Transisi http://www.morphostlab.com Samuel Pola Karta Sembiring MorphostLab MorphostLab E-BookPress
Jantung Bayi: Sirkulasi Janin dan Transisi Samuel Pola Karta Sembiring
MorphostLab E-BookPress 2010 Medan Indonesia
Cover, designed by MorphostLab Images cover, designed by MorphostLab
Oktober 2010 Medan, Indonesia
Samuel Pola Karta Sembiring MorphostLab 2007 - 2010 MorphostLab E-BookPress
Jantung Bayi Sirkulasi Janin Sirkulasi Transisi JANTUNG BAYI: Sirkulasi Janin dan Transisi JANTUNG BAYI Sirkulasi janin dan neonatus walau berbeda tetapi tetap sama-sama melibatkan jantung. Sirkulasi antara janin dan neonatus dalam jantung pun sebenarnya berbeda. Mungkin yang paling mencolok dikarenakan adanya jalur pintas foramen ovale pada jantung janin.
Perhatikan gambar dibawah ini.
Dalam gambar tersebut, telah dibedakan sirkulasi antara janin dan neonatus. Namun penjelasan alur sirkulasinya mungkin tidak begitu jelas.
MorphostLab E-BookPress
Jika gambar di atas disederhanakan dalam bentuk skema, maka gambarnya terlihat seperti gambar dibawah ini:
Keterangan: A = Atrium kanan B = Atrium kiri C = Ventrikel kanan D = Ventrikel kiri E = Paru-paru
SIRKULASI JANIN Sirkulasi janin berbeda dengan sirkulasi neonatus. Pada janin sistem sirkulasinya tampak seperti jalur paralel (ventrikel kanan dan ventrikel kiri), sedangkan pada jantung neonatus ventrikel kanan dan ventrikel kirinya membentuk sirkuit atau jalur seri. Selain itu, mungkin perbedaan mencolok lainnya terletak pada plasenta dan paru-paru. Janin membutuhkan plasenta untuk pertukaran gas-nya, sedangkan pada neonatus, paru-paru berfungsi dalam pertukaran gas.
Paru-paru pada janin tidak memberikan kontribusi apapun dalam peranan pertukaran gas atau dengan kata lain tidak berfungsi. Di tambah lagi pembuluh darah dalam sirkulasi paru-paru mengalami vasokonstriksi. Karena arteri pulmonalis ini berkontraksi, maka paru-paru hanya menerima sedikit darah dari ventrikel kanan saat sirkulasi.
Darah yang dibawa dari plasenta berisi oksigen yang teroksigenasi dibawa ke janin melalui vena umbilikalis (membawa O 2 ). Vena umbilikalis akan meneruskan 50% darah ini ke sirkulasi hepatis lewat vena porta sedangkan sisanya diteruskan ke vena cava inferior melalui duktus venosus. Sementara itu darah dari sirkulasi hepatis tadi bisa masuk ke vena cava inferior melalui vena hepatika.
Vena cava inferior yang menerima darah dengan oksigen yang teroksigenasi ternyata juga dialiri darah yang kurang teroksigenasi yang berasal dari bagian bawah tubuh janin (vena cava inferior distal). Nah, kesimpulannya vena cava inferior mendapat aliran darah dari vena hepatika (dari sirkulasi hepatis), duktus venosus (dari vena umbilikalis) dan vena cava inferior distal. Walau vena cava inferior dialiri dari vaskular yang berbeda-beda namun darah yang ada di dalamnya tidak tercampur secara sempurna.
Kemudian, darah dari vena cava inferior ini masuk ke atrium kanan jantung dan diteruskan ke atrium kiri melalui foramen ovale. Lalu darah dari atrium kiri masuk ke ventrikel kiri dan keluar ke aorta asendens. MorphostLab E-BookPress
Perhatikan! Ada dua sumber buku yang berbeda! Buku textbook Nelson dan Rudolph. Dalam buku Nelson disebutkan semua darah yang berasal dari vena cava inferior tadi masuk ke atrium kanan jantung dan diteruskan ke atrium kiri melalui foramen ovale. Sementara Rudolph menyebutkan tidak semua darah dari vena cava inferior yang diteruskan ke atrium kiri melainkan sebagian darah ada yang masuk ke ventrikel kanan. Dalam hal ini atrium kanan seolah sebagai stasiun yang memisahkan darah dari vena cava inferior. Rudolph menyebutkan darah dari duktus venosus-vena cava inferior dan vena hepatika kiri-vena cava inferior masuk ke atrium kiri seluruhnya. Sementara darah dari vena hepatika kanan-vena cava inferior masuk ke ventrikel kanan. Sedangkan darah dari vena cava inferior distal-vena cava inferior hanya sebagian masuk ke atrium kiri, sisanya diteruskan ke ventrikel kanan.
Sementara itu, vena cava superior membawa darah yang sangat kurang teroksigenasi ke dalam atrium kanan dan terus masuk ke ventrikel kanan (sebagian masuk ke atrium kiri dalam jumlah yang sedikit) melalui katup trikuspidalis.
Lalu, darah dari ventrikel kanan diteruskan ke arteri pulmonalis. Karena arteri ini mengalami vasokonstriksi, maka sangat sedikit darah yang masuk ke paru-paru. Selebihnya masuk ke aorta desendens melalui duktus arteriosus. Darah yang masuk ke paru-paru meski dalam jumlah sedikit, tetap dikembalikan ke atrium kiri.
Dari aorta desendens, darah dialirkan ke bagian bawah tubuh janin yang kemudian akan dibawa ke plasenta melalui dua arteri umbilikalis.
Nah, sementara itu bagian atas tubuh janin seperti arterio koronari dan serebral dan ekstremitas atas mendapat aliran darah dari ventrikel kiri (yang asalnya dari vena cava inferior).
SIRKULASI TRANSISI Yang dimaksud dengan sirkulasi transisi disini adalah proses bagaimana perubahan dari sirkulasi janin menjadi sirkulasi neonatus. Seperti yang sudah dijelaskan di atas kedua sirkulasi ini berbeda dan tentunya butuh tahap-tahap bagaimana sirkulasi janin berubah menjadi sirkulasi orang dewasa pada umumnya. Yang jelas, inti dari sirkulasi transisi ini adalah penghentian segera sirkulasi dari plasenta dan mulainya sirkulasi paru-paru yang adekuat.
MorphostLab E-BookPress
Proses peralihan atau transisi ini diawali dari keluarnya bayi dari jalan lahir ibu. Selama menuruni jalan lahir terjadi kompresi pada dada bayi sehingga cairan paru keluar dari trakea (ekspulsi cairan paru). Cairan paru ini terserap ke dalam aliran darah atau limfatik dalam beberapa menit. Ditambah lagi, sesudah bayi berhasil dilahirkan tali pusat meregang. Hal ini merupakan stimulasi mekanis pada pembuluh darah umbilikalis. Secara otomatis pembuluh darah umbilikalis mengalami konstriksi. Nah, begitu penghentian sirkulasi plasenta terjadi (akibat pembuluh darah umbilikalis berkonstriksi atau bisa juga setelah tali pusat dipotong), tahanan vaskuler sistemik meningkat.
Tekanan pada arteri pulmonalis menurun sehingga curah darah dari ventrikel kanan langsung masuk ke arteri pulmonalis. Begitu juga darah dari aorta langsung berbalik arah menuju arteri pulmonalis melalui duktus arteriosus (dari kiri ke kanan).
Dalam waktu 10 - 15 jam atau mungkin lebih dari itu (bahkan berhari-hari), otot polos duktus arteriosus ini (dalam tunika media) akan mengkonstriksi sehingga terjadi penutupan duktus arteriosus. Berikutnya akan terbentuk ligamentum arteriosum. Duktus arteriosus ini sangat prostasiklin (PGI 2 ) dan prostaglandin PGE 2 . Begitu terpajan prostaglandin ataupun prostasiklin, duktus arteriosus tetap relaksasi atau tetap terbuka. Inilah salah satu alasan mengapa bayi prematur sering didapati mengalami Persistent Ductus Arteriosus (PDA). Diduga kadar prostaglandin masih tinggi pada bayi prematur. Untuk itu bayi prematur dengan PDA diberi inhibitor prostaglandin seperti indometachin untuk menutup duktus arteriosus. Akan tetapi terapi indometachin tidak efektif pada bayi cukup bulan.
Tekanan pada paru-paru pada janin yang sebelumnya tinggi kini telah menurun, sehingga aliran darah dari arteri pulmonalis masuk ke paru-paru. Tekanan pembuluh darah pulmonal yang rendah ini diduga diakibatkan oleh pengaruh oksigenasi dan pengembangan fisik paru.
Dalam waktu yang singkat, aliran darah pada paru-paru meningkat dan hal ini secara otomatis akan meningkatkan aliran darah pada vena pulmonalis menuju atrium kiri. Tekanan atrium kiri pun meningkat melebihi tekanan pada atrium kanan. Penurunan tekanan atrium kanan dan peningkatan tekanan atrium kiri akan menutup katup foramen ovale. Namun penutupan foramen ovale ini tidak selalu terjadi. Bahkan pada 20% orang dewasa didapati foramen ovale ini tetap terbuka. Patent Foramen Ovale.
MorphostLab E-BookPress
REFERENSI
Lissauer, Tom dan Avroy Fanaroff. At a Glance: Neonatalogi. EMS: Erlangga Medical Series. Jakarta. 2008: 32 Nelson, Waldo E. MD, dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2000: 1568 1570. Rudolph, Abraham M. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2007: 1551 1555. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2001: 260 261.