Anda di halaman 1dari 21

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pemeriksaan Kehamilan / Antenatal Care
a. Pengertian
Banyaknya pengertian mengenai pemeriksaan kehamilan atau yang
disebut juga dengan Antenatal Cara (ANC). Namun umumnya bahwa
pengertian pemeriksaan kehamilan adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan terhadap ibu hamil beserta janinnya
secara berkala untuk mengawasi kondisi kesehatan ibu serta
pertumbuhan dan perkembangan janin guna persiapan persalinannya,
masa nifas, pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap
penyimpangan yang ditemukan (Hanifah, 2001).
Menurut Manuaba (1998) Antenatal Care (ANC) adalah
pengawasan sebelum persalinan terutama pada pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim.
Sedangkan ANC menurut Sarwono (2007) adalah perawatan yang
diberikan pada ibu selama masa kehamilan. Masa kehamilan dimulai
dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 40
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.
7
8
b. Tujuan Pemeriksaan Kehamilan
1) Tujuan umum adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan
mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan
nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.
2) Tujuan khusus adalah
a) Mengenali dan menangani penyakit-penyakit yang mungkin
dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas, misalnya
pada kehamilan adanya hiperemesis grafidarum yaitu muntah
berlebihan yang dapat membahayakan ibu hamil karena
keluarnya cairan dan berkurangnya masukan nutrisi karena
mual muntah.
b) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin
diderita sedini mungkin, misalnya adanya penyakit
hipertensi, yang menyertai kehamilan.
c) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
d) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup saheri-hari
berkaitan dengan kehamilan, nifas dan laktasi dan keluarga
berencana.
e) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal
(Mochtar, 1998 dan Manuaba, 1998).
9
c. Pemeriksaan Antenatal Care(ANC)
Dalam penerapan praktis pelayanan ANC, menurut Badan
Litbangkes Depkes RI, standar minimal pelayanan ANC adalah 14 T
yaitu:
1) Tanyakan dan menyapa ibu dengan ramah
2) Tinggi badan dan berat badn ditimbang
3) Temukan kelainaran/ periksa daerah muka dan leher (gondok,
vena jugularis externa), jari dan tungkai (edema), lingkaran
lengan atas, panggul (perkusi ginjal) dan reflek lutut
4) Tekanan darah diukur
5) Tekan/ palpasi payudara (benjolan), perawatan payudara, senam
payudara, tekan titik (accu pressure) peningkatan ASI
6) Tinggi fundus uteri diukur
7) Tentukan posisi janin (Leopold I-IV) dan detak jantung janin
8) Tentukan keadaan (palpasi) liver dan limpa
9) Tentukan kadar Hb dan periksa lab (protein dan glucosa urin),
sediaan vagina dan VDRL (PMS) sesuai indikasi
10) Terapi dan pencegahan anemia (tablet Fe) dan penyakit lainnya
sesuai indikasi (gondok, malaria dll)
11) Tetanus toxoid imunisasi
12) Tingkatkan kesegaran jasmani (accu pressure) dan senam hamil
10
13) Tingkatkan pengetahuan ibu hamil (penyuluhan): makanan bergizi
ibu hamil, tanda bahaya kehamilan, petunjuk agar tidak terjadi
bahaya pada waktu kehamilan dan persalinan
14) Temu wicara konseling
2. Standar Pelayanan Kebidanan
a. Definisi Standar Pelayanan Kebidanan
Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi
dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas pemeriksaan. Standar
juga berarti kesatuan variasi yang masih dapat diterima sebagai :
1) Rumusan tentang penelitian atau nilai yang diinginkan yang
mampu dicapai dan berkaitan dengan parameter yang telah
ditentukan
2) Spesifikasi dan fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu
sarana pelayanan kesehatan agar si pemakai jasa layanan kesehatan
dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan (Prawirohardjo, 2000).
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi
tanggung jawab profesi bidan dalam system pelayanan yang bertujuan
meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan
kesehatan keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 1999).
Standar dikembangkan dengan maksud untuk mendukung
struktur organisasi kebijakan dalam praktek professional sebagai bidan
11
secara optimal. Di Indonesia, standar mempunyai fungsi ganda yaitu
dalam lingkup secara keseluruhan menangani berbagai praktek
kebidanan di Indonesia. Secara fisik berupa isi yang penting dan
relevan untuk pelaksanaan kegiatan sehari hari. Dengan demikian
akan dicapai sebagai rujukan dalam mengembangkan policy, prosedur
dan perihal, rencana pendidikan bidan, serta perencanaan jangka
pendek dan jangka panjang
b. Format Standar Pelayanan Kebidanan
Dalam standar pelayanan kebidanan digunakan format sebagai
berikut :
1) Tujuan merupakan tujuan standar
2) Pernyataan standar berisi tentang pernyataan tentang pelayanan
kebidanan yang dilakukan dengan penjelasan tingkat kompetensi
yang diharapkan
3) Hasil yang akan dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan
dinyatakan dalam bentuk yang dapat diukur
4) Prasyarat, hal yang diperlukan (misal : alat, obat, ketrampilan) agar
pelaksanaan pelayanan dapat menerapkan standar.
c. Ruang Lingkup Standar Pelayanan Kebidanan
Ada 24 standar dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan dan
dikelompokkan sebagai berikut :
1) Standar pelayanan umum (2 standar)
2) Standar pelayanan antenatal care (6 standar)
12
3) Standar pelayanan persalinan (4 standar)
4) Standar pelayanan nifas (3 standar)
5) Penanganan kegawatdaruratan obstetric neonatal (9 standar)
(Departemen Kesehatan RI, 2001)
d. Standar Pelayanan Kebidanan
Pada pelaksanaan pemeriksaan kehamilan meliputi :
1) Identifikasi ibu hamil
Bertujuan untuk mengenali dan memotivasi ibu hamil dalam
pemeriksaan kehamilannya. Adapun cara untuk mendapatkan
identifikasi ibu hamil sebagai berikut :
a) Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan secara teratur
untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan pada ibu
hamil, suami, keluarga maupun masyarakat
b) Melalui komunikasi dua arah dengan kelompok ibu, pamong,
tokoh masyarakat dan dukun bayi untuk menjelaskan manfaat
pemeriksaan kehamilan secara dini yang dilakukan secara
berkala selama kehamilan
c) Membimbing kader dalam pendataan dan pencatatan ibu hamil
dengan kunjungan rumah
d) Pemeriksaan ibu hamil dengan menggunakan buku KIA.
13
2) Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Bertujuan untuk memberikan pelayanan dan pemantauan
antenatal berkualitas kepada ibu hamil. Adapun hal hal yang
dilakukan oleh bidan adalah :
a) Bersikap ramah, sopan, bersahabat, pada setiap kunjungan
b) Melakukan anamnese
c) Mengisi kartu ibu secara lengkap
d) Memastikan kehamilan ibu diharapkan
e) Tanyakan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) dan tentukan
HPL (Hari Perkiraan Lahir)
f) Pemeriksaan kadar Hb (Haemoglobin)
g) Memberikan imunisasi TT(Tetanus Toxoid) sesuai dengan
kebutuhan
h) Memeriksakan keadaan umum (fisik) dan keadaan psikologis
ibu hamil
i) Memeriksakan urine untuk tes protein dan glukosa sesuai
indikasi
j) Menimbang berat badan (bila hasil menunjukkan kurang gizi)
diberi penyuluhan tentang gizi
k) Mengatur tekanan darah dengan porsi ibu hamil duduk atau
berbaring dengan mengganjal punggung kiri dengan bantal
l) Periksa Hb (Haemoglobin) ulang umur kehamilan 28 minggu
atau lebih, sering jika ada tanda tanda anemia
14
m) Memberikan tablet zat besi dan pastikan ibu meminumnya dan
tidak dengan teh atau kopi
n) Memeriksa tanda tanda atau gejala PMS (Penyakit Menular
Seksual)
o) Memeriksa payudara dan memberikan penyuluhan cara
merawat payudara
p) Memberi nasehat tentang perawatan diri selama kehamilan dan
tanda bahaya pada kehamilan, kurang gizi dan anemia
q) Mendengarkan keluhan ibu hamil dengan penuh perhatian dan
berikan dukungan moril
r) Memberikan nasehat tentang persiapan persalinan dan tempat
persalinan
s) Mencatat semua hasil pemeriksaan dalam kartu ibu hamil /
buku KIA
3) Palpasi abdominal
Palpasi abdominal adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
bidan yang bertujuan untuk memperkirakan usia perkawinan,
pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan bagian
bawah janin. Tindakan dini meliputi :
a) Melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan
antenatal
b) Sebelum palpasi tanyakan gerakan janin dan apa yang
dirasakan
15
c) Sebelum palpasi ibu diminta untuk mengosongkan kandung
kencing
d) Baringkan ibu hamil terlentang dengan bagian atas tubuhnya
disangga bantal
e) Periksa abdomen adalah perut atau tanda peregangan uterus
yang berlebihan menggunakan meteran kain dari sympisis
pubis ke fundus uteri
f) Melakukan palpasi untuk menentukan bagian bahwa janin
(Leopold III), jika bukan kepala persalinan harus ke rumah
sakit
g) Setelah umur kehamilan 37 minggu pada kehamilan pertama,
diperiksa apakah telah terjadi penurunan kepala janin (Leopold
IV), jika tidak masuk panggul dirujuk ke RS.
h) Mendengarkan denyut jantung janin selama satu menit penuh
dengan memperhatikan kecepatan iramanya
i) Memberitahu hasil pemeriksaan dengan suami (keluarga yang
mengantarnya)
j) Catat semua temuan, jika ada kelainan rujuk ke Puskesmas atau
RS untuk pemeriksaan lanjut
4) Pengelolaan anemia pada kehamilan
Bertujuan untuk menentukan adanya anemia pada kehamilan
secara dini dan melakukan tindakan lanjut yang memadai untuk
mengatasi anemia. Sebelum persalinan, tindakan ini meliputi :
16
a) Memeriksa kadar Hb ibu hamil pada kunjungan pertama, pada
minggu ke 28 Hb dibawah 11 gr %. Pada kehamilan termasuk
anemia dibawah 8 gr % adalah anemia berat.
b) Beri tablet zat besi pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet
selama hamil
c) Beri penyuluhan tentang gizi pada setiap kunjungan antenatal
tentang pentingya minum tablet zat besi, makan yang
mengandung zat besi dan kaya vitamin C.
d) Jika diduga ada anemia berat (misal wajah pucat, cepat lelah,
kuku pucat kebiruan, kelopak mata sangat pucat) segera rujuk
ibu hamil untuk pemeriksaan dan perawatan selanjutnya
(Departemen Kesehatan, 1999).
5) Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Adalah tindakan yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan
untuk mengetahui secara dini atau sedini mungkin hipertensi pada
kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan. Adapun
tindakan yang dilakukan oleh bidan adalah :
a) Memeriksa tekanan darah secara tepat pada setiap pemeriksaan
kehamilan, termasuk pengukuran tekanan darah dengan tehnik
yang benar
b) Mengukur tekanan darah pada lengan kiri, posisi ibu hamil
duduk atau berbaring dengan bagian kiri punggung disangga
dengan bantal
17
c) Rujuk ibu hamil ke RS, jika ditemukan kenaikan tekanan darah
30 mmHg dengan protein urine (++ atau lebih) tanpa oedema
d) Beri penjelasan pada ibu hamil, suami atau keluarga tentang
tanda tanda pre eklamsia dan eklamsia yang mengancam
khususnya sakit kepala, pandangan kabur, nyeri ulu hati dan
pembengkakan mendadak pada kaki atau wajah.
e) Bicarakan semua temuan pada ibu hamil dan suami atau
keluarganya
f) Catat semua temuan pada Kartu ibu hamil / buku KIA
6) Persiapan persalinan
Merupakan tindakan bidan yang diberikan pada ibu hamil
pada keluarga yang bertujuan untuk memastikan bahwa persalinan
direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai.
Kegiatan tersebut meliputi :
a) Mengatur pertemuan ibu hamil dan suami atau keluarga pada
trisemester ketiga untuk membicarakan tempat persalinan dan
hal hal yang perlu diketahui dan dipersiapkan
b) Beri penjelasan kepada ibu hamil kapan memanggil bidan
(misal jika ketubah pecah atau timbul rasa mulas yang teratur).
c) Sebagai persiapan untuk rujukan atau transportasi ke RS
bersama ibu hamil dan suami atau keluarga.
18
3. Evaluasi
a. Pengertian
1) Menurut WHO, evaluasi (penilaian) adalah suatu cara yang
sistematis untuk mempelajari berdasarkan pengalaman, dan
mempergunakan pelajaran yang dipelajari untuk memperbaiki
kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan serta meningkatkan
perencanaan yang lebih baik dengan seleksi yang seksama untuk
kegiatan mendatang.
2) Evaluasi berarti menilai atau memberi nilai. Memang dalam
evaluasi terlibat kegiatan memberi penilaian/ judgment
(Notoatmodjo, 2005).
3) Evaluasi adalah bagian integral (terpadu) dari proses manajemen.
Mengapa orang melakukan evaluasi, tidak lain karena orang ingin
mengetahui apa yang telah dilakukan telah berjalan sesuai dengan
rencana, apakah semua masukan yang diperkirakan sesuai dengan
kebutuhan dan apakah kegiatan yang dilakukan memberi hasil dan
dampak yang seperti yang diharapkan (Notoatmodjo, 2005).
4) Levvy dan Loomba dalam Health Care Administration
menganagap evaluasi sebagai penghubung antara fungsi
perencanaan dan pengawasan.
b. Tujuan evaluasi dan komponen dari kegiatan evaluasi
Evaluasi bertujuan menilai hasil keseluruhan program dengan
menggunakan teknik riset secara sistematis. Evaluasi dilakukan tidak
19
hanya pada tahap akhir, tetapi juga pada tahap-tahap proses secara
menyeluruh. (Green,et.al.,hal. 247).
c. Evaluasi Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan
Evaluasi tentu saja harus didasarkan hasil riset, baik kuantitatif
maupun kualitatif, agar dapat mengukur seberapa jauh tujuan program
telah tercapai. Dengan demikian, evaluasi akan dapat memberikan
penilaian secara lebih akurat tentang manfaat yang diperoleh dari suatu
program komunikasi kesehatan. Dengan akurasi ini setiap penilaian
dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh pejabat dari instansi
yang wewenang.
Bagi pembuat kebijakan, informasi dari hasil evaluasi dapat
memberi kesempatan untuk melakukan analisis lebih lanjut tentang
pola pelaksanaan suatu program, perluasan kelemaan, biaya serta
penentuan tenaga relawan. Hasilnya dapat dijadikan bahan bagi
perencana untuk memperbaiki atau mempertajam rancangan dasar
program baru di tempat berbeda.
Evaluasi juga dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana
dan mengapa program tertentu berhasil, sedangkan program lain tidak.
Studi-studi yang dilakukan dapat menunjukkan kaitan yang jelas antara
program yang baik dan tidak, sehingga selanjutnya dapat dijadikan
dasar pengambilan keputusan tentang arah kegiatan mendatang.
20
d. Proses Evaluasi
Dari gambar daur evaluasi tampak bahwa evaluasi secara umum
meliputi langkah-langkah berikut:
1) Menetapkan apa yang dievaluasi
Disebut juga menentukan fokus evaluasi. Langkah ini
merupakan langkah terpenting dalam melakukan evaluasi.
a) Ada beberapa cara menentukan fokus evaluasi, tetapi yang
paling penting dan paling sederhana adalah dengan membahas
dan membuat kesepakatan dengan pihak yang meminta
evaluasi. Bila orang yang terlibat berjumlah kecil sehingga
dapat dengan mudah berbagai pendapat. Bila jumlah yang
terlibat besar sekali, untuk memutuskan sering digunakan cara
Delphi. Cara ini merupakan cara membuat keputusan
berdasarkan konsensus suara terbanyak. Cara yang dianggap
paling teliti ialah dengan mengkaji secara sistem, yaitu dengan
menguraikan proses suatu kegiatan atau intervensi menurut
unsur-unsur sistem, yaitu: masukan (input), proses (process),
keluaran (output), efek (outcome), dampak (impact), umpan
balik (feed back) serta lingkungan (environment). Cara yang
praktis ialah dengan membuat suatu proses yang runtut. Cara
ini dipakai oleh Carol Weiss (1972), yang membuat penentuan
berdasarkan logika.
21
b) Memilih atau merancang desain evaluasi
Banyak rancangan desain (riset) yang dapat dipakai dalam
melakukan evaluasi. Tergantung tujuan dan sumber daya yang
dimiliki desain evaluasi dapat sederhana, dapat pula sangat
canggih (sophisticated).
e. Desain informasi
Stephen Isaac dan William B. Michael (1981) mengemukakan 9
bentuk desain evaluasi, yaitu:
1) Historikal, dengan merekonstruksi kejadian di masa lalu secara
objektif dan tepat dikaitkan dengan hipotesis atau asumsi.
2) Deskriptif, melakukan penjelasan secara sistematis suatu situasi
atau hal yang menjadi perhatian secara faktual dan tepat.
3) Studi perkembangan (developmental study), menyelidiki pola dan
urutan perkembangan atau perubahan menurut waktu.
4) Studi kasus atau lapangan (case atau field study), meneliti secara
intensif latar belakang status sekarang, dan interaksi lingkungan
dari suatu unit sosial, baik perorangan, kelompok, lembaga atau
masyarakat.
5) Studi korelasional (corelational study), meneliti sejauh mana
variasi dari satu faktor berkaitan dengan variasi dari satu atau lebih
faktor lain berdasarkan koefisien tertentu.
6) Studi sebab akibat (causal comparative study), yang menyelidiki
kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan mengamati berbagai
22
konsekuensi yang ada dan menggalinya kembali melalui data untuk
faktor menjelaskan penyebabnya.
7) Eksperimen murni (true experimental), yang menyelidiki
kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan membuat satu
kelompok percobaan atau lebih terpapar akan suatu perlakuan atau
kondisi dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih
kelompok kontrol yang tidak menerima perlakukan atau kondisi.
Pemilihan kelompok-kelompok secara sembarang (random) sangat
penting.
8) Eksperimen semu (quasi experimental), merupakan cara yang
mendekati eksperimen, tetapi di mana kontrol tidak ada dan
manipulasi tidak bisa dilakukan.
9) Riset aksi (action research), bertujuan mengembangkan
pengalaman baru melalui aplikasi langsung di berbagai
kesempatan.
f. Evaluasi Asuhan/ Pelayanan Kebidanan
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan secara terus menerus
seiring tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari
rencana yang telah dirumuskan.
Pelaksanaan Evaluasi Meliputi:
1) Evaluasi dilakukan setelah dilaksanakan tindakan kebidanan klien
sesuai dengan standar ukuran yang telah ditetapkan.
23
2) Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur rencana yang telah
dirumuskan.
3) Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan.
g. Evaluasi/ Penyeliaan Pelayanan Kesehatan
Penyelia adalah suatu proses dari pengarahan, bantuan, pelatihan
dan upaya merangsang staf untuk meningkatkan kinerja mereka dalam
upaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu.
Dalam Pelaksanaannya penyeliaan dibagi menjadi dua yaitu:
1) Penyelia eksternal
Secara berkala melakukan kunjungan ketempat pelayanan
kesehatan, dimana mereka tidak tinggal disana dalam pekerjaan
sehari-hari, untuk membantu staf meningkatkan dan
mempertahankan kinerja dan kualitas pelayanan.
2) Penyelia internal
Melakukan kegiatan penyeliaan sebagai bagian dari kegiatan
setiap hari, yang sering juga melaksanakan pelayanan kesehatan
di tempat tersebut.
(Garrison dkk, 2005)
4. Bidan
a. Definisi
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) tahun 2006 menetapkan bahwa
bidan Indonesia adalah : Seorang perempuan yang lulus dari
24
pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di
wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan
kualifikasi untuk deregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat
lisensi untuk menjalankan praktek kebidanan.
b. Kualifikasi Pendidikan Bidan
1) Lulusan pendidikan bidan sebelum tahun 2000 dan Diploma III
Kebidanan merupakan bidan pelaksana yang memiliki kompetensi
untuk melaksanakan prakteknya baik di institusi pelayanan
maupun praktek perorangan.
2) Lulusan pendidikan bidan setingkat Diploma IV / S1 merupakan
bidan professional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan
prakteknya baik di institusi pelayanan maupun praktek perorangan.
Mereka dapat berperan sebagai pemberi layanan, pengelola dan
pendidik.
3) Lulusan pendidikan bidan setingkat S2 dan S3, merupakan bidan
professional yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan
prakteknya baik di institusi pelayanan maupun praktek perorangan.
Mereka dapat berperan sebagai pemberi layanan., pengelola,
pendidik, peneliti, pengembang dan konsultan dalam pendidikan
bidan maupun sistem atau ketatalaksanaan pelayanan kesehatan
secara universal.
25
c. Peran Fungsi dan Kompetensi Bidan
1) Peran Fungsi Bidan
a) Bidan sebagai pelaksana
b) Bidan sebagai Pengelola
c) Bidan Sebagai Pendidik
d) Sebagai Peneliti atau Investigator
2) Kompetensi Bidan
Kompetensi adalah pengetahuan yang dilandasi oleh
pengalaman, ketrampilan dan sikap yang dimiliki oleh seorang
bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan pada berbagai
tatanan pelayanan kesehatan, secara aman dan bertanggung
jawabsesuai dengan standar sebagai syarat untuk dianggap mampu
oleh masyarakat ( PP IBI, 2004).
26
B. Kerangka Teori
Gambar 2. 1 Skema Kerangka Teori
Keterangan :
Diteliti
Tidak diteliti
Sumber : Notoatmodjo dengan modifikasi Depkes RI (2001)
ANC
Bidan sebagai pelaksana ANC
Dipengaruhi oleh :
1.
2. Kompetensi :
- Pengalaman
-
- Sikap
pendidikan
Keterampilan
Evaluasi pelaksanaan standar
pelayanan kebidanan pada
pemeriksaan Kehamilan meliputi:
Identifikasi ibu hamil
Pemeriksaan dan pemantauan
antenatal
Palpasi abdominal
Pengelolaan anemia
Pengelolaan dini hipertensi
Persiapan persalinan
27
C. Kerangka Konsep
Evaluasi pelaksanaan standar pelayanan kebidanan pada pemeriksaan
kehamilan dalam penelitian ini disusun dalam bentuk bagan sebagai berikut :
Gambar 2. 2 Skema Kerangka Konsep
D. Hipotesa Penelitian
Hipotesa adalah jawaban sementara dari penelitian, patokan duga atau
dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.
(Notoatmodjo, 2003). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : Ada pengaruh pendidikan dan ketrampilan terhadap evaluasi pelaksanaan
standar pelayanan kebidanan pada pemeriksaan kehamilan oleh bidan di
kabupaten demak.
Ho : Tidak ada pengaruh pendidikan dan ketrampilan terhadap evaluasi
pelaksanaan standar pelayanan kebidanan pada pemeriksaan kehamilan
oleh bidan di kabupaten demak.
Pendidikan dan ketrampilan
bidan
Evaluasi pelaksanaan standar
pelayanan kebidanan pada
pemeriksaan kehamilan oleh
Bidan

Anda mungkin juga menyukai