Anda di halaman 1dari 18

1

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : Ny. SH
Usia : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kedung Jambal RT 02/ RW 09, Tawangsari, Sukoharjo
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Identitas Suami
Nama : Tn. S
Usia :45 tahun
Jenis Kelamin : Laki Laki
Alamat : Kedung Jambal RT 02/ RW 09, Tawangsari, Sukoharjo
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Riwayat Rawat Inap
MRS : 10 Maret 2014
KRS : 12 Maret 2014
Anamnesis
a. Keluhan Utama :
Gerakan janin tidak ada
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien kiriman dari Puskesmas Oro-oro Ombo, MRS melalui klinik Asih
RSUD dr. Soedono, Madiun dengan G
IV
P
3003
usia kehamilan 34-35 minggu
mengeluhkan tidak merasakan gerakan janin sejak tadi pagi (10 Maret 2014,
pukul 05.00 WIB). Pasien mengaku hamil anak ke4 dan usia kehamilan sekitar 8
bulan. Keluar cairan dan perdarahan disangkal pasien.
Pasien tidak pernah mengalami trauma dalam kehamilannya. Pasien juga tidak
ada riwayat demam tinggi selama kehamilan.

2

c. Riwayat Penyakit Dahulu
Asma, Hipertensi, DM, dan alergi obat disangkal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Asma, Hipertensi, DM disangkal.
e. Riwayat Menstruasi :
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Dismenorrhea : (-)
HPHT : 4 Juli 2013
HPL : 11 April 2014
f. Riwayat Perkawinan
Menikah satu kali, status masih menikah (15 tahun)
g. Riwayat Persalinan
1. Aterm, 3.000 gr, lahir spontan, penolong dokter, perempuan, usia 14 tahun.
2. Aterm, 3.200 gr, lahir spontan, penolong bidan, laki-laki, usia 13 tahun.
3. Aterm, 3.000 gr, lahir spontan, penolong bidan, perempuan, usia 8 tahun.
4. Hamil ini
h. Riwayat KB :
KB suntik
i. Riwayat Perawatan Antenatal
1. Puskesmas : 2 kali
2. Bidan Praktek Mandiri : 3 kali
Kebiasaan Hidup
Merokok (-), Alkohol (-), memelihara binatang peliharaan (-), minum obatobatan
(-)





3

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah: 100 / 70 mmHg
Nadi : 82 x / menit
Respirasi : 18 x / menit
Suhu : 36,3 C
Tinggi Badan : 145 cm
Berat Badan : 56 kg
Kepala : Conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
Leher : KGB tidak membesar, tiroid tidak teraba membesar.
Thorax:
Mammae : Simetris
Pulmo : Suara napas vesikuler, ronki (-/-), (wheezing -/-)
Cor : S1-S2 reguler, bising jantung (-/-)
Abdomen : Striae (+), bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Status Obstetri
Inspeksi : Perut tampak cembung, striae gravidarum (+), luka bekas SC (-)
Palpasi :
Leopold I : Tinggi fundus uteri 28 cm, teraba satu bagian besar dan teraba
lunak
Leopold II : Kanan, teraba bagian keras melebar dan Kiri, teraba bagian
bagian kecil janin
Leopold III : Teraba kepala
Leopold IV : kepala masih floating
His : (-)
Auskultasi : Denyut Jantung Janin (-)

4

Pemeriksaan Dalam
Pembukaan : 1 cm
Ketuban : utuh
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Hematologi
Jumlah Sel Darah
Hemoglobin : 11,4 g/dl
Hematokrit : 37%
Leukosit : 8,3 ribu/uL
Trombosit : 338 ribu/uL
Eritrosit : 3,48 juta/uL
Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu : 68 mg/dl
Urine
Kimia Urine
pH Urine : 5,0
Protein urine : Negatif mg/dL
Glukosa urine : Negatif mg/dL
Keton urine : Positif mg/dL
Bilirubin urine : Negatif mg/dL
Mikroskopis urine
Sel epitel : 1-2 /lpk
Leukosit : 0-2 /lpk
Eritrosit : 0-2 /lpk
USG : -IUFD
-Usia kehamilan 27 minggu, letak kepala
Diagnosis
G
IV
P
3003
usia kehamilan 34-35 minggu, IUFD

5

Penatalaksanaan
1. Informed consent
2. MRS ruang bersalin
3. Terminasi kehamilan ( 4x )
4. DL

Laporan Persalinan
Kala 1
Lama: 10 jam
Tindakan: partus spontan
Tanggal 10 Maret 2014 jam 12.00 22.00 wib
Kala II
Bayi lahir meninggal, jenis kelamin laki-laki, partus spontan dengan
maserasi grade II, APGAR score 0 berat 900 gram, panjang badan: 35
cm, nilai APGAR 0 pada tanggal 10 Maret 2014 pukul 22.00 wib.
Kala III
Lama : 15 menit
Plasenta lahir utuh
Tali pusat terpelintir 10 cm dari pangkal tali pusat
Kala IV
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 75 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Perdarahan : 100 cc






6

FOLLOW UP

Tanggal 11 Maret 2014, Pukul 05.30 WIB
Subjektif :
Perut bagian bawah terasa sedikit nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri
dirasakan hilang timbul
Mual (-), muntah (-)
BAB tidak ada keluhan
Objektif :
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah: 130 / 70 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Respirasi : 20 x / menit
Suhu : 36,7 C
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
Leher : KGB tidak membesar, tiroid tidak teraba membesar.
Thorax:
Mammae : Simetris
Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronki (- / -), (wheezing - / -)
Cor : S1-S2 reguler, bising jantung (- / -)
Abdomen : Striae (+), bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Status Obstetri
Inspeksi : Dinding perut tampak lebih tinggi dari dinding dada, striae (+)
Palpasi : Tinggi Fundus Uteri 2 jari diatas simfisis pubis
Lokia (+)
Assesment
P
IV
00
3
post partus spontan (H+1), IUFD
7

Planning
1. Diet TKTP
2. Mobilisasi bertahap
3. Amoxicilin 3 x 500 mg
4. Asam Mefenamat 3 x 500 mg
5. Sulfat Ferous 1 x 1 tablet

























8

Tanggal 12 Maret 2014, Pukul 07.00 WIB
Subjektif : Tidak ada keluhan
Objektif :
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah: 130 / 70 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Respirasi : 20 x / menit
Suhu : 36,7 C
Kepala : Conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
Leher : KGB tidak membesar, tiroid tidak teraba membesar.
Thorax:
Mammae : Simetris
Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronki (- / -), (wheezing - / -)
Cor : S1-S2 reguler, bising jantung (- / -)
Abdomen : Striae (+), bising usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Status Obstetri
Inspeksi : Dinding perut tampak lebih tinggi dari dinding dada, striae (+)
Palpasi : Tinggi Fundus Uteri 2 jari diatas simfisis pubis
Lokia (+)
Assesment
P
IV
00
3
post partus spontan (H+2), IUFD
Planning
1. Diet TKTP
2. Amoxicilin 3 x 500 mg
3. Asam Mefenamat 3 x 500 mg
4. Sulfat Ferous 1 x 1 tablet
5. KRS
9

TINJAUAN PUSTAKA

I ntra Uterine Fetal Death (I UFD)
A. Definisi
Intra Uterine Fetal Death ( IUFD) menurut WHO dan The Americans College
of Obstetricians and Gynecologists adalah janin yang mati dalam rahim dengan
berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan
20 minggu atau lebih
1
.
B. Etiologi
Pada 25 60 % kasus penyebab kematian janin dalam kandungan tidak jelas.
Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan
patologi plasenta
2
.
1. Faktor Maternal
a. Umur
Bertambahnya usia ibu, maka terjadi juga perubahan perkembangan dari organ-
organ tubuh terutama organ reproduksi dan perubahan emosi atau kejiwaan
seorang ibu. Hal ini dapat mempengaruhi kehamilan yang tidak secara langsung
dapat mempengaruhi kehidupan janin dalam rahim. Usia reproduksi yang baik
untuk seorang ibu hamil adalah usia 20-30 tahun.
b. Paritas
Paritas yang baik adalah 2-3 anak, merupakan paritas yang aman terhadap
ancaman mortalitas dan morbiditas baik pada ibu maupun pada janin. Ibu hamil
yang telah melahirkan lebih dari 5 kali atau grandemultipara, mempunyai risiko
tinggi dalam kehamilan seperti hipertensi, plasenta previa, dan lain-lain yang akan
dapat mengakibatkan kematian janin.
c. Pemeriksaan Antenatal
Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang mengancam jiwa, oleh
karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya 4 kali kunjungan selama
periode antenatal.
Satu kali kunjungan selama trimester pertama (umur kehamilan1-3 bulan)
Satu kali kunjungan selama trimester kedua (umur kehamilan 4-6 bulan).
10

Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (umur kehamilan 7-9 bulan).
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan sedini mungkin pada seorang wanita
hamil penting sekali sehingga kelainan-kelainan yang mungkin terdapat pada ibu
hamil dapat diobati dan ditangani dengan segera.
Pemeriksaan antenatal yang baik minimal 4 kali selama kehamilan dapat
mencegah terjadinya kematian janin dalam kandungan berguna untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim, hal ini dapat dilihat melalui tinggi
fundus uteri dan terdengar atau tidaknya denyut jantung janin
d. Penyulit atau Penyakit
Anemia
Hasil konsepsi seperti janin, plasenta dan darah membutuhkan zat besi dalam
jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah pertumbuhannya, yaitu sebanyak
berat zat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh zat besi dalam tubuh.
Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan zat besi
dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Selama masih mempunyai cukup
persediaan zat besi, Hb tidak akan turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan
turun. Ini terjadi pada bulan kelima sampai bulan keenam kehamilan, pada waktu
janin membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap
hasil konsepsi salah satunya adalah kematian janin dalam kandungan
Pre-eklampsi dan eklampsi
Pada pre-eklampsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka
tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer
agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Maka aliran darah menurun ke plasenta dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen
terjadi gawat janin.
Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal
terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Solusio plasenta dapat terjadi
akibat turunnya darah secara tiba-tiba oleh spasme dari arteri yang menuju ke
ruang intervirale maka terjadilah anoksemia dari jaringan bagian distalnya.
11

Sebelum ini terjadi nekrotis, spasme hilang darah kembali mengalir ke dalam
intervilli, namun pembuluh darah distal tadi sudah demikian rapuh, mudah pecah
terjadinya hematoma yang lambat laun melepaskan plasenta dari rahim. Sehingga
aliran darah ke janin melalui plasenta tidak ada dan terjadilah kematian janin.
Diabetes Mellitus
Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit keturunan dengan ciri-ciri
kekurangan atau tidak terbentuknya insulin, akibat kadar gula dalam darah yang
tinggi dan mempengaruhi metabolisme tubuh secara menyeluruh dan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Umumnya wanita
penderita diabetes melarikan bayi yang besar (makrosomia). Makrosomia dapat
terjadi karena glukosa dalam aliran darahnya, pancreas yang menghasilkan lebih
banyak insulin untuk menanggulangi kadar gula yang tinggi. Glukosa berubah
menjadi lemak dan bayi menjadi besar. Bayi besar atau makrosomia menimbulkan
masalah sewaktu melahirkan dan kadang-kadang mati sebelum lahir.
Rhesus Iso-Imunisasi
Jika orang berdarah rhesus negatif diberi darah rhesus positif, maka antigen
rhesus akan membuat penerima darah membentuk antibodi antirhesus. Jika
transfusi darah rhesus positif yang kedua diberikan, maka antibodi mencari dan
menempel pada sel darah rhesus negatif dan memecahnya sehingga terjadi anemia
ini disebut rhesus iso-imunisasi. Hal ini dapat terjadi begitu saja di awal
kehamilan, tetapi perlahan- lahan sesuai perkembangan kehamilan. Dalam aliran
darah, antibodi antihresus bertemu dengan sel darah merah rhesus positif normal
dan menyelimuti sehingga pecah melepaskan zat bernama bilirubin, yang
menumpuk dalam darah, dan sebagian dikeluarkan ke kantong ketuban bersama
urine bayi. Jika banyak sel darah merah yang hancur maka bayi menjadi anemia
sampai akhirnya mati.
Infeksi dalam kehamilan
Kehamilan tidak mengubah daya tahan tubuh seorang ibu terhadap infeksi,
namun keparahan setiap infeksi berhubungan dengan efeknya terhadap janin.
Infeksi mempunyai efek langsung dan tidak langsung pada janin. Efek tidak
langsung timbul karena mengurangi oksigen darah ke plasenta. Efek langsung
12

tergantung pada kemampuan organisme penyebab menembus plasenta dan
menginfeksi janin, sehingga dapat mengakibatkan kematian janin in utero.
Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan prematur dan
kematian janin dalam kandungan. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban
sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda
persalinan. Kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% semua persalinan. Pada
umur kehamilan kurang dari 34 minggu, kejadiannya sekitar 4%. Ketuban pecah
dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam
rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Salah satu fungsi selaput
ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruangan dalam
rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi. Makin lama periode laten,
makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas dan
selanjutnya meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan kematian
janin dalam rahim
Letak lintang
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain.
Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan cukup bulan, tidak dapat
terjadi persalinan spontan. Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan
menyebabkan kematian janin. Bahu masuk ke dalam panggul sehingga rongga
panggul seluruhnya terisi bahu dan bagian-bagian tubuh lainnya. Janin tidak dapat
turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha untuk
mengeluarkan janin, segmen bawah uterus melebar serta menipis, sehingga batas
antara dua bagian ini makin lama makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi
patologik sehingga dapat mengakibatkan kematian janin.
2. Faktor Janin
a. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi
yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat
13

merupakan sebab penting terjadinya kematian janin dalam kandungan, atau lahir
mati.
Bayi dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat
lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya.
Dilihat dari bentuk morfologik, kelainan kongenital dapat berbentuk suatu
deformitas atau bentuk malformitas. Suatu kelainan kongenital yang berbentuk
deformitas secara anatomik mungkin susunannya masih sama tetapi bentuknya
yang akan tidak normal. Kejadian ini umumnya erat hubungannya dengan faktor
penyebab mekanik atau pada kejadian oligohidramnion. Sedangkan bentuk
kelainan kongenital malformitas, susunan anatomik maupun bentuknya akan
berubah. Kelainan kongenital dapat dikenali melalui pemeriksaan ultrasonografi,
pemeriksaan air ketuban, dan darah janin
b. Infeksi intranatal
Infeksi melalui cara ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain. Kuman dari
vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban
pecah dini mempunyai peranan penting dalam timbulnya plasentitis dan
amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya
pada partus lama dan seringkali dilakukan pemeriksaan vaginal. Janin kena
infeksi karena menginhalasi likuor yang septik, sehingga terjadi pneumonia
kongenital atau karena kuman-kuman yang memasuki peredaran darahnya dan
menyebabkan septicemia. Infeksi intranatal dapat juga terjadi dengan jalan kontak
langsung dengan kuman yang terdapat dalam vagina, misalnya blenorea dan oral
thrush.
3. Kelainan Tali Pusat
Tali pusat sangat penting artinya sehingga janin bebas bergerak dalam cairan
amnion, sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik. Pada
umumnya tali pusat mempunyai panjang sekitar 55 cm. Tali pusat yang terlalu
panjang dapat menimbulkan lilitan pada leher, sehingga mengganggu aliran darah
ke janin dan menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam kandungan.


14

a. Kelainan insersi tali pusat
Insersi tali pusat pada umumnya parasentral atau sentral. Dalam keadaan
tertentu terjadi insersi tali pusat plasenta battledore dan insersi velamentosa.
Bahaya insersi velamentosa bila terjadi vasa previa, yaitu pembuluh darahnya
melintasi kanalis servikalis, sehingga saat ketuban pecah pembuluh darah yang
berasal dari janin ikut pecah. Kematian janin akibat pecahnya vase previa
mencapai 60%-70% terutama bila pembukaan masih kecil karena kesempatan
seksio sesaria terbatas dengan waktu.
b. Simpul tali pusat
Pernah ditemui kasus kematian janin dalam rahim akibat terjadi peluntiran
pembuluh darah umblikalis. Peluntiran pembuluh darah tersebut menghentikan
aliran darah ke janin sehingga terjadi kematian janin dalam rahim. Gerakan janin
yang begitu aktif dapat menimbulkan simpul sejati sering juga dijumpai.
c. Lilitan tali pusat
Gerakan janin dalam rahim yang aktif pada tali pusat yang panjang besar
kemungkinan dapat terjadi lilitan tali pusat. Lilitan tali pusat pada leher sangat
berbahaya, apalagi bila terjadi lilitan beberapa kali. Tali pusat yang panjang
berbahaya karena dapat menyebabkan tali pusat menumbung, atau tali pusat
terkemuka. Dapat diperkirakan bahwa makin masuk kepala janin ke dasar
panggul, makin erat lilitan tali pusat dan makin terganggu aliran darah menuju
dan dari janin sehingga dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan.
C. Klasifikasi
Menurut United States National Center for Health Statistic, kematian janin
dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
1
1. Golongan I : kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu
penuh (early fetal death)
2. Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu (intermediate
fetal death)
3. Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal
death)
15

4. Golongan IV: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga
golongan di atas.
Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan-
perubahan sebagai berikut:
1

1. Rigor mortis (tegang mati)

Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.

2. Maserasi grade 0 (durasi < 8 jam)
Kulit kemerahan
3. Maserasi grade I (durasi > 8 jam)
Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian
menjadi merah dan mulai mengelupas.
4. Maserasi grade II (durasi 2-7 hari)
Kulit mengelupas luas, efusi cairan serosa di rongga toraks dan abdomen dan
lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat.
5. Maserasi grade III (durasi > 8 hari)
Hepar kuning kecoklatan, efusi cairan keruh, mungkin terjadi mumifikasi.
Badan janin sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan
terdapat oedem dibawah kulit.

D. Diagnosis
Dalam membuat diagnosis kematian janin jika hanya mengandalkan dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik saja sangat terbatas nilainya. Untuk diagnosis
pasti penyebab kematian janin sebaiknya dilakukan otopsi janin dan pemeriksaan
plasenta serta selaput
2
.
1. Anamnesis
Pasien biasanya mengeluhkan tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa
hari, atau gerakan janin berkurang. Selain itu, pasien juga merasakan perutnya
tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Berat badan pasien menurun
b. Palpasi
16

Tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya usia kehamilan
c. Auskultasi
Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
3. Pemeriksaan Penunjang
a. USG : Tampak gambaran janin tanpa kehidupan
b. Radiologi :
- Setelah 5 hari tampak tulang kepala kolaps, tulang kepala saling tumpang
tindih, edema sekitar tulang kepala
- Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kasus IUFD yaitu dengan terminasi kehamilan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif.
2. Apabila pilihan penanganan adalah ekspektatif, maka tunggu persalinan
spontan hingga 2 minggu.
3. Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan
penanganan aktif.
4. Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai serviks yaitu:
a. Jika serviks matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin
b. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan
prostaglandin atau kateter folley, tetapi jangan lakukan amniotomi karena
berisiko infeksi
c. Persalinan dengan sectio cesarea merupakan alternatif terakhir
5. Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan
serviks belum matang, maka dilakukan pematangan serviks dengan
misoprostol.
6. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotik.
7. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah
waspada koagulopati.

17

E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah dampak psikologis ibu ataupun keluarga.
Apabila terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi. Dapat juga terjadi koagulopati
bila kematian janin lebih dari 2 minggu
2
.
H. Pencegahan
Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau mendekati aterm
adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidak bergerak, atau gerakan janin
terlalu keras, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Perhatikan adanya
solutio plasenta
2
.

















18

DAFTAR PUSTAKA

1. Cuningham, F.G., et al., 2000. Williams Obstetrics. Suyono. J., Hartono., 2005
(Alih Bahasa), Penerbit EGC, Jakarta.
2. Soewarto, S., 2009. Ilmu Kebidanan. Penerbit Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
3. Llewellyn, D., Jones., 1995. Fundamental of Obstetrics and Ginaecology.
Hadyanto., 2001 (Alih Bahasa), Penerbit Hipokrates, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai