Anda di halaman 1dari 7

PENYEBAB RABUN JAUH

PROPOSAL PENELITIAN


NUR AISYAH HARAHAP 132500039
SITI KHAIRIAH 132500051
ADAWIYAH TUSSIFAH HASIBUAN 132500060








DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

1. Rencana Judul
Penyebab Rabun Jauh

2. Bidang Ilmu
Anatomi

3. Latar Belakang
Myopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar garis pandang
pada keadaan mata tidak berakomodasi difokuskan di depan retina. Myopia dapat terjadi
karena ukuran aksis bola mata relative panjang dan disebut myopia aksial. Dapat juga karena
indeks bias yang tinggi atau akibat indeks refraksi lensa dan kornea terlalu kuat, dalam hal ini
disebut juga myopia refraktif.
Faktor resiko yang penting pada perkembangan myopia adalah riwayat pada anak yang
kedua orang tuanya myopia sedangkan pada anak yang mempunyai salah satu orang tua
dengan myopia prevalensi sekitar 23%-40%.
Myopia merupakan salah satu dari lima besar penyebab kebutaan, sehingga pengaruh
sosial ekonominya patut dipertimbangkan.penyebab myopia belum diketahui dengan pasti,
namun diduga berhubungan dengan faktor genetic dan lingkungan. Eberapa faktor resiko
yang berperan daam terjadinya myopia diantaranya adalah aktivitas melihat dekat, seperti
membaca, menulis atau pekerjaan lain yang memerlukan englihatan dekat. Tingkat
pendidikan dan sosio ekonomi berpengaruh pada insiden myopia dimana aktivitas melihat
dekat sering mereka kerjakan.

4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah yang akan kami
bahas adalah bagaimana agar masyarakat tidak mengalami kerusakan mata.

5. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, kami akan mengambil sampel dari 10 orang dan akan dilaksanakan
di Fakultas Keperawatan USU.

6. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor utama penyebab rabun jauh.
Untuk mengetahui pengaruh genetic terhadap rabun jauh.
7. Manfaat Penelitian
Manfaat bagi peneliti:
Dapat mengetahui penyebab rabun jauh.
Dapat memberikan informasi kepada masyarakat.
Dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian penyebab rabun jauh.
Manfaat bagi orang lain:
Dapat memperbaharui tingkat kebiasaan mata.
Dapat merubah gaya hidup untuk menjaga ketajaman mata.

8. Tinjauan Pustaka
Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan retina,
ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada kondisi
refraktif dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh di
depan retina, tanpa akomodasi. Miopia berasal dari bahasa Yunani muopia yang memiliki
arti menutup mata. Miopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya
adalah nearsightedness (American Optometric Association, 2006).
Miopia adalah keadaan pada mata dimana cahaya atau benda yang jauh letaknya jatuh
atau difokuskan didepan retina. Supaya objek atau benda jauh tersebut dapat terlihat jelas
atau jatuh tepat di retina diperlukan kaca mata minus (Rini, 2004).
Miopia atau sering disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis kerusakan mata yang
disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan kornea yang
terlalu cekung (Sidarta, 2007).
Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang
berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang dibkiaskan di depan retina (bintik kuning).
Pada miopia, titik fokus sistem optik media penglihatan terletak di depan makula lutea. Hal
ini dapat disebabkan sistem optik (pembiasan) terlalu kuat, miopia refraktif atau bola mata
terlalu panjang (Sidarta, 2003).
Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari
jarak tidak terhingga oleh mata dalam keadaan tidak berakomodasi dibiaskan pada satu titik
di depan retina (Sativa, 2003).
Secara klinis dan berdasarkan kelainan patologi yang terjadi pada mata, myopia dapat
dibagi kepada dua yaitu :

1. Miopia Simpleks : Terjadinya kelainan fundus ringan. Kelainan fundus yang ringan ini
berupa kresen miopia yang ringan dan berkembang sangat lambat. Biasanya tidak terjadi
kelainan organik dan dengan koreksi yang sesuai bisa mencapai tajam penglihatan yang
normal. Berat kelainan refraksi yang terjadi biasanya kurang dari -6D. Keadaan ini disebut
juga dengan miopia fisiologi.

2. Miopia Patologis : Disebut juga sebagai miopia degeneratif, miopia maligna atau miopia
progresif. Keadaan ini dapat ditemukan pada semua umur dan terjadi sejak lahir. Tanda-tanda
miopia maligna adalah adanya progresifitas kelainan fundus yang khas pada pemeriksaan
oftalmoskopik. Pada anak-anak diagnosis ini sudah dapat dibuat jika terdapat peningkatan
tingkat keparahan miopia dengan waktu yang relatif pendek. Kelainan refrasi yang terdapat
pada miopia patologik biasanya melebihi -6 D (Sidarta, 2007).

Menurut American Optometric Association (2006), miopia secara klinis dapat terbagi lima
yaitu:
1. Miopia Simpleks : Miopia yang disebabkan oleh dimensi bola mata yang terlalu panjang
atau indeks bias kornea maupun lensa kristalina yang terlalu tinggi.

2. Miopia Nokturnal : Miopia yang hanya terjadi pada saat kondisi di sekeliling kurang
cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata seseorang bervariasi terhadap tahap pencahayaan
yang ada. Miopia ini dipercaya penyebabnya adalah pupil yang membuka terlalu lebar untuk
memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga menimbulkan aberasi dan menambah kondisi
miopia.

3. Pseudomiopia : Diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap mekanisme
akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada otot otot siliar yang memegang lensa
kristalina. Di Indonesia, disebut dengan miopia palsu, karena memang sifat miopia ini hanya
sementara sampai kekejangan akomodasinya dapat direlaksasikan. Untuk kasus ini, tidak
boleh buru buru memberikan lensa koreksi.

4. Miopia Degeneretif : Disebut juga sebagai miopia degeneratif, miopia maligna atau miopia
progresif. Biasanya merupakan miopia derajat tinggi dan tajam penglihatannya juga di bawah
normal meskipun telah mendapat koreksi. Miopia jenis ini bertambah buruk dari waktu ke
waktu.

5. Miopia Induksi : Miopia yang diakibatkan oleh pemakaian obat obatan, naik turunnya
kadar gula darah, terjadinya sklerosis pada nukleus lensa dan sebagainya.

Klasifikasi miopia berdasarkan ukuran dioptri lensa yang dibutuhkan untuk
mengkoreksikannya (Sidarta, 2007):
1. Ringan : lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 Dioptri
2. Sedang : lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 Dioptri.
3. Berat :lensa koreksinya > 6,00 Dioptri.

Klasifikasi miopia berdasarkan umur adalah (Sidarta, 2007):
1. Kongenital : sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak.
2. Miopia onset anak-anak : di bawah umur 20 tahun.
3. Miopia onset awal dewasa : di antara umur 20 sampai 40 tahun.
4. Miopia onset dewasa : di atas umur 40 tahun (> 40 tahun).

Sejauh ini, hal yang dilakukan adalah mencegah dari kelainan mata sejak dari anak dan
menjaga jangan sampai kelainan mata menjadi parah. Biasanya dokter akan melakukan
beberapa tindakan seperti pengobatan laser, obat tetes tertentu untuk membantu penglihatan,
operasi, penggunaan lensa kontak dan penggunaan kacamata.

Tindakan pencegahan yang lain adalah dengan cara (Rini, 2004) :
1. Jarak baca 40 45 cm.2. Aktifitas pemakaian mata jarak dekat dan jauh
2. t, berhenti dahulu untuk 15 20 menit, beristirahat sambil melakukan aktifitas lain.
3. Gizi yang berimbang bila diperlukan sesuai aktifitas.
4. Melihat atau merasakan adanya posisi kepala miring atautorticollis terutama pada aktifitas
lihat televisi atau komputer tepat waktu pemberian kaca mata.
5. Mengatur program harian anak (sekolah,ekstra kurikuler). Seharusnya diharuskan aktifitas
luar misalnya kegiatan olah raga, musik dan lainlain.





9. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi Pustaka
Pada tahap ini, dilakukan peninjauan terhadap buku-buku, artikel maupun hasil penelitian
kami yang membahas tentang Penyebab Rabun Jauh.

2. Perumusan Hipotesa
Pada tahap ini penulis merumuskan hipotesa bahwa penyebab rabun jauh dapat
mempengaruhi fungsi anatomi mata. Sebab, rabun jauh dapat menghambat aktivitas untuk
hidup.

3. Observasi
Adapun metode observasi yang dilakukan adalah dengan cara mengumpulkan informasi
dan data secara langsung dan bertahap selama 1 hari pada 10 orang sampel, yaitu dengan
cara mengukur faktor yang mempengaruhi pada pasien.

4. Pengujian Hipotesa
Pengujian hipotesa ini dilakukan dengan melihat faktor yang mempengaruhi rabun jauh
pasien, sehingga pasien dapat mengurngi faktor yang mempengaruhi.

5. Dokumentasi
Dengan cara membuat quissioner dan meminta izin terhadap pasien yang menggunakan
lensa myopia untuk dijadikan sampel serta melampirkan foto-foto saat melakukan
penelitian.

10. Rencana Kegiatan Kerja

Table berikut adalah rencana jadwal kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan:

No Kegiatan
2013 2014
November Desember Januari
1. Seminar Proposal
2. Studi Literatur X X X X X X
3. Observasi X
4. Penyusunan Laporan X X X X X X X
5. Seminar Hasil X X
6. Keputusan Nilai X X


11. Daftar Pustaka

Elkington, A.R dan P.T.Khaw.,1996. Petunjuk Renting Kelainan Mata. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Holwich,H.,1993. Oftamologi. Jakarta: Binarupa Aksara
Ilyas,S.,1998. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: UI Press

Anda mungkin juga menyukai