Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS HIRARKI KOTA KOTA

1. ASPEK TATA RUANG


a. Sistem Kota Kota
Adanya fenomena bahwa setiap kabupaten akan terus
berkembang, terutama pada ketersediaan sarana prasarana
pendukung perkotaan. Jenis kegiatan perkotaan terdiri dari jenis
basic perkotaan, dan kegiatan non basic perkotaan kegiatan
basic perkotaan adalah kegiatan yang berpengaruh terhadap
perubahan struktur ruang, sedangkan kegiatan non basic
perkotaan adalah kegiatan yang sama sekali tidak berpengaruh
terhadap perubahan struktur ruang wilayah. Pengelompokan
fungsi kegiatan dalam bentuk fungsi kawasan yang jelas sangat
diperlukan untuk mempermudah sarana dan prasarana,
selanjutnya dapat mengarahkan perkembangan dan
pertumbuhan wilayah.
Analisis struktur tata ruang wilayah Kabupaten akan membahas
tata ruang yang terbentuk sebagai akibat adanya alokasi sistem
kegiatan di wilayah tersebut. Dalam menganalisis struktur tata
ruang wilayah, yang pelu dikaji lebih mendalam adalah sistem
kagiatan, pusat-pusat pelayanan, dan analisis antar pusat-pusat
pelayanan tersebut.
1 Metode Analisis Struktur Tata Ruang
Pada prinsipnya analisis sistem kegiatan merupakan rangkuman
dari beberapa analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Sistem
kegiatan yang sudah ada di Kabupaten akan menempati
ruang tertentu dan mempunyai pengaruh langsung terhadap
struktur tata ruang kabupaten, sehingga dapat dikatakan
bahwa komposisi guna lahan dapat menggambarkan sistem
wilayah secara keseluruhan.
berdasarkan kondisi eksisting sistem kegiatan yang ada dalam
wilayah Kabupaten, dapat dikelompokan dalam dua kategori
yaitu ; (1) Penggunaan lahan perkotaan (perumahan,
perusahaan, fasilitas umum dan sosial, perkantoran dan
perdagangan, serta kawasan industri), dan (2) penggunaan
lahan non perkotaan seperti pertanian, hutan, kebun, rawa,
dan lahan kritis.
Analisis struktur tata ruang dimaksudkan untuk membentuk tata
jenjang dari pusat-pusat pelayanan (pusat permukiman) untuk
mendukung pertumbuhan antar wilayah Kabupaten Pada
dasarnya tata jenjang pelayanan dipengaruhi oleh beberapa
faktor pembentuk antara lain :
Ketersediaan dan persebaran fungsi dan skala pelayanan.
Jumlah penduduk dan populasi yang terlayani.
Akses pencapaian dan kemudahan memperoleh pelayanan
bagi penduduk.
Kecenderungan pusat pelayanan untuk dapat berkembang
serta daya tampung ruang dan penduduk.
Pada intinya, diasumsikan bahwa semakin tinggi fungsi dan
skala pelayanan pada tiap pusat pelayanan, serta semakin
besar jumlah populasi dan kemudahan pencapaian lebih
memungkinkan untuk dapat berkembang lebih pesat, sehingga
suatu pusat pelayanan akan dapat memberikan kontribusi
pelayanan terhadap wilayah sekitarnya. Dalam hal ini skala
pelayanan ditentukan oleh besarnya atau jangkauan
pelayanan suatu fungsi terhadap wilayah atau kawasan
lainnya, sehingga faktor penunjangnya adalah keterhubungan
antar suatu wilayah dengan wilayah lainnya untuk dapat saling
bersinergi akan berpengaruh terhadap besarnya jumlah
populasi yang dapat terlayani. Sedangkan terkait dengan
kecenderungan untuk dapat berkembang, ditunjang oleh
ketersediaan lahan pengembangan dan penyiapan sarana
dan prasarana pendukung.
Terjemahan dari asumsi tersebut, dikategorikan sebagai fungsi
pelayanan primer (utama) dan fungsi pelayanan sekunder
(komplementer) dengan penjelasan sebagai berikut:
Fungsi pelayanan primer atau utama, adalah fungsi-fungsi yang
memiliki jangkauan pelayanan lebih luas atau terhadap
keseluruhan wilayah baik secara administrasi maupun
berdasarkan fungsionalnya. Dalam hal ini fungsi primer
Kabupatn meliputi semua fasilitas yang memiliki fungsi
pelayanan terhadap wilayah provinsi ataupun terhadap seluruh
Kabupaten.
Fungsi pelayanan sekunder (komplementer) mencakup fungsi
pelayanan dengan jangkauan terhadap wilayah itu sendiri dan
tidak memiliki akses ataupun kontribusi terhadap pelayanan
atau pengembangan wilayah lainnya.
Pada tatanan wilayah Kabupaten fungsi pelayanan primer
diemban oleh kota kabupaten yang dicirikan dengan
ketersediaan fasilitas pelayanan terhadap seluruh wilayah
pengembangannya terutama dalam konteks pelayanan
administrasi pemerintahan. Sedangkan fungsi pelayanan
sekunder diemban oleh masing-masing kota-kota kecamatan,
yang memiliki jangkauan pelayanan terhadap wilayah
pengembangan kecamatan itu sendiri, dan tidak memiliki akses
terhadap pelayanan wilayah kecamatan lainnya. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel analisa Sistem Skala Pelayanan berdasarkan
Fungsi Fasilitas.
Hasil Analisis yang diperoleh pada tabel tersebut merupakan
penilaian kelengkapan fasilitas yang diperoleh dari sumber data
yang ada, dengan penilaian terhadap fasilitas pelayanan
pemerintahan, pendidikan, kesehatan, peribadatan dan
pelayanan jasa serta perdagangan. Adapun fungsi pelayanan
lainnya tidak diperoleh sumber data yang akurat, akan tetapi
fungsi-fungsi pelayanan tersebut dapat mewakili jumlah fungsi
lainnya. Tabel tersebut menunjukkan jumlah fungsi pelayanan
primer di Kabupaten yang didasarkan pada kelengkapan
fasilitas sosial ekonomi. fungsi primer yang terdiri dari
pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan kesehatan,
fungsi tersebut ditunjang oleh keberadaan kantor
pemerintahan kabupaten (Bupati), perguruan tinggi dan SLTA,
serta rumah sakit, dengan skala pelayanan terhadap seluruh
wilayah Kabupaten. Demikian halnya, ditunjang oleh
pelayanan pemerintahan dan pendidikan, sedangkan untuk
pelayanan kesehatan memerlukan pendistribusian fasilitas
berupa rumah sakit, sehingga fungsinya sehingga dapat
memberikan distribusi pelayanan dalam rangka meringankan
beban Kota serta tingkat aksesibilitas dari wilayah kecamatan
yang letaknya jauh dari Kota inti.
Dalam konsepsi penataan ruang, diperlukan penegasan fungsi
dan tatanan kawasan perkotaan, sehingga dalam
pengembangan kawasan perkotaan di masa yang akan
datang akan mempertimbangkan peran dan fungsinya masing-
masing, sehingga tidak melampaui ambang batas yang dapat
berdampak pada pola perkembangan kota yang tidak
seimbang terhadap potensi yang dimiliki.

2 Analisis Struktur Tata Ruang
Guna memaksimalkan struktur tata ruang sehingga dapat
membentuk suatu sistem terpadu dan komprehensip yang mampu
memanfaatkan potensi wilayah yang ada, sehingga setiap
kecamatan di Wilayah Kabupaten dapat meningkatkan daya saing
masing-masing, untuk maksud tersebut diperlukan penjenjangan atau
pembentukan hirarki dari sistem pusat dan sub pusat pelayanan dan
pengembangannya. Pusat dan sub pusat yang terbentuk berfungsi
untuk memberikan pelayanan terhadap kawasan sekitarnya
(hinterland). Tiap pusat memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda
satu sama lain yang disebabkan oleh perbedaan potensi fisik, sosial,
budaya dan ekonomi yang beragam.
Perumusan konsepsi struktur tata ruang, didasarkan pada hasil analisis
struktur tata ruang, pola pemanfaatan ruang, kebijakan
pembangunan dan pengwilayahan nasional, serta trend dan
dinamika pengembangan wilayah baik secara internal maupun
eksternal, maka dapat dirumuskan rekomendasi struktur tata ruang
Kabupaten.
Rekomendasi hirarki atau orde pusat pelayanan, fungsi kota
dan wilayah pengaruhnya dalam arahan rencana struktur tata
ruang Kabupaten, mencakup:
Struktur tata ruang yang mencerminkan adanya pusat
konsentrasi permukiman yang berfungsi sebagai pusat
distribusi pemasaran hasil produksi secara hirarkis dan
sistematis.
Pusat simpul jasa dan distribusi yang berorientasi pelayanan
dan kelengkapan fasilitas sosial ekonomi dalam jumlah yang
relatif memadai untuk dapat menunjang fungsi simpul
tersebut.
Dalam konteks penerapan rencana tata ruang Kabupaten,
maka kota-kota yang dimaksudkan dapat berperan sebagai
fungsi primer dan sekunder. Dalam hal ini selain memberikan
pelayanan terhadap wilayahnya sendiri juga memberikan
kontribusi pelayanan terhadap wilayah sekitarnya (hinterland),
sehingga diharapkan akan memacu pertumbuhan kawasan
sentra-sentra produksi di sekitarnya. Dengan demikian konsep
interkoneksitas antara kawasan perkotaan dan kawasan
kampung dapat berjalan sesuai dengan potensi wilayah dan
fungsi ruang masing-masing melalui pemanfaatan sumberdaya
lokal yang akan saling menunjang.
3 Analisis Pergeseran Struktur Tata Ruang Wilayah
Pembentukan pengwilayahan dan sistem pusat
pengembangan akan mengalami perubahan berdasarkan
faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti sumberdaya
alam, letak dan potensi wilayah, aspek transportasi dan
keterjangkauan antar wilayah, pengwilayahan yang dimaksud
berdasarkan RTRW Kabupaten.


b. Wilayah Pengembangan
Pengembangan wilayah tersebut mengacu pada dua azas
penataan ruang yaitu: (1) Demokratisasi Ruang dan (2) Sinergitas
Wilayah. Dengan demikian perlunya dibentuk peng-wilayah-an
untuk memudahkan dalam sistem distribusi pelayanan, sehingga
struktur ruang yang terbentuk akan terhirarki berdasarkan tata
jenjang yang dimiliki Pemahaman demokratisasi ruang
implementasinya berupa usaha-usaha penciptaan tingkat
kemudahan yang proporsional bagi masyarakat untuk menikmati
pelayanan sosial ekonomi yang tersedia, seperti kemudahan
untuk melakukan kegiatan-kegiatan produktif, termasuk
pemasaran hasil produksi untuk meningkatkan taraf
perekonomian masyarakat Kemudahan lainnya adalah
pelaksanaan program pembangunan menurut sektor-sektor
pembangunan masing-masing sekaligus menghindari benturan
kepentingan antar sektor dalam pemanfaatan ruang.
Sinergi wilayah diwujudkan dalam membentuk keterkaitan
fungsional antar satuan-satuan permukiman/sub wilayah
pengembangan, baik secara internal maupun secara eksternal,
sehingga membentuk wilayah terpadu yang mampu saling
bersinergi terhadap pembangunan wilayah Untuk menunjang
proses tersebut, perlunya memperhatikan keunggulan masing-
masing wilayah yang dapat dioptimalisasi pemanfaatannya guna
kepentingan pembangunan wilayah itu sendiri.
Dalam sistem pengwilayahan pembangunan nasional, wilayah
Kabupaten HALTIM terintegrasi dalam Pengembangan Kawasan
Timur Indonesia (KTI), sehingga dalam penetapan program yang
berkaitan dengan pengembangan wilayah secara keseluruhan,
tidak lepas dari Kebijakan Pengembangan Tata Ruang Wilayah
Nasional, serta dinamika pengembangan wilayah disekitarnya.


2. Ketersediaan Infrastruktur
a. Fasilitas Publik
Penyediaan Pelayanan yang paling diperlukan adalah
Infrastruktur, definisi Infrastuktur menurut The Routladge Dictionary
of Modern Economics (1996) adalah pelayanan utama dari suatu
Kota maupun Kabupaten yang membantu kegiatan ekonomi dan
kegiatan masyarakat supaya terjamin kelangsungannya dengan
menyediakan fasilitas public, dalam majalah Priority Outcome No
3 Pebruari 2003, Infrastruktur dibagi 3, yaitu:

a. Infrastruktur Ekonomi, merupakan aset yang menyediakan jasa
dan digunakan dalam produksi dan konsumsi final meliputi:
a. Public utilities (telekomunikasi, air minum, sanitasi dan gas.
b. Public works (jalan, bendungan, saluran irigasi dan drainase)
c. Transportation (Jaringan jalan, lapangan terbang dan
pelabuhan.
b. Infrastruktur Sosial, merupakan asset yang mendukung
kesehatan dan keahlian masyarakat, meliputi:
Pendidikan(Sekolah,Universitas&Perpustakaan)Kesehatan
(Rumah Sakit, Puskesmas)Rekreasi (Taman, Museum)
c. Fasilitas Pemerintahan
Kantor Bupati, Kantor DPR, KPU, POLRES, BADAN Beserta SKPD

b. Fasilitas Ekonomi
Perdagangan dan jasa berlangsung di kawasan perkotaan.
Sebagai suatu wilayah administratif kabupaten, kota-kota
pemerintahan yang ada menjadi acuan dalam menetapkan
struktur kata-kota, di samping batasan satuan wilayah
pembangunan (SWP). Dengan karakteristik wilayah Kabupaten
sebagai daerah dengan ruang yang lengkap, maka kegiatan
perdagangan dan jasa sangat berhubungan dengan aktivitas
distribusi dan koleksi yang mengandalkan alat transportasi darat
dan laut.
Karena itu analisis keruangan untuk kegiatan perkotaan perlu
mengutamakan kota-kota yang ada di sepanjang pantai (coastal
town) dan wilayah pedaratan.




Arahan Analisis Skala Kegiatan
Untuk memperkirakan besarnya skala kegiatan perkotaan (jumiah
penduduk kota) perlu dilakukan pemahaman atas:
Pola pertumbuhan penduduk kota-kota sampai saat ini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan laju
pertumbuhan penduduk perkotaan.
Agar dapat diperoleh informasi lengkap dan dapat
dipertanggungiawabkan secara ilmiah, maka diperlukan rujukan
pada data sekunder. Selanjutnya dilakukan perhitungan proyeksi
dengan model regresi.

Arahan Analisis Kebutuhan Ruang Kegiatan
Untuk memperkirakan besarnya ruang yang dibutuhkan oleh
kegiatan perkotaan perlu diketahui :
Komponen ruang di dalam kawasan perkotaan.
Rasio kebutuhan ruang untuk setiap komponen.
Untuk mendapatkan data dan informasi tersebut perlu rujukan
pada laporan atau buku mengenai perkotaan.

Arahan Analisis Orientasi Lokasi
Untuk dapat rnengetahui orientasi lokasi perkembangan perkotaan
perlu diketahui :
Kecenderungan arah perkembangan perkotaan sampai saat
ini.
Kendala alamiah sosial-budaya, hankam, dan fisik-ruang.
Untuk mengetahui hal tersebut perlu dimiliki peta mengenai
sebaran lokasi perkotaan dan besarannya secara time-series, serta
peta kondisi fisik wilayah studi. Di samping itu perlu pula informasi
mengenai kendala sosial budaya dan hankam dalam
perkembangan ruang kota.
Keterkaitan (jarak) dengan kegiatan lainnya
Untuk dapat mengetahui keterkaitan (jarak) dengan kegiatan
lainnya, maka perlu dipahami :
Kegiatan-kegiatan terkait dengan kegiatan perdagangan dan
jasa.
Sebaran lokasi kegiatan terkait yang sudah ada.
Untuk itu diperlukan peta yang memuat informasi penyebaran
lokasi kegiatan saat ini
Kebutuhan Sarana dan Prasarana
Untuk dapat mengetahui kebutuhan sarana dan prasarana
menunjang perkotaan diperlukan:
Perkiraan kebutuhan prasarana sarana pada tahun
mendatang.
Sebaran prasarana sarana yang ada saat ini.


3. Aksesibilitas
a. Jarak Rata Rata ke Pusat Propinsi
Provinsi Maluku Utara yang terdiri dari beberapa pulau sangat
membutuhkan fasilitas perhubungan laut. Sampai dengan Tahun
2010, jumlah pelabuhan laut yang melakukan bongkar muat
barang dalam negeri pelabuhan yang tersebar di 10
kabupaten/kota.
Kontribusi sektor perhubungan laut, selain untuk meningkatkan
mobilitas penduduk juga terhadap perekonomian Provinsi Maluku
Utara. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pelabuhan di Ternate
sangat menunjang kegiatan ekonomi di sektor perdagangan baik
antar pulau ataupun perdagangan luar negeri.
b. Jarak Rata Rata Ke pusat Pemerintahan Kabupaten

Di wilayah Kabupaten, kuantitas sarana dan prasarana
perhubungan darat merupakan faktor dominan dalam
menunjang mobilitas pergerakan penduduk dan barang (roda
perekonomian), sehingga peningkatan kualitas sarana dan
prasarana serta fasilitas penunjang lainnya menjadi salah satu
faktor penentu untuk penunjang peningkatan kesejahteraan
penduduk terutama dalam menghadapi era globalisasi.
c. Skenario Penetapan Ibu Kota Kabupaten
Skenario pengembangan Kabupaten dimaksudkan sebagai
arahan dasar dalam mewujudkan dan mengimplementasikan
konsep strategi program pembangunan yang akan direncanakan
nantinya. Rumusan skenario pengembangan Kabupaten hingga
tahun kedepan dalam bentuk pembangunan Kabupaten
sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan dimasa yang
akan datang. Pendekatan penyusunan skenario didasarkan pada
potensi unggulan wilayah dan permasalahan dalam
pengembangan Kabupaten Berpedoman pendekatan tersebut,
ditemukan bahwa skenario yang disusun dalam Kabupaten yang
memperhatikan kebijakan pembangunan yang telah digariskan
dalam RENSTRA dan RPJP dan RPJM Kabupaten, yang masih
relevan untuk dikembangkan, dengan catatan perlu dilakukan
penyempurnaan dalam strategi pembangunan pada bagian
ketujuh dalam laporan ini.
Dalam penyusunan skenario pengembangan wilayah, terlebih
dahulu perlu ditetapkan tujuan pengembangan Kabupaten, yang
secara garis besar, diuraikan sebagai berikut :
1. Secara internal, meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi setempat dengan mengoptimalkan potensi wilayah,
baik potensi ekonomi maupun potensi sumberdaya alam.
Untuk itu perlu menetapkan dan mengembangkan sektor
unggulan yang menjadi pasar regional dan ekspor sebagai
kekuatan pendorong untuk meningkatkan daya saing
Kabupaten.
2. Secara eksternal, meningkatkan positioning Kabupaten
sebagai kawasan pengembangan perikanan dan kelautan,
pariwisata, pertanian dan perkebunan. Untuk itu perlu
dibangun strategis alliances atau kerjasama antarwilayah
yang sinergis dan saling menguntungkan untuk memperkuat
sebuah synergic networking sebagai kekuatan pendorong
untuk meningkatkan posisi daya saing Kabupaten.

4. Letak Geografis
a. Luas Wilayah
Bahwa pemilihan lokasi ibukota, harus mempertimbangkan
kemudahan pengelolaannya, kemampuan pembiayaan, aspek
hukum, hankamnas dan lain-lainnya. Aspek administratif berkaitan
dengan aspek hukum, penyelenggaraan pemerintahan,
pengelolaan pembangunan. Aspek ini terdiri dari:
1. Kota atau lokasi yang dipilih memiliki total jarak fisik yang
terkecil agar mudah terjangkau dari seluruh wilayah untuk
kelancaran dalam pelayanan pemerintahan.
2. Kota atau lokasi yang dipilih tidak terlalu dekat dengan
Ibukota Kabupaten induk agar lokasi tersebut dapat
menjalankan fungsinya. Jadinya sebaiknya kota atau dilokasi
yang dipilih mudah dijangkau seluruh wilayah kabupaten
untuk pelayanan kepada masyarakat.
Pada dasarnya ibukota kabupaten berfungsi kompleks, artinya
ibukota dapat merupakan pusat administrasi pemerintahan, pusat
kegiatan perdagangan, pusat jasa serta pusat kebudayaan.
Penentuan suatu kota kecamatan sebagai ibukota kabupaten
bermula karena adanya kegiatan-kegiatan ekonomi atau
kebudayaan, baru kemudian fungsinya ditambahkan sebagai
pusat administratif kepemerintahan bagi daerah sekitarnya, dan
hal ini merupakan karakteristik umum dari pertumbuhan ibukota
suatu wilayah (Mc. Gee, 1976:29-30).
Ibukota kabupaten dengan fungsinya sebagai pusat administrasi
pemerintahan terkait erat juga sebagai pusat pelayanan bagi
masyarakat. Sektor pemerintahan disini harus dapat secara
dominan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat tersebut mengikuti hirarki
administrasi pemerintahan sehingga antara pusat pemerintahan
dengan pusat pelayanan masyarakat terkait erat. Lokasi antara
keduanya sangat mempengaruhi hubungan keduanya, semakin
dekat jarak kedua lokasi tersebut maka semakin mudah pula bagi
masyarakat untuk dapat memperoleh apa yang diinginkan
terhadap lokasi tersebut. Pusat pemerintahan tersebut terjadi
karena permintaan masyarakat akan pelayanan-pelayanan
pemerintahan yang tidak dapat mereka hasilkan sendiri; oleh
semua golongan masyarakat yang berharap banyak untuk dapat
memperoleh pelayanan pemerintahan tersebut (Mc.Lean,Mary;
1959:61)
Dengan ditetapkannya Kota sebagai ibukota Pemerintahan
Kabupaten sebagai kabupaten baru maka diharapkan dapat
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara efektif dan
efisien sehingga hasilnya dapat dirasakan secara nyata oleh
masyarakat. Oleh karena itulah dibutuhkan suatu lokasi yang
diharapkan dapat menjadi pusat pemerintahan di kota
Pangkalan Balai sehingga dapat memberikan fungsi sebagai
public service.
Dalam menentukan lokasi kota pusat pemerintahan kabupaten,
persyaratan utama yang harus dipenuhi adalah persyaratan fisik.
2 (dua) persyaratan yang dianggap paling penting dalam
penentuan lokasi ibukota kabupaten (Vera Sari, 1997 : 8) antara
lain :
1. Calon lokasi daerah ibukota sebaiknya relatif datar dan bebas
banjir
2. Dengan fungsi utama sebagai pusat pemerintahan, maka
daerah yang akan dipilih sebagai calon ibukota harus strategis
dan aksesible bagi kepentingan pergerakan kegiatan-kegiatan
administratif kota-kota kecamatan terhadap ibukotanya.

b. Kondisi Topografi
Penentuan lokasi ini akan meliputi pemilihan dan analisa letak (site
selection and site analysis), termasuk di dalamnya studi tentang
keadaan topografi, pola penggunaan tanah sekarang, hubungan
dengan pusat-pusat kegiatan penduduk maupun kegiatan sosial
ekonomi yang telah ada dan direncakan, jaringan jalan,
perhitungan-perhitungan perekonomian perdagangan, dll.( Myra
P.Gunawan, 1977:186)
Dalam penentuan lokasi kawasan pusat pemerintahan juga
diperlukan pertimbangan terhadap topografi atau bentuk dasar
permukaan tanah. Kriteria topografi sendiri antara lain adalah
ketinggian diatas permukaan air laut, orientasi topografi dan
kemiringan lereng. (Joseph De Chiara dan Lee E Koppelman,
4:1994).
Bentuk dasar permukaan tanah atau struktur topografi suatu
tapak merupakan sumber daya visual dan estetika yang angat
mempengaruhi lokasi dari berbagai tata guna tanah serta fungsi
rekreasi, intrefretatif dan sebagainya. Pemahaman terhadap
struktur topografi tidak hanya memberi petunjuk terhadap
pemilihan lokasi untuk jalan dan rute lau lintas alam tetapi juga
menyatakan susunan keruangan terhadap lokasi. (Joseph De
Chiara dan Lee E. Koppelman, 1994:3)
Selain itu juga topografi sangat dibutuhkan dalam pemilihan lokasi
bagi kawasan pusat pemerintahan dengan tujuan untuk melihat
kondisi dari lokasi. Semakin datar lokasi maka semakin besar daya
dukung terhadap bangunannya.
Untuk kepentingan pembangunan dan pengaturan guna lahan,
perlu ditunjang oleh karakteristik topografis yang baik, yang
menyangkut kemiringan lahan yang kecil dan kondisi relief yang
tidak berlekuk-lekuk. Lahan dengan persen lereng yang besar dan
relief yang berlekuk-lekuk atau berbukit-bukit akan meningkatkan
biaya pembangunan fasilitas perkotaan terutama dalam hal
pematangan lahan. Selain itu juga menyulitkan pergerakan
penduduk.(Mohammad Syafri Afriansyah, 1990:89). Analisis yang
di gunakan adalah analisis Keseusian lahan dengan
menggunakan metode GIS Berdasarkan acuan dari PP No 14
Tahun 2011 Tentang Tingkat Ketelitian Peta.

c. Sumber air bersih

Kualitas air baku, fasilitas sarana dan prasarana pengolahan,
jaringan distribusi dan pengelolaan yang belum memenuhi
standar kualitas air bersih, standar keshatan maupun standar
teknis, mengakibatkan belum terpenuhinya pelayanan safe
drinking water yaitu air siap minum, saat ini hanya PDAM
Kabupaten yang telah mampu menghasilkan air siap minum
itupun belum maksimal digunakan masyarakat.
Kecenderungan yang ada, ditambah dengan euphoria otonomi
daerah menyebabkan masing-masing Kabupaten/Kota memiliki
sendiri Perusahaan Air Minum sesuai batas administrasi wilayah
tanpa memperhatikan efektivitas pelayanan sesuai dengan
besaran aktivitas ekonomi dan jumlah penduduk serta tidak
melihat terbatasnya ketersediaan air baku yang akhirnya
menimbulkan masalah seperti:
1. Jumlah pelanggan tidak mencapai skala ekonomis
2. Keterbatasan air baku dalam wilayah administrasi
3. Menurunnya kualitas lingkungan akibat pengambilan air baku
berlebihan
4. Konflik kepentingan antara PDAM dan Pemerintah Daerah.
Mengingat pentingnya kebutuhan akan air sebagai hajat hidup
orang banyak, maka sampai saat ini harga jual air di atur oleh
Pemerintah Daerah dengan persetujuan DPRD melalui Peraturan
Daerah, hal tersebut menyebabkan masalah bagi sebagian besar
PDAM karena harga yang ditetapkan lebih bersifat sosial bahkan
politik bukan pada perhitungan teknis, keuangan maupun
pelayanan akibatnya seringkali harga jual ke masyarakat
seringkali lebih rendah dari biaya produksinya. Sehingga banyak
PDAM yang hidupnya kembang kempis dan pelayanan yang
diberikan menjadi sekedarnya.


d. Zona rawan bencana
Pada dasarnya, faktor resiko dalam menangani suatu
bencana alam, dapat diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) kategori
resiko, yaitu :
a. Catastrophic (Bencana)
b. Critical (Kritis)
c. Marginal (kecil)
d. Negligible (dapat diabaikan)
Adapun pengaruh atau dampak yang ditimbulkan terhadap suatu
bencana alam dapat berpengaruh proses pengembangan
wilayah, faktor biaya akibat kerugian yang ditimbulkan, dukungan
pihak pemerintah terhadap penanggulangan bencana, metode
atau cara dalam menanggulangi ancaman bencana yang terjadi.
Ancaman adalah aksi yang terjadi yang dapat mengganggu
keseimbangan lingkungan. Timbulnya ancaman dapat dipicu oleh
suatu kondisi dari sumber ancaman. Sumber ancaman kawasan
pesisir yang berasal dari alam yaitu berupa bencana alam gempa
bumi, tsunami, longsor, banjir, angin ribut, dan abrasi.
Berdasarkan informasi yang ada ancaman untuk disetiap di
Kabupaten akan memperlihatkan bahwa faktor yang
menyebabkan terjadi merupakan faktor alam dan manusia yang
tidak diketahui kapan akan terjadi sehingga dampak yang
nantinya akan terjadi bila bencana alam itu terjadi dan rata-rata
damapk yang ditimbulkan berupa kerusakan lingkungan, korban
jiwa, kerusakan materil serta menimbulkan bencana alam yang
baru. Adapun alasan yang timbul dari ancaman alam ini dapat di
definisikan dalam tabel berikut :

Tabel. 4.1
Identifikasi Ancaman Di Wilayah Kabupaten
Sumber
Ancaman
Potensi Penyebab Dampak yang timbul
Tsunami Gempa Bawah Laut
Longsor Bawah Laut
Pusat gempa kedalaman 10 90 Km dengan
besaran 4,6 SR atau lebih besar.
Terdapat Patahan Pater-Noster
Patahan Walanae
Kerusakan
Lingkungan Pesisir
Korban Jiwa
Kerusakan Materi
Banjir Meluapnya air dari gunung
Kurangnya kesadaran masyarakat
Naiknya air laut ke darat akibat terjadinya
pasang air laut.
Kerusakan
Lingkungan
Korban Jiwa
Kerusakan Materi

5. Aspek Kependudukan
Penduduk merupakan salah satu unsur utama dalam pembentukan
suatu wilayah, karakteristik penduduk merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap pengembangan atau pembangunan suatu
wilayah dengan mempertimbangkan pertumbuhan penduduk,
komposisi struktur kepedudukan serta adat istiadat dan kebiasaan
penduduk. Dengan demikian karakteristik penduduk sangat
diperlukan dalam penyusunan Pembangunan.
Maju dan berkembangnya suatu kawasan atau kota adalah
merupakan peran dari orang atau manusia yang ada didalamnya,
sebab pada prinsipnya sesungguhnya dengan kemapaman atau skill
dari setiap manusia tersebutlah yang mampu mengelola serta
melakukan pamnfatan yang bijak serta mapan bagi daerah tersebut.
Kabupaten dengan segala kekayaan alamnya yang melimpah serta
memiliki jumlah penduduk yang terbilang cukup padat akan semakin
mampu bersaing dalam era globalisasi ini apabila kondisialam
mampu diseimbangkan dengan kondisi SDM yang memadai pula.
Sepanjang penulusuran atau observasi yang dilakukan consultan
kami dapat disimpulkan bahwa potensi dari masyarakat pada
kabupaten khususnya terbilang sudah mengalami peningkatan mutu
SDM, hal itu di pengaruhi oleh beberapa indicator yaitu:
Sudah meningkatnya keinginan masyarakat untuk bersekolah
Meningkatnya kelengkapan penunjang fasilitas sekolah
Besarnya pengaruh lingkungan masyarakat yang sangat
partisipatif dalam meningkatkan SDM.
Hal-hal tersebut diataslah yang memberikan pengaruh pada
masyarakat sehingga kecendurungan untuk belajar atau bersekolah
ada. Inilah kemudian yang menyebabkan dengan meningkatnya
tenaga manusia (SDM) yang bisa mengelola SDA yang ada secara
optimal dan maksimal. Sangatlah elok jika situasi ini berkepanjangan,
sebab kalau seperti ini tentu dapat diramalkan bahwa yang
menikmati kekayaan alam dari suatu daerah dalam hal ini adalah
Kabupaten Sidenreng Rappang. Untuk itu, perlu juga dilakukan
semacam penyuluhan tentang pentingnya pendidikan untuk
masyarakat, guna kelak mampu mewujudkan Kabupaten Sidenreng
Rappang yang lebih baik lagi di masa mendatang.

A. Jumlah Penduduk
Pada dasarnya jumlah penduduk di suatu wilayah sangat menjadi
factor peningkatan daerah dan menjadi pengerak utama karena
Sumber Daya Manusia (SDM) yang bisa mengelola Sumber Daya
Alam (SDA) yang ada secara optimal dan maksimal. Maka dalam
aturan PP NO 78 Tahun 2007 Mengisyartkan jumlah penduduk
harus mencapai 30000 KK.
B. Kepadatan Penduduk
Distribusi penduduk terkait dengan jumlah penduduk yang
mendiami suatu wilayah atau pengelompokan jumlah penduduk
yang didasarkan pada batasan administrasi wilayah yang
bersangkutan. Jumlah penduduk yang terdistribusi pada suatu
wilayah, akan mempengaruhi tingkat konsentrasi pelayanan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk melayani
kebutuhan penduduk pada wilayah tersebut. Dengan tingkat
kepadatan rata rata adalah 20,5 %.

Anda mungkin juga menyukai