a. Sistem Kota Kota Adanya fenomena bahwa setiap kabupaten akan terus berkembang, terutama pada ketersediaan sarana prasarana pendukung perkotaan. Jenis kegiatan perkotaan terdiri dari jenis basic perkotaan, dan kegiatan non basic perkotaan kegiatan basic perkotaan adalah kegiatan yang berpengaruh terhadap perubahan struktur ruang, sedangkan kegiatan non basic perkotaan adalah kegiatan yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap perubahan struktur ruang wilayah. Pengelompokan fungsi kegiatan dalam bentuk fungsi kawasan yang jelas sangat diperlukan untuk mempermudah sarana dan prasarana, selanjutnya dapat mengarahkan perkembangan dan pertumbuhan wilayah. Analisis struktur tata ruang wilayah Kabupaten akan membahas tata ruang yang terbentuk sebagai akibat adanya alokasi sistem kegiatan di wilayah tersebut. Dalam menganalisis struktur tata ruang wilayah, yang pelu dikaji lebih mendalam adalah sistem kagiatan, pusat-pusat pelayanan, dan analisis antar pusat-pusat pelayanan tersebut. 1 Metode Analisis Struktur Tata Ruang Pada prinsipnya analisis sistem kegiatan merupakan rangkuman dari beberapa analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Sistem kegiatan yang sudah ada di Kabupaten akan menempati ruang tertentu dan mempunyai pengaruh langsung terhadap struktur tata ruang kabupaten, sehingga dapat dikatakan bahwa komposisi guna lahan dapat menggambarkan sistem wilayah secara keseluruhan. berdasarkan kondisi eksisting sistem kegiatan yang ada dalam wilayah Kabupaten, dapat dikelompokan dalam dua kategori yaitu ; (1) Penggunaan lahan perkotaan (perumahan, perusahaan, fasilitas umum dan sosial, perkantoran dan perdagangan, serta kawasan industri), dan (2) penggunaan lahan non perkotaan seperti pertanian, hutan, kebun, rawa, dan lahan kritis. Analisis struktur tata ruang dimaksudkan untuk membentuk tata jenjang dari pusat-pusat pelayanan (pusat permukiman) untuk mendukung pertumbuhan antar wilayah Kabupaten Pada dasarnya tata jenjang pelayanan dipengaruhi oleh beberapa faktor pembentuk antara lain : Ketersediaan dan persebaran fungsi dan skala pelayanan. Jumlah penduduk dan populasi yang terlayani. Akses pencapaian dan kemudahan memperoleh pelayanan bagi penduduk. Kecenderungan pusat pelayanan untuk dapat berkembang serta daya tampung ruang dan penduduk. Pada intinya, diasumsikan bahwa semakin tinggi fungsi dan skala pelayanan pada tiap pusat pelayanan, serta semakin besar jumlah populasi dan kemudahan pencapaian lebih memungkinkan untuk dapat berkembang lebih pesat, sehingga suatu pusat pelayanan akan dapat memberikan kontribusi pelayanan terhadap wilayah sekitarnya. Dalam hal ini skala pelayanan ditentukan oleh besarnya atau jangkauan pelayanan suatu fungsi terhadap wilayah atau kawasan lainnya, sehingga faktor penunjangnya adalah keterhubungan antar suatu wilayah dengan wilayah lainnya untuk dapat saling bersinergi akan berpengaruh terhadap besarnya jumlah populasi yang dapat terlayani. Sedangkan terkait dengan kecenderungan untuk dapat berkembang, ditunjang oleh ketersediaan lahan pengembangan dan penyiapan sarana dan prasarana pendukung. Terjemahan dari asumsi tersebut, dikategorikan sebagai fungsi pelayanan primer (utama) dan fungsi pelayanan sekunder (komplementer) dengan penjelasan sebagai berikut: Fungsi pelayanan primer atau utama, adalah fungsi-fungsi yang memiliki jangkauan pelayanan lebih luas atau terhadap keseluruhan wilayah baik secara administrasi maupun berdasarkan fungsionalnya. Dalam hal ini fungsi primer Kabupatn meliputi semua fasilitas yang memiliki fungsi pelayanan terhadap wilayah provinsi ataupun terhadap seluruh Kabupaten. Fungsi pelayanan sekunder (komplementer) mencakup fungsi pelayanan dengan jangkauan terhadap wilayah itu sendiri dan tidak memiliki akses ataupun kontribusi terhadap pelayanan atau pengembangan wilayah lainnya. Pada tatanan wilayah Kabupaten fungsi pelayanan primer diemban oleh kota kabupaten yang dicirikan dengan ketersediaan fasilitas pelayanan terhadap seluruh wilayah pengembangannya terutama dalam konteks pelayanan administrasi pemerintahan. Sedangkan fungsi pelayanan sekunder diemban oleh masing-masing kota-kota kecamatan, yang memiliki jangkauan pelayanan terhadap wilayah pengembangan kecamatan itu sendiri, dan tidak memiliki akses terhadap pelayanan wilayah kecamatan lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel analisa Sistem Skala Pelayanan berdasarkan Fungsi Fasilitas. Hasil Analisis yang diperoleh pada tabel tersebut merupakan penilaian kelengkapan fasilitas yang diperoleh dari sumber data yang ada, dengan penilaian terhadap fasilitas pelayanan pemerintahan, pendidikan, kesehatan, peribadatan dan pelayanan jasa serta perdagangan. Adapun fungsi pelayanan lainnya tidak diperoleh sumber data yang akurat, akan tetapi fungsi-fungsi pelayanan tersebut dapat mewakili jumlah fungsi lainnya. Tabel tersebut menunjukkan jumlah fungsi pelayanan primer di Kabupaten yang didasarkan pada kelengkapan fasilitas sosial ekonomi. fungsi primer yang terdiri dari pemerintahan, pendidikan, perdagangan dan kesehatan, fungsi tersebut ditunjang oleh keberadaan kantor pemerintahan kabupaten (Bupati), perguruan tinggi dan SLTA, serta rumah sakit, dengan skala pelayanan terhadap seluruh wilayah Kabupaten. Demikian halnya, ditunjang oleh pelayanan pemerintahan dan pendidikan, sedangkan untuk pelayanan kesehatan memerlukan pendistribusian fasilitas berupa rumah sakit, sehingga fungsinya sehingga dapat memberikan distribusi pelayanan dalam rangka meringankan beban Kota serta tingkat aksesibilitas dari wilayah kecamatan yang letaknya jauh dari Kota inti. Dalam konsepsi penataan ruang, diperlukan penegasan fungsi dan tatanan kawasan perkotaan, sehingga dalam pengembangan kawasan perkotaan di masa yang akan datang akan mempertimbangkan peran dan fungsinya masing- masing, sehingga tidak melampaui ambang batas yang dapat berdampak pada pola perkembangan kota yang tidak seimbang terhadap potensi yang dimiliki.
2 Analisis Struktur Tata Ruang Guna memaksimalkan struktur tata ruang sehingga dapat membentuk suatu sistem terpadu dan komprehensip yang mampu memanfaatkan potensi wilayah yang ada, sehingga setiap kecamatan di Wilayah Kabupaten dapat meningkatkan daya saing masing-masing, untuk maksud tersebut diperlukan penjenjangan atau pembentukan hirarki dari sistem pusat dan sub pusat pelayanan dan pengembangannya. Pusat dan sub pusat yang terbentuk berfungsi untuk memberikan pelayanan terhadap kawasan sekitarnya (hinterland). Tiap pusat memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda satu sama lain yang disebabkan oleh perbedaan potensi fisik, sosial, budaya dan ekonomi yang beragam. Perumusan konsepsi struktur tata ruang, didasarkan pada hasil analisis struktur tata ruang, pola pemanfaatan ruang, kebijakan pembangunan dan pengwilayahan nasional, serta trend dan dinamika pengembangan wilayah baik secara internal maupun eksternal, maka dapat dirumuskan rekomendasi struktur tata ruang Kabupaten. Rekomendasi hirarki atau orde pusat pelayanan, fungsi kota dan wilayah pengaruhnya dalam arahan rencana struktur tata ruang Kabupaten, mencakup: Struktur tata ruang yang mencerminkan adanya pusat konsentrasi permukiman yang berfungsi sebagai pusat distribusi pemasaran hasil produksi secara hirarkis dan sistematis. Pusat simpul jasa dan distribusi yang berorientasi pelayanan dan kelengkapan fasilitas sosial ekonomi dalam jumlah yang relatif memadai untuk dapat menunjang fungsi simpul tersebut. Dalam konteks penerapan rencana tata ruang Kabupaten, maka kota-kota yang dimaksudkan dapat berperan sebagai fungsi primer dan sekunder. Dalam hal ini selain memberikan pelayanan terhadap wilayahnya sendiri juga memberikan kontribusi pelayanan terhadap wilayah sekitarnya (hinterland), sehingga diharapkan akan memacu pertumbuhan kawasan sentra-sentra produksi di sekitarnya. Dengan demikian konsep interkoneksitas antara kawasan perkotaan dan kawasan kampung dapat berjalan sesuai dengan potensi wilayah dan fungsi ruang masing-masing melalui pemanfaatan sumberdaya lokal yang akan saling menunjang. 3 Analisis Pergeseran Struktur Tata Ruang Wilayah Pembentukan pengwilayahan dan sistem pusat pengembangan akan mengalami perubahan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti sumberdaya alam, letak dan potensi wilayah, aspek transportasi dan keterjangkauan antar wilayah, pengwilayahan yang dimaksud berdasarkan RTRW Kabupaten.
b. Wilayah Pengembangan Pengembangan wilayah tersebut mengacu pada dua azas penataan ruang yaitu: (1) Demokratisasi Ruang dan (2) Sinergitas Wilayah. Dengan demikian perlunya dibentuk peng-wilayah-an untuk memudahkan dalam sistem distribusi pelayanan, sehingga struktur ruang yang terbentuk akan terhirarki berdasarkan tata jenjang yang dimiliki Pemahaman demokratisasi ruang implementasinya berupa usaha-usaha penciptaan tingkat kemudahan yang proporsional bagi masyarakat untuk menikmati pelayanan sosial ekonomi yang tersedia, seperti kemudahan untuk melakukan kegiatan-kegiatan produktif, termasuk pemasaran hasil produksi untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat Kemudahan lainnya adalah pelaksanaan program pembangunan menurut sektor-sektor pembangunan masing-masing sekaligus menghindari benturan kepentingan antar sektor dalam pemanfaatan ruang. Sinergi wilayah diwujudkan dalam membentuk keterkaitan fungsional antar satuan-satuan permukiman/sub wilayah pengembangan, baik secara internal maupun secara eksternal, sehingga membentuk wilayah terpadu yang mampu saling bersinergi terhadap pembangunan wilayah Untuk menunjang proses tersebut, perlunya memperhatikan keunggulan masing- masing wilayah yang dapat dioptimalisasi pemanfaatannya guna kepentingan pembangunan wilayah itu sendiri. Dalam sistem pengwilayahan pembangunan nasional, wilayah Kabupaten HALTIM terintegrasi dalam Pengembangan Kawasan Timur Indonesia (KTI), sehingga dalam penetapan program yang berkaitan dengan pengembangan wilayah secara keseluruhan, tidak lepas dari Kebijakan Pengembangan Tata Ruang Wilayah Nasional, serta dinamika pengembangan wilayah disekitarnya.
2. Ketersediaan Infrastruktur a. Fasilitas Publik Penyediaan Pelayanan yang paling diperlukan adalah Infrastruktur, definisi Infrastuktur menurut The Routladge Dictionary of Modern Economics (1996) adalah pelayanan utama dari suatu Kota maupun Kabupaten yang membantu kegiatan ekonomi dan kegiatan masyarakat supaya terjamin kelangsungannya dengan menyediakan fasilitas public, dalam majalah Priority Outcome No 3 Pebruari 2003, Infrastruktur dibagi 3, yaitu:
a. Infrastruktur Ekonomi, merupakan aset yang menyediakan jasa dan digunakan dalam produksi dan konsumsi final meliputi: a. Public utilities (telekomunikasi, air minum, sanitasi dan gas. b. Public works (jalan, bendungan, saluran irigasi dan drainase) c. Transportation (Jaringan jalan, lapangan terbang dan pelabuhan. b. Infrastruktur Sosial, merupakan asset yang mendukung kesehatan dan keahlian masyarakat, meliputi: Pendidikan(Sekolah,Universitas&Perpustakaan)Kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas)Rekreasi (Taman, Museum) c. Fasilitas Pemerintahan Kantor Bupati, Kantor DPR, KPU, POLRES, BADAN Beserta SKPD
b. Fasilitas Ekonomi Perdagangan dan jasa berlangsung di kawasan perkotaan. Sebagai suatu wilayah administratif kabupaten, kota-kota pemerintahan yang ada menjadi acuan dalam menetapkan struktur kata-kota, di samping batasan satuan wilayah pembangunan (SWP). Dengan karakteristik wilayah Kabupaten sebagai daerah dengan ruang yang lengkap, maka kegiatan perdagangan dan jasa sangat berhubungan dengan aktivitas distribusi dan koleksi yang mengandalkan alat transportasi darat dan laut. Karena itu analisis keruangan untuk kegiatan perkotaan perlu mengutamakan kota-kota yang ada di sepanjang pantai (coastal town) dan wilayah pedaratan.
Arahan Analisis Skala Kegiatan Untuk memperkirakan besarnya skala kegiatan perkotaan (jumiah penduduk kota) perlu dilakukan pemahaman atas: Pola pertumbuhan penduduk kota-kota sampai saat ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan laju pertumbuhan penduduk perkotaan. Agar dapat diperoleh informasi lengkap dan dapat dipertanggungiawabkan secara ilmiah, maka diperlukan rujukan pada data sekunder. Selanjutnya dilakukan perhitungan proyeksi dengan model regresi.
Arahan Analisis Kebutuhan Ruang Kegiatan Untuk memperkirakan besarnya ruang yang dibutuhkan oleh kegiatan perkotaan perlu diketahui : Komponen ruang di dalam kawasan perkotaan. Rasio kebutuhan ruang untuk setiap komponen. Untuk mendapatkan data dan informasi tersebut perlu rujukan pada laporan atau buku mengenai perkotaan.
Arahan Analisis Orientasi Lokasi Untuk dapat rnengetahui orientasi lokasi perkembangan perkotaan perlu diketahui : Kecenderungan arah perkembangan perkotaan sampai saat ini. Kendala alamiah sosial-budaya, hankam, dan fisik-ruang. Untuk mengetahui hal tersebut perlu dimiliki peta mengenai sebaran lokasi perkotaan dan besarannya secara time-series, serta peta kondisi fisik wilayah studi. Di samping itu perlu pula informasi mengenai kendala sosial budaya dan hankam dalam perkembangan ruang kota. Keterkaitan (jarak) dengan kegiatan lainnya Untuk dapat mengetahui keterkaitan (jarak) dengan kegiatan lainnya, maka perlu dipahami : Kegiatan-kegiatan terkait dengan kegiatan perdagangan dan jasa. Sebaran lokasi kegiatan terkait yang sudah ada. Untuk itu diperlukan peta yang memuat informasi penyebaran lokasi kegiatan saat ini Kebutuhan Sarana dan Prasarana Untuk dapat mengetahui kebutuhan sarana dan prasarana menunjang perkotaan diperlukan: Perkiraan kebutuhan prasarana sarana pada tahun mendatang. Sebaran prasarana sarana yang ada saat ini.
3. Aksesibilitas a. Jarak Rata Rata ke Pusat Propinsi Provinsi Maluku Utara yang terdiri dari beberapa pulau sangat membutuhkan fasilitas perhubungan laut. Sampai dengan Tahun 2010, jumlah pelabuhan laut yang melakukan bongkar muat barang dalam negeri pelabuhan yang tersebar di 10 kabupaten/kota. Kontribusi sektor perhubungan laut, selain untuk meningkatkan mobilitas penduduk juga terhadap perekonomian Provinsi Maluku Utara. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pelabuhan di Ternate sangat menunjang kegiatan ekonomi di sektor perdagangan baik antar pulau ataupun perdagangan luar negeri. b. Jarak Rata Rata Ke pusat Pemerintahan Kabupaten
Di wilayah Kabupaten, kuantitas sarana dan prasarana perhubungan darat merupakan faktor dominan dalam menunjang mobilitas pergerakan penduduk dan barang (roda perekonomian), sehingga peningkatan kualitas sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang lainnya menjadi salah satu faktor penentu untuk penunjang peningkatan kesejahteraan penduduk terutama dalam menghadapi era globalisasi. c. Skenario Penetapan Ibu Kota Kabupaten Skenario pengembangan Kabupaten dimaksudkan sebagai arahan dasar dalam mewujudkan dan mengimplementasikan konsep strategi program pembangunan yang akan direncanakan nantinya. Rumusan skenario pengembangan Kabupaten hingga tahun kedepan dalam bentuk pembangunan Kabupaten sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan dimasa yang akan datang. Pendekatan penyusunan skenario didasarkan pada potensi unggulan wilayah dan permasalahan dalam pengembangan Kabupaten Berpedoman pendekatan tersebut, ditemukan bahwa skenario yang disusun dalam Kabupaten yang memperhatikan kebijakan pembangunan yang telah digariskan dalam RENSTRA dan RPJP dan RPJM Kabupaten, yang masih relevan untuk dikembangkan, dengan catatan perlu dilakukan penyempurnaan dalam strategi pembangunan pada bagian ketujuh dalam laporan ini. Dalam penyusunan skenario pengembangan wilayah, terlebih dahulu perlu ditetapkan tujuan pengembangan Kabupaten, yang secara garis besar, diuraikan sebagai berikut : 1. Secara internal, meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi setempat dengan mengoptimalkan potensi wilayah, baik potensi ekonomi maupun potensi sumberdaya alam. Untuk itu perlu menetapkan dan mengembangkan sektor unggulan yang menjadi pasar regional dan ekspor sebagai kekuatan pendorong untuk meningkatkan daya saing Kabupaten. 2. Secara eksternal, meningkatkan positioning Kabupaten sebagai kawasan pengembangan perikanan dan kelautan, pariwisata, pertanian dan perkebunan. Untuk itu perlu dibangun strategis alliances atau kerjasama antarwilayah yang sinergis dan saling menguntungkan untuk memperkuat sebuah synergic networking sebagai kekuatan pendorong untuk meningkatkan posisi daya saing Kabupaten.
4. Letak Geografis a. Luas Wilayah Bahwa pemilihan lokasi ibukota, harus mempertimbangkan kemudahan pengelolaannya, kemampuan pembiayaan, aspek hukum, hankamnas dan lain-lainnya. Aspek administratif berkaitan dengan aspek hukum, penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan. Aspek ini terdiri dari: 1. Kota atau lokasi yang dipilih memiliki total jarak fisik yang terkecil agar mudah terjangkau dari seluruh wilayah untuk kelancaran dalam pelayanan pemerintahan. 2. Kota atau lokasi yang dipilih tidak terlalu dekat dengan Ibukota Kabupaten induk agar lokasi tersebut dapat menjalankan fungsinya. Jadinya sebaiknya kota atau dilokasi yang dipilih mudah dijangkau seluruh wilayah kabupaten untuk pelayanan kepada masyarakat. Pada dasarnya ibukota kabupaten berfungsi kompleks, artinya ibukota dapat merupakan pusat administrasi pemerintahan, pusat kegiatan perdagangan, pusat jasa serta pusat kebudayaan. Penentuan suatu kota kecamatan sebagai ibukota kabupaten bermula karena adanya kegiatan-kegiatan ekonomi atau kebudayaan, baru kemudian fungsinya ditambahkan sebagai pusat administratif kepemerintahan bagi daerah sekitarnya, dan hal ini merupakan karakteristik umum dari pertumbuhan ibukota suatu wilayah (Mc. Gee, 1976:29-30). Ibukota kabupaten dengan fungsinya sebagai pusat administrasi pemerintahan terkait erat juga sebagai pusat pelayanan bagi masyarakat. Sektor pemerintahan disini harus dapat secara dominan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat tersebut mengikuti hirarki administrasi pemerintahan sehingga antara pusat pemerintahan dengan pusat pelayanan masyarakat terkait erat. Lokasi antara keduanya sangat mempengaruhi hubungan keduanya, semakin dekat jarak kedua lokasi tersebut maka semakin mudah pula bagi masyarakat untuk dapat memperoleh apa yang diinginkan terhadap lokasi tersebut. Pusat pemerintahan tersebut terjadi karena permintaan masyarakat akan pelayanan-pelayanan pemerintahan yang tidak dapat mereka hasilkan sendiri; oleh semua golongan masyarakat yang berharap banyak untuk dapat memperoleh pelayanan pemerintahan tersebut (Mc.Lean,Mary; 1959:61) Dengan ditetapkannya Kota sebagai ibukota Pemerintahan Kabupaten sebagai kabupaten baru maka diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara efektif dan efisien sehingga hasilnya dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat. Oleh karena itulah dibutuhkan suatu lokasi yang diharapkan dapat menjadi pusat pemerintahan di kota Pangkalan Balai sehingga dapat memberikan fungsi sebagai public service. Dalam menentukan lokasi kota pusat pemerintahan kabupaten, persyaratan utama yang harus dipenuhi adalah persyaratan fisik. 2 (dua) persyaratan yang dianggap paling penting dalam penentuan lokasi ibukota kabupaten (Vera Sari, 1997 : 8) antara lain : 1. Calon lokasi daerah ibukota sebaiknya relatif datar dan bebas banjir 2. Dengan fungsi utama sebagai pusat pemerintahan, maka daerah yang akan dipilih sebagai calon ibukota harus strategis dan aksesible bagi kepentingan pergerakan kegiatan-kegiatan administratif kota-kota kecamatan terhadap ibukotanya.
b. Kondisi Topografi Penentuan lokasi ini akan meliputi pemilihan dan analisa letak (site selection and site analysis), termasuk di dalamnya studi tentang keadaan topografi, pola penggunaan tanah sekarang, hubungan dengan pusat-pusat kegiatan penduduk maupun kegiatan sosial ekonomi yang telah ada dan direncakan, jaringan jalan, perhitungan-perhitungan perekonomian perdagangan, dll.( Myra P.Gunawan, 1977:186) Dalam penentuan lokasi kawasan pusat pemerintahan juga diperlukan pertimbangan terhadap topografi atau bentuk dasar permukaan tanah. Kriteria topografi sendiri antara lain adalah ketinggian diatas permukaan air laut, orientasi topografi dan kemiringan lereng. (Joseph De Chiara dan Lee E Koppelman, 4:1994). Bentuk dasar permukaan tanah atau struktur topografi suatu tapak merupakan sumber daya visual dan estetika yang angat mempengaruhi lokasi dari berbagai tata guna tanah serta fungsi rekreasi, intrefretatif dan sebagainya. Pemahaman terhadap struktur topografi tidak hanya memberi petunjuk terhadap pemilihan lokasi untuk jalan dan rute lau lintas alam tetapi juga menyatakan susunan keruangan terhadap lokasi. (Joseph De Chiara dan Lee E. Koppelman, 1994:3) Selain itu juga topografi sangat dibutuhkan dalam pemilihan lokasi bagi kawasan pusat pemerintahan dengan tujuan untuk melihat kondisi dari lokasi. Semakin datar lokasi maka semakin besar daya dukung terhadap bangunannya. Untuk kepentingan pembangunan dan pengaturan guna lahan, perlu ditunjang oleh karakteristik topografis yang baik, yang menyangkut kemiringan lahan yang kecil dan kondisi relief yang tidak berlekuk-lekuk. Lahan dengan persen lereng yang besar dan relief yang berlekuk-lekuk atau berbukit-bukit akan meningkatkan biaya pembangunan fasilitas perkotaan terutama dalam hal pematangan lahan. Selain itu juga menyulitkan pergerakan penduduk.(Mohammad Syafri Afriansyah, 1990:89). Analisis yang di gunakan adalah analisis Keseusian lahan dengan menggunakan metode GIS Berdasarkan acuan dari PP No 14 Tahun 2011 Tentang Tingkat Ketelitian Peta.
c. Sumber air bersih
Kualitas air baku, fasilitas sarana dan prasarana pengolahan, jaringan distribusi dan pengelolaan yang belum memenuhi standar kualitas air bersih, standar keshatan maupun standar teknis, mengakibatkan belum terpenuhinya pelayanan safe drinking water yaitu air siap minum, saat ini hanya PDAM Kabupaten yang telah mampu menghasilkan air siap minum itupun belum maksimal digunakan masyarakat. Kecenderungan yang ada, ditambah dengan euphoria otonomi daerah menyebabkan masing-masing Kabupaten/Kota memiliki sendiri Perusahaan Air Minum sesuai batas administrasi wilayah tanpa memperhatikan efektivitas pelayanan sesuai dengan besaran aktivitas ekonomi dan jumlah penduduk serta tidak melihat terbatasnya ketersediaan air baku yang akhirnya menimbulkan masalah seperti: 1. Jumlah pelanggan tidak mencapai skala ekonomis 2. Keterbatasan air baku dalam wilayah administrasi 3. Menurunnya kualitas lingkungan akibat pengambilan air baku berlebihan 4. Konflik kepentingan antara PDAM dan Pemerintah Daerah. Mengingat pentingnya kebutuhan akan air sebagai hajat hidup orang banyak, maka sampai saat ini harga jual air di atur oleh Pemerintah Daerah dengan persetujuan DPRD melalui Peraturan Daerah, hal tersebut menyebabkan masalah bagi sebagian besar PDAM karena harga yang ditetapkan lebih bersifat sosial bahkan politik bukan pada perhitungan teknis, keuangan maupun pelayanan akibatnya seringkali harga jual ke masyarakat seringkali lebih rendah dari biaya produksinya. Sehingga banyak PDAM yang hidupnya kembang kempis dan pelayanan yang diberikan menjadi sekedarnya.
d. Zona rawan bencana Pada dasarnya, faktor resiko dalam menangani suatu bencana alam, dapat diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) kategori resiko, yaitu : a. Catastrophic (Bencana) b. Critical (Kritis) c. Marginal (kecil) d. Negligible (dapat diabaikan) Adapun pengaruh atau dampak yang ditimbulkan terhadap suatu bencana alam dapat berpengaruh proses pengembangan wilayah, faktor biaya akibat kerugian yang ditimbulkan, dukungan pihak pemerintah terhadap penanggulangan bencana, metode atau cara dalam menanggulangi ancaman bencana yang terjadi. Ancaman adalah aksi yang terjadi yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan. Timbulnya ancaman dapat dipicu oleh suatu kondisi dari sumber ancaman. Sumber ancaman kawasan pesisir yang berasal dari alam yaitu berupa bencana alam gempa bumi, tsunami, longsor, banjir, angin ribut, dan abrasi. Berdasarkan informasi yang ada ancaman untuk disetiap di Kabupaten akan memperlihatkan bahwa faktor yang menyebabkan terjadi merupakan faktor alam dan manusia yang tidak diketahui kapan akan terjadi sehingga dampak yang nantinya akan terjadi bila bencana alam itu terjadi dan rata-rata damapk yang ditimbulkan berupa kerusakan lingkungan, korban jiwa, kerusakan materil serta menimbulkan bencana alam yang baru. Adapun alasan yang timbul dari ancaman alam ini dapat di definisikan dalam tabel berikut :
Tabel. 4.1 Identifikasi Ancaman Di Wilayah Kabupaten Sumber Ancaman Potensi Penyebab Dampak yang timbul Tsunami Gempa Bawah Laut Longsor Bawah Laut Pusat gempa kedalaman 10 90 Km dengan besaran 4,6 SR atau lebih besar. Terdapat Patahan Pater-Noster Patahan Walanae Kerusakan Lingkungan Pesisir Korban Jiwa Kerusakan Materi Banjir Meluapnya air dari gunung Kurangnya kesadaran masyarakat Naiknya air laut ke darat akibat terjadinya pasang air laut. Kerusakan Lingkungan Korban Jiwa Kerusakan Materi
5. Aspek Kependudukan Penduduk merupakan salah satu unsur utama dalam pembentukan suatu wilayah, karakteristik penduduk merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan atau pembangunan suatu wilayah dengan mempertimbangkan pertumbuhan penduduk, komposisi struktur kepedudukan serta adat istiadat dan kebiasaan penduduk. Dengan demikian karakteristik penduduk sangat diperlukan dalam penyusunan Pembangunan. Maju dan berkembangnya suatu kawasan atau kota adalah merupakan peran dari orang atau manusia yang ada didalamnya, sebab pada prinsipnya sesungguhnya dengan kemapaman atau skill dari setiap manusia tersebutlah yang mampu mengelola serta melakukan pamnfatan yang bijak serta mapan bagi daerah tersebut. Kabupaten dengan segala kekayaan alamnya yang melimpah serta memiliki jumlah penduduk yang terbilang cukup padat akan semakin mampu bersaing dalam era globalisasi ini apabila kondisialam mampu diseimbangkan dengan kondisi SDM yang memadai pula. Sepanjang penulusuran atau observasi yang dilakukan consultan kami dapat disimpulkan bahwa potensi dari masyarakat pada kabupaten khususnya terbilang sudah mengalami peningkatan mutu SDM, hal itu di pengaruhi oleh beberapa indicator yaitu: Sudah meningkatnya keinginan masyarakat untuk bersekolah Meningkatnya kelengkapan penunjang fasilitas sekolah Besarnya pengaruh lingkungan masyarakat yang sangat partisipatif dalam meningkatkan SDM. Hal-hal tersebut diataslah yang memberikan pengaruh pada masyarakat sehingga kecendurungan untuk belajar atau bersekolah ada. Inilah kemudian yang menyebabkan dengan meningkatnya tenaga manusia (SDM) yang bisa mengelola SDA yang ada secara optimal dan maksimal. Sangatlah elok jika situasi ini berkepanjangan, sebab kalau seperti ini tentu dapat diramalkan bahwa yang menikmati kekayaan alam dari suatu daerah dalam hal ini adalah Kabupaten Sidenreng Rappang. Untuk itu, perlu juga dilakukan semacam penyuluhan tentang pentingnya pendidikan untuk masyarakat, guna kelak mampu mewujudkan Kabupaten Sidenreng Rappang yang lebih baik lagi di masa mendatang.
A. Jumlah Penduduk Pada dasarnya jumlah penduduk di suatu wilayah sangat menjadi factor peningkatan daerah dan menjadi pengerak utama karena Sumber Daya Manusia (SDM) yang bisa mengelola Sumber Daya Alam (SDA) yang ada secara optimal dan maksimal. Maka dalam aturan PP NO 78 Tahun 2007 Mengisyartkan jumlah penduduk harus mencapai 30000 KK. B. Kepadatan Penduduk Distribusi penduduk terkait dengan jumlah penduduk yang mendiami suatu wilayah atau pengelompokan jumlah penduduk yang didasarkan pada batasan administrasi wilayah yang bersangkutan. Jumlah penduduk yang terdistribusi pada suatu wilayah, akan mempengaruhi tingkat konsentrasi pelayanan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk melayani kebutuhan penduduk pada wilayah tersebut. Dengan tingkat kepadatan rata rata adalah 20,5 %.