Role of HPV Vaccine in the Prevention of Cervical Cancer
Sumber : Journal Interdiscipl Histopathol Tahun : 2013 Penulisan : Saleh JA, Yusuph H, Zailani SB, Aji BM
ABSTRAK Objektif Kanker serviks relatif menyerang wanita muda usia subur. Kanker serviks merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang terutama Afrika, Asia Selatan, Amerika Selatan dan Tengah dan Karibia. Lebih dari 450.000 kasus baru setiap tahun dengan lebih dari seperempat juta kematian. Pap smear dan vaksin HPV yang bertujuan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terkait dengan kanker serviks dan telah terbukti sangat efektif tetapi sulit untuk diterapkan terutama di negara-negara berkembang karena kurangnya sumber daya dan komitmen pemerintah. Metode Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu dengan cara mengumpulkan literatur yang relevan sesuai dengan kepustakaan, situs dan artikel dari internet. Kata kunci yang digunakan adalah kanker serviks, Human Papilloma Virus, Pap Smear dan Vaksinasi. Hasil Kombinasi antara vaksin HPV dan metode skrining pap smear terutama pada kelompok risiko tinggi akan sangat mengurangi morbiditas dan mortalitas terkait dengan kanker serviks. Kesimpulan Vaksin HPV dan Pap Smear sebagai sarana untuk mencegah kanker serviks.
2
Introduksi Infeksi dengan jenis onkogenik dari Human Papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab kanker serviks (100%), kanker dubur (90%), kanker vulvovaginal (40%), kanker orofaringeal (setidaknya 12%) dan kanker mulut (3 %). Dari semua jenis HPV, tipe 16 dan 18 menyebabkan sekitar 70 % dari kanker serviks. Kanker serviks relatif menyerang wanita muda usia subur. Kanker serviks merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang terutama Afrika, Asia Selatan, Amerika Selatan dan Tengah dan Karibia. Beberapa literatur menunjukkan kanker serviks menjadi kanker kedua yang paling umum pada wanita di seluruh dunia. Lebih dari 450.000 kasus baru setiap tahun dengan lebih dari seperempat juta kematian. Kematian terlihat di negara-negara berpenghasilan rendah, kurangnya metode skrining, kurangnya pap smear, kesehatan yang buruk infrastrukturnya, kurangnya komitmen pemerintah dan semakin meningkatnya kesenjangan kesehatan antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang. Kanker serviks berupa jenis sel skuamosa (75 % dapat invasif atau non-invasif) atau adenokarsinoma (sekitar 15 %, umumnya pada wanita muda dalam beberapa dekade terakhir). Jenis skuamosa dibagi menjadi dua yaitu neoplasia intra-epitel (CIN) dan karsinoma in-situ (CIS) yang menjadi tahap awal terkait dengan pengembangan kanker serviks invasif (ICC). Saat ini telah terbukti mengenai hubungan yang kuat antara paparan seksual, Human Papilloma Virus (HPV) dan perkembangan CIS dan CIN. Dalam sebuah penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Mayun et al, di Maiduguri, utara-timur bagian dari Nigeria, kasus yang terdaftar dengan diagnosis kanker serviks yang merupakan keganasan ginekologi di negara berkembang meskipun sebagian besar dapat dicegah. Penelitian dilakukan pada tahun 1989 hingga 2004, jumlah total 491 kasus dengan diagnosis kanker serviks dimana 432 (8,0%) adalah karsinoma sel skuamosa dan 59 (12%) adalah karsinoma sel non skuamosa. 3
Dalam penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Ijaiya et al di Ilorin, barat selatan Nigeria terdapat 63,1% kanker serviks yang dikonfirmasi dari histologi kanker ginekologi. Olatunji et al menyarankan sejumlah tindakan yang bertujuan mengurangi insiden dan morbiditas kanker serviks di Nigeria. Langkah-langkah ini meliputi edukasi mengenai gejala-gejala dini kanker serviks dan skrining pap smear secara teratur terutama bagi mereka yang berisiko. Dalam praktek klinis, ada beberapa tindakan yang bertujuan mengendalikan kanker serviks selain pap smear yaitu prosedur berteknologi tinggi seperti Capture hybrid DNA, amplifikasi asam nukleat teknologi dan vaksinasi HPV.
Vaksin HPV Sebagian besar vaksin ini dikembangkan secara empiris dan berasal organisme yang dimatikan dilemahkan. Pada tahun 2006 bahwa vaksin HPV yang berlisensi di USA untuk digunakan pada perempuan berusia 9-26 tahun dengan tujuan mencegah kanker serviks. Vaksin mampu mengurangi kejadian lesi prakanker serviks disebabkan oleh HPV 16 dan HPV 18 dan mencegah infeksi HPV 16 dan HPV 18 terutama pada mereka yang sebelumnya belum terinfeksi dengan jenis ini. Meskipun vaksin HPV bertujuan untuk mengurangi secara signifikan Tingkat infeksi HPV pada tingkat populasi di samping mencegah kanker serviks, masih ada ruang untuk Pap smear dan pemeriksaan sitologi lain untuk membantu dalam mendeteksi perubahan sel pra kanker dan kanker yang sering terjadi karena infeksi HPV. Penelitian telah menunjukkan infeksi HPV umumnya berasal dari penyakit menular seksual pada dewasa muda dengan angka perkiraan dari 4,6 juta kasus baru yang tercatat di Amerika Serikat pada tahun 2000. Laki-laki memainkan peran penting dalam penyebaran infeksi kepada pasangan seksualnya.
Keuntungan Vaksin HPV memberikan kemanjuran yang tinggi dalam mencegah transien infeksi HPV (persentase 91,7%), infeksi HPV persisten (persentase 100%) dan pre invasif penyakit (persentase 100%). 4
Tingkat serokonversi dilaporkan adalah 99,7%, berarti titer antibodi sekitar 60- kali lipat lebih tinggi divaksinasi daripada tidak divaksinasi yang secara alami sudah terinfeksi HPV 1 Vaksin HPV memiliki keuntungan yang baik dalam pencegahan dan berpotensi merangsang kekebalan pada wanita yang sudah terinfeksi HPV. Wanita akan lebih patuh melakukan vaksinasi daripada melakukan skrining pap smear.
Kerugian Teknologi yang terlibat dalam produksi vaksin HPV membutuhkan biaya yang tinggi. Vaksin ini hanya ditujukan pada perempuan bukan untuk laki-laki yang berperan penting dalam transmisi infeksi. Vaksin HPV hanya melindungi terhadap HPV 16 dan HPV 18 sehingga memberikan kesempatan ke strain lainnya untuk muncul secara signifikan. Setelah evaluasi pemakaian vaksin HPV ternyata tidak melindungi terhadap segala bentuk serviks onkogenik, maka perlu untuk melanjutkan dengan skrining pap smear. Kurangnya kesadaran wanita setelah divaksinasi untuk melakukan skrining pap smear, mungkin mereka merasa berada pada risiko rendah. Wanita yang telah mendapatkan vaksinasi lebih percaya bahwa mereka kebal terhadap HPV dengan demikian menjadi predisposisi terjadinya penyakit menular seksual . Efek keseluruhan dari vaksin terhadap serviks kanker masih belum diketahui Apabila terjadi kegagalan vaksin, wanita yang mendapatkan vaksin tidak akan sepenuhnya terlindungi dari virus HPV atau bentuk lain dari virus onkogenik yang terkait dengan kanker serviks sehingga memberikan kesempatan tinggi untuk terinfeksi virus HPV jenis lain. Vaksin HPV hanya efektif dalam pencegahan lesi prakanker serviks yang disebabkan oleh HPV 16 dan 18. 5
Kesimpulan Penggunaan vaksin HPV sebagai sarana penting mencegah kanker serviks. Vaksin ini juga ditujukan untuk mengurangi tingkat infeksi HPV pada populasi dengan maksud untuk menurunkan kejadian kanker serviks. Apabila pap smear dilakukan dengan rutin, maka dapat mendeteksi perubahan sel pra kanker dan kanker yang sering terjadi pada infeksi HPV. Pada awal vaksinasi diperlukan untuk mengetahui tingkat dasar dari insiden dan prevalensi kanker serviks serta distribusi usia dalam setiap populasi sebelum awal pada vaksinasi. Selain itu, data surveilans tidak boleh diabaikan yaitu dengan memantau perubahan kejadian kanker serviks, mortalitas , morbiditas , rawat inap (operasi untuk kanker serviks), perubahan tipe HPV, efek samping vaksin dan kegagalan vaksin.