Anda di halaman 1dari 1

Globalisasi , sebuah fenomena dimana batas-batas suatu negara menjadi sempit, manusia-

manusia di seluruh dunia menjadi saling terkait melalui banyak hal, telah berkembang di Indonesia sejak
zaman penjajahan ketika pemerintah kolonial Belanda menerapkan kebijakan politik pintu terbuka.
Negara-negara kapitalis mengambil keuntungan melalui perusahaan-perusahaan multinasional yang
membuka cabang di Indonesia, tanpa memperhatikan dampak dari apa yang mereka lakukan pada
negara ini.
Perusahaan-perusahaan ini memperlakukan pekerja yang merupakan penduduk lokal Indonesia
dengan sangat memprihatinkan. Mereka memberi gaji dengan sangat rendah berbanding terbalik
dengan pekerjaan yang dibebankan. Para pekerja ini tidak punya pilihan, karena rendahnya lapangan
pekerjaan yang ada di Indonesia. Mereka pun rela bekerja apa saja dengan gaji berapapun. Para pekerja
ini juga tidak bisa menyuarakan aspirasi dan menuntuk haknya karena ketergantungan mereka pada
pekerjaan mereka sebagai buruh ini.Hal ini yang dieksploitasi oleh perusahaan-perusahaan tersebut.
Organisasi-organisasi dunia seperti IMF, WTO, dan World Bank juga memanfaatkan globalisasi
untuk mengintervensi kebijakan-kebijakan di negara-negara dunia ketiga, termasuk Indonesia, demi
keuntungan negara-negara Barat. Organisasi-organisasi tersebut masuk ke Indonesia pada rezim
Soeharto, dimana kala itu memberikan pinjaman dengan dalih untuk pembangunan Indonesia. Namun
faktanya, sebagian besar dari pinjaman tersebut tidak dipergunakan untuk pembangunan nasional,
melainkan masuk ke kantong Soeharto dan kroni-kroninya.Rakyat Indonesia lah yang pada akhirnya
harus menanggung beban hutang tersebut, walaupun mereka tidak mendapat manfaat apapun dari
pinjaman tersebut.
Globalisasi, disamping dampak-dampak positifnya, telah membuat mereka yang kaya menjadi
semakin kaya, dan membuat mereka yang miskin menjadi semakin miskin.

Anda mungkin juga menyukai