Anda di halaman 1dari 20

PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT INDONESIA

PADA MASA ORDE BARU



















OLEH :
KELOMPOK 4






NITA ARIANI
JUMRAENI
PUTRI RAHAYU
APRIANTI NURAZIZAH

ANANDA
SARTIKA
MIDAWATI
MUH.DIRHAM NUR ALIM

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik walaupun dalam bentuk sederhana.
Dan tak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang memberikan
dorongan dan segala sesuatu yang menjadi dorongan Kami sadar bahwa makalah ini masih
kurang dari kesempurnaan, baik bentuk maupun isinya. Namun hal ini menjadi penulis belajar
dari referensi yang kami ambil.

Penulis,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A. Kondisi Ekonomi diIndonesia pada Era ORBA (Orde Baru)
B. Mengatasi kesulitan ekonomi di era ORBA (Orde Baru)
C. Usaha Pemerintah Untuk Memperbaiki Ekonomi
D. Faktor Kegagalan Perekonomian Indonesia Pasca Orde Baru

BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerintah orba pada hakekatnya adalah agen kepentingan kapitalis
internasional modern di bawah komando AS. Sejak saat itu , beberapa strategi social,
politik dan ekonomi yang dibangun oleh negara-negara kapitalis mulai diterapkan
dibawah payung ideologi development (pembangunan). Untuk merealisasikan ideologi
terebut, pemerintah orba melaksanakan konsep-konsep W.W. Rostow. Sebagaimana
dipesankan oleh Negara donor, seperti tertuang dalam konsep The Stages of Growth;
Five Stages Scheme dan sejenisnya.
Untuk merealisasikan konsep tersebut pemerintah orba membuat berbagai
kebijakan yang mengamankan pertumbuhan ekonomi, meski harus mengorbankan
kepentingan bangsa dan mengabaikan amanat rakyat. Sebagai dampak dari
pembangunan ekonomi selama 32 tahum, timbul satu segmen masyarakat yang memiliki
harapan-harapan berlebihan (rising expectations) atas kehidupan material yang
bercorak konsumtif yang gagal dipenuhi oleh pemerintah orba. Terjadilah gejolak
social politik Indonesia yang pada ujungnya bermuara pada proses lengsernya
soeharto dan penggusuran orde baru yang secara euphoria digembar-gemborkan
sebagai reformasi.

B. Rumusan Masalah
Dalam pembahasan rumusan masalah, penulis bisa menyampaikan bebarapa pernyataan,
yaitu :
1. Bagaimana keadaan perekonomian Indonesia pada zaman ORBA?
2. Dampak kebijakan politik terhadap perekonomian Indonesia pada saat itu?
3. Dampak kebijakan ekoomi yang diambil pemerintah pada saat itu?

C. Tujuan Penulisan
Dimana dalam tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai penunjang nilai dalam
mata kuliah PEREKONOMIAN INDONESIA. Selain itu tujuan dalam penulisan
makalah ini adalah ingin mengetahui bagaimana perkembangan dan kondisi
perekonomian Indonesia pada zaman Orde Baru.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Ekonomi diIndonesia pada Era ORBA (Orde Baru)
Pemerintah memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia yang
berbasis pasar.dimana pemerintah dapat menetapkan harga barang pokok ,yaitu bahan
bakar, listrik, dan beras. Kondisi ekonomi keuangan pada masa orba amat buruk. Hal ini
disebabkan antara lain :
1. Inflasi yang sangat tinggi.
Penyebab inflasi yang sangat tinggi yaitu beredarnya lebih dari satu mata uang
secara tidak terkendali.
2. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda untuk menutup pintu perdagangan luar negeri
Republik Indonesia. Blokade laut ini dimulai pada bulan November 1945 , menutup
pintu keluar-masuk perdagangan RI. Adapun alasan pemerintah Belanda melakukan
blokade ini adalah:
Agar dapat mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia;
Agar dapat Mencegah keluarkannya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan
milik asing lainnya.
Agar bangsa Indonesia dapat terlindungi dari tindakan yang dilakukan oleh
bangsa lain.
3. Kas Negara kosong
4. Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan
5. Tanah pertanian rusak
a) Tanah pertanian di tanami tanaman keras
b) Tenaga kerja di jadikan romusa

B. Mengatasi kesulitan ekonomi di era ORBA (Orde Baru)
Dalam mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi tersebut, pemerintah melakukan
usaha-usaha, antara lain : Melakukan Program Pinjaman Nasional yang dilaksanakan
oleh menteri keuangan Ir. Surachman, yang dilakukan pada bulan Juli 1946.
Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India seberat 500.000 ton,
mengadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade
Belanda di Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
Melakukan Konferensi ekonomi Februari 1946 yang bertujuan untuk
mendapatkan kesepakatan yang bulat dalam menyelesaikan masalah-masalah ekonomi
yang mendesak, yaitu : masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang,
serta status dan administrasi perkebunan-perkebunan.
Membentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947 yang
bertujuan untuk membuat rencana pembangunan ekonomi jangka waktu dua sampai
tiga tahun.
Merekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang pada tahun 1948 yaitu
mengalihkan bekas tenaga angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
Dapat menghasilkan rencana produksi lima tahun yang dikenal dengan nama
Kasimo Plan, yang berisinya:
Memperbanyak kebun bibit dan padi unggul
Mencegahan penyembelihan hewan pertanian
Penanaman kembali tanah kosong
Pemindahan penduduk (transmigrasi) 20 juta jiwa dari Jawa ke Sumatera dalam
jangka waktu 1-15 tahun.

C. Usaha Pemerintah Untuk Memperbaiki Ekonomi
Pada tahun 1959 kehidupan ekonomi Indonesia belum berhasil membaik,
melainkan masalah yang datang cukup berat.pemerintah pun berusaha untuk
memperbaiki kondisi ekonomi yang sulit ini, usaha tersebut antara lain :

1. Gunting Syafruddin
Kebijakan ini adalah pemotongan nilai mata uang. Dengan cara memotong
semua uang yang bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya tinggal setengahnya.
Kebijakan ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 berdasarkan SK Menteri
Nomor 1 PU tanggal 19 Maret 1950 yang dilaksanakan oleh Menteri Keuangan
Syafruddin Prawiranegara pada masa pemerintahan RIS yang bertujuan untuk
menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar.
Keuntungan dari kebijakan ini adalah rakyat kecil tidak dirugikan karena yang
memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya orang-orang kelas menengah dan kelas atas.
Dengan kebijakan ini dapat mengurangi jumlah uang yang beredar ,maka pemerintah
mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan mendapat pinjaman
sebesar Rp. 200 juta.

2. System ekonomi gerakan benteng
Sistem ekonomi ini merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia
yangbertujuan untuk mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah yang
dilakukan pada masa Kabinet Natsir yang direncanakan oleh Sumitro
Djojohadikusumo (menteri perdagangan)danmengubah struktur ekonomi kolonial
menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia). Programnya
adalah:
- Dapat menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.
- Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan
untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.
- Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan
bantua kredit.
- Para pengusaha pribumi secara bertahap dapat berkembang menjadi maju.

3. Gagasan Sumitro
Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program
Gerakan Benteng dimulai pada April 1950.Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953)
lebih kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari
program ini.Tetapi tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik meskipun
beban keuangan pemerintah semakin besar.
Penyebab Kegagalan program ini karena :
- Dalam kerangka sistem ekonomi liberal para pengusaha pribumi tidak dapat
bersaing dengan para pengusaha non pribumi.
- Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
- Ketergantungannya para pengusaha pada pemerintah.
- Kurang mandirinya para pengusaha untuk mengembangkan usahanya.
- Para pengusaha mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara hidup
mewah.
- Penyalahgunakan kebijakan para pengusaha dengan mencari keuntungan
secara cepat dari kredit yang mereka peroleh.

Maka dampak yang ditimbulkan adalah program ini menjadi salah satu sumber
defisit keuangan. Beban defisit anggaran Belanja pada 1952 sebanyak 3 Miliar
rupiah ditambah sisa defisit anggaran tahun sebelumnya sebesar 1,7 miliar rupiah.
Sehingga menteri keuangan Jusuf Wibisono memberikan bantuan kredit khususnya
pada pengusaha dan pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah sehingga masih
terdapat para pengusaha pribumi sebagai produsen yang dapat menghemat devisa
dengan mengurangi volume impor.
Seiring meningkatnya rasa nasionalisme maka pada akhir tahun 1951
pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank
Indonesia.Awalnya terdapat peraturan bahwa mengenai pemberian kredit harus
dikonsultasikan pada pemerintah Belanda.Hal ini menghambat pemerintah dalam
menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter.Tujuannya adalah untuk menaikkan
pendapatan dan menurunkan biaya ekspor, serta melakukan penghematan secara
drastis.Perubahan mengenai nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank
Indonesia sebagai bank sentral dan bank sirkulasi diumumkan pada tanggal 15
Desember 1951 berdasarkan Undang-undang No. 24 tahun 1951.

4. System Ekonomi Ali-Baba
System ini di prakarsai oleh menteri perekonomian kabinet Ali I yaitu Iskaq
Tjokrohadisurjo. Program ini mempunyai tujuan, yaitu :
- Agar dapat memajukan pengusaha pribumi.
- Bekerjasama dengan para pengusaha pribumi untuk memajukan perekonomian
nasional.
- Dapat bekerjasama antara pengusaha pribumi dan non pribumi dalam
memajukan perekonomian Indonesia.
- Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam
rangka merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.

System ini di namakan system Ali-Baba adalah Ali digambarkan sebagai
pengusaha pribumi sedangkan Baba digambarkan sebagai pengusaha non pribumi
khususnya Cina.Dengan pelaksanaan kebijakan Ali-Baba, pengusaha pribumi
diwajibkan untuk memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab kepada tenaga-
tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf.Pemerintah
menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional.Pemerintah
memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan
asing yang ada. Program ini tidak dapat berjalan dengan baik sebab:
- Kurangnya pengalaman pengusaha pribumi. Sedangkan pengusaha non pribumi
lebih berpengalaman dalam memperoleh bantuan kredit.sehingga pengusaha
pribumi hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari
pemerintah.
- Indonesia lebih mengutamakan persaingan bebas.karena Indonesia menerapkan
sistem Liberal
- Belum sanggupnya pengusaha pribumi untuk bersaing dalam pasar bebas.
5. Persaingan Finansial Ekonomi (Finek).
Pada masa Kabinet, Burhanuddin Harahap dikirim delegasi ke Jenewa untuk
merundingkan masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan pihak
Belanda.Misi ini dipimpin oleh Anak Agung Gde Agung. Pada tanggal 7 Januari 1956
dicapai kesepakatan rencana persetujuan Finek, yang berisi:
- Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan.
- Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.
- Hubungan Finek didasarkan pada Undang-undang Nasional, tidak boleh diikat
oleh perjanjian lain antara kedua belah pihak.

Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau menandatangani, sehingga Indonesia
mengambil langkah secara sepihak.Tanggal 13 Februari 1956 Kabinet Burhanuddin
Harahap melakukan pembubaran Uni Indonesia-Belanda secara sepihak.Tujuannya
untuk melepaskan diri dari keterikatan ekonomi dengan Belanda.Sehingga, tanggal 3
Mei 1956, akhirnya Presiden Soekarno menandatangani undang-undang pembatalan
KMB.Dampaknya adalah banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya,
sedangkan pengusaha pribumi belum mampu mengambil alih perusahaan Belanda
tersebut.

6. Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT).
Masa kerja kabinet pada masa liberal yang sangat singkat dan program yang
silih berganti menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi yang menyebabkan
terjadinya kemerosotan ekonomi, inflasi, dan lambatnya pelaksanaan pembangunan.
Program yang dilaksanakan umumnya merupakan program jangka pendek,
tetapi pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional yang disebut Biro Perancang Negara.Tugas biro
ini merancang pembangunan jangka panjang.Ir. Juanda diangkat sebagai menteri
perancang nasional. Biro ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun
(RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961 dan disetujui
DPR pada tanggal 11 November 1958. Tahun 1957 sasaran dan prioritas RPLT
diubah melalui Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap). Pembiayaan RPLT
diperkirakan 12,5 miliar rupiah.RPLT tidak dapat berjalan dengan baik disebabkan
karena :
- Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun
1957 dan awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara
merosot.
- Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi perusahaan-
perusahaan Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi.
- Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang
melaksanakan kebijakan ekonominya masing-masing.

7. Musyawarah Nasional Pembangunan
Terjadinya ketegangan hubungan antara pusat dan daerah pada masa kabinet
Juanda.dengan adanya Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap) masalah
tersebut dapat teratasi. Tujuan diadakannya Musyawarah Nasional Pembangunan
adalah untuk mengubah rencana pembangunan agar dapat dihasilkan rencana
pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang. Tetapi tetap saja rencana
pembangunan tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik dikarenakan:
a. Terjadinya kesulitan dalam menentukan skala prioritas.
b. Ketegangan politik yang tak dapat diredakan.
c. Timbul pemberontakan PRRI/Permesta.
Hal ini membutuhkan biaya besar untuk menumpas pemberontakan PRRI/
Permesta sehingga meningkatkan defisit Indonesia.Memuncaknya ketegangan politik
Indonesia- Belanda menyangkut masalah Irian Barat mencapai konfrontasi
bersenjata.

8. Orde baru
Inflasi dapat ditahan sekitar 5%-10% dengan melalui kebijakan moneter yang
ketat.Nilai mata uang rupiahpun dapat stabil dan dapat ditebak, pemerintahpun
menerapkan sistem anggaran berimbang.anggaran pembangunan banyak dibiayai
oleh bantuan pihak asing.sudah tiga puluh tahun lamanya pemerintahan orde baru
presiden soeharto.
Pemerintah mulai menghilangkan hambatan aktivitas ekonomi pada
pertengahan 80an. Tujuan utamanya pada sektor eksternal dan finansial untuk
meningkatkan lapangan pekerjaan .Indonesia diakui banyak analisis sebagai ekonomi
industri dan pasar utama yang berkembang.
Beberapa kelemahan struktural dalam ekonomi Indonesia tertutupi karena
meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi.tidak ada jalan yang efektif untuk
mengumpulkan hutang, menjalankan kontrak atau menuntut atas kebangkrutan
akibat dari system legal yang sangat melemah.perluasan dan pelanggaran peraturan,
termasuk batas peminjaman disebabkan oleh aktivitas bank dengan peminjaman
berdasarkan collateral.terciptanya gangguan ekonomi akibat dari . Hambatan non-
tarif, penyewaan oleh perusahaan milik negara, subsidi domestik, hambatan ke
perdagangan domestik, dan hambatan ekspor seluruhnya
Pada akhir tahun 1997 di indonesia terjadi krisis finansial asia tenggara
dengan mudah berubah menjadi krisis ekonomi dan politik. Indonesia pun merespon
masalah ini dengan menaikkan tingkat suku bunga domestik untuk mengendalian
naiknya inflasi dan melemahnya nilai mata uang Indonesia yaitu rupiah.Pada
Oktober 1997, Indonesia mencapai kesepakatan terhadap International Monetary
Fund (IMF) tentang program reformasi ekonomi yang diarahkan pada penstabilan
ekonomi makro dan penghapusan beberapa kebijakan ekonomi yang dinilai merusak,
antara lain yang melibatkan anggota keluarga presiden soeharto yaitu Program
Permobilan Nasional dan monopoli. hingga pada akhirnya Presiden Suharto terpaksa
mengundurkan diri pada Mei 1998 karena Rupiah masih belum stabil dalam jangka
waktu yang cukup lama.

9. Pasca Soeharto
Pada bulan Agustus 1998, Indonesia dan IMF menyetujui program pinjaman
dana di bawah Presiden B.J Habibie.pada tahun 2010, ekonomi Indonesia sangat
stabil dan dapat tumbuh dengan pesat dibawa oleh presiden susilo bambang
yudhoyono. Indonesia adalah Negara yang dapat tumbuh dengan cepat diantara 20
negara anggota industri ekonomi terbesar didunia.

10. Kajian Pengeluaran Publik
Keuangan Indonesia telah mengalami transformasi besar sejak akhir tahun
90an pada saat krisis keuangan Asia.kontraksi ekonomi yang sangat besar dan
penurunan yang sejalan dalam pengeluaran publik disebabkan oleh krisis keuangan
tersebut. utang dan subsidi pun meningkat secara drastis, dan belanja
pembangunan dikurangi. cara pemerintah membelanjakan dana telah mengalami
transformasi melalui perubahan besar yang menyebabkan lebih dari sepertiga dari
anggaran belanja pemerintah beralih ke pemerintah daerah pada tahun 2006.
Pada tahun 2005, harga minyak internasional yang terus meningkat
menyebabkan subsidi minyak domestik Indonesia tidak bisa dikontrol, mengancam
stabilitas makroekonomi yang telah susah payah dicapai. Namun risiko politik
bahwa kenaikan harga minyak yang tinggi dapat menyebabkan tingkat inflasi
menjadi lebih besar, dan pemerintahpun mengambil keputusanuntuk memotong
subsidi minyak.
Keputusan pemerintah untuk memotong subsidi minyak mendatangkan US$10
miliar untuk pengeluaran bagi program pembangunan. Sementara itu, pada tahun
2006 tambahan US$5 miliar telah tersedia berkat penurunan pembayaran utang.
pada tahun 2006 pemerintah membelanjakan US$15 miliar untuk program
pembangunan. sejak peningkatan pendapatan yang dialami ketika terjadi lonjakan
minyak pada pertengahan tahun 70an, Negara ini belum mengalami ruang
fiskal.namun, perbedaan yang paling utama adalah meningkatnya pendapatan yang
besar dari minyak pada tahun tersebut semata-mata dikarenakan keberuntungan
keuangan yang tak terduga. Sebaliknya, saat ini ruang fiskal tercapai sebagai hasil
langsung dari keputusan kebijakan pemerintah yang hati-hati dan tepat.
Sementara itu, Indonesia mengalami kemajuan dalam penyediaan sumber
keuangan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan, dan hal ini dapat
dipertahankan untuk terus berlanjut dalam beberapa tahun mendatang, subsidi
tetap adalah beban besar pada anggaran pemerintah. Walaupun terdapat
pengurangan subsidi pada tahun 2005, total subsidi masih sekitar US$ 10 miliar
dari belanja pemerintah tahun 2006 atau sebesar 15 persen dari anggaran total.
Berkat keputusan B.J.Habibie untuk mendesentralisasikan wewenang pada
pemerintahan daerah dan sebagian besar dari belanja pemerintah yang meningkat
diberikan melalui pemerintah daerah.Danhasilnya pun pemerintah propinsi dan
kabupaten di Indonesia sekarang dapat membelanjakan 37% dari total danapublik.
Ketersediaan tingkat desentralisasi saat ini dan ruang fiskal, pemerintah
Indonesia bersepakat untuk memperbaiki pelayanan publiknya yang
terabaikan.Apabila dapat dirawat dengan hati-hati, maka daerah-daerah yang
tertinggal di bagian timur Indonesia dapat memungkinkan untuk mengejar daerah-
daerah lain di Indonesia yang sudah lebih maju dalam hal. Hal tersebut dapat
memungkinkan masyarakat Indonesia agar fokus ke generasi yang akan datang
dalam melakukan perubahan, contohnya penyediaan infrastruktur seperti yang
sudah ditargetkan. Karena itu, alokasi dana publik yang tepat dan pengelolaan
yang hati-hati dari dana tersebut pada saat mereka dialokasikan telah menjadi
hal utama untuk belanja publik di Indonesia untuk kedepannya.
Sebagai contoh, sementara anggaran pendidikan telah mencapai 17.2%dari
total belanja publik, mendapatkan alokasi tertinggi dibandingkan sektor lain dan
mengambil sekitar 3.9% dari PDB pada tahun 2006, dibandingkan dengan hanya
2.0 persen dari PDB pada tahun 2001sebaliknya total belanja kesehatan publik
masih dibawah 1.0 persen dari PDB. Sementara itu, investasi infrastruktur publik
masih belum sepenuhnya pulih dari titik terendah pasca krisis dan masih pada
tingkat 3.4% dari PDB .Satu bidang lain yang menjadi perhatian saat ini adalah
tingkat pengeluaran untuk administrasi yang luar biasa tinggi. Mencapai sebesar
15% pada tahun 2006 .menunjukkan suatu penghamburan yang signifikan atas
sumber daya public.

D. Faktor Kegagalan Perekonomian Indonesia Pasca Orde Baru
Ketika krisis moneter melanda Indonesia, semua pihak tersentak melihat
indikator ekonomi Indonesia. Hanya dalam beberapa bulan, krisis ekonomi telah
memporak-porandakan keberhasilan pertumbuhan Indonesia selama tiga dekade
menjadi minus 13%. Ironisnya, dalam beberapa bulan kemudian, krisis justru semakin
parah dan mengarah pada ptret okonomi Indonesia yang suram. Selama dilanda krisis,
jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 80juta, angka pengangguran menjadi
20juta jiwa, bahkan laju inflasi mendekati angka 100% (hiperintlasi).
Sikap mental Orde Baru yang tak lagi menghargai supremasi hukum,HAM,
demokratisasi dan lingkungan hidup memang tak sejalan dengan gerakan reformasi.
Orde Baru bukan menyangkut orang per orang, melainkan sikap mental dan pola pikir
yang mempengaruhi seseorang. Tanpa perubahan terhadap sikap mental itu,apa pun
gerakan reformasi yang dilakukan takkan berhasil. Karena itu, mentalitas Orde Baru
harus diubah. Gerakan reformasi selanjutnya bisa berhasil walaupun dilakukan oleh
mereka yang pernah menjadi sikap mental yang sesuai dengan gerakan reformasi.
Sebaliknya, reformasi bisa gagal walalupun dilaksanankan oleh orang lain,yang bukan
mantan mantan pejabat Orde Baru,tetapi mereka memiliki mentalitas Orde Baru.
Mentalitas Orde Baru, muncuul karena penguasa mempunyai kedudukan lebih kuat
dibanding rakyat. Akibatnya, aparat pun merasa harus dilayani oleh rakyat, dan
menempatan rakyat sebagai peminta-minta pelayanan. Padahal,aparat sesungguhnya
harus berperan melayani masyarakat. Bahkan, dengan porsi kekuasaan pemerintah
yang terlalu kuat, rakyat sebagai pemegang kedaulatan tak bisa berbuat apa-apa.
Dalam kasus pertahanan, rakyat yang merasa haknya dirampas hanya bisa berunjuk
rasa atau membangun tenda diatas tanahnya. Namun itu tidak akan bertahan lama.
Rakyat pun akan kalah, BPN tengah melakukan perubahan sikap mental aparatnya.
Pelayanan kepada rakyat dibidang pertahanan kini semakin dipermudah. Orde Baru
bagaikan seorang raksasa yang kini tengah menghadapi sakaratul maut. Bahkan
mungkin secara medis raksasa Orde Baru itu sudah mati. Dibutuhkan waktu yang
panjang untuk dapat mengendalikan gerakan bagian tubuh Orde Baru yang tidak
terkendali itu. Pemerintah dapat melakukan kekerasan untuk mempercepat kematian
Orde Baru. Tetapi ini akan menghasilkan raksasa baru yang barangkali akan dihadapi
rakyat, seperti menghadapi Orde Lama maupun Orde Baru 10-20 tahun yang akan
datang. Oleh karena itu, pemerintah dan ABRI memilih pendekatan persuasif,
sekalipun butuh waktu dan kesabaran.
Pendekatan yang dilakukan pemerintah serta ABRI dalam menangani berbagai
kurusuhan, memang bukan suatu yang populer. Akibatnya,ABRI dan pemerintah
dianggap lemah. Banyak tokoh masyarakat yang menghujat pemerintah. Pemerintah
saat ini selalu dalam posisi terpojok,kalah,dan selalu salah. Sebaliknya, kalangan
HUMAS pemerintah kurang mampu menghadapi pendapat masyarakat yang
menyudutkan pemerintah. Keberhasilan pembangunan belumlah tentu sebuah
keberhasilan. Bahkan keberhasilan pembangunan khususnya selama Orde Baru, bisa
menjadi perusakan alam dan kerugian besar untuk masyarakat daerah. Ini terjadi
karena pelaksanaan pembangunan kurang memperhatikan analisis dampak sosial, dan
dapat pengaruh banyaknya pejabat-pejabat yang menguasai sistem untuk kepentingan
diri mereka masing-masing sebagaimana yang telah menjadi ciri dari pemerintahan dan
masyarakat Orde Baru.
Suatu golongan yang tidak disenangi kemudian menjadi disenangi, akan ikut
membantu memperlancar perubahan. Namun suatu golongan yang telah berada dalam
sintuasi yang menyenangkan, menikmati banyak hak istimewa, kekuasaan dan uang,
mereka akan bertahan sekuat mungkin. Itulah keadaan yang terjadi sekarang. Para
pejabat Orde Baru selalu menyatakan penguasaan mereka atas sumber-sumber
ekonomi yang tinggi serta menjanjikan pemerataan atas hasil-hasil pembangunan.
Namun pada dasawarsa 1980-an, gerakan mahasiswa secara jitu menemukan fakta
bahwa pembangunan telah memakan korban. Bagi warga masyarakat yang justru
tergusur dari tanah merka. Setiap upaya mempersoalkan nasib rakyat tak jarang
diperhadapkan dengan tudingan mengganggu jalannya pembangunan. Jika
mempersoalkan ke tingkat internasional, aparat Orde Baru menudingnya sebagai
mengejek-ngejekkan bangsa atau menjual bangsa ke pihak asing.
Tujuan nasionalisme Orde Baru sangat jelas, yakni mempertahankan kepentingan
KKN mereka dengan dua target:
- Kekuatan-kekuatan rakyat tak dapat berkembang dan tetap lumpuh, sehingga
rakyat tak bisa bersuara atas praktik KKN Orde Baru.
- Mengorbankan nasionalisme untuk mencegah dan mengacaukan upaya aktivis HAM
untuk memperkarakan kasus-kasus pelanggaran HAM (human rights violation).

Hasil yang diharapkan pemimpin Orde Baru yang mengorbankan nasionalisme
sempit itu,ada dua hal. Pertama, mereka kebal dari hukum (impunity). Semua praktik
KKN yang mereka jalankan, tidak dapat dihukum, sehingga kepentingan-
kepentingannya tetap lestari. Mereka untouchable tidak bisa dijangkau hukum. Kedua,
mereka juga bebas bergentayangan melakukan penindasan HAM, memangsa korban
dari bangsanya sendiri.
Nasional yang digembor-gembor oleh Orde baru jelas berusaha mematikan gerak
aktivis HAM dengan berbagai siasat dan intrik yang kotor. Dengan siasat dan intrik
kotor itulah pengibar nasionalisme ini mengelabui kita semua, sehingga barbagai
pelanggaran HAM tidak diungkap dan tidak pula diperkarakan. Otoritarianisme Orde
Baru telah berulang kali menuduh para aktivis HAM sebagai agen asing atau agen
barat sambil terus menimbulkan korban-korban atas bangsanya sendiri. Kita semua
terus-menerus berusaha dibenamkan dalam perangkap kesadaran untuk melupakan
kekejaman yang diperbuat Orde Baru atas bangsanya sendiri.
Nasionalisme Orde Baru tak peduli jatuhnya korban dari bengsanya sendiri yang
terhempas menemui ajalnya sejauh kepentingan KKN tidak dingugat rakyat. Bahkan
dengan praktik yang berkualifikasi kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against
humanity). Kejahatan yang merupakan musuh seluruh umat manusia jika perlu
dilakukannya. Untuk menutupinya pejabat Orde Baru dan pewarisnya sering
menangkalnya dengan pernyataan angkuh jangan campuri urusan dalam negeri
Indonesia.
Pembangunan yang terjadi di zaman Orde Baru pada awalnya bisa membuat
pendapatan per kapita naik empat kali, dari sekitar US$ 250 sampai sekitar US$
1.000 per kapita setahun. Namun kemudian Orde Baru ternyata hanya menyuburkan
korupsi dan memperbesar kesenjangan sosial. Di lain pihak, secara statistik juga bisa
dibuktikkan bahwa tingkat kemiskinan berkurang. Tingkat kesejahteraan, yang bisa
diukur dengan konsumsi per kapita beras, gandum, BBM, listrik, fasilitas kesehatan,
pendidikan, transportasi umum, dan sebagainya smua naik banyak. Sekarang, lima
tahun sudah digempur krisis ekonomi yang dahsyat, tingkat konsumsi publik masih
cukup dan sebagian tersebar masyarakat tidak lapar dan merana dibandingkan dengan
tahun 1966. Maka semuanya ini adalah hasil perbekalan dari zaman Orde Baru.
Sedangkan penanaman modal asing sangat diperlukan karena divestasi perusahaan-
perusahaan yang karena krisis dikuasai oleh negara, dan juga akibat dari skema debt-
equity swap yang dilakukan perusahaan-perusahaan yang besar beban utangnya kepada
pihak luar negeri. Begitu juga kebujakan lalu lintas devisa sudah tidak baik dipadukan
dengan sistem nilai tukar mata uang tetap, tanpa fundamental ekonomi yang kuat
terhadap pengaruh globalisasi. Memang pemerintahan yang buruk (bad govermance)
tercermin dalam maraknya KKN bukan penyebab utama masuknya Indonesia ke dalam
krisis, tetapi hal itu jelas amat memperburuk keadaan.
Setting kapitalisme global terhadap Indonesia bukanlah suatu hal yang baru
dilakukan. Kenaikan rezim Soeharto dulu sedikit banyaknya mendapat dukungan dari
negara-negara maju. Setting itu juga dimainkan untuk menjatuhkan Soeharto dari
kekuasaannya karena prkaktek korupsi cukup parah, dukungan yag tadinya diberikan
lambat laun dicabut sampai akhirnya Soeharto terjungkal. Pada masa krisis ekonomi
sebelumnya kejatuhannya, Soeharto tampak setengah hati menjalankan kebijakan
Bank Dunia dan IMF. Tetapi karena Soeharto tidak mau membubarkan anak-anak dan
kroninya, rencananya peminjaman dana itu ditarik kembali. Padahal sebagian besar
Bank-bank itu sudah dalam keadaan kacau.
Kelemahan Soeharto adalah membela anak-anak, keluarga dan kroninya. Sehingga
Bank Dunia pun dintentangnya. Sehingga Soeharto tidak dpat dukungan dan jatuh.
Bahkan pengusaha dan militer sebagai penopang utama kekuasaannya pin akhirnya
tidak memberikan dukungan karena sudah tidak melihat adnya prospek lagi lagi dalam
kekuasaannya. Setelah Soeharto jatuh, Bank Dunia tidak serta mendapat langsung
melakukan kontrol terhadap penguasa baru di Indonesia. Rezim pemerintahan Orde
Baru yang pada waktu itu sudah mengalami banyak permasalahan tidak cepat
membereskan masalahnya sehingga hanya mempersulit dan menambah beban bagi
rakyat yang sudah lama merasa tidak puas. Ketidakpuasan rakyat terhadap
pemerintahan semakin ditambah dengan naiknya harga-harga kebutuhan pokok seperti
beras, lauk-pauk, BBM, yang notabene merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi
rakyat.
Rezim Orde Baru Soeharto akhinya memiliki banyak cacatnya yang menjadi fatal
karena tidak terkoreksi secara dini. Seandainya Soeharto ingin mengundurkan diri
pada pertengahan 1980-an dan cengkraman politik bisa dekendurkan, mungkin
keadaannya tidak akan seoarah saat ini. Negara dan para pemimpinnya yang mampu
membanting setir demikian adalah RRC, yang sistem politiknya masih dikendalikan
Pertai Komunis, akan tetapi ekonominya direformasikan berdasarkan sistem pasar
terbuka yang cukup bebas. Proses otonomi daerah di RRC senantiasa bisa diekndalikan
karena semua gubernur dan bupati diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah pusat.
Pembangunan politik dan ekonomi untuk negara besar seperti Indonesia selalu
memerlukan pemerintahan yang kuat. Ini hanya ada di zaman Soeharto, tetapi dengan
pengorbanan demokrasi dan sosial. Satu-satunya masa pendek yang dapat menjadi
contoh adalah masa 1950-1957. Pada masa itu pengaruh asing masih kuat. Orientasi
kebijakan ekonomi masih rasional dan terbuka terhadap interaksi dengan dunia luar.
Kehidupan politik masih cukup demokratis, dan partai oposisi ada. Beberapa tokoh
yang berpengaruh dibidang ekonomi diantaranya yakni Bung Hatta, Syafruddun,
Djuanda, Liemana, Sumitro, Wilopo, das sebagainya. Soekarno masih tetap ada dengan
pengaruhnya yang karismatik dan menyatukan bangsa, akan tetapi Soekarno belum
menjadi penguasa utama. Tetapi bibit-bibit perpecahan politik sudah ada, dan konflik
dunia, demokrasi melawan komunisme sudah mulai masuk ke negeri ini. Indonesia
memang tidak pernah bisa mengasingkan diri dari pengaruh-pengaruuh dunia, baik
politik maupun ekonomi.
Dalam membangun negara, kita harus bisa membedakan antara state building
dengan nation building. Dalam tahap pertama, kita lebih berhasil dalam hal nation
building, dan jasa Soekarno tidak boleh dilupakan. Nation building selama 50 tahun
dilakukan dan dilestarikan berdasarkan wacana melting pot, seperti di Amerika,
dimana suku-suku bangsa mengagumi kaum imigran yang menyusun Amerika herus
melebur diri menjadi prototipe bangsa Amerika yang Aanglosax dan Protestan. Ikanya
lebih penting daripada Bhinekanya. Setelah 50 tahun, mode nation building ini harus
ditinggalkan.
Kebhinekaan harus lebih ditonjolkan, akan tetaoi keastuan bangsa dan negara
harus tetap dipelihara, jika bisa secara alami, atas dasar keyakinan nasional bahwa
hidup sebagai warga dari bangsa besar lebih sentosa daripada sebagai warga dari
negara kecil.
State building rupanya jauh lebih sulit daripada nation building. Para peninjau
asing yang kompeten (ahli ilmu polotik) pada umumnya tidak terlalu menyangsikan
bahwa Indonesia kelak pecah seperti Unisoviet dan Yugoslavia. Semangat nasionalisme
masih cukup kuat, walaupun sudah mengalami erosi. Yang membuat resiko besar
perpecahan Republik Indonesia adalah bahwa pemerintahannya yang lemah. Indonesia
is not a failed state but a weak state . Pemerintah di Jakarta lemah oleh karena
tertangkap dalam proses demokratis.
Lemahnya pemerintahan dan negara dewasa ini oleh karena alat-alat penegak
kekuasaan tidak berfungsi dengan baik (tentara, polisi, jaksa, hakim, sistem peradilan,
dan lain sebagainya). Moral serta tanggung jawabnya dirusak oleh KKN dan oleh
karena negara tidak bisa menjamin gaji dan balas jasa yang wajar. Maka, krisis
ekonomi memperparah efektivitas aparat pemerintah dan negara. Anggaran
pembelanjaan pemerintah terlalu digerogoti pembayaran kembali hutang-hutang dan
bunga. Beban hutang ini ikut menyebabkan weak state. Ini mempersalahkan untung
ruginya bantuan internasional, juga peran asing (dan yang non pribumi) di
perekonomian kita.
Secara logis dan historis empiris, Indonesia tidak bisa keluar dari krisis dan
kelemahan tanpa bantuan dari luar dan tanpa membuka diri terhadap unsur-unsur asing dan
yang non pribumi. Ada kalangan (politisi pribumi) yang secara bangga mengatakan, kita bisa
berdiri sendiri berdasarkan kekayaan alam kita. Pengalaman zaman Soekarno sudah
memberi pelajaran. Tidak berguna mengusir Belanda, China, Asing Barat, dan menolak
penanaman modal asing. Soekarno membuat pengecualian, perusahaan minyak bumi asing
(Caltex dan Stanvac) yang sudah ada tidak diusir karena hasil devisanya deperlukan.




BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehidupan perekonomian pada zaman Orde Baru sudah berlalu sekitar 10 tahun
lalu. Tapi pembahasannya masih cukup hangat sampai sekarang. Pada saat mulainya
zaman Orde Baru, pemerintahan yang baru ini diwarisi dengan keadaan ekonomi yang
parah. Yaitu dengan hutang luar negeri yang banyak sebesar 2,3 2,7 miliar, tingkat
inflasi yang tinggi dan permasalahan ekonomi dan politik yang lain. Sehingga pada
permulaan pemerintahan Orde Baru, pemerintah menempuh berbagai macam cara,
seperti stabilitasi dan rehabilitasi ekonomi, membentuk sama denga luar negeri, dan
pembangunan ekonomi. Dengan berorientasikan pada usaha penyelamatan ekonomi
nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan
Negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Dan berharap dengan cara tersebut
permasalahan yang ditinggalkan oleh Orde Lama bisa diselesaikan. Dan terbukti dengan
cara tersebut masalah-masalah itu mulai bisa diatasi dengan cepat. Itu teraplikasi
dengan pemerintah mengeluarkan beberapa program pembangunan,yaitu PELITA
(Pembangunan Lima Tahun), dan berjalan dengan lancar. Tapi dibalik keerhasilan
pemerintah, ada juga dampak negatif dari kebijakan yang diambil oleh pemerintah,
seperti terjadinya otoritas,KKN,dwifungsi ABRI/Polri,pembangunan yang tidak
merata,dan fundamental pembangunan ekonomi yang sangat rapuh.
Kita harus menyadari dengan penuh dan cerda bahwa kejahatan-kejahatan Orde
Baru telah memakan banyak korban, dari awal berdiri ORBA dan menunjukkan
estensinya hingga sampai saat ini diwariskan. ORBA bahkan dengan berbagai cara dan
intrik kotor berusaha dengan keras untuk memutuskan cita-cita agung meraih
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Kita harus memutuskan rantai otoritarianisme
Orde Baru secara konsisten.




DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Indonesia

http://harisahmad.blogspot.com/2011/01/kehidupan-ekonomi-indonesia-pada-masa.html

http://intandharmaatmaja.blogspot.com/

http://omungke.com/ekonomi-bisnis/311-faktor-penyebab-kegagalan-ekonomi-indonesia-
pada-masa-orde-baru.html

Anda mungkin juga menyukai