Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK II
Titrasi Iodometri pada Penentuan Kadar CuSO
4
24 April 2014



Disusun oleh :
Septiwi Tri Pusparini
1112016200035

KELOMPOK 3
Naryanto (1112016200018)
Faisal Amanillah (1112016200033)
Melinda Indana Nasution (1112016200037)
Raisa Soraya (1112016200038)




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2014
I. ABSTRAK
Analisa titrimetri secara tidak langsung atau biasa dikenal dengan iodometri dapat
dilakukan untuk menentukan kadar suatu unsur. Titrasi iodometri digunakan untuk untuk
zat yang bersifat oksidator dimana iod sendiri berperan sebagai reduktor. Iodin dititrasi
oleh larutan Na
2
S
2
O
3
sebagai pembakuan Na
2
S
2
O
3
kemudian digunakan kembali titran
yang sama untuk menentukan analit. Percobaan ini bertujun untuk menentukan kadar Cu
pada CuSO
4
dengan menggunakan metode iodometri. Berdasarkan hasil perhitungan
didapat kadar Cu .

II. PENDAHULUAN
Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri)
dan ion idodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri).Banyak pereaksi oksidasi
kuat yang dapat di analisa dengan penambahan kalium iodide berlebih dengan titrasi
iodium yang dibebaskan. Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses
iodometri adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat
Na
2
S
2
O
3
.%H
2
O. larutan tidak boleh distandarisasikan dengan penimbangan secara
langsung, tetapi harus distandarisasikan terhadap standar primer (Underwood, 1980:297).
Titrasi iodometri melibatkan penggantian iodin dari iodida dengan menggunakan
bahan pengoksidasi yang lebih kuat diikuti dengan titrasi penggantian iodin dengan
natrium tiosulfat (Watson,2010:87).
Metode titrasi iodometri langsung mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan
iod standar . Metode titrasi iodo tak langsung adalah berkenaan dengan titrasi dari iod
yang dibebaskan dalam reaksi kimia. Standarisai larutan tiosulfat dapat dilakukan dengan
kalium iodat, kalium dikromat, tembaga dan iod sebagai standar primer, atau dengan
kalium permanganat atau serium (IV) sulfat sebagai standar sekunder (Basset,1994:438).

III. ALAT DAN METODE
Alat :
1. Gelas ukur
2. Labu Erlenmeyer
3. Buret
4. Pipet tetes
5. Kaca arloji
6. Spatula
7. Neraca analitik

Bahan:
1. 0,1M I
2
15ml
2. Na
2
S
2
O
3
15ml
3. Amilum
4. 0,2M H
2
SO
4
5ml
5. KI 0,5gr
6. CuSO
4


Langkah kerja:
Pembakuan Na
2
S
2
O
3
:
1. Ambil larutan iod didalam ruangan gelap (jauh dari cahaya) sebanyak 15ml.
Masukkan kedalam labu Erlenmeyer
2. Tambahkan amilum sampai terbentuk endapan biru
3. Titrasi dengan larutan Na
2
S
2
O
3
yang belum diketahui konsentrasinya
.
. Titik akhir
titrasi ditandai dengan larutan berubah menjadi tak berwarna.
4. Lakukan titrasi secara duplo.

Penentuan kadar CuSO
4
:
1. Ambil larutan CuSO
4
sebanyak 25ml. Masukkan kedalam labu erlenmeyer
2. Tambahkan 0,2M H
2
SO
4
5ml dan KI sebanyak 0,5 gram
3. Tambahkan amilum sampai terbentuk butiran-butiran ungu
4. Titrasi dengan larutan Na
2
S
2
O
3
yang telah dibakukan sampai butiran-butiran yang
terbentuk menghilang.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembakuan Na
2
S
2
O
3
:
15ml I
2
+ 10 tetes amilum Timbul endapan biru
Titrasi dengan Na
2
S
2
O
3
(16 ml) Endapan birunya hilang, larutan tak
berwarna

15ml I
2
+ 10 tetes amilum Timbul endapan biru
Titrasi dengan Na
2
S
2
O
3
(17 ml) Endapan birunya hilang, larutan tak
berwarna


M2 =

= 0,937 M2 =

= 0,088
Rata-rata M Na
2
S
2
O
3
=

= 0,512
Penentuan kadar CuSO
4
:
25ml CuSO
4
+ 0,2M H
2
SO
4
15ml + 0,5gr
KI
Larutan berwarna kuning kecoklatan
Tambahkan amilum (30 tetes) Terbentuk butiran-butiran berwarna ungu
Titrasi dengan Na
2
S
2
O
3
(40ml) Butiran-butirannya menghilang





Percobaan kali ini yaitu menggunakan prinsip idometri untuk penentuan kadar CuSO
4
.
Seperti yang telah diketahui bahwa iodometri adalah analisa titrimetri secara tidak langsung
untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II dan sebagainya. Zat-zat ini akan
mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodium. Iodium yang terbentuk ditentukan
dengan menggunakan larutan baku natrium tiosulfat. Selain menggunakan iod, pembakuan
larutan natrium tiosulfat dapat juga dilakukan dengan menggunakan kalium iodat, kalium
kromat, dan tembaga sebagai larutan standar primer atau dengan kalium permanganat.
I
2
+ 2S
2
O
3
2-
2I
-
+ S
4
O
6
2-

Selanjutnya penentuan kadar Cu pada CuSO
4
dilakukan dengan mencampurkan analit
dengan iodin.
2Cu
2+
+ 4I
-
2Cu
(s)
+ I
2

Kelebihan iodida dari kalium iodida (KI) ditambahkan ke dalam agen pengoksidasi yang
sedang dientukan yaitu CuSO
4
, kelebihan iodida ini akan membebaskan iodin sebagai zat yang
dioksidasi (reduktor) dari iodida menjadi ion iodida.
I
2
+

I
-
I
3
-
Kemudian barulah dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh kadar Cu sangat kecil dalam dalam CuSO
4
yaitu sebesar 0,83%.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa:
1. Iodometri adalah analisa titrimetri secara tidak langsung yang melibatkan ion iodida
sebagai reduktor.
2. Ion iodida merupakan iodin yang dibebaskan oleh larutan KI. Dalam hal ini iodin
juga dapat digunakan sebagai larutan standar primer Na
2
S
2
O
3
.
3. Berdasarkan perhitungan didapat kadar Cu sebanyak 0,819%.

VI. DAFTAR PUSTAKA
Basset, J dkk. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Day, R.A Jr. dan A.L Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga
Watson, David G. 2010. Analisis Farmasi . Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai