Anda di halaman 1dari 17

SENI

DALAM PANDANGAN
ISLAM

Pengertian dan Hakikat Seni

Dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa seni
adalah:
Penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam
jiwa manusia, yang dilahirkan dengan
perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk
yang dapat ditangkap oleh indera pendengar
(seni suara), indera pendengar (seni lukis), atau
dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari,
drama) (Dr. Abdurrahman al-Baghdadi, Seni
Dalam Pandangan Islam, hal. 13).

Hukum Seni Dalam Pandangan Islam
Dalil-Dalil Yang Mengharamkan Nyanyian:

a. Berdasarkan firman Allah (Qs.31:6)
Beberapa ulama menafsirkan maksud lahwal
hadits pada ayat diatas (Qs.31:6) ini sebagai
nyanyian, musik atau lagu, di antaranya al-
Hasan, al-Qurthubi, Ibnu Abbas dan Ibnu
Masud.
Ayat-ayat lain yang dijadikan dalil pengharaman
nyanyian adalah :
1. Qs. an-Najm [53]: 59-61; dan
2. Qs. al-Isr *17+: 64
b. Hadits Abu Malik Al-Asyari ra bahwa
Rasulullah Saw bersabda:

Sesungguhnya akan ada di kalangan umatku
golongan yang menghalalkan zina, sutera,
arak, dan alat-alat musik (al-maazif). *HR.
Bukhari, Shahih Bukhari, hadits no. 5590].

c. Hadits Aisyah ra Rasulullah Saw bersabda:

Sesungguhnya Allah mengharamkan
nyanyian-nyanyian (qoynah) dan
menjualbelikannya, mempelajarinya atau
mendengar-kannya. Kemudian beliau
membacakan ayat di atas. [HR. Ibnu Abi Dunya
dan Ibnu Mardawaih].

d. Hadits dari Ibnu Masud ra, Rasulullah Saw
bersabda:

Nyanyian itu bisa menimbulkan nifaq, seperti
air menumbuhkan kembang. *HR. Ibnu Abi
Dunya dan al-Baihaqi, hadits mauquf].

e. Hadits dari Abu Umamah ra, Rasulullah Saw
bersabda:

Orang yang bernyanyi, maka Allah SWT
mengutus padanya dua syaitan yang
menunggangi dua pundaknya dan memukul-
mukul tumitnya pada dada si penyanyi sampai
dia berhenti. *HR. Ibnu Abid Dunya.].

f. Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Auf ra bahwa
Rasulullah Saw bersabda:

Sesungguhnya aku dilarang dari suara yang hina
dan sesat, yaitu: 1. Alunan suara nyanyian yang
melalaikan dengan iringan seruling syaitan
(mazamirus syaithan). 2. Ratapan seorang ketika
mendapat musibah sehingga menampar
wajahnya sendiri dan merobek pakaiannya
dengan ratapan syetan (rannatus syaithan).

Dalil-Dalil yang Menghalalkan
Nyanyian:
. Firman Allah SWT:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah
Allah halalkan bagi kamu dan janganlah kamu
melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang melampaui batas. (Qs.
al-Midah [5]: 87).

b. Hadits dari Nafi ra, katanya:

Aku berjalan bersama Abdullah Bin Umar ra.
Dalam perjalanan kami mendengar suara
seruling, maka dia menutup telinganya dengan
telunjuknya terus berjalan sambil berkata; Hai
Nafi, masihkah kau dengar suara itu? sampai aku
menjawab tidak. Kemudian dia lepaskan jarinya
dan berkata; Demikianlah yang dilakukan
Rasulullah Saw. *HR. Ibnu Abid Dunya dan al-
Baihaqi].
c. Rubai Binti Muawwidz Bin Afra berkata:

Nabi Saw mendatangi pesta perkawinanku, lalu beliau
duduk di atas dipan seperti dudukmu denganku, lalu
mulailah beberapa orang hamba perempuan kami
memukul gendang dan mereka menyanyi dengan memuji
orang yang mati syahid pada perang Badar. Tiba-tiba salah
seorang di antara mereka berkata: Di antara kita ada Nabi
Saw yang mengetahui apa yang akan terjadi kemudian.
Maka Nabi Saw bersabda:

Tinggalkan omongan itu. Teruskanlah apa yang kamu
(nyanyikan) tadi. *HR. Bukhari, dalam Fth al-Br, juz. III,
hal. 113, dari Aisyah ra].
d. Dari Aisyah ra; dia pernah menikahkan
seorang wanita kepada pemuda Anshar. Tiba-
tiba Rasulullah Saw bersabda:

Mengapa tidak kalian adakan permainan
karena orang Anshar itu suka pada
permainan. *HR. Bukhari].

e. Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Umar
melewati shahabat Hasan sedangkan ia
sedang melantunkan syiir di masjid. Maka
Umar memicingkan mata tidak setuju. Lalu
Hasan berkata:

Aku pernah bersyiir di masjid dan di sana ada
orang yang lebih mulia daripadamu (yaitu
Rasulullah Saw) *HR. Muslim, juz II, hal. 485].

Nyanyian itu haram jika :nyanyian yang
disertai dengan kemaksiatan atau
kemunkaran, baik berupa perkataan
(qaul), perbuatan (fiil), atau sarana (asy-
y), misalnya disertai khamr, zina,
penampakan aurat, ikhtilath (campur
baur priawanita), atau syairnya yang
bertentangan dengan syara, misalnya
mengajak pacaran, mendukung
pergaulan bebas, mempropagandakan
sekularisme, liberalisme, nasionalisme,
dan sebagainya.
Nyanyian itu halal jika :
Bersih dari unsur kemaksiatan atau kemunkaran.
Misalnya nyanyian yang syairnya memuji sifat-
sifat Allah SWT, mendorong orang meneladani
Rasul, mengajak taubat dari judi, mengajak
menuntut ilmu, menceritakan keindahan alam
semesta, dan semisalnya (Dr. Abdurrahman al-
Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam, hal. 64-
65; Syaikh Muhammad asy-Syuwaiki, Al-Khalash
wa Ikhtilaf an-Nas, hal. 103).

Anda mungkin juga menyukai