KONDISI PERTANIAN DI INDONESIA SAAT INI DAN SOLUSI UNTUK
MENGATASI KONDISI TERSEBUT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian adalah hal yang paling utama di negeri ini. Pertanian masih menjadi modal utama negara Indonesia dalam melangsungkan proses hidupnya. Namun kenyataannya kini lahan-lahan untuk bertani semakin berkurang jumlahnya. Digantikan oleh bangunan perumahan akibat pebisnis yang haus harta. Pembangunan pertanian di Indonesia mengalami periode pasang surut yang sangat berhubungan dengan kondisi perekonomian dan kebijakan pemerintah. Dari sejarah pertanian di Indonesia terbukti bahwa fondasi pembangunan pertanian yang kokoh dapat melahirkan terpenuhinya kebutuhan pangan secara mandiri (swasembada) pada pertengahan tahun 1980-an. Namun selanjutnya, pembangunan pertanian mengalami kelesuan karena perhatian di bidang pertanian mengalami penurunan, diperparah dengan terjadinya krisis ekonomi. Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim. Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian. Sistem pertanian yang banyak diterapkan oleh masyarakat Indonesia saat ini adalah sistem pertanian konvensional. Sekitar 57% pendudukIndonesia menerapkan sistem pertanian ini. Penggunaan input eksternal secara berlebih, seperti pupuk-pupuk kimia dan pestisida non-organik, secara ekonomi jangka pendek memang sangat menguntungkan. Namun, jika dianalis dampak ekonomi kedepan dan dampak lingkungan yang ditimbulakan, sistem pertanian konvensional pada akhirnya akan mengalami penurunan produksi dan produktivitas serta dapat menyebabkan terjadinya degradasi lahan, diantaranya: menyebabkan erosi, penggunaan air berlebihan, kerusakan sistem hidrologi, pencemaran lingkungan berupa kandungan bahan berbahayadi lingkungan dan makanan, serta ketergantungan petani pada input-input eksternal dan lain-lain (Ratmoko, dkk, 2011). Sistem pertanian konvensional yang dijalankan menyebabkan eksternalitas negatif yaitu menurunnya kualitas lingkungan dan produksi pangan. Usaha tani selalu menekankan pada pengolahan tanah yang intensif, penggunaan bibit unggul, pemupukan, irigasi, dan pengendalian hama dengan menggunakan pestisida menyebabkan berkurangnya kesuburan tanah dan hasil produksi pertanian (Ratmoko, dkk, 2011).