Anda di halaman 1dari 22

Bacillus sp.

Asih Rahayu,drh.MKes.
Bagian Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma

BAKTERI BENTUK BATANG
GRAM POSITIF
BERSPORA

AN AEROB
Clostridium sp.



1. GAS GANGRENE
2. TETANUS
3. BOTULISMUS (FOOD POI-
SONING SYNDROME / TOXIN)
4. COLITIS PSEUDOMEMBRANOSA

AEROB
Bacillus sp.



1. ANTHRAX
2. FOOD POISONING SYNDROME
(TOXIN)
Bacillus sp.
Batang Besar
ENDOSPORA
GRAM Positif
TERMOSTABIL
AEROB
Cenderung
Membentuk
Rantai
Sebagian besar
SAPROFIT DI TA-
NAH, UDARA,
TUMBUHAN DAN
AIR

Sebagian kecil
PATOGEN TERHA-
DAP MANUSIA,
HEWAN TINGKAT
TINGGI, DAN
SERANGGA
ANTHRAX
Etiologi : Bacillus anthracis
Sifat infeksi : zoonosis
Hewan yg peka : ternak gol. herbivora
(sapi, kerbau, kambing dll) kadang pada
kuda dan babi
Morfologi : Ukuran 3-5 m x 1,2 m , Batang
besar lurus, kedua ujungnya persegi, spora
central
Capsul hanya ditemukan secara in vivo
atau in vitro pd kultur + 6% CO
2
Spora hanya dapat ditemukan dari
spesimen darah / hewan terinfeksi
anthrax yang telah mati, di tanah, atau
di kultur ; tidak dapat ditemukan dari
spesimen hewan terinfeksi yang masih
hidup.

Spora berbentuk elips/oval, letaknya
central dg diameter lebih kecil dari
bagian vegetatifnya.
EPIDEMIOLOGI
Beberapa daerah di Indonesia
merupakan daerah endemis
anthrax misalnya di Purwakarta
Jawa Barat
Sebagian besar kasus anthrax
ditemukan secara sporadis
Beberapa daerah di Indonesia
dinyatakan bebas anthrax misalnya
di Pulau Bali, Pulau Madura
GAMBARAN KLINIS
Penularan anthrax dari
hewan ke manusia:
1. Per cutan
2. Per inhalasi
3. Per oral

Pathogenesa :

1.Cutaneous anthrax :

spora / vegetative masuk melalui laesi kulit.
12-36 jam setelah kontak , timbul papula
papula kecil vesicula yang berisi cairan
serosanguineous yang berwarna gelap kebiruan
rupture dan meninggalkan eschar di bagian
dasar / nekrosis yang dikelilingi daerah
peradangan /oedema berwarna merah.
Keadaan ini disebut sebagai malignant pustula
2. Pulmonary anthrax :
spora / vegetative bakteri masuk melalui saluran
pernafasan menuju paru.
Gejala yang timbul berupa demam, malaise,
myalgia dan batuk kering yang dalam beberapa
hari menjadi parah dgn tanda khas sulit bernafas,
cyanosis dan dapat terjadi kematian.
Bentuk ini sering disebut sbg Wool sorters
disease, karena sering terjadi pd pekerja
penyortir bulu domba.
3. Gastrointestinal anthrax :
spora/ vegetative bakteri masuk melalui saluran
pecernaan / oral, menyebabkan ulcerasi mucosa
GIT.
Gejalanya berupa nausea, vomit dan diare
hingga haematemesis serta dapat terjadi
schock dan kematian.

Dari tiga tipe tsb di atas, semuanya dpt
berlanjut menjadi meningitis dan toxaemia
akibat sepsis.
Struktur antigenik
1. Capsular Polypetida Antigen : mengandung
D-glutamic acid dan berupa hapten
2. Polysacharide Somatic Antigen :
mengandung N-asetilglucosamine dan D-
galactosa. Bereaksi silang dg darah
manusia gol A dan polysacharida
pneumococcus tipe 14. Antibodi yang
terbentuk oleh adanya antigen ini bersifat
non protektif
3. Complex Protein Toxin : berupa exotoxin,
immunogenic
mengandung 3 komponen :
PA /Protective Antigen
LF /Lethal Factor
EF /Edema Factor
Patogenitas/virulensi
Strain yg mempunyai capsul menunjukkan
virulensi yang tinggi krn capsul menyebabkan
gangguan pada phagocytosis
Exotoxin yg dihasilkan : dapat bekerja sendiri
sendiri dan berperan bersama : PA mengikat
receptor, EF dan LF masuk bersama ke sel.
EF berupa adenilcyclase yg mampu
meningkatkan cAMP sitoplasma sel
Resistensi
Spora tidak tahan terhadap
tindakan sterilisasi dengan
autoclave
Vegetative tidak tahan terhadap
pemanasan 56C selama 30
menit
DIAGNOSA / IDENTIFIKASI
LABORATORIS
Specimen : pus / cairan laesi, bahan
vomitus, faeces, sputum ( tergantung
bentuk klinisnya )
Pemeriksaan mikroskopis : pewarnaan
Gram untuk direct dan pewarnaan spora
untuk hasil biakan.
Secara langsung juga dapat dilakukan
tehnik direct immunofluorescent

Secara serologis dapat dilakukan reaksi
haemaglutinasi dan Ascoli test yaitu suatu
test presipitasi yang dilakukan terhadap
hewan mati tersangka anthrax
Bacteriophage typing juga dapat
dilakukan : B.anthracis peka / sensitif
terhadap gamma phage (terjadi lisis),
fenomena sebaliknya adalah B.cereus
Kultur dapat dilakukan pd media general
ex. NAP or enritch media ex BAP , aerob,
suhu 37C, pH 7.4, 24 jam :
Kultur dapat dilakukan pd media general ex. NAP or
enrich media ex BAP , aerob, suhu 37C, pH 7.4, 24 jam :
Koloni besar 4-5 mm, opaque, dengan kaca pembesar
tampak permukaannya berbulu / plumouse colony, tepi
irregular berjumbai seperti rambut keriting ( caput
medusae / medussa head / hair like curl/ fringe like edge)
Pd BAP terlihat non hemolisis
Memfermentasi glukosa, maltosa, sukrosa & Tidak
memfermentasi mannitol, laktosa, galaktosa
Mencairkan gelatin scr perlahan, mereduksi nitrat, test
Voges Proskauer/VP positif
non motil
kultur pada media padat + 0,5 IU penicillin/ml, koloni
tampak seperti deretan mutiara (string of pearls / Uji
rantai mutiara)

Pengobatan dan Pencegahan
Pemberian Penicillin or Pemberian
Tetracyclin bagi yang alergi penicillin
Kontrol /pengendalian , tergantung
pengendalian penyakit ini pada
hewan
Bacillus cereus
Toxinnya merupakan Penyebab Food
Poisoning Syndrome
Saprofit
Pencemar makanan
Morfologi mirip B.anthracis
Motil, hemolitic, Resisten thd gamma
phage, resisten thd antibiotika lactam
Sensitive thd clindamycin, aminoglikosida,
vancomycin, tetracyclin, erytromycin
Bacillus subtilis
Saprofit di tanah, debu, udara, air,
tanaman
Pencemar utama di laboratorium,
luka, mata
Penyebab infeksi pada orang yang
status immunologisnya rendah
Sensitive thd antibiotika lactam
Bacillus stearothermophilus
Termofilik
Dipakai sebagai indicator biologis
untuk test kelayakan autoclave
Bacillus thuringiensis
Bacillus popilliae
Bacillus sphaericus
Bacillus larvae
Bacillus lentimorbus
Pemangsa larva serangga
Untuk pemberantasan larva
nyamuk

Anda mungkin juga menyukai