Anda di halaman 1dari 27

Hipertensi Pada Kehamilan, Preeklampsia dan Eklampsia

Epidemiologi Hipertensi dalam Kehamilan


Penelitian berbagai faktor risiko terhadap hipertensi pada kehamilan / pre-eklampsia /
eklampsia :
Usia
Insidens tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua. Pada wanita hamil
berusia kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali lipat pada wanita hamil berusia lebih dari 35
tahun, dapat terjadi hipertensilaten.
Paritas
angka kejadian tinggi pada primigravida, muda maupun tua
primigravida tua risiko lebih tinggi untuk pre-eklampsia berat
Ras / golongan etnik
bias (mungkin ada perbedaan perlakuan akses terhadap berbagai etnikdi ban!ak negara"
Faktor keturunan
#ika ada riwa!at pre-eklampsiaeklampsia pada ibunenek penderita, $aktor risiko meningkat
sampai % 25&
Faktor gen
'iduga adan!a suatu si$at resesi$ (re(essive trait", !ang ditentukan genotip ibu dan janin
Diet / gii
)idak ada hubungan bermakna antara menu pola diet tertentu (*+,". Penelitian lain -
kekurangan kalsium berhubungan dengan angka kejadian !ang tinggi. .ngka kejadian juga lebih
tinggi pada ibu hamil !ang obese overweight
!klim / musim
'i daerah tropis insidens lebih tinggi
"ingkah laku / sosioekonomi
/ebiasaan merokok - insidens pada ibu perokok lebih rendah, namun merokok selama hamil
memiliki risiko kematian janin dan pertumbuhan janin terhambat !ang jauh lebih tinggi.
.kti$itas $isik selama hamil - istirahat baring !ang (ukup selama hamil mengurangi
kemungkinan
insidens hipertensi dalam pada.
Hiperplasentosis
Proteinuria dan hipertensi gravidarum lebih tinggi pada kehamilan kembar, di0igotik lebih tinggi
daripada mono0igotik.+idrops $etalis - berhubungan, men(apai sekitar 51& kasus
'iabetes mellitus - angka kejadian !ang ada kemungkinan pato$isiologin!a bukan pre-eklampsia
murni, melainkan disertai kelainan ginjal vaskular primer akibat diabetesn!a.
2ola hidatidosa - diduga degenerasi tro$oblas berlebihan berperan men!ebabkan pre-
eklampsia. Pada kasus mola, hipertensi dan proteinuria terjadi lebih
dini pada usia kehamilan muda, dan tern!ata hasil pemeriksaan patologi ginjal juga sesuai
dengan pada pre-eklampsia.
P#"$F!%!$&$'! PRE-EK&#(P%!#
3ampai sekarang etiologi pre-eklampsia belumdiketahui. 2embi(arakan pato$isiologin!a tidak
lebih dari 4mengumpulkan4 temuan-temuan $enomena !ang beragam. 5amun pengetahuan
tentang temuan !ang beragam inilah kun(i utama suksesn!a penangaan pre-eklampsia.
3ehingga pre-eklampsia eklampsia disebut sebagai "the disease of many theories in obstetrics."
A "proposed" sequence of events in the pathogenesis of toxemia of pregnancy. The main features
are : 1) decreased uteroplacental perfusion, ) increased vasoconstrictors and decreased
vasodilators, resulting in local !placental) and systemic vasoconstriction, and ") disseminated
intravascular coagulation !#$%).
The primary cause!s) of pre&eclampsia ' eclampsia still un(no)n.
Perubahan kardio)askular
)urunn!a tekanan darah pada kehamilan normal - karena vasodilatasi peri$er.
6asodilatasi peri$er disebabkan penurunan tonus otot polos arteriol, akibat -
7. meningkatn!a kadar progesteron dalam sirkulasi
2. menurunn!a kadar vasokonstriktor (adrenalinnoradrenalin angiotensin II"
3. menurunn!a respons dinding vaskular terhadap vasokonstriktor akibat produksi
vasodilator prostanoid !ang juga tinggi (P892 P8I2"
:. menurunn!a akti$itassusunan sara$ simpatis vasomotor pada trimester ketiga akan terjadi
peningkatan tekanan darah !ang normal ke tekanan darah sebelum hamil. % 73 pasien
pre-eklampsia - terjadi pembalikan ritme diurnal, tekanan darah naik pada malam hari.
#uga terdapat perubahan lama siklus diurnal menjadi 21 jam per hari, dengan penurunan
selama tidur, !ang mungkin disebabkan perubahan di pusat pengatur tekanan darah.
atau pada re$leks baroreseptor.
Regulasi )olume darah
Pengendalian garam dan homeostasis juga meningkat pada pre-eklampsia.
/emampuan mengeluarkan natrium terganggu, tapi derajatn!a bervariasi. Pada keadaan
berat mungkin juga tidak ditemukan edema (suatu 4pre-eklampsia kering4".
#ika ada edema interstisial, volume plasma lebih rendah dibandingkan wanita hamil
normal, dan dengan demikian terjadi hemokonsentrasi. Porsi (ardia( output untuk per$usi
peri$er relati$ turun.
Per$usi plasenta melakukan adaptasi terhadap perubahan2 ini, maka pemakaian diuretik
adalah tidak sesuai karena justru akan memperburuk hipovolemia.
Plasenta juga menghasilkan renin, diduga ber$ungsi (adangan untuk mengatur tonus dan
permeabilitas vaskular lokal demi mempertahankan sirkulasi $etomaternal.
Perubahan metabolisme steroid tidak jelas. /adar aldosteron turun, kadar progesteron
tidak berubah.
/elainan $ungsi pembekuan darah ditunjukkan dengan penurunan .) III.
;ata-rata volume darah pada penderita pre-eklampsia lebih rendah sampai % 511
mldibanding wanita hamil normal.
Fungsi organ-organ lain
*ta(
Pada hamil normal, per$usi serebral tidak berubah, namun pada pre-eklampsia terjadi
spasme pembuluh darah otak, penurunan per$usi dan suplai oksigen otak sampai 21&.
3pasme men!ebabkan hipertensi serebral, $aktor penting terjadin!a perdarahan otak dan
kejang eklampsia.
+ati
)erjadi peningkatan akti$itas en0im-en0im hati pada pre-eklampsia, !ang berhubungan
dengan beratn!a pen!akit.
,in-al
Pada pre-eklampsia, arus darah e$ekti$ ginjal berkurang % 21&, $iltrasi glomerulus
berkurang % 31&. Pada kasus berat terjadi oligouria, uremia, sampai nekrosis tubular
akut dan nekrosis korteks renalis. <reum-kreatinin meningkat jauh di atas normal.
)erjadi juga peningkatan pengeluaran protein (4sindroma ne$rotik pada kehamilan 4".
%irkulasi uterus, koriodesidua dan plasenta
Perubahan arus darah di uterus, koriodesidua dan plasenta adalah pato$isiologi !ang
terpenting pada pre-eklampsia, dan merupakan $aktor !ang menentukan hasil akhir kehamilan.
7. )erjadi iskemia uteroplasenter, men!ebabkan ketidakseimbangan antara massa plasenta
!ang meningkat dengan aliran per$usi darah sirkulasi !ang berkurang.
2. hipoper$usi uterus menjadi rangsangan produksi renin di uteroplasenta, !ang
mengakibatkan vasokonstriksi vaskular daerah itu. ;enin juga meningkatkan kepekaan
vaskular terhadap 0at-0at vasokonstriktor lain (angiotensin, aldosteron" sehingga terjadi
tonus pembuluh darah !ang lebih tinggi.
3. karena gangguan sirkulasi uteroplasenter ini, terjadi penurunan suplai oksigen dan nutrisi
ke janin. .kibatn!a bervariasi dari gangguan pertumbuhan janin sampai hipoksia dan
kematian janin.
.icture : +istopathological appearance of uterine vessels in pre&eclampsia. /ote the
clotting inside the vessels due to acute atherosis, fibrinoid necrosis of the vessel )alls,
subendothelial macrophages !arro)s), and perivascular ' stromal lymphocytic infiltrate
!dar( dots).
D!#'*$%!% PRE-EK&#(P%!#
Diagnosis pre-eklampsia ditegakkan berdasarkan -
7. peningkatan tekanan darah !ang lebih besar atau sama dengan 7:1=1 mm+g
2. atau peningkatan tekanan sistolik > 31 mm+g atau diastolik > 75 mm+g
3. atau peningkatan mean arterial pressure >21 mm+g, atau 2.P > 715 mm+g
:. proteinuria signi$ikan, 311 mg2: jam atau > 7 gml
5. diukur pada dua kali pemeriksaan dengan jarak waktu > jam
>. edema umum atau peningkatan berat badan berlebihan
)ekanan darah diukur setelah pasien istirahat 31 menit (ideal". )ekanan darah sistolik
adalah saat terdengar bun!i /orotko$$ I, tekanan darah diastolik pada /orotko$$ I6.
?ila tekanan darah men(apai atau lebih dari 7>1771 mm+g, maka pre-eklampsia disebut
berat. 2eskipun tekanan darah belum men(apai 7>1771 mm+g, pre-eklampsia termasuk
kriteria berat jika terdapat gejala lain seperti disebutkan dalam tabel.
Kriteria Diagnostik Preeklampsia +erat
7. )ekanan darah sistolik > 7>1 mm+g atau diastolik > 771 mm+g.
2. Proteinuria @ 5 atau (3%" pada tes (elup strip.
3. ,liguria, diuresis A :11 ml dalam 2: jam
:. 3akit kepala hebat dan gangguan penglihatan
5. 5!eri epigastrium atau kuadran kanan atas abdomen atau ada ikterus
>. 9dema paru atau sianosis
B. )rombositopenia
C. Pertumbuhan janin !ang terhambat
Pre-eklampsia dapat terjadi pada usia kehamilan setelah 21 minggu, atau bahkan setelah
2: jam post partum.
?ila ditemukan tekanan darah tinggi pada usia kehamilan belum 21 minggu, keadaan ini
dianggap sebagai hipertensi kronik,
Pre-eklampsia dapat berlanjut ke keadaan !ang lebih berat, !aitu eklampsia.
9klampsia adalah keadaan pre-eklampsia !ang disertai kejang.
8ejala klinik pre-eklampsia dapat bervariasi sebagai akibat patologi kebo(oran kapiler
dan vasospasme !ang mungkin tidak disertai dengan tekanan darah !ang terlalu tinggi.
2isaln!a, dapat dijumpai as(ites, peningkatan en0im hati, koagulasi intravaskular, sindroma
+9DDP (hemol!sis, elevated liver en0!me, low platelets", pertumbuhan janin terhambat, dan
sebagain!a.
?ila dalam asuhan antenatal diperoleh tekanan darah diastolik lebih dari C5 mm+g, perlu
dipikirkan kemungkinan adan!a pre-eklampsia membakat.
.palagi bila ibu hamil merupakan kelompok risiko terhadap pre-eklampsia.
3elain anamnesis dan pemeriksaan $isik, pada ke(urigaan pre-eklampsia sebaikn!a diperiksa
juga-
7. pemeriksaan darah rutin serta kimia darah - ureum-kreatinin, 38,), D', bilirubin
2. pemeriksaan urine - protein, reduksi, bilirubin, sedimen
3. kemungkinan adan!a pertumbuhan janin terhambat, kon$irmasi <38 bila ada.
:. nilai kesejahteraan janin (kardiotokogra$i".
Komplikasi pre-eklampsia berat / eklampsia
ablatio retinae
'IE
gagal ginjal
perdarahan otak
gagal jantung
edema paru
!mpending eklampsia
Pre-eklampsia berat disertai satu atau lebih gejala - n!eri kepala hebat, gangguan visus,
muntah-muntah, n!eri epigastrium, kenaikan tekanan darah progresi$. 'itangani sebagai
kasus eklampsia.
Penatalaksanaan Pre-eklampsia
Prinsip penatalaksanaan pre-eklampsia
7. melindungi ibu dari e$ek peningkatan tekanan darah
2. men(egah progresi$itas pen!akit menjadi eklampsia
3. mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat,
hipoksia sampai kematian janin"
:. melahirkan janin dengan (ara !ang paling aman dan (epat sesegera mungkin setelah
matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika
persalinan ditunda lebih lama.
Penatalaksanaan pre-eklampsia ringan
7. dapat dikatakan tidak mempun!ai risiko bagi ibu maupun janin
2. tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainn!a, tidak perlu dirawat
ke(uali tekanan darah meningkat terus (batas aman 7:1-751=1-711 mm+g".
3. istirahat !ang (ukup (berbaring tiduran minimal : jam pada siang hari dan minimal C
jam pada malam hari"
:. pemberian luminal 7-2 F 31 mghari bila tidak bisa tidur
5. pemberian asam asetilsalisilat (aspirin" 7 F C1 mghari.
>. bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi -
metildopa 3 F 725 mghari (maF.7511 mghari", atau ni$edipin 3-C F 5-71 mghari, atau
ni$edipin retard 2-3 F 21 mghari, atau pindolol 7-3 F 5 mghari (maF.31 mghari".
B. diet rendah garam dan diuretik )I'./ P9;D<
C. jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 7 minggu
=. indikasi rawat - jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu rawat
jalan, peningkatan berat badan melebihi 7 kgminggu 2 kali berturut-turut, atau pasien
menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. ?erikan juga obat antihipertensi.
71. jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat. #ika
perbaikan, lanjutkan rawat jalan
77. pengakhiran kehamilan- ditunggu sampai usia :1 minggu, ke(uali ditemukan
pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi
terminasi lainn!a. 2inimal usia 3C minggu, janin sudah din!atakan matur.
72. persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan
ekstraksi untuk memper(epat kala II.
Penatalaksanaan pre-eklampsia berat
'apat ditangani se(ara akti$ atau konservati$. .kti$ berarti - kehamilan diakhiri diterminasi
bersama dengan pengobatan medisinal./onservati$ berarti - kehamilan dipertahankan bersama
dengan pengobatan medisinal.
Prinsip - )etap pemantauan janin dengan klinis, <38, kardiotokogra$i.
-, Penanganan aktif,
Penderita harus segera dirawat, sebaikn!a dirawat di ruang khusus di daerah kamar
bersalin. )idak harus ruangan gelap.Penderita ditangani akti$ bila ada satu atau lebih
kriteria ini -
ada tanda-tanda impending eklampsia
ada +9DDP s!ndrome
ada kegagalan penanganan konservati$
ada tanda-tanda gawat janin atau I<8;
usia kehamilan 35 minggu atau lebih lakukan terminasi kerjasama dengan perinatologi,
ba!i masuk inkubator dan 5IE< jangan lupa berikan - oksigen nasal dengan kanul, :-
>Dmenit
Pengobatan medisinal - diberiberikan obat anti kejang 2g3,: dalam in$us deFtrose 5&
seban!ak 511 (( tiap > jam. Eara pemberian 2g3,: - dosis awal 2 gram intravena
diberikan dalam 71 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan seban!ak 2 gram per
jam drip in$us (C1 mljam atau 75-21 tetesmenit".
3!arat pemberian 2g3,: - - $rekuensi napas lebih dari 7> kali permenit - tidak ada
tanda-tanda gawat napas - diuresis lebih dari 711 ml dalam : jam sebelumn!a - re$leks
patella positi$.
2g3,: dihentikan bila - - ada tanda-tanda intoksikasi - atau setelah 2: jam pas(a
persalinan - atau bila baru > jam pas(a persalinan sudah terdapat perbaikan !ang n!ata.
3iapkan antidotum 2g3,: !aitu Ea-glukonas 71& (7 gram dalam 71 (( 5aEl 1.=&,
diberikan intravena dalam 3 menit". ,bat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah
sistolik lebih dari 7>1 mm+g atau tekanan darah diastolik lebih dari 771 mm+g. ,bat
!ang dipakai umumn!a ni$edipin dengan dosis 3-: kali 71 mg oral. ?ila dalam 2 jam
belum turun dapat diberi tambahan 71 mg lagi.
)erminasi kehamilan- bila penderita belum in partu, dilakukan induksi persalinan dengan
amniotomi, oksitosin drip, kateter Golle!, atau prostaglandin 92. 3e(tio (esarea dilakukan
bila s!arat induksi tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi partus
pervaginam. Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu ekstraksi vakum atau
(unam.
., Penanganan konser)atif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia dengan
keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservati$. 2edisinal - sama
dengan pada penanganan akti$. 2g3,: dihentikan bila ibu sudah men(apai tanda-tanda pre-
eklampsia ringan, selambatn!a dalam waktu 2: jam. ?ila sesudah 2: jam tidak ada perbaikan
maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi.
/angan lupa- oksigen nasal kanul, :->Dmenit. ,bstetrik - pemantauan ketat keadaan ibu dan
janin. ?ila ada indikasi, langsung terminasi.
Penatalaksanaan eklampsia
9klampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau ni$as, !ang ditandai
dengan timbuln!a kejang dan atau koma. 3ebelumn!a wanita hamil itu menunjukkan gejala-
gejala pre-eklampsia (kejang-kejang dipastikan bukan timbul akibat kelainan neurologik lain".
'iagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala pre-eklampsia disertai kejang dan atau koma.
)ujuan pengobatan - menghentikan men(egah kejang, mempertahankan $ungsi organ vital,
koreksi hipoksia asidosis, kendalikan tekanan darah sampai batas aman, pengakhiran
kehamilan, serta men(egah mengatasi pen!ulit, khususn!a krisis hipertensi, sebagai penunjang
untuk men(apai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin
3ikap obstetrik - mengakhiri kehamilan dengan trauma seminimal mungkin untuk ibu.
Pengobatan medisinal - sama seperti pada pre-eklampsia berat. 'osis 2g3,: dapat ditambah 2 g
intravena bila timbul kejang lagi, diberikan sekurang-kurangn!a 21 menit setelah pemberian
terakhir. 'osis tambahan ini han!a diberikan satu kali saja. #ika masih kejang, diberikan
amobarbital 3-5 mgkg?? intravena perlahan-lahan.jangan lupa- oksigen nasal kanul, :->
Dmenit.
Perawatan pada serangan kejang - dirawat di kamar isolasi dengan penerangan (ukup, masukkan
sudip lidah ke dalam mulut penderita, daerah oro$aring dihisap. Giksasi badan pada tempat tidur
se(ukupn!a.
%ikap Dasar
semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan
keadaan janin. Pertimbangann!a adalah keselamatan ibu. /ehamilan diakhiri bila sudah terjadi
stabilisasi hemodinamika dan metabolisme ibu, paling lama :-C jam sejak diagnosis ditegakkan.
Hang penting adalah koreksi asidosis dan tekanan darah. Eara terminasi juga dengan prinsip
trauma ibu seminimal mungkin. ?a!i dirawat dalam unit perawatan intensi$ neonatus (5IE<".
Pada kasus pre-eklampsia eklampsia, jika diputuskan untuk se(tio (esarea, sebaikn!a dipakai
anesthesia umum. /arena apabila menggunakan anestesia spinal, akan terjadi vasodilatasi peri$er
!ang luas, men!ebabkan tekanan darah turun. #ika digu!ur (airan (untuk mempertahankan
tekanan darah" bisa terjadi edema paru, risiko tinggi untuk kematian ibu. Pas(a persalinan -
maintenan(e kalori 7511 kkal 2: jam, bila perlu dengan selang nasogastrik atau parenteral,
karena pasien belum tentu dapat makan dengan baik. 2g3,: dipertahankan sampai 2: jam
postpartum, atau sampai tekanan darah terkendali.
Resusitasi /anin : penting dikuasai
%atatan : di $ndonesia
0asus pre&e(lampsia ringan sampai berat di daerah, -i(a mung(in, dipertahan(an selama
mung(in sambil diru-u(. 0arena resusitasi ' pera)atan intensif neonatus di daerah sangat sulit
dila(u(an. 0ecuali -i(a (asus ter-adi di rumahsa(it dengan fasilitas leng(ap, dapat langsung
terminasi.
Tapi sebagian besar (asus masih ditangani (onservatif sambil diru-u(. A(ibatnya,
per-alanan penya(it ma(in berat, prognosis ma(in buru(, ang(a (ematian maternal ' perinatal
ma(in tinggi !pre&e(lampsia ' e(lampsia merupa(an salah satu fa(tor penentu ang(a (ematian
maternal ' perinatal yang terutama di $ndonesia).
H!PER"E*%! KR$*!K DE*'#* KEH#(!&#*
+ipertensi kronik mungkin sudah terdapat sebelum kehamilan, mungkin meliputi 3-21& dari
seluruh hipertensi dalam kehamilan.
3ebab !ang umum - hipertensi esensial, kelainan ginjal, pen!akit vaskular,
endokrin, pen!akit kolagen.
/linis kelompok risiko tinggi adalah -
- usia pasien di atas :1 tahun
- ada riwa!at hipertensi di luar kehamilan
- tekanan darah di atas 7>1711 mm+g
- ada riwa!at diabetes mellitus, pen!akit ginjal, kardiomiopati, pen!akit kolagen vaskuler
Dakukan pemeriksaan tes toleransi glukosa oral, karena kadang terjadi bersama dengan diabetes
mellitus.
+ipertensi kronik dapat mengalami superimposed pre-e(lampsia, artin!a pre-eklampsia !ang
men!ertai pen!akit itu.
Prinsip - pengendalian tekanan darah, dapat dengan obat-obatan seperti pada pre-eklampsia. #ika
ada indikasi terhadap patologi lain, misaln!a ureum-kreatinin tinggi, maka perlu dilakukan
hemodialisis dan terminasi.
Pen0akit 'in/al Pada Kehamilan
3e(ara empiris, kehamilan dengan kelainan ginjal kronis merupakan kehamilan dengan risiko
!ang sangat tinggi. /arena kehamilan sendiri bisa men!ebabkan kelainan2 pada ginjal seperti
in$eksi saluran kemih, hipertensi dan lain sebagain!a.
Insu$isiensi 8injal /ronis
Perhatian terhadap wanita hamil dengan pen!akit ini menjadi dua kali lipat, karena satu- e$ek
kehamilan terhadap $ungsi ginjal dan dua- e$ek kelainn ginjaln!a terhadap kehamilan.
9$ek kehamilan terhadap $ungsi ginjal
?isa terjadi penurunan $ungsi ginjal. 3e(ara umum prognosa tergantung derajat dengan gangguan
ginjal pada saat konsepsi, serta adan!a kelainan2 pen!erta, seperti tekanan darah tinggi dan
bo(orn!a protein (proteinuria". Gungsi ginjal biasan!a bertahan dengan kondisi insu$isiensi !ang
moderat.Insu$isiensi ringan jika kadar serum (reatinine A7.5 mg&, sedang jika kadar serum
(reatinine 7.5-2.: mg& dan berat jika kadar serum (reatinine >2.5 mg&
Pen!ebab menurunn!a $ungsi ginjal, pada beberapa pasien bahkan tidak diketahui. .dan!a
hipertensi memberi kontribusi memburukn!a $ungsi ginjal. In$eksi saluran ken(ing juga bisa
memperburuk $ungsi ginjal. Proteinuria !ang sering terjadi pada wanita hamil bisa
mempengaruhi $ungsi ginjal.
9$ek insu$isiensi ginjal terhadap kehamilan
3e(ara umum, janin bisa bertahan hidup sangat besar !aitu =5&. 5amun pada pasien !ang
menjalani dialisis ((u(i darah"angkan!a menjadi 52&. Penderita dengan gangguan ringan bisa
mengalami komplikasi berupa ??D;, persalinan kurang bulan dan lahir mati.
Penanganan
/unjungan .5E harus lebih sering. ?eberapa penulis menganjurkan kontrol tiap 2 minggu
sampai usia kehamilan 2C minggu dan seminggu sekali sesudahn!a. /ontrol tekanan darah pada
setiap kunjungan. Dakukan test urin terhadap adan!a protein serta lakukan skrining akan adan!a
in$eksi saluran ken(ing. 9r!thropoietin dapat diberikan jika penderita mengalami anemia namun
harus hati2 karena bisa memperburuk hipertensi.
/ehamilan pada pasien (u(i darah
Pen!akit ginjal !ang membutuhkan dialisis biasan!a menurunkan kesuburan. /ehamilan bisa
terjadi pada 7 & pasien terutama ditahun2 awal dialisis. Pen!ebab in$ertilitasn!a tidak diketahui
pasti, diduga karena berbagai $aktor (multi$aktorial". :2& wanita !ang menjalani dialisis haidn!a
masih tetap normal, tetapi tidak berovulasi (anovulatoir". .nemia juga berperan dan pemakaian
er!thropoietin didapatkan meningkatkan angka kehamilan.
3e(ara umum, kehamilan dilarang (kontra indikasi" pada pasien dialisis. Duaran janin selalun!a
jelek. +an!a 23-55& kehamilan !ang ba!in!a bisa hidup. /eban!akn terjadi abortus pada )2 II.
?a!i !ang bertahanpun masih memiliki kelainan !aitu C5& lahir kurang bulan (prematur"dan
2C&-n!a ??D; (?erat ?adan Dahir ;endah"atau 38. (3mall Gor 8estasional .ge". /omplikasi
ibu juga ada seperti kematian ibu.
'iagnosis awal kehamilan juga agak sukar karena kadar +E8 penderita dialisis juga tinggi. jika
diduga hamil maka lakukan segera pemeriksaan <38.
;ekomendasi untuk penderita dialisis !ang hamil
2asukkan pasien dalam da$tar transplantasi. 3elama dialisa, lakukan monitor janin dan ibu,
hindari terjadin!a hipotensi akibat dialisa. Pemakaian er!thropoietin bisa meningkatkan harapan
hidup janin, namun harus hati2 karena bisa menimbulkan hipertensi. Peningkatan $rekuensi
dialisa bisa memperbaiki mortalitas dan morboditas (kesakitan".
Penangan ,bstetri
Pen!ebab kematian dan kesakitan ba!i pada pasien dengan kelainan ginjal adalah persalinan
kurang bulan. 2asih ada perdebatan tentang melahirkan ba!i se(ara elekti$ lebih (epat dari
waktun!a sekitar(3:-3> minggu" pada pasien dengan insu$isiensi ginjal kronis atau !ang sedang
menjalani dialisis terutama jika paru janin sudah matang.
1anita Hamil Dengan !nfeksi "$R2H
"$R2H adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis pen!akit
in$eksi !aitu ),Foplasma, ;ubella, E!tomegalovirus dan +erpes. /eempat jenis pen!akti
in$eksi ini, sama-sama berbaha!a bagi janin bila in$eksi diderita oleh ibu hamil.
/ini, diagnosis untuk pen!akit in$eksi telah berkembang antar lain ke arah pemeriksaan
se(ara imunologis. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah mendeteksi adan!a 0at anti (antibodi"
!ang spesi$ik taerhadap kuman pen!ebab in$eksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adan!a
benda asing (kuman".
Parasit dan virus !ang men!ebabkan in$eksi ini ditularkan melalui hospes perantara
seperti a!am, ku(ing, burung, tikus, babi, anjing, kambing, dan sapi. ?erikut ini skema
penularann!a
"o3oplasma
In$eksi )oFoplasma disebabkan oleh parasit !ang disebut Toxoplasma gondii.
Toxoplasma gondii adalah parasit proto0oa !ang merupakan salah satu pen!ebab kelainan
kongenital !ang (ukup dominan dibandingkan pen!ebab lainn!a !ang tergolong dalam ),;E+.
+ospes primern!a adalah ku(ing. /u(ing ini telah mempun!ai imunitas, tetapi pada saat
rein$eksi mereka dapat men!ebarkan kembali sejumlah ke(il ookista. ,okista ini dapat
mengin$eksi manusia dengan (ara memakan daging, buah-buahan, atau sa!uran !ang
terkontaminasi atau karena kontak dengan $ae(es ku(ing. 'alam selIsel jaringan tubuh manusia,
akan terjadi proli$erasi tropho0oit sehingga selIsel tersebut akan membesar. )ropho0oit akan
berkembang dan terbentuk satu kista dalam sel, !ang di dalamn!a terdapat mero0oit. /ista
biasan!a didapatkan di jaringan otak, retina, hati, dan lain-lain !ang dapat men!ebabkan
kelainan pada organ-organ tersebut, seperti mi(ro(ephali, (erebral kalsi$ikasi, (horioretinitis, dll.
/ista toksoplasma ditemukan dalam daging babi atau daging kambing. 3ementara itu, sangat
jarang pada daging sapi atau daging a!am. /ista toksoplasma !ang berada dalam daging dapat
dihan(urkan dengan pembekuan atau dimasak sampai dagingn!a berubah warna. ?uah atau
sa!uran !ang tidak di(u(i juga dapat menstranmisikan parasit !ang dapat dihan(urkan dengan
pembekuan atau pendidihan. Pada umumn!a, in$eksi )oFoplasma terjadi tanpa disertai gejala
!ang spesi$ik. 8ejala !ang mun(ul biasan!a ringan, mirip gejala in$luen0a, bisa timbul rasa lelah,
malaise, demam, n!eri kepala disertai lim$adenopati terutama di daerah posterior servikal dan
umumn!a tidak menimbulkan masalah, dengan masa inkubasi selama kurang lebih = hari.
In$eksi )oFoplasma berbaha!a bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan
sistem kekebalan tubuh terganggu (misaln!a penderita .I'3, pasien transpalasi organ !ang
mendapatkan obat penekan respon imun".
'iagnosis )oFoplasmosis se(ara klinis sukar ditentukan karena gejala-gejalan!a tidak
spesi$ik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik". ,leh karena itu, pemeriksaan
laboratorium mutlak diperlukan untuk mendapatkan diagnosis !ang tepat. Pemeriksaan !ang
la0im dilakukan adalah .nti-)oFoplasma Ig8, Ig2 dan Ig., serta .viditas .nti-)oFoplasma
Ig8.
Rubella
In$eksi ;ubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar
getah bening. In$eksi ini disebabkan oleh virus ;ubella, dapat men!erang anak-anak dan dewasa
muda.
In$eksi ;ubella berbaha!a bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat
men!ebabkan kelainan pada ba!in!a. #ika in$eksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka
risiko terjadin!a kelainan adalah 51&, sedangkan jika in$eksi tejadi trimester pertama maka
risikon!a menjadi 25& (menurut .meri(a Eollege o$ ,bstatri(ian and 8!ne(ologists, 7=C7".
)anda tanda dan gejala in$eksi ;ubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada
beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. ,leh /arena itu,
diagnosis in$eksi ;ubella !ang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan Daboratorium !ang dilakukan meliputi pemeriksaan .nti-;ubella Ig8 dan
Ig2. Pemeriksaan .nti-rubella Ig8 dapat digunakan untuk mendeteksi adan!a kekebalan pada
saat sebelum hamil. #ika tern!ata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.
Pemeriksaan .nti-rubella Ig8 dan Ig2 terutama sangat berguna untuk diagnosis in$eksi
akut pada kehamilan A 7C minggu dan risiko in$eksi rubella bawaan.
/ematian pada postnatal rubella biasan!a disebabkan oleh en(hepalitis. Pada in$eksi
awal, virus akan masuk melalui traktus respiratorius !ang kemudian akan men!ebar ke kelenjar
lim$e sekitar dan mengalami multiplikasi serta mengawali terjadin!a viremia dalam waktu B hari.
#anin dapat terin$eksi selama terjadin!a viremia maternal. 3aat ini, telah diketahui bahwa in$eksi
plasenta terjadi pada C1& kasus dan risiko kerusakan jantung, mata, atau telinga janin sangat
tinggi pada trisemester pertama. #ika in$eksi maternal terjadi sebelum usia kehamilan 72 minggu,
>1& ba!i akan terin$eksi. /emudian, risiko akan menurun menjadi 7B& pada minggu ke-7: dan
selanjutn!a menjadi >& setelah usia kehamilan 21 minggu. .kan tetapi, plasenta biasan!a
terin$eksi dan virus dapat menjadi laten pada ba!i !ang terin$eksi kongenital selama bertahun-
tahun
20tomegalo)irus 42(56
Pen!akit !ang disebabkan oleh %ytomegalovirus dapat terjadi se(ara kongenital saat ba!i
atau in$eksi pada usia anak. /adang-kadang, E26 juga dapat men!ebabkan in$eksi primer pada
dewasa, tetapi sebagian besar in$eksi pada usia dewasa disebabkan reaktivasi virus !ang telah
didapat sebelumn!a. In$eksi kongenital biasan!a disebabkan oleh reaktivasi E26 selama
kehamilan. 'i negara berkembang, jarang terjadi in$eksi primer selama kehamilan, karena
sebagian besar orang telah terin$eksi dengan virus ini sebelumn!a. ?ila in$eksi primer terjadi
pada ibu, maka ba!i akan dapat lahir dengan kerusakan otak, ikterus dengan pembesaran hepar
dan lien, trombositopenia, serta dapat men!ebabkan retardasi mental. ?a!i juga dapat terin$eksi
selama proses kelahiran karena terdapatn!a E26 !ang ban!ak dalam serviks. Penderita dengan
in$eksi E26 akti$ dapat mengekskresikan virus dalam urin, sekret traktus respiratorius, saliva,
semen, dan serviks. 6irus juga didapatkan pada leukosit dan dapat menular melalui tran$usi.
Pemeriksaan laboratorium sangat berman$aat untuk mengetahui in$eksi akut atau in$eski
berulang, dimana in$eksi akut mempun!ai risiko !ang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium
!ang silakukan meliputi .nti E26 Ig8 dan Ig2, serta .viditas .nti-E26 Ig8.
Herpes %impleks tipe !!
In$eksi herpes pada alat genital (kelamin" disebabkan oleh 6irus +erpes 3impleks tipe II
(+36 II". 6irus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut s!ara$ sensorik
dan berdiam diganglion sistem s!ara$ otonom.
?a!i !ang dilahirkan dari ibu !ang terin$eksi +36 II biasan!a memperlihatkan lepuh
pada kulit, tetapi hal ini tidak selalu mun(ul sehingga mungkin tidak diketahui. In$eksi +36 II
pada ba!i !ang baru lahir dapat berakibat $atal.
Pemeriksaan laboratorium, !aitu .nti-+36 II Ig8 dan Igm sangat penting untuk
mendeteksi se(ara dini terhadap kemungkinan terjadin!a in$eksi oleh +36 II dan men(egah
baha!a lebih lanjut pada ba!i bila in$eksi terjadi pada saat kehamilan.
Panel "$R2H
J .nti )oFoplasma Ig8 dan Ig2
J .nti ;ubella Ig8 dan Ig2
J .nti E26 Ig8 dan Ig2
J .nti +36 II Ig8 dan Ig2
"es "$R2H dan arti hasiln0a,
7. Periksalah serum untuk men(ari ada tidakn!a Ig8 spesi$ik untuk parasitvirus ),;E+.
?ila hasiln!a negati$, berarti .nda tidak pernah terin$eksi ),;E+
?ila positi$, berarti pernah terin$eksi.
5ote- (periksa .nti-)oFoplasma Ig8, .nti-;ubella Ig8, .nti-E26 Ig8, .nti-+362
Ig8". )es Ig8 dimaksudkan untuk meriksa apakah pada masa lalu si pasien pernah
terin$eksi.
7. ?ila Ig8 positi$, maka untuk menentukan kapan in$eksi tersebut, .nda harus melakukan
pemeriksaan serum untuk men(ari ada tidakn!a Ig2 parasitvirus ),;E+.
)es Ig2 ini $ungsin!a untuk memeriksa apakah saat ini si pasien terin$eksi ),;E+.
2. ?ila Ig8 positif dan Ig2 negatif -
.nda telah terin$eksi lebih dari setahun !ang lalu. 3aat ini anda mungkin telah
mengembangkan kekebalan terhadap parasit itu.
K#nda tidak perlu kha7atir untuk hamil8,
3. ?ila Ig8 positif dan Ig2 juga positif- .nda tengah mengalami in$eksi dalam 2 tahun
terakhir. (mungkin pula ada $alse pada hasil Ig2"
.nda harus (atat berapa angka Ig2 tersebut.
:. 3elanjutn!a .nda harus melakukan lagi pemeriksaan Ig2 (kalau perlu sekalian Ig8"
setelah 2 minggu dari pemeriksaan pertama.
5. ?ila Ig2 tetap positif atau malah naik angkan!a, berarti anda sedang terin$eksi ),;E+.
3ebaikn!a anda sembuhkan dulu in$eksi ini baru kemudian mulai hamil.
#kibat infeksi "$R2H
In$eksi ),;E+ !ang terjadi pada ibu hamil dapat men!ebabkan keguguran, ba!i lahir
prematur, dan dapat juga men!ebabkan kelainan pada janin !ang
dikandungn!a. /elainan !ang mun(ul dapat bersi$at ringan atau berat,
kadang-kadang baru timbul gejala setelah remaja.
/elainan !ang mun(ul dapat berupa -
kerusakan mata (radang mata"
kerusakan telinga (tuli"
kelainan jantung
gangguan pertumbuhan
gangguan sara$ pusat
kerusakan otak (radang otak"
retardasi mental
pembesaran hati dan lien
Pada umumn!a, in$eksi ),;E+ !ang terjadi pada ibu hamil tidak bergejala sehingga
untuk mendiagnosis adan!a in$eksi ),;E+ diperlukan pemeriksaan laboratorium.
%iapa 9 kapan perlu melakukan pemeriksaan "$R2H :
*anita !ang akan hamil atau meren(anakan segera hamil
*anita !ang barusedang hamil bila hasil sebelumn!a negati$ atau belum diperiksa,
idealn!a dipantau setiap 3 bulan sekali
?a!i baru lahir !ang ibun!a terin$eksi pada saat hamil
Pemeriksaan &aboratorium dan !nterpretasi
'iagnosis toksoplasmosis pada hewan maupun manusia berdasarkan gejala klinis sering
sulit ditegakkan karena tidak khas. 'engan demikian, diperlukan bantuan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium !ang digunakan untuk diagnosis toksoplasmosis adalah
diisolasin!a ). gondii. Isolasi toksoplasmosis dapat berasal dari tinja ku(ing, jaringan otak, otot,
kelenjar liur, maupun darah. Eara diagnosis !ang lain adalah dengan pemeriksaan histopatologi
jaringan tubuh tersangka seperti otot seklet, otot jantung, mata, dll. Pemeriksaan dengan teknik
pewarnaan jaringan tubuh tersangka dengan giemsa juga dapat dilakukan
77,72
.
Pemeriksaan isolasi Toxoplasma gondii (ukup sulit. ?an!ak dikembangkan pemeriksaan
!ang lebih mudah, !aitu pemeriksaan serologi. ?erbagai metode dikembangkan seperti 1abin&
2eldman dye test, $g, indirect fluorescent antibody !$2AT), dan 34$1A. <ntuk tes anti-
toksoplasma Ig2, digunakan double sand)ich $g5&3$A dan $g5 immunosorbent assay (Ig2
I3.8.". )elah dikembangkan pula tes untuk Ig. dan Ig9.
Produksi antibodi ini tampakn!a paralel dengan produksi antibodi Ig2. .kan tetapi,
durasi Ig9 lebih singkat dibanding Imunoglobulin lainn!a. 3edangkan antibodi Ig. anti I P31
dijumpai setelah timbuln!a Ig2 spesi$ik dan selalu timbul lebih dahulu dari Ig8 spesi$ik. Pada
keban!akan kasus, Ig8 terus naik dan Ig2 menetap (residual". 3edangkan Ig. menghilang
terlebih dahulu dan tidak terdeteksi pada $ase kronis dari toksoplasmosis. .dan!a antibodi Ig.
anti-P31 pada ba!i dapat dipakai untuk menentukan adan!a in$eksi akut karena Ig. tidak dapat
melewati barier plasenta
.
'i daerah tempat uji saring toksoplasmosis maternal dilakukan, kasus dapat diidenti$ikasi
dengan mun(uln!a antibodi anti-toksoplasma pada wanita !ang sebelumn!a seronegati$.
.ntibodi Ig2 mun(ul selama minggu pertama in$eksi, men(apai pun(ak pada satu bulan,
kemudian menurun. Pada beberapa individu, Ig2 dapat tetap terdeteksi beberapa tahun setelah
in$eksi primer. .ntibodi Ig8 mun(ul beberapa minggu setelah respons Ig2 dan men(apai
maksimum > bulan kemudian. )iter !ang tinggi dapat bertahan beberapa tahun, tetapi akhirn!a
terjadi penurunan sedikit demi sedikit, menghasilkan kadar !ang rendah dan stabil, serta
mungkin seumur hidup
2,7:
.
.khir-akhir ini, pemeriksaan aviditas Ig8 anti-toksoplasma telah ban!ak dilakukan
sebagai indikasi baru dari in$eksi !ang baru terjadi. .viditas Ig8 anti-toksoplasma diukur
sebagai $ungsi disosiasi ikatan hidrogen. Ikatan ini dipe(ah oleh urea sebagai denaturan protein
dalam larutan pen(u(i pada saat antibodi serum telah terikat se(ara invitro dengan antigen
reagen. 3ampel dengan aviditas Ig8 !ang tinggi akan mempertahankan ikatann!a dan
memberikan sin!al pemba(aan !ang tinggi. 3ebalikn!a, bila aviditas Ig8 rendah, antibodi Ig8
akan terlepas dari antigen dan ikut terbuang pada proses pen(u(ian sehingga memberikan sin!al
pemba(aan !ang rendah. .viditas Ig8 !ang rendah menunjukkan in$eksi baru, sementara
aviditas Ig8 !ang tinggi merupakan petanda adan!a kekebalan lampau
2,7:
. (Dihat gambar 7b".
2etode lain !ang relati$ singkat dengan sensitivitas !ang tinggi adalah metode PE;.
)eknik PE; ini dapat mendeteksi toksoplasma !ang berasal dari darah, (airan serebrospinal, dan
(airan amnion
72,7:,75
. Pemeriksaan laboratorium pada rubella ditujukan untuk mendiagnosis
rubella kongenital dan untuk mengetahui status kekebalan dari wanita usia produkti$. Isolasi
virus han!a diindikasikan untuk mendiagnosis in$eksi kongenital. 3ekarang ini, telah ditemukan
pemeriksaan !ang lebih (epat dan mudah, !aitu pemeriksaan serologis. 2etode !ang dipakai
adalah+aemaglutination $nhibition Test, %omplemen 2ixation Test, dan 9I.
3eseorang !ang mempun!ai kekebalan terhadap rubella ditandai dengan adan!a Ig8-
spesi$i( anti-rubella. 3eseorang dengan titer hemaglutination inhibition lebih atau sama dengan
7-C, menunjukkan adan!a kekebalan pada orang tersebut. 3eseorang !ang kemungkinan ada
kontak dengan rubella, apabila didapatkan peningkatan !ang signi$ikan dari Ig2 , menunjukkan
adan!a in$eksi akut.
'iagnosis in$eksi %ytomegalovirus dilakukan dengan (ara kultur virus ini, merupakan
metode pilihan. Pemeriksaan serologis !ang sering dipakai adalah prinsip 4atex
Aglutination atau 9I.. 'apat juga dengan menggunakan pewarnaan (hematoxylin&eosin,
8iemsa" pada benda inklusi di dalam sel epitel sedimen urine !ang segar, pemeriksaan histologi
dan kultur urine, atau jaringan !ang terin$eksi. 3elain itu, pemeriksaan dapat juga dengan (ara
hibridisasi '5. atau dengan teknik PE;.
)iter antibodi E26 baru dapat dideteksi empat minggu setelah in$eksi primer. )iter
antibodi ini akan tetap tinggi sampai beberapa tahun setelah in$eksi. Peningkatan titer antibodi
sampai empat kali atau titer antibodi !ang tetap tinggi, menunjukkan adan!a in$eksi E26.
Pemeriksaan Ig2 anti-E26 diperlukan untuk menentukan adan!a in$eksi !ang sedang akti$.
Pemeriksaan laboratorium untuk virus herpes simplek adalah isolasi virus dari kerokan
ulkus, swab tenggorok, saliva, dll. Pemeriksaan serologi !ang digunakan adalah
(araimmunoflorescence dan 9I.. 3elain itu, dapat juga dilakukan pemeriksaan sitologi dan
kultur dari lesi genital. Pemeriksaan serologis !ang dilakukan pada in$eksi akut dan masa
pen!embuhan dapat digunakan untuk menentukan adan!a in$eksi primer, baik oleh +36-7
ataupun +36-2. Peningkatan titer antibodi seban!ak empat kali di antara dua pemeriksaan
tersebut, menunjukkan adan!a in$eksi primer. 3eropositi$ paling ban!ak ditemukan pada
penderita !ang asimptomatis atau kelainan !ang terdapat di daerah !ang tersembun!i, seperti
serviks, uretra, dan perianal skin. ,leh karena itu, pemeriksaan serologi khususn!a diperlukan
untuk mengidenti$ikasi karier
%trategi Pen;egahan pada 1anita Hamil
.lur strategi pemeriksaan laboratorium dapat dilihat pada lampiran satu sampai enam.
Pemeriksaan pertama !ang dilakukan untuk mendeteksi toksoplasmosis pada wanita hamil
adalah pemeriksaan Ig8 dan Ig2. /emudian, bila hasil pemeriksaan Ig8 positi$ dan Ig2
negati$, hal ini menunjukkan adan!a imunitas pada penderita. ?ila hasil positi$ pada Ig8 dan
Ig2, kemungkinan pada penderita ini terjadi in$eksi primer atau in$eksi lama dengan sisa Ig2.
/eadaan ini perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan .viditas Ig8. ?ila aviditas Ig8 tinggi,
menunjukkan in$eksi didapat lebih dari empat bulan !ang lalu. ?ila tes dilakukan pada paruh
kedua kehamilan, perlu dilihat titer dari Ig8. ?ila titer Ig8 rendah, menunnjukkan in$eksi !ang
lama. 3edangkan bila titer Ig8 tinggi, kemungkinan ada in$eksi. Ini memerlukan tes kon$irmasi,
baik Ig8 maupun Ig2. 3etelah itu, baru diagnosis prenatal ditentukan, dilakukan pengobatan,
serta evaluasi pada ibu dan ba!i. +asil dengan aviditas Ig8 !ang rendah menunjukkan in$eksi
didapat kurang dari empat bulan. 3elanjutn!adilakukan tes kon$irmasi pula
2
.
Pada pemeriksaan pertama, hasil Ig8 dan Ig2 negati$. Ini menunjukkan tidak adan!a imunitas
pada penderita sehingga perlu dilakukan evaluasi terus sampai akhir kehamilan
2
.
?ila Ig8 dan Ig2 positi$, menunjukkan adan!a in$eksi primer di mana perlu dilakukan
pengobatan dan evaluasi pada ibu maupun ba!in!a. ?ila Ig2 positi$ dengan Ig8 negati$
menunjukkan adan!a in$eksi baru, kemudian dilakukan pemeriksaan lagi dua sampai tiga
minggu kemudian. #ika hasil menjadi negati$, menunjukkan bahwa Ig2 !ang terdeteksi tidak
spesi$ik
2
.
3trategi pemeriksaan !ang dilakukan untuk pen(egahan rubella adalah melakukan pemeriksaan
Ig8. ?ila hasil positi$, menunjukkan adan!a imunitas pada penderita. ?ila hasil negati$,
menunjukkan tidak adan!a imunitas pada penderita dan perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan
pada 7B sampai 21 minggu kehamilan . ?ila Ig8 menjadi positi$, perlu dilakukan pemeriksaan
Ig2. ?ila Ig2 positi$, menunjukkan adan!a in$eksi primer. ?ila Ig2 negati$, perlu dilakukan
pemeriksaan ulang. ?ila pemeriksaan ulang Ig8 memberi hasil negati$, hal ini menunjukkan
tidak adan!a in$eksi. In$eksi primer !ang terjadi pada kehamilan kurang dari 7B minggu akan
menimbulkan risiko pada janin sehingga dipertimbangkan dilakukan abortus medi(inalis
2
.
2enurut ;oussis dkk., seseorang !ang kemungkinan ada kontak dengan rubella, apabila
didapatkan peningkatan !ang signi$ikan dari Ig2, menunjukkan adan!a in$eksi akut. #ika kontak
terjadi dalam satu minggu dengan Ig2 negati$, pemeriksaan perlu diulang dua sampai tiga
minggu. #ika hasiln!a negati$, berarti tidak ada in$eksi. #ika ada kontak dan pemeriksaan pertama
Ig8 negati$, maka dilakukan pemeriksaan ulangan dua sampai tiga minggu lagi. #ika titer
meningkat sampai empat kali, menunjukkan adan!a in$eksi akut. #ika pada pemeriksaan pertama
tersebut Ig8 positi$ dan terdapat peningkatan titer empat kali pada pemeriksaan ulang jarak dua
sampai tiga minggu, menunjukkan adan!a in$eksi akut atau merupakan rein$eksi
:
.
<ntuk mendeteksi in$eksi %ytomegalovirus, dilakukan pemeriksaan terhadap Ig8 anti E26.
?ila hasil negati$, perlu dilakukan tindakan pen(egahan. Haitu, untuk wanita dengan risiko tinggi
perlu dilakukan pemeriksaan ulang Ig8 pada akhir kehamilan. ?ila Ig8 tetap negati$ berarti tidak
ada in$eksi, tetapi bila positi$ perlu dilakukan tes kon$irmasi dengan memeriksa Ig8, Ig2, dan
tes aviditas Ig8. ?ila Ig8 dan Ig2 positi$ dengan aviditas Ig8 !ang rendah, hal ini menunjukkan
adan!a in$eksi primer. Pelu dipertimbangkan 1ectio %aesar pada proses persalinann!a
2,:
.
Pemeriksaan serologi perlu dilakukan pada wanita hamil dan pasangann!a untuk mendeteksi
adan!a in$eksi virus +erpes simple(, baik +36 7 maupun +36 2. ?ila Ig8 negati$, perlu
dilakukan pemeriksaan ulang pada akhir kehamilan. #ika hasil tetap negati$, berarti tidak ada
in$eksi. )etapi, bila hasil menjadi positi$ manunjukkan adan!a serokonversi in$eksi primer.
3elain itu, bila hasil pemeriksaan pertama negati$, perlu dilakukan pemeriksaan pada
pasangann!a. #ika pasangann!a Ig8 positi$ maka perlu diberi pen!uluhan masalah (ara
penularan virus. <ntuk pen(egahan, dianjurkan pemakaian kondom dan menghindari kontak
urogenital
2
.
Pada wanita hamil dengan simptomatik herpes, perlu diperiksa Ig8 anti +36 2. #ika hasil negati$
maka dilakukan pemeriksaan ulang dua minggu kemudian. #ika hasil menjadi positi$,
menunjukkan adan!a in$eksi primer. 'ari pemeriksaan pertama dengan hasil Ig8 positi$,
menunjukkan adan!a in$eksi rekuren
2
.
)elah dibahas tentang patologi, pemeriksaan laboratorium, dan interpretasi serta strategi
pemeriksaan laboratorium guna men(egah dan mendiagnosis in$eksi ),;E+ pada kehamilan.
In$eksi pada wanita hamil dapat terjadi se(ara sistemik atau genital. #anin dapat terin$eksi
melalui plasenta atau kontak langsung dengan pengin$eksi jalan lahir. Pen!akit in$eksi oleh
toksoplasma dan rubella sering men!ebabkan kelainan (ongenital. 3edangkan in$eksi
oleh %ytomegalovirus dan herpes simplek, jarang men!ebabkan kelainan kongenital dan han!a
men!ebabkan in$eksi perinatal. /elainan oleh in$eksi ),;E+ ini dapat terjadi se(ara kongenital
maupun (a(ad pen!akit pada anak dan usia dewasa.
3alah satu penunjang diagnosis adalah dengan pemeriksaan laboratorium serologi. ?an!ak
dikerjakan pemeriksaan kadar Ig2, Ig8, dan dalam keadaan tertentu diperiksa aviditas Ig8.
2etode !ang digunakan adalah +aemaglutination inhibition, 9DI3., PE;, dan lain-lain. +asil
Ig8 dan Ig2 positi$ dengan aviditas Ig8 !ang rendah, menunjukkan bahwa adan!a in$eksi
terjadi kurang dari empat bulan. 3edangkan hasil Ig8 dan Ig2 positi$ dengan aviditas Ig8 !ang
tinggi menunjukkan in$eksi terjadi lebih dari empat bulan. In$eksi primer, baik oleh +36-7
ataupun +36-2, ditunjukkan dengan adan!a peningkatan titer Ig8 empat kali pada pemeriksaan
periode in$eksi akut dan masa pen!embuhan.
Pemeriksaan serologi ),;E+ se(ara berkala, baik Ig8, Ig2, maupun aviditas Ig8 selama
kehamilan, sangat berguna dalam men(egah terjadin!a in$eksi ),;E+ pada ibu hamil, janin,
maupun pada ba!i baru lahir. 2asing-masing pen!akit in$eksi mempun!ai alur pemeriksaan
!ang berbeda. <ntuk toksoplasma, rubella, dan %ytomegalovirus, tidak diperlukan pemeriksaan
berkala jika pada pemeriksaan pertama didapatkan hasil Ig8 !ang positi$ dengan Ig2 !ang
negati$. +al ini menunjukkan adan!a kekebalan pada ibu hamil.
2engingat begitu besarn!a akibat !ang dapat ditimbulkan oleh in$eksi ),;E+, dan perbedaan
respons imun dari masing-masing in$eksi, kami sarankan untuk skreening pertama ibu hamil
adalah pemeriksaan aviditas Ig8 anti-toksoplasma. 3edangkan pemeriksaan Ig8 anti-rubella
dilakukan saat pranikah dan pemeriksaan Ig8 anti-%ytomegalovirus serta Ig8 anti-herpes
simplek dilakukan bila ada gejala klinis serta kelainan radiologis akibat in$eksi. ?ila hasil
pemeriksaan Ig8 negati$, memerlukan pemantauan ulang sampai akhir kehamilan, baik Ig8
maupun Ig2 dengan jarak 2 minggu.

Anda mungkin juga menyukai