A. Definisi Skizofrenia 1. Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi, kamauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi; asoisasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan emosi perilaku bizar. 2. Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut gangguan ini sebagai demensia precox (demensia artinya kemunduran intelegensi dan precox artinya muda/sebelum waktunya). 3. Pembagian Skizofrenia a) Schizophrenia paranoid Schizophrenia paranoid merupakan schizophrenia yang dikarakteristikkan dengan kecurigaan yang ekstrim terhadap orang lain dengan halusinasi dan waham kejar atau waham kebesaran (Towsend, 1998). b) Schizophrenia catatonic Schizophrenia catatonic merupakan salah satu jeniss schizophrenia yang ditandai dengan rigiditas otot, negativism, kegembiraan berlebih atau posturing (mematung), kadang- kadang pasien juga menunjukkan perubahan yang cepat antara kegembiraan dan stupor. Cirri penyerta yang lain adalah gerakan stereotypic, manerisme dan fleksibilitas lilin (waxy flexibility) dan yang sering dijumpai adalah mutisme (Kusuma, 1997). c) Schizophrenia hebephrenic Schizophrenia hebephrenic (Disorganized schizophrenia) merupakan jenis schizophrenia yang ditandai dengan adanya percakapan dan perilaku yang kacau, serta afek yang datar atau tidak tepat, gangguan asosiasi, pasien mempunyai sikap yang aneh, menunjukkan perilaku menarik diri secara sosial yang ekstrim, mengabaikan hygiene dan penampilan diri, biasanya terjadi sebelum usia 25 tahun (Isaac, 2005) d) Schizophrenia tak tergolongkan Schizophrenia tak tergolongkan dikarakteristikkan dengan perilaku yang disorganisasi dan gejala-gejala psikosis (mis: waham, halusinasi, inkoherensia atau perilaku kacau yang sangat jelas) yang mungkin memenuhi lebh dari satu tipe/kelompok criteria schizophrenia (Towsend, 1998). e) Schizoaffective Kelainan schizoaffective merujuk kepada perilaku yang berkarakteristik schizophrenia, ada tambahan indikasi kelainan alam perasaan seperti depresi atau mania (Towsend, 1998). f) Schizophrenia residual Schizophrenia residual adalah eksentrik, tetapi gejala-gejala psikosis saat diperiksa/dirawat tidak menonjol. Menarik diri atau afek yang serasi merupakan karakteristik dari kelainan, pasien memiliki riwayat paling sedikit satu episode schizophrenia dengan gejala-gejala yang menonjol
B. Etiologi Terdapat beberapa teori yang dikemukakan para ahli yang menyebabkan terjadinya skizofrenia. Teori teori tersebut antara lain: 1. Endokrin Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium, tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan. 2. Metabolisme Teori ini mengemukakan bahwa skizofrenia disebabkan karena gangguan metabolisme karena penderita tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik seperti meskalin dan asam lisergik diethylamide (LSD-25). Obat-obat tersebut dapat menimbulkan gejala-gejala yang mirip dengan gejala-gejala skizofrenia, tetapi reversible. 3. Teori Adolf Meyer Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada susunan saraf tetapi Meyer mengakui bahwa suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme). 4. Teori Sigmund Freud Teori Sigmund freud juga termasuk teori psikogenik. Menurut freud, skizofrenia terdapat: 1) Kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik 2) Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme 3) Kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin. 5. Eugen Bleuler Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain). Teori tentang skizofrenia yang saat ini banyak dianut adalah sebagai berikut: 1. Genetik Teori ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur sehingga dapat dipastikan factor genetik turut menentukan timbulnya skizofrenia. Angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 2009). Pengaruh genetik ini tidak sederhana seperti hokum Mendel, tetapi yang diturunkan adalah potensi untuk skizofrenia (bukan penyakit itu sendiri). 2. Neurokimia Hipotesis dopaminmenyatakan bahwa skizofrenia disebabkan overaktivitas pada jaras dopamine mesolimbik. Hal ini didukung dengan temuan bahwa amfetamin yang kerjanya meningkatkan pelepasan dopamine, dapat menginduksi psikosis yang mirip skizofrenia dan obat anti psikotik bekerja dengan mengeblok reseptor dopamine, terutama reseptor D 2.
3. Hipotesis Perkembangan Saraf Studi autopsi dan studi pencitraan otak memperlihatkan abnormalitas struktur dan morfologi otak penderita skizofrenia antara lain berupa berat orak rata-rata lebih kecil 6% dari normal dan ukuran anterior-anterior yang 4% lebih pendek, pembesaran ventrikel otak yang nonspesifik, gangguan metabolisme di daerah frontal dan temporal serta kelainan susunan seluler pada struktur saraf di beberapa korteks dan subkortek. Studi neuropsikologis mengungkapkan deficit di bidang atensi, pemilihan konseptual, fungsi eksekutif dan memori pada penderita skizofrenia.
C. Manifestasi Klinik 1. Gejala Primer Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang paling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi Gangguan afek emosi 1) Terjadi kedangkalan afek-emosi 2) Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat) 3) Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan 4) Emosi berlebihan 5) Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik Gangguan kemauan 1) Terjadi kelemahan kemauan 2) Perilaku negativisme atas permintaan 3) Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain Gejala psikomotor 1) Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme 2) Stereotipi 3) Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama 4) Echolalia dan echopraxia Autisme. 2. Gejala Sekunder Waham Halusinasi Istilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah yang mungkin meliputi salah satu dari kelima pancaindra. halusinasi pendengaran dan penglihatan yang paling umum terjadi, halusinasi penciuman, perabaan, dan pengecapan juga dapat terjadi
D. Rentang Respon Skizofrenia
E. Penatalaksanaan
Menurut Tomb (2004), pengobatan untuk penderita skizofrenia dapat menggunakan beberapa metode antara lain: a. Metode biologic Obat psikosis akut dengan obat anti psikotik, lebih disukai dengan anti psikotik atypical baru (kisaran dosis ekuivalen = chlorpromaxine 300-600 mg/hari). Ketidak patuhan minum obat sering terjadi, oleh karena itu perlu diberikan depo flufenazine atau haloperidol kerja kurang lama merupakan obat terpilih. Penambahan litium, benzodiazepine, atau diazepam 15- 30 mg/ hari atau klonazepam 5-15 mg/hari sangat membantu menangani skizofrenia yang disertai dengan kecemasan atau depresi. Terapi kejang listrik dapat bermanfaat untuk mengontrol dengan cepat beberapa psikosis akut. Sangat sedikit pasien skizofrenia yang tidak berespon dengan obat-obatan dapat membaik dengan ECT. b. Metode psikosis Menurut Hawari (2006, p.105-108) jenis psikoterapi yang dilakukan untuk menangani penyakit skizofrenia antara lain; 1. Psikoterapi suportif Bentuk terapi yang bertujuan memberikan dorongan semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asadan semangat juangnya (fighting spirit) dalam menghadapi hidup. 2. Psikoterapi re edukatif Bentuk terapi yang dimaksudkan member pendidikan ulang untuk merubah pola pendidikan lama dengan yang baru sehingga penderita lebih adaptif terhadap dunia luar. 3. Psikoterapi rekonstruksi Terapi yang dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang mengalami keresahan. 4. Terapi tingkah laku Adalah terapi yang bersumber dari teori psikologi tingkah laku (behavior psichology) yang mempergunakan stimulasi dan respon modus operandi dengan pemberian stimulasi yang positif akan timbul proses positif. 5. Terapi keluarga Bentuk terapi yang menggunakan media sebagai titik tolak terapi karena keluarga selain sebagai sumber terjadinya gangguan tingkah laku juga sekaligus sarana terapi yang dapat mengembalikan fungsi psikis dan sosial melalui komunikasi timbal balik. 6. Psikoterapi kognitif Memulihkan kembali fungsi kognitif sehingga mampu membedakan nilai nilai sosial dan etika
F. Pohon Masalah Skizofrenia
ASUHAN KEPERAWATAN SKIZOFRENIA G. Asuhan Keperawatan Skizofrenia 1. Pengkajian Pada saat pengkajian focus pada penderita skizofrenia sering didapatkan adanya data data sebagai berikut (Carpenito, L.J, 1998; 328 329); a. Perubahan persepsi sensori ; halusinasi 1) Data subyektif: tidak mampu mengenal waktu, orang, tempat, tidak mampu memecahkan masalah, mengungkapkan adanya halusinasi (misalnya mendengar suara suara atau bayangan bayangan), mengeluh cemas dan khawatir. 2) Data obyektif ; mudah tersinggung, apatis, dan cenderung menarik diri, tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti berbicara seolah olah mendengar sesuatu, menggerakkkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara, menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai, gerakan mata yang cepat, pikiran yang berubah ubah dan konsentrasi rendah, kadang tampak ketakutan, respon respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks). b. Perilaku kekerasan/ resiko perilaku kekerasan 1) Data subyektif: klien mengeluh perasaan terancam, marah, dendam, klien mengungkapkan perasaan tidak berguna, klien mengungkapkan perasaan jengkel, klien mengungkapkan keluhan adanya fisik seprti dada berdebar debar, rasa tercekik, dada terasa sesak, bingung, klien mengatakan mendengar suara suara yang menyuruh melukai diri sendiri. Orang lain dan lingkungan, klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya 2) Data obyektif ; muka merah, mata melotot, rahang dan bibir mengatup tangan dan kaki tegang, tangan mengepal, tampak mondar mandir, tampak berbicara sendiri dan ketakutan, tampak bicara dengan suara tinggi, tekanan darah meningkat, frekuensi denyut jantung meningkat, banyak keluar keringat, napas pendek. c. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah 1) Data subyektif; mengkritik diri sendiri dan orang lain, perasaan dirinya sangat penting yang berlebih lebihan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah. Sikap negative pada diri sendiri, sikap pesimis pada kehidupan. 2) Data obyektif; produktivitas menurun, perilaku destruktif pada diri sendiri, perilaku destruktif pada orang lain, penyalahgunaan zat, menarik diri dari hubungan sosial, ekspresi wajah malu dan rasa bersalah, menunjukkkan tanda depresi (sukar makan dan sukar tidur), tampak mudah tersinggung, mudah marah. d. Isolasi sosial : menarik diri 1) Data subyektif; mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan, mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki. 2) Data obyektif; tampak menyendiri dalam ruangan, tidak berkomunikasi dan tidak bisa memulai pembicaraan, menarik diri, tidak melakukan kontak mata, tampak sedih, afek datar, posisi meringkuk di tempat tidur dengan punggung menghadap ke pintu. Kegagalan berinteraksi dengan orang lain didekatnya, kurang aktifitas fisik dan verbal, tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi, mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya. e. Waham 1) Data subyektif : merasa curiga, merasa cemburu, merasa diancam/ diguna guna, merasa sebagai orang hebat, merasa memiliki kekuatan luar biasa, merasa sakit/ rusak organ tubuh, merasa sudah mati, merasa perilakunya dikontrol orang lain, merasa pikiran orang lain masuk ke dalam alam pikirnya, merasa orang lain mengetahui isi pikirannya, merasa orang lain menjauh, merasa tidak ada orang yang mau mengerti. 2) Data obyekstif : marah marah tanpa sebab, banyak berbicara (logorrhoe), menyendiri, sirkumtansial, inkoheren, flight of idea, hipermotorik, euphoria (gembira berlebihan), disforia (sedih berlebihan), marah marah karena alasan sepele, menyendiri.
f. Defisit perawatan diri 1) Data subyektif; menyatakan malas mandi, tidak tahu cara makan yang baik, tidak tahu cara dandan yang baik, tidak tahueliminasi yang baik, tidak tahu cara berpakaian yang baik, merasa tak berguna, merasa tak perlu mengubah penampilan, merasa tidak ada yang peduli. 2) Data obyeksif ; badan kotor, dandanan tidak rapi, makan berantakan, BAB/ BAK sembarang tempat, rambut dan kuku panjang, badan bau, gigi kotor, pakaian kotor, dan tidak terkancing dengan benar, menolak ketika disarankan untuk makan, mandi dan berpakaian. Menolak buang air kecil dan buang air besar di tempat yang disediakan.
H. Diagnosa Keperawatan Isolasi sosial b.d harga diri rendah Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran b/d menarik diri Kurang perawatan diri b.d menarik diri
I. Intervensi a. Diagnosa keperawatan: I solasi sosial b.d harga diri rendah Diagnosa Keperawatan Perencanaan Intervensi Rasional Tujuan Kriteria Hasil Isolasi sosial b.d harga diri rendah Tujuan umum Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap - - - Tujuan khusus 1 Klien dapat membina hubungan saling percaya a. - Klien dapat mengungkapkan perawaannya b. - Ekspresi wajah bersahabat c. Ada kontak mata d. - Menunjukkan rasa senang e. - Mau berjabat tangan f. - Mau menjawab salam g. Klien mau duduk berdampingan h. - Klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi a. - Bina hubungan saling percaya - Sapa klien secara ramah baik secara verbal maupun nonverbal - Perkenalkan diri dengan sopan - Tanya nama lengkap klien dan nama panggilanyang disukai - Jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji - Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya Hubungan saling percaya akan menimbulkan kepercayaan klien kepada perawat sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya - Beri perhatian kepada klien b. - Beri kesempatan untuk mengungkapkan perawaannya tentang penyakit yang diderita c. - Sediakan waktu untuk mendengarkan klien d. - Katakana pada klien bahwa dia adalah seorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri Tujuan khusus 2 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Klien mampu mempertahankan aspek yang positif a. - Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimilikiklien dan beri reinforcement atas kemampuan mengungkapkan perasaannya b. - Saat bertemu klien hindarkan memberi penilaian negatif c. - Utamakan memberi pujian yang realistis Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien Tujuan khusus 3 a. Klien mampu beraktivitas a. Rencanakan bersama klien Pelaksanaan kegiatan secara Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan sesuai kemampuan b. Klien mengikuti TAK aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan, kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan minimal, kegiatan dengan bantuan total b. Tingkatkan kegiatan klien sesuai toleransi kondisi klien c. Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan (sering klien takut melaksanakannya ) mandiri menjadi modal awal untuk meningkatkan harga diri Tujuan khusus 4 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan a. Berikan kesempatan kepada klien mencoba kegiatan yang telah direncanakan b. Beri pujian atas usaha dan keberhasilan klien c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah Melalui aktivitas, klien akan mengetahui kemampuannya
b. Diagnosa keperawatan: resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi pendenganran b.d menarik diri Diagnosa Keperawatan Perencanaan Intervensi Rasional Tujuan Kriteria Hasil Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi Tujuan umum Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga - - - pendengaran b.d isolasi sosial tidak terjadi halusinasi Tujuan khusus 1 Klien dapat membina hubungan saling percaya Klien dapat mengungkapkan perasaan dan keberadaannya secara verbal a. Klien mau menjawab salam b. Klien mau berjabat tangan c. Mau menjawab pertanyaan d. Ada kontak mata e. Klien mau duduk berdampingan dengan perawat a. Bina hubungan saling percaya Sapa klien secara ramah baik secara verbal maupun nonverbal Perkenalkan diri dengan sopan Tanya nama lengkap klien dan nama panggilanyang disukai Jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya Beri perhatian kepada klien b. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perawaannya tentang penyakit yang diderita c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien d. Katakana pada klien bahwa dia adalah seorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong diri sendiri Hubungan saling percaya akan menimbulkan kepercayaan klien kepada perawat sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya Tujuan khusus 2 Klien dapat menyebutkan a. Kaji pengetahuan klien tentang Dengan mengetahui tanda Klien dapat menyebutkan penyabab menarik diri penyebab menarik diri yang berasal dari : a. Diri sendiri b. Orang lain c. Lingkungan perilaku menarik diri dan tanda- tandanya b. Beri kesempatak kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul c. Diskusikan dengan klien tentang perilaku menarik diri, tanda dan gejala d. Berikan pujian tentang kemampuan klien mengungkapkan perasaannya dan gejala menarik diri akan menentukan langkah intervensi selanjutnya Tujuan khusus 3 Klien dapat menyebutkan keuntungan bersosialisasi dengan orang lain dan kerugian todak bersosialisasi dengan orang lain Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain, misalnya banyak teman, tidak sendiri, bias berdiskusi, terasa ramai, dapat bercanda a. Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan dan manfaat bergaul dengan orang lain b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain c. Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain d. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila todak bergaul dengan orang lain e. Beri kesempatan Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang kerugian bila tidak berhubunga n dengan orang lain f. Diskusikan dengan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain g. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
c. Diagnosa keperawatan: Kurang perawatan diri b.d menarik diri Diagnosa Keperawatan Perencanaan Intervensi Rasional Tujuan Kriteria Hasil Kurang perawatan diri b.d menarik diri Tujuan umum Pasien mengungkapkan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari - - - Tujuan khusus 1 Klien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan mendemontrasikan suatu keinginan untuk melakukannya Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari a. Pasien makan sendiri tanpa bantuan. b. Pasien memilih pakaian yang sesuai, a. Dukung pasien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai tingkat kemampuan pasien b. Dukung kemandirian pasien, tapi berikan bantuan Kegiatan mandiri dapar meningkatkan kemampuan aktivitas yang dapat dilakukan klien berpakaian merawat dirinya tanpa bantuan. c. Pasien mempertahank an kebersihan diri secara optimal dengan mandi setiap hari dan melakukan prosedur defekasi dan berkemih tanpa bantuan. saat pasien tidak dapat melakukan beberapa kegiatan c. Perlihatkan secara konkret, bagaimana melakukakn kegiatan yang menurut pasien sulit melakukannya d. Bantu dalam menyiapkan perlengkapan ADLs e. Berikan pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuannya.