Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penyakit adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan morfologi
suatu organ atau jaringan tubuh. (Achmadi, 2005)
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitarnya (benda hidup, mati,
nyata, abstrak) serta suasana yang terbentuk karena terjadi interaksi antara elemen-
elemen di alam tersebut. (Sumirat, 1996)
Referat ini yang berjudul Penyakit Berbasis Lingkungan akan menjelskan
tentang proses terjadinya penyakit di masyarakat serta apa saja penyakit yang dapat
timbul di lingkungan, dan pencegahan apa saja yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi penyakit yang timbul di lingkungan.
I.2 Tujuan
a) Menjelaskan pengertian dari penyakit berbasis lingkungan
b) Menjelaskan perjalanan penyakit (patogenesis penyakit) melalui media
skema dan deskripsinya.
c) Memberikan wawasan mengenai proses terjadinya penyakit di
lingkungan masyarakat.
d) Memberikan wawasan mengenai apa saja elemen yang dapat
menmbulkan suatu penyakit di masyarakat.
e) Memberikan wawasan tentang enyakit apa saja yang dapat timbul dari
lingkungan.
f) Memberikan wawasan mengenai pencegahan dari penyakit berbasis
lingkungan.
g) Memberikan informasi tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
di lingkungan.
I.3 Manfaat
a) Untuk penulis, menambah wawasan tentang Penyakit Berbasis
Lingkungan.
2

b) Membantu pembaca agar lebih memahami lagi tentang penyakit berbasis
lingkungan serta PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
c) Sebagai referensi bagi pembaca tentang Penyakit Berbasis Lingkungan.




















3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Penyakit Berbasis Lingkungan
Penyakit berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan
fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia
dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
Usaha peningkatan kesehatan lingkungan yang umumnya dikenal dengan
sebutan sanitasi. Sanitasi merupakan salah satu tindakan yang dimaksudkan untuk
pemeliharaan kesehatan maupun pencegahan penyakit pada lingkungan fisik, sosial,
ekonomi, budaya dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Paradigma Kesehatan Lingkungan
Dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, maka perlu
diketahui perjalanan penyakitnya, sehingga kita dapat melakukan intervensi secara
cepat dan tepat.
Patogenesis penyakit dapat digambarkan seperti dibawah ini:

Gambar II.1 Patogenesis penyakit (Sumber : Ahmadi, 2005)

Dengan melihat skema diatas, maka patogenesis penyakit dapat diuraikan
menjadi 4 (empat) simpul, yakni :
Simpul 1: Sumber Penyakit
Sumber penyakit adalah sesuatu yang secara berkelanjutan mengeluarkan
agen penyakit. Agen penyakit merupakan komponen lingkungan yang dapat
menimbulkan gangguan penyakit baik melalui kontak secara langsung maupun
melalui perantara.
4


Beberapa contoh agen penyakit:
a) Agen Biologis: Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa, Amoeba, dll
b) Agen Kimia : Logam berat (Pb, Hg), air pollutants (Irritant: O3, N2O, SO2,
Asphyxiant: CH4, CO), Debu dan seratt (Asbestos, silicon), Pestisida, dll
c) Agen Fisika : Radiasi, Suhu, Kebisingan, Pencahayaan, dll
Simpul 2: Komponen Lingkungan Sebagai Media Perkembangbiakan
Komponen lingkungan berperan dalam patogenesis penyakit, karena dapat
memindahkan agen penyakit. Komponen lingkungan yang lazim dikenal sebagai
media perkembangbiakan atau transmisi adalah:
a. Udara
b. Air
c. Makanan
d. Binatang
e. Manusia / secara
langsung
Simpul 3: Penduduk
Komponen penduduk yang berperan dalam patogenesis penyakit antara lain:
a. Perilaku
b. Status gizi
c. Pengetahuan
d. dll

II.2 Proses Terjadinya Penyakit di Lingkungan Masyarakat
Konsep penyebab dan proses terjadinya penyakit dalam epidemiologi
berkembang dari rantai sebab akibat ke suatu proses kejadian penyakit yakni proses
interaksi antara manusia (pejamu) dengan berbagai sifatnya (biologis, fisiologis,
psikologis, sosiologis dan antropologis) dengan penyebab (agent) serta dengan
lingkungan (environment).
Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agen atau
faktor penyebab penyakit, manusia sebagai pejamu atau host, dan faktor
lingkungan yang mendukung. Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai Trias
Penyebab Penyakit
Menurut John Bordon, model segitiga epidemiologi menggambarkan
interaksi tiga komponen penyakit yaitu manusia (Host), penyebab (Agent) dan
lingkungan (Environment). Untuk memprediksi penyakit, model ini menekankan
perlunya analis dan pemahaman masing-masing komponen. Penyakit dapat terjadi
5

karena adanya ketidak seimbangan antar ketiga komponen tersebut. Model ini lebih
di kenal dengan model triangle epidemiologi atau triad epidemiologi dan cocok
untuk menerangkan penyebab penyakit infeksi sebab peran agen (yakni mikroba)
mudah di isolasikan dengan jelas dari lingkungan.
1. Manusia (host)
Hal-hal yang berkaitan dengan terjadinya penyakit pada manusia, antara lain :
Umur, jenis kelamin, ras, kelompok etmik (suku) hubungan keluarga
Bentuk anatomis tubuh
Fungsi fisiologis atau faal tubuh
Status kesehatan, termasuk status gizi
Keadaan kuantitas dan respon monitors
Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial
Pekerjaan, dll. (Heru Subari, dkk. 2004)









Gambar II.2 Diagram pengaruh penyakit pada lingkungan (Heru
Subari, dkk. 2004)


Agent
(A)
A
6

2. Penyebab penyakit (agent)
Penyebab penyakit ini terjadi karena adanya interaksi antara manusia (host),
penyebab penyakit (agent) dan lingkungan (environment). Penyebab penyakit ini
dikelompokkan menjadi penyebab primer dan penyebab sekunder. Penyebab primer
terdiri dari unsur biologis, nutrisi, kimia, fisik dan unsur psikis. Penyebab sekunder
yaitu merupakan unsur pembantu atau penambah di dalam proses sebab akibat
terjadinya penyakit, yaitu dari tempat atau lingkungan tempat tinggal seperti penyakit
non infeksi (penyakit jantung).
Agen menurut model segitiga epidemilogi terdiri dari biotis dan abiotis.Biotis
khususnya pada penyakit menular yaitu terjadi dari 5 golongan, yakni:
a. Protozoa : Plasmodium, Amoeba
b. Metazoa : Arthopoda , Helmynthes
c. Bakteri: Salmonella, Meningitis
d. Virus: Dengue, polio, measies, lorona
e. Jamur: candida, algae, hystoplesosis
Sedangkan abiotis, terdiridari:
a. Nutrient Agent : kekurangan /kelebihan gizi (karbohididrat, lemak, mineral,
protein dan vitamin)
b. Chemical Agent : pestisida, logam berat, obat-obatan
c. Physical Agent: suhu, kelembaban, panas, kardiasi, kebisingan.
d. Mechanical Agent: pukulan tangan kecelakaan, benturan, gesekan, dan getaran
e. Psychis Agent: gangguan psikologis, stress, dan depresi
f. Physilogigis Agent: gangguan genetik
g. Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk kehidupan sehat.
(Heru Subari, dkk. 2004)

3. Unsur Lingkungan (environment)
Faktor lingkungan mencakup semua aspek di luar agent dan host, karena
faktor lingkungan ini sangat beraneka ragam dan umumnya digolongkan dalam tiga
unsur utama, yaitu:
a. Lingkungan biologis: flora dan fauna yang ada di sekitar manusia. Meliputi
beberapa mikroorganisme patogen dan tidak patogen.
7

b. Lingkungan sosial: semua bentuk kehidupan sosial politik dan sistem organisasi
bagi setiap individu yang berada di masyarakat, misalnya bentuk organisasi,
sistem pelayanan kesehatan, dan kebiasaan. Lingkungan sosial ini meliputi:
Sistem hukum,
Administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi yang
berlaku;
Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat
Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat
setempat, dan
Kebiasaan hidup masyarakat. (Nur Nasry Noor. 2002)
c. Lingkungan fisik
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik
secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial
manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :
udara, keadaan cuaca, geografis, dan golongan air, baik sebagai sumber kehidupan
maupun sebagai bentuk pemencaran pada air, dan unsur kimiawi lainnya seperti
pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain sebagainya.
Lingkungan fisik ini ada yang termasuk secara alamiah tetapi banyak pula
yang timbul akibat manusia sendiri (Nurnasri Noor. 2000. Dasar Epidemiologi.
Rini Kacipta. Jakarta. Hal.28)
Pan American Health Organization (PAHO) (dalam WHO, 2002)
menggambarkan efek yang dapat timbul dari upaya kesehatan lingkungan yang
tidak sehat untuk 5 (lima) sanitasi dasar yaitu sebagai berikut:
Water Supply and Waste Water Disposal
Kerusakan struktur bangunan, kerusakan pipa saluran, kerusakan sumber
air, kehilangan sumber energi, pencemaran secara biologi dan kimia, kerusakan
alat transport, kekurangan tenaga, bertambahnya beban pada sistem, kekurangan
persediaan dan pengganti peralatan
Solid Waste Handling
8

Kerusakan struktur bangunan, kerusakan alat transport, kerusakan peralatan,
kekurangan tenaga, pencemaran air, tanah dan udara.
Food Handling
Kerusakan pada makanan, kerusakan peralatan makanan, gangguan alat
transportasi, kehilangan sumber energi, membanjirnya fasilitas.
Vector Control
Meningkatnya perkembangbiakan vektor, meningkatnya kontak vektor
dengan manusia, berkembangnya vektor penyakit dan kerusakan program.
Home Sanitation
Kerusakan pondasi bangunan, pencemaran pada air dan makanan, kehilangan
tenaga akibat pemanasan yang tinggi, limbah cair maupun limbah padat dan
kekumuhan.
Menyikapi pencegahan penyakit berpotensi wabah atau penyakit berbasis
lingkungan tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, Pasal 22 yang
berkaitan dengan kesehatan lingkungan, disebutkan bahwa:
1. Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat.
2. Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan
pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan lingkungan lainnya.
3. Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan
limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian
vektor penyakit dan penyehatan atau pengamanan lainnya.
4. Setiap tempat atau sarana pelayanan umum wajib memelihara dan
meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar persyaratan.

Secara spesifik tujuan penyelenggaraan sanitasi menurut Depkes (1999) adalah:
9

1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat (pasien, klien dan
masyarakat sekitarnya) akan pentingnya lingkungan dan perilaku hidup bersih dan
sehat.
2. Agar masyarakat mampu memecahkan masalah kesehatan yang berhubungan
dengan kesehatan lingkungan.
3. Agar tercipta keterpaduan antar program kesehatan dan antar sektor terkait
yang dilaksanakan dengan pendekatan penanganan secara holistik terhadap
penyakit yang berbasis lingkungan. Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap
penyakit yang berbasis lingkungan melalui pemantauan wilayah setempat (PWS)
secara terpadu.
II.3 Penyakit yang Timbul dari Lingkungan
1. Sakit pada Saluran Pencernaan dan Diare
Sakit pada saluran pencernaan dan diare disebabkan karena menggunakan air
yang telah tercemar kotoran, baik yang berasal dari sampah, tinja, atau kotoran
hewan.
2. Sakit kulit
Sakit kulit disebabkan karena menggunakan air yang telah tercemar kotoran,
baik yang berasal dari sampah, tinja, atau kotoran hewan untuk mandi atau mencuci
baju, sehingga kotoran menempel di badan.
3. Sakit mata
Sakit mata disebabkan oleh masuknya kuman penyakit ke mata, salah satunya
melalui air yang kotor, yang digunakan untuk mandi atau mencuci muka.
4. Cacingan
Cacingan dapat terjadi karena menggunakan air yang telah tercemar dari
kotoran manusia atau binatang karena didalam kotoran tersebut terdapat telur cacing.
5. Malaria
Nyamuk malaria berkembang biak di air yang tergenang, oleh karena itu bila
ada air yang menggenang harus dialirkan agar tidak ada nyamuk yang bertelur di
tempat tersebut. Tempat bertelur nyamuk malaria antara lain di sawah, kolam, danau,
terutama di daerah pantai.
10

6. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Tempat berkembang biak nyamuk demam berdarah yaitu di air yang
tergenang dan jernih. Untuk mencegahnya, air yang menggenang harus dialirkan
agar tidak ada nyamuk yang bertelur di tempat tersebut. Menutup tempat
penampungan air dan mengurasnya minimal seminggu sekali agar telur yang berada
di tempat air tersebut tidak sempat menetas menjadi nyamuk dan menimbun barang
bekas. Upaya pencegahan tersebut di atas dikenal dengan istilah 3M yaitu menutup,
menguras, dan menimbun.
7. Kaki Gajah (Flariasis)
Penyakit kaki gajah (Elephantiasis) disebabkan oleh cacing filaria yang
menyumbat pembuluh limfe sehingga mengakibatkan pembengkakan. Cacing filaria
terdapat didalam tubuh nyamuk culex yang biasa berkembang biak di air kotor yang
tergenang seperti got, comberan, dan rawa. Untuk mencegahnya adalah dengan
mengalirkan air agar tidak ada nyamuk yang bertelur di tempat tersebut.

Penyakit yang berkaitan dengan tempat tinggal dan perilaku
Tempat tinggal dan juga perilaku tidak sehat dapat menyebabkan juga
menularkan penyakit bagi penghuninya, seperti sakit batuk, flu, sakit mata, demam,
sakit pada kulit, maupun kecelakaan.
Kebiasaan tidur bersama dalam satu kamar tidur atau terlalu banyak penghuni
adalah kebiasaan tidak baik dalam rumah, karena penyakit akan menular dengan
cepat. Biasanya bila salah seorang menderita batuk dan flu, maka semua yang tidur
bersama dengan orang tersebut akan tertular sakit batuk dan flu. Penyakit-penyakit
lain yang dapat menular akibat tidur bersama-sama yaitu seperti sakit mata (misal;
Conjuntivitis), kulit (misal; Herpes, cacar), atau batuk darah (misal; tubreculosis).
Merokok juga adalah kebiasaan yang sangat tidak sehat bagi perokok, apalagi
jika dilakukan di dalam rumah. Akibatnya dapat mengenai penghuni lainnya. Asap
rokok mengandung zat bersifat racun bagi tubuh dan dapat mennyebabkan sakit
kanker, jantung dan gannguan janin pada ibu hamil.
Dapur merupakan tempat kegiatan untuk mengolah, menyiapkan dan
menyimpan makanan. Kegiatan memasak sering dilakukan oleh ibu sambil
menggendong anaknya yang masih kecil. Tanpa disadari bahwa menggendong anak
11

sambil memasak merupakan perilaku tidak sehat terutama untuk anak karena anak
dapat terkena asap dapur yang berasal dari pembakaran bahan bakar (minyak, kayu,
arang, daun, batu bara). Dari kegiatan memasak sambil menggendong anak, dapat
menimbulkan sakit pada saluran pernafasan seperti batuk. Menjamah makanan tanpa
cuci tangan pakai sabun terlebih dahulu juga sangat berbahaya karena pada tangan
terdapat banyak kotoran setelah tangan melakukan banyak kegiatan.

Kegiatan manusia sebagian besar menggunakan tangan sehingga, tangan
dapat menjadi sumber penularan penyakit. Penyakit yang dapat ditularkan melalui
tangan antara lain seperti diare, cacingan, keracunan, sakit kulit dan lain-lain. Secara
ringkas keadaan rumah yang tidak sehat dapat menjadi sumber penularan penyakit
seperti terlihat pada alur penularan penyakit dibawah ini.



Gambar bagan tempat tinggal
temapat tinggal
ventilasi
saluran
pernapasan
TBC
sinar matahari
penyakit kulit,
TBC
suara bising
sakit
pendengaran
lantai diare, cacingan
dinding
TBC, saluran
pernapasan
serangga, tikus,
hewan
peliharaan
rabies, cacingan,
DBD, alergi,
leptospirosis
12



Gambar. bagan perilaku penghuni rumah

II.4 Pencegahan Penyakit Berbasis Lingkungan dan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)
Sanitasi lingkungan pada hakekatnya adalah kondisi atau keadaan lingkungan
yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap status kesehatan yang optimum
pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup:
perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih,
pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak
(kandang) dan sebagainya (Anwar, 2003).
Sanitasi lingkungan mengutamakan pencegahan terhadap faktor lingkungan
sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit akan dapat dihindari. Usaha sanitasi
dapat berarti pula suatu usaha untuk menurunkan jumlah bibit penyakit yang terdapat
di lingkungan sehingga derajat kesehatan manusia terpelihara dengan sempurna
(Azwar, 1992).
perilaku
penghuni rumah
merokok
saluran
pernapasan
alkohol metabolisme
BAB diare
membuang
sampah
sembarangan
diare
tidur bersama-
sama
sakit mata, sakit
kulit
13

Sanitasi lingkungan juga merupakan salah satu usaha untuk mencapai
lingkungan sehat melalui pengendalian faktor lingkungan fisik khususnya hal-hal
yang mempunyai dampak merusak perkembangan fisik kesehatan dan kelangsungan
hidup manusia. Usaha sanitasi lingkungan menurut Kusnoputranto (1993) adalah
usaha kesehatan yang menitik beratkan pada usaha pengendalian faktor lingkungan
fisik yang mungkin menimbulkan dan menyebabkan kerugian dalam perkembangan
fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia.
Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya
pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan
atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan
dan daya tahan hidup manusia (Umar, 2003). Sanitasi lingkungan dapat pula
diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan
standar kondisi lingkungan yang mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan
manusia. Kondisi tersebut mencakup pasokan air yang bersih dan aman; pembuangan
limbah dari manusia, hewan dan industri yang efisien, perlindungan makanan dari
kontaminasi biologis dan kimia, udara yang bersih dan aman; rumah yang bersih dan
aman. Dari defenisi tersebut, tampak bahwa sanitasi lingkungan ditujukan untuk
memenuhi persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang
sanitasinya buruk dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat mengganggu
kesehatan manusia. Pada akhirnya jika kesehatan terganggu, maka kesejahteraan juga
akan berkurang. Karena itu upaya sanitasi lingkungan menjadi penting dalam
meningkatkan kesejahteraan (Setiawan, 2008).
Slamet (2001) mengungkapkan bahwa sanitasi lingkungan lebih menekankan
pada pengawasan dan pengendalian / kontrol pada faktor lingkungan manusia
seperti:
a. Penyediaan air menjamin air yang digunakan oleh manusia bersih dan sehat.
b. Pembuangan kotoran manusia, air, dan sampah.
c. Individu dan masyarakat terbiasa hidup sehat dan bersih.
d. Makanan yang bergizi menjamin makanan tersebut aman, bersih dan sehat.
14

e. Bebas dari anthropoda, binatang pengerat, dan lain-lain.
f. Kondisi udara bebas dari polusi.
g. Pabrik-pabrik, kantor-kantor dan sebagainya tidak menimbulkan risiko bagi
masyarakat sekitar.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan
pemberdayaan masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya untuk membantu
masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan masing-
masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatan.

2. Tatanan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain,
berinteraksi dan lain-lain.Terdapat 5 tatanan PHBS yaitu rumah tangga, sekolah,
tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat-tempat umum.
a) PHBS di Rumah Tangga
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS
rumah tangga yaitu:
15

1) Persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan.
2) Memberikan ASI ekslusif pada bayi.
3) Menimbang balita setiap bulan.
4) Menggunakan air bersih.
5) Mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun.
6) Menggunakan jamban sehat.
7) Memberantas jentik di rumah sekali
seminggu.
8) Makan buah dan sayur segar setiap
hari.
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
10) Tidak merokok di dalam rumah.
b) PHBS di Sekolah
PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta
didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS
sekolah yaitu:
1) Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun.
2) Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah.
3) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.
4) Olahraga yang teratur dan terukur.
5) Memberantas jentik nyamuk.
6) Tidak merokok di sekolah.
7) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan.
8) Membuang sampah pada tempatnya.

c). PHBS di Tempat Kerja
16

PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja agar
tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan
aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS
tempat kerja yaitu:
1) Tidak merokok di tempat kerja.
2) Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.
3) Melakukan olahraga secara teratur/aktifitas fisik.
4) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang
air besar dan buang air kecil.
5) Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.
6) Menggunakan air bersih.
7) Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.
8) Membuang sampah pada tempatnya.
9) Mempergunakan alat pelindung diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.
10) Menggunakan alat kerja yang ergonomis.

d. PHBS di Institusi Kesehatan
PHBS di institusi kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien,
masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta berperan aktif dalam
mewujudkan institusi kesehatan sehat dan mencegah penularan penyakit di institusi
kesehatan
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS
institusi kesehatan yaitu:
17

1) Menggunakan air bersih.
2) Menggunakan Jamban.
3) Membuang sampah pada tempatnya.
4) Tidak merokok di institusi kesehatan.
5) Tidak meludah sembarangan.
6) Memberantas jentik nyamuk.

7) Membuang limbah sesuai tempatnya

e. PHBS di Tempat-tempat Umum
PHBS ditempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat
pengunjung dan pengelola tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk
mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat umum sehat.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS
tempat umum yaitu:
1) Menggunakan air bersih.
2) Menggunakan jamban.
3) Membuang sampah pada tempatnya.
4) Tidak merokok di tempat umum.
5) Tidak meludah sembarangan.
6) Memberantas jentik nyamuk.
7) Makan makanan higienis
8) Terhindar dari suara bising
9) Terhindar dari pantulan sinar
10) Ventilasi yang baik


18

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa
kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi
manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agen atau
factor penyebab penyakit, manusia sebagai pejamu atau host, dan faktor
lingkungan yang mendukung. Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai Trias Penyebab
Penyakit.
Penyakit yang disebabkan oleh lingkungan banyak macamnya, ada diare,
sakit mata, kaki gajah, penyakit kulit, DBD, malaria, cacingan dan lain sebagainya.
Hal ini terjadi karena perilaku manusia iyu sendiri terhadap lingkungannya.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara merubah perilaku. Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) akan mengurangi kita untuk terjangkit penyakit. 10
program PHBS yang di canangkan pemerintah diantaranya persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan. memberi ASI ekslusif, menimbang balita setiap bulan,
menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan
jamban sehat, memberantas jentik dd rumah sekali seminggu, makan buah dan sayur
setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah.

III.2 Saran
Dengan pembuatan referat ini penulis berharap kepada masyarakat atau
pembaca dapat merubah perilaku hidupnya menjadi lebih baik sesuai dengan PHBS
yang di tetapkan agar hidup masyarkat bisa tetap sehat dan hidup bahagia.


19

DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, dkk. 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Buku Kompas.
Jakarta.
Anwar, Musadad. 2003. Sanitasi Rumah Sakit Sebagai Investasi,
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10SanitasiRS083.pdf/0SanitasiRS083.h
tml.diakses tanggal 20 Januari 2011..
Azwar, 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan.PT. Mutiara Sumber Widya.
Jakarta.
Depkes RI 1999. Pedoman Pelaksanaan Klinik Sanitasi. Ditjen PPM dan PL. Jakarta.
Heru, Subari, dkk. 2004.Manajemen Epidemiologi. Media
presindo.Yogyakarta. Hal.15-17.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.
Rineka Cipta, Jakarta.
Nur Nasry Noor. 2002. Epidemiologi. Universitas Hasanuddin. Makassar. Hal.29.
Soemirat. S. 2004. Kesehatan Lingkungan UGM.Yogyakarta.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
WHO. 2002.Linking Program Evaluation to User Needs.The Politics of Program
Evaluation.Sage, USA.

Anda mungkin juga menyukai