7B DIV Akuntansi, STAN, Tangerang Selatan email: ekawirasta@yahoo.com
Abstrak Tingkat inflasi dan pengangguran masih menjadi masalah bagi negara-negara di dunia. A. W. Philips menyatakan bahwa terdapat suatu trade off antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran, yaitu bila tingkat pengangguran tinggi maka laju inflasi akan rendah, sedang jika tingkat pengangguran rendah maka laju inflasi akan tinggi. Dengan adanya teori tersebut, Indonesia sebagai negara yangmenghadapi permasalahan inflasi dan pengangguran harus memilih permasalahan mana yang menjadi prioritas penyelesaian dan bagaimana cara untuk menyelesaikannya.
Kata Kunci: Inflasi, Pengangguran, Indonesia, Kurva Phillips 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat Inflasi dan pengangguran adalah permasalahn ekonomi utama di setiap negara, termasuk Indonesia. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, pemerintah Indonesia selalu berupaya menjalankan berbagai program dan kebijakan, baik di sektor fiskal maupun sektor moneter. Tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan daya beli masyarakat menurun karena harga yang meningkat. Masyaratak akan cenderung memilih untuk mengurangi konsumsinya atau mengganti barang konsumsinya menjadi barang yang lebih murah. Bagi produsen, inflasi dapat mengurangi kemampuan produsen untuk membeli faktor produksi misalnya bahan baku. Kekurangan bahan baku dapat mengakibatkan jumlah produksi berkurang. Terciptanya full employment adalah mimpi bagi setiap negara. Namun, setiap tahunnya masalah pengangguran masih menjadi permaslahan utama yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Pengangguran dapat menyebabkan meningkatnya angka kemiskinan dan tingkat kriminalitas. Meningkatnya pengangguran juga merupakan sebuah indikator bahwa pemerintah gagal dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi warganya. 1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui tentang hubungan inflasi dan pengangguran di Indonesia pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. 1.3 Perumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang dan tujuan diatas, peneliti merumuskan permasalahannya sebagai berikut: Apakah ada pengaruh inflasi terhadap tingkat pengangguran di Indonesia 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Inflasi Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang- barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Kenaikan dalam harga barang dan jasa yang biasa terjadi jika permintaan bertambah dibandingkan dengan jumlah penawaran atau persediaan barang di pasar, dalam hal ini lebih banyak uang yang beredar yang digunakan untuk membeli barang dibanding dengan jumlah barang dan jasa. Inflasi disebabkan oleh beberapa hal diantaranya disebabkan oleh sektor ekspor-impor, tabungan atau investasi, pengeluaran dan penerimaan negara, serta sektor pemerintah dan swasta. Untuk menekan tingkat inflasi, pemerintah menjalankan berbagai program dan kebijakan agar jumlah uang beredar dapat terkendali melalui kebijakan moneter dan mengendalikan permintaan dan penawaran barang dan jasa melalui kebijakan fiskal. 2.2 Pengertian Pengangguran Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Seseorang yang tidak bekerja tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai pengangguran. Sebagai contoh, seorang ibu rumah tangga yang tidak ingin bekerja karena ingin mengurus keluarganya tidak tergolong sebagai pengangguran. 2
Pengangguran disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: 1) penduduk relatif banyak sedangkan kesempatan kerja/lapangan kerja relatif rendah, 2) pendidikan dan ketrampilan yang rendah, 3) teknologi yang semakin maju yang belum terimbangi oleh kemampuan manusia, 4) adanya lapangan kerja yang dipengaruhi oleh musim, 5) kemalasan dari pencari kerja, 6) ketidakstabilan perekonomian, politik dan keamanan Negara. 2.3 Hubungan Inflasi dan Pengangguran dalam Kurva Phillips Menurut A. W. Philips terdapat suatu trade off antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran, yaitu bila tingkat pengangguran tinggi maka laju inflasi akan rendah, sedang jika tingkat pengangguran rendah maka laju inflasi akan tinggi. Philips memperoleh penemuannya ini pada tahun 1958 dengan meneliti hubungan antara tingkat perubahan upah dengan tingkat perubahan kesempatan kerja. Kurva Philips membuktikan bahwa antara stabilitas harga dan kesempatan kerja yang tinggi tidak mungkin terjadi secara bersamaan karena harus ada trade off. Jika ingin mencapai kesempatan kerja yang tinggi, berarti sebagai konsekuensinya harus bersedia menanggung beban inflasi yang tinggi. Demikian implikasi dari kurva philips yang mendasarkan teorinya pada hasil study empiric. Kemudian pada tahun 1960, Lipsey berusaha memperkuat landasan teori kurva Philips dengan menggunakan teori pasar tenaga kerja sebagai landasan dasarnya. Kurva Phillip bukanlah tradeoff yang sudah tetap. Saat tingkat inflasi berubah, kurva Phillip juga ikut berubah. Edmund Phelps dan Milton Friedman kemudian melakukan modifikasi pada teori kurva Phillip dan menemukan bahwa kurva Phillip hanya menggambarkan situasi jangka pendek. Pada kondisi jangka panjang, terdapat tingkat pengangguran minimum pada inflasi yang tetap. Hal ini disebut sebagai tingkatpengangguran wajar terendah (lowest sustainable unemployment rate/ LSUR), beberapa pakar ekonomi menyebutnya sebagai tingkat pengangguran alami. LSUR adalah suatu tingkat dimana naik truunnya harga dan inflasi upah ada pada titik setimbang. Negara menginginkan kondisi ideal, saat tingkat inflasi rendah dan tingkat pengangguranpun rendah. Akan tetapi jika melihat kembali kurva Phillip, terlihat hubungan terbalik antara kedua hal tersebut. Kurva Phililip menunjukkan, sebuah Negara dapat menurunkan tingkat inersia inflasi dengan menurunkan output dan menaikkan pengangguran secara bertahap. Tapi,dalam menentukan kebijakan anti-inflasi, yang ingin diketahui pembuat kebijakan adalah berapa besar harga yang harus dibayar untuk menurunkan inflasi. Biaya untuk menurunkan inflasi tersebut berbeda-beda tergantung Negara, tingkat inersia inflasinya, dan kebijakan yangdigunakan. Berbagai studi menyebutkan, untuk menurunkan 1 % inflasi maka harga yang harusdibayar sebesar 140 hingga 400 juta dollar Amerika.Melihat besarnya buaya yang dibutuhkan untuk menurunkan inflasi terebut. Banyak orang kemudian berpikir untuk menurunkan tingkat pengangguran wajar terendah-nya (LSUR). 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Inflasi di Indonesia Tahun 2009-2013 Pemerintah Indonesia setiap tahunnya telah menetapkan asumsi dasar ekonomi makro dalam APBN. Salah satu poin dalam asumsi dasar ekonomi makro adalah tingkat inflasi. Dalam menetapkan tingkat inflasinya, Indonesia selalu menetapkan inflasinya di bawah angka 10%. Hal ini dikarenakan pemerintah Indonesia menginginkan agar inflasi tidak mengganggu perekonomian secara nasional. Pada Tahun 2009, Indonesia mengalami inflasi sebesar 2,78%. Sedangkan pada tahun 2010, tingkat inflasi di Indonesia naik menjadi 6,96% dan pada tahun 2011 inflasi di Indonesia kembali turun menjadi 3,79%. Pada tahun 2012 tingkat inflasi di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya menjadi 4,30%. Kenaikan inflasi yang cukup tinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu tingkat inflasi Indonesia menjadi 8,38%. 3.2 Pengangguran di Indonesia Tahun 2009-2013 Pengangguran masih menjadi masalah utama di Indonesia. Setiap tahunnya tingkat pengangguran mengalami pasang surut. Naik turunnya tingkat pengangguran di Indonesia salah satunya dikarenakan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah. Salah satu kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah adalah kebijakan Gerakan Nasional Penanggulangan Pengangguran (GNPP). Gerakan tersebut dicanangkan dalam satu Deklarasi GNPP yang diadakan di Jakarta 29 Juni 2004. Lima orang tokoh dari pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, perwakilan pengusaha, perwakilan perguruan tinggi, menandatangani deklarasi tersebut, mereka adalah Gubernur Riau H.M. Rusli Zainal; Walikota Pangkal Pinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung H. Zulkarnaen Karim; Palgunadi T. Setyawan,ABAC, pengusaha; DR. J.P. 3
Sitanggang, UPN Veteran Jakarta; Bambang Ismawan, Bina Swadaya, LSM; mereka adalah sebagian kecil dari para tokoh yang memandang masalah ketenagakerjaan di Indonesia harus segera ditanggulangi oleh segenap komponen bangsa. Pada tahun 2009, tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 7,87% di bulan Agustus. Sedangkan pada bulan yang sama tahun 2010, pengangguran di Indonesia mengalami penurunan dalam prosentase yaitu menjadi sebesar 7,14%. Pada tahun 2011 dan 201 pengangguran di Indonesia mengalami penurunan yaitu secara berturut-turut menjadi 6,56%, dan 6,14%. Namun, pada tahun 2013, pengangguran di indonesia kembali mengalami kenaikan yaitu sebesar 6,25% walaupun pada bulan Februari 2013 sudah mengalami penurunan yaitu 5,92%. 3.3 Hubungan Inflasi dan Pengangguran di Indonesia Tahun 2009-2013 Menurut A. W. Philips terdapat suatu trade off antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran, yaitu bila tingkat pengangguran tinggi maka laju inflasi akan rendah, sedang jika tingkat pengangguran rendah maka laju inflasi akan tinggi. Di Indonesia pada tahun 2009-2013, tingkat inflasi cenderung mengalami kenaikan sedangkan pengangguran cenderung mengalami penurunan. Dari hasil pembasan sebelumnya, hubungan antara tingkat Inflasi dan Pengangguran di Indonesia masih sulit untuk dijelaskan hubungannya. Hal itu dikarenakan rentang waktu yang terlalu pendek yaitu hanya sebesarlima tahun. Namun, dalam jangka pendek tersebut, dapat dilihat bahwa hubungan inflasi dan pengangguran di Indonesia mendekati teori yang dijelaskan oleh A.W. Phillips. Dalam jangka panjang, untuk lebih meyakinkan mengenai teori yang dikemukakan A.W. Phillips, diperlukan data yang lebih banyak tentang tingkat inflasi dan tingkat pengangguran di Indonesia dan diperlukan pula penelitian lebih lanjut.
4 SIMPULAN Inflasi dan pengangguran masih menjadi masalah utama dalam perekonomian. Indonesia sebagai negara berkembang juga mengalami masalah tersebut. Untuk itu, diperlukan berbagai program dan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah agar masalah tersebut dapat teratasi. Dari data tingkat inflasi dan pengangguran pada tahun 2009-2013 yang diperoleh, penulis mencoba menyimpulkan bahwa dalam jangka pendek, hubungan inflasi dan pengangguran di Indonesia mendekati teori yang dijelaskan oleh A.W. Phillips bahwa terdapat suatu trade off antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran.
DAFTAR REFERENSI [1] Mankiw N. Gregory. 2000. Teori Makro Ekonomi.Jakarta: Penerbit Erlangga. [2] Badan Pusat Statistik (BPS), diakses dari http://www.bps.go.id /,diakses pada tanggal 13 April 2014 pada pukul 14.20 WIB.
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro