Proyek konstruksi semakin hari semakin kompleks dan membutuhkan biaya yang besar, sehingga membutuhkan perhatian dalam pengelolaan waktu dan sumber daya lebih baik lagi. Industri konstruksi pada saat ini dan saat yang akan datang akan menghadapi tugas berat untuk merekonstruksi infrastruktur dan fasilitas produksi yang sudah menurun kondisinya di berbagai negara maju dan industri, sebagaimana juga pembangunan komunitas, infrastruktur dan kompleks industri yang baru di negara-negara berkembang. Hal ini membutuhkan kemampuan pelaksana konstruksi (kontraktor) untuk bisa lebih efesien dalam pengelolaan proyek konstruksinya (Hendrickson 2000, Oberlender 2000).
II. Pengertian Proyek
2.1 Proyek didefinisikan sebagai berikut : - Unik, tahapan tidak berulang, terdiri dari proses dan aktivitas. - Memiliki beberapa tingkat resiko dan ketidakpastian. - Mempunyai tujuan khusus produk akhir atau hasil akhir kerja. - Mempunyai awal kegiatan dan mempunyai akhir kegiatan yang telah ditentukan atau mempunyai waktu tertentu.
2
2.2 Siklus Proyek
1. Identifikasi Kebutuhan, gagasan pembangunan proyek konstruksi berdasarkan kebutuhan. 2. Pre FS (Preliminary Feasibility Study), pekerjaan studi kelayakan pendahuluan. 3. Feasibility Study, studi kelayakan. Pada tahap ini adalah untuk meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek konstruksi yang diusulkan layak untuk dilaksanakan. 4. Detailed Engineering Design, pekerjaan perencanaan rinci terhadap kebutuhan. 5. Implementaion, pelaksanaan pekerjaan fisik. Bertujuan mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya, waktu yang sudah disepakati, serta dengan mutu yang telah disyaratkan. 6. Monitoring & Evaluation, evaluasi pekerjaan dan masa pemeliharaan
SIKLUS PROYEK 3
III. Pengendalian Proyek
3.1 Manajemen Mutu Proyek Konstruksi Proyek harus dijamin dapat memenuhi kebutuhan yang telah disepakati, melalui aturan-aturan berkaitan dengan mutu, prosedur ataupun pedoman yang berlaku. Kesepakatan ini dapat terukur melalui penjaminan bahwa parameter proses dan produk telah memenuhi spesifikasi (conformance to requirements) dan produk dapat digunakan sesuai maksud dan tujuannya (fitness for use). Tahapan dalam pengelolaan mutu proyek meliputi: 1) Perencanaan mutu, Yaitu mengidentifikasi standar kualitas yang relevan dengan proyek yang sedang dikerjakan, dan menentukan bagaimana dapat memenuhi standar kualitas tsb.
2) Penjaminan Kualitas, yaitu menjalankan apa yang sudah direncanakan untuk menjamin bahwa tim proyek sudah menjalankan semua proses yang dibutuhkan untuk memenuhi standar kualitas yang relevan.
3) Mengendalikan Kualitas yaitu memantau hasil-hasil proyek yang spesifik untuk memeriksa apakah sudah memenuhi kualifikasi standar relevan yang sudah disepakati dan mengidentifikasi cara untuk meningkatkan kualitas secara menyeluruh.
4
3.2. Sasaran Utama Manajemen Proyek : Upaya mewujudkan salah satu dari 3 sasaran utama manajemen proyek yaitu : tepat mutu, tepat biaya dan tepat waktu. Sistem manajamen mutu diatur antara lain dengan : ISO 9000 Series Standard : keluarga standard ISO yg digunakan utk manajemen mutu dan jaminan mutu (1987, 1994, 2000 -> ISO 9001: 2000) Permen menteri no 4 Permen PU 4 tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen Pekerjaan Umum. SNI ISO 9000:2008 SMM dasar-dasar dan kosakata SNI ISO 9001:2008 dua bahasa SNI ISO 10005:2009 Pedoman Mutu SNI ISO 10006:2009 SMM Proyek SNI 19-19011:2005 Audit Mutu Ada satu hal lagi yang harus diingat dalam pelaksanaan proyek konstruksi selain dari 3 sasaran utama diatas yaitu K3 yaitu keselamatan dan kesahatan kerja yang baik dapat menjamin kelancaran subuah proyek. 3.3 Tiga tahap dalam pengendalian konstruksi : Pengendalian mutu bahan baku (tanah, pasir, batu kali dsb). Pengendalian mutu bahan olahan (agregat sub base, base, aspal, semen, adukan aspal beton, beton semen, dsb). Pengendalian mutu hasil pekerjaan (subgrade yg telah dipadatkan, lapis pondasi bawah, pondasi atas, permukaan jalan, tiang pancang beton yg terpasang, beton struktur, dsb). 5
3.3. Empat langkah untuk meningkatkan mutu 1. PLAN : rencana-rencana organisasi mengenai yang dilakukan untuk memasok pelanggan dengab suatu produk 2. DO : organisasi selanjutnya melakukan apa yang direncanakan tahap pertama 3. CHECK : organasisasi selanjutnya memeriksa dan melihat apakah hal tersebut telah memenuhi semua persyaratan dari pelelangan. 4. ACTION : organisasi kemudian membuat perubahan yang sesuai (bila perlu) sehingga ia akan memenuhi persyaratan pelanggan di waktu selanjutnya.
VI. Kesimpulan Untuk mendapatkan mutu pekerjaan yang diharapkan oleh Pemilik Proyek harus dilakukan tahapan-tahapan yang panjang seperti : Identifikasi, Feasibility Studi, Detail Engineering Design, Pelaksanan Fisik, Monitoring dan Evaluasi. Pemenuhan mutu tidaklah semata-mata didasarkan atas aspek konstruksi saja tetapi juga ketepatan ukuran, kenyamanan, keselamatan. Pengendalian mutu dilakukan terhadap pelaksanaan seluruh item pekerjaan yangg tersusun atas komponen bahan baku yang diproses menjadi bahan olahan, dan kemudian diproses lebih lanjut menjadi hasil pekerjaan dengan kualitas sebagaimana dipersyaratkan dalam spek.teknis.