=
BMo
BMn BMo
B
Dimana: %B = persen biodegradasi, BMo = bobot minyak bumi awal (g) dan BMn = bobot minyak
bumi akhir (g).
Sebelum dilakuan pengukuran bobot minyak bumi pada masing-masing
unit percobaan, terlebih dahulu dilakukan penentuan bobot minyak bumi yang
dapat diekstrak dari suatu unit percobaan (Lampiran 4). Pada media minimal cair
ditentukan dengan mengukur bobot minyak bumi yang dapat diekstrak dari 1 g
minyak bumi yang terkandung dalam 10 ml media minimal cair. Sedangkan pada
media tanah ditentukan dengan mengukur 0.5 g minyak bumi yang terkandung
dalam 5 g campuran minyak bumi dan tanah. Selanjutnya persentase minyak
bumi yang dapat diekstrak dijadikan faktor pengali untuk bobot minyak bumi yang
didapatkan dari masing-masing unit percobaan.
Pengukuran pH Tanah
Pengukuran pH tanah bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri
dalam menghasilkan metabolit berupa asam.
Sebanyak 10 g tanah ditambahkan akuades dengan perbandingan 1:1
kemudian dikocok selama 30 menit. Selanjutnya pH tanah diukur dengan
menggunakan pH meter.
Pengukuran CO
2
-C
Pengukuran CO
2
-C bertujuan untuk mengetahui tingkat aktivitas bakteri
dalam menurunkan bobot minyak bumi.
Tanah dimasukkan ke dalam toples kemudian diberi 2 tabung film berisi 5
ml 0.2 N KOH dan 10 ml air dan ditutup sampai kedap udara. Selanjutnya
diinkubasi selama 3 hari pada hari ke: 7, 14, 21 dan 28 pada suhu ruang di
tempat gelap. Hal yang sama dilakukan pada kontrol, yaitu toples tanpa tanah.
Pada akhir inkubasi ditambahkan 2 tetes penolptalin ke dalam tabung film
KOH kemudian dititrasi dengan HCl sampai warna merah hilang dan dicatat
volume HCl yang diperlukan. Selanjutnya ditambahkan 2 tetes metil oranye dan
dititrasi lagi dengan HCl sampai warna kuning berubah menjadi pink lalu volume
HCl yang diperlukan dicatat.
Menurut Anas (1989) jumlah CO
2
-C yang dihasilkan per kg tanah lembab
per hari dihitung dengan rumus:
( )
n
BKM
t b a
r
1000
12
=
Dimana: a = HCl contoh tanah (ml), b = HCl kontrol (ml), t = normalitas HCl (N), n = jumlah hari
inkubasi dan BKM = bobot kering tanah (g).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kurva Pertumbuhan Bakteri pada Media Nutrient Broth
Kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 pada
media nutrient broth disajikan pada Gambar 7. Data selengkapnya disajikan pada
Lampiran 5.
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0 2 4 6 8 10 12 24 48
Waktu Inkubasi (jam)
K
e
r
a
p
a
t
a
n
O
p
t
i
k
Bacillus sp. galur
ICBB 7859
Bacillus sp. galur
ICBB 7865
Gambar 7 Kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 pada media
nutrient broth.
Gambar 7 memperlihatkan bahwa pada selang waktu 0-4 jam Bacillus sp.
galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 mengalami fase adaptasi. Kedua isolat
mengalami fase pertumbuhan eksponensial pada selang waktu 4-24 jam dan
mengalami fase pertumbuhan stasioner pada selang waktu 24-48 jam.
Kurva Standar Populasi Bakteri
Kurva standar populasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865
disajikan pada Gambar 8, yaitu memperlihatkan persamaan regresi linear antara
satuan pembentuk koloni (SPK) dan kerapatan optiknya. Data selengkapnya
disajikan pada Lampiran 6.
y = 9E+07x - 363693
0.00E+00
1.00E+07
2.00E+07
3.00E+07
4.00E+07
0 0.1 0.2 0.3 0.4
Kerapatan Optik
S
P
K
/
m
l
y = 4E+08x - 6E+06
0.00E+00
5.00E+07
1.00E+08
1.50E+08
2.00E+08
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Kerapatan Optik
S
P
K
/
m
l
Gambar 8 Kurva standar populasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865.
Bacillus sp. galur ICBB 7859 Bacillus sp. galur ICBB 7865
Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi di
Berbagai Konsentrasi Minyak Bumi pada Media Minimal Cair
Kemampuan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dalam
biodegradasi hidrokarbon minyak bumi di berbagai konsentrasi minyak bumi
pada media minimal cair selama 15 hari inkubasi disajikan pada Gambar 9 dan
Tabel 5. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 7.
Gambar 9 Uji aktivitas Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dalam biodegradasi
hidrokarbon minyak bumi di berbagai konsentrasi minyak bumi pada media
minimal cair selama 15 hari inkubasi.
Tabel 5 Total petroleum hydrocarbon (TPH), biodegradasi, kerapatan optik dan pH di
berbagai konsentrasi minyak bumi pada media minimal cair karena pengaruh
Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 selama 15 hari inkubasi
Konsentrasi Minyak Bumi
10 000 ppm 50 000 ppm 100 000 ppm
Isolat Parameter
Kondisi
Awal
Kondisi
Akhir
Kondisi
Awal
Kondisi
Akhir
Kondisi
Awal
Kondisi
Akhir
Bacillus
sp. galur
ICBB
7859
TPH (ppm)
Biodegradasi (%)
Kerapatan Optik
pH
10 000
0.0
0.000
7.00
4 900
51.0
0.020
6.70
50 000
0.0
0.000
7.00
29 050
41.9
0.024
6.73
100 000
0.0
0.000
7.00
67 883
32.1
0.057
6.70
Bacillus
sp. galur
ICBB
7865
TPH (ppm)
Biodegradasi (%)
Kerapatan Optik
pH
10 000
0.0
0.000
7.00
5 033
49.7
0.011
6.67
50 000
0.0
0.000
7.00
29 400
41.2
0.012
6.70
100 000
0.0
0.000
7.00
71 650
28.4
0.086
6.66
Gambar 9 dan Tabel 5 memperlihatkan bahwa Bacillus sp. galur ICBB
7859 dan ICBB 7865 mampu untuk tumbuh pada berbagai konsentrasi minyak
bumi. Hal ini ditunjukkan oleh TPH dan pH media yang mengalami penurunan
serta biodegradasi dan kerapatan optik yang mengalami kenaikan di akhir waktu
inkubasi.
Menurunnya TPH dan meningkatnya kerapatan optik berarti telah terjadi
biodegradasi dimana kedua isolat bakteri menggunakan minyak bumi sebagai
satu-satunya sumber karbon untuk menghasilkan energi dan pertumbuhannya.
Sedangkan penurunan pH media disebabkan oleh asam-asam organik yang
dihasilkan selama proses biodegradasi.
0 10 000 50 000 100 000
ppm ppm ppm ppm
Bacillus sp. galur ICBB 7859 Bacillus sp. galur ICBB 7865
0 10 000 50 000 100 000
ppm ppm ppm ppm
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
Bacillus sp. ICBB 7859 Bacillus sp.
7865
T
P
H
(
p
p
m
)
TPH Awal
TPH Akhir
Gambar 10 memperlihatkan bahwa pada umumnya Bacillus sp. galur
ICBB 7859 memiliki kemampuan yang lebih baik dalam biodegradasi hidrokarbon
minyak bumi. Hal ini terlihat dari TPH akhir yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan Bacillus sp. galur ICBB 7865. Total petroleum hydrocarbon (TPH) akhir
dengan perlakuan Bacillus sp. galur ICBB 7859 pada konsentrasi minyak bumi
10 000 ppm, 50 000 ppm dan 100 000 ppm masing-masing adalah 4 900 ppm,
29 050 ppm dan 67 883 ppm, sedangkan Bacillus sp. galur ICBB 7865 5 033
ppm, 29 400 ppm dan 71 650 ppm.
Gambar 10 Total petroleum hydrocarbon (TPH) akhir karena pengaruh Bacillus sp. galur
ICBB 7859 dan ICBB 7865 di berbagai konsentrasi minyak bumi pada media
minimal cair selama 15 hari inkubasi.
Kurva Pertumbuhan Bakteri pada Media Minimal Cair
Kurva pertumbuhan Bacillus sp. ICBB 7859 dan Bacillus sp. ICBB 7865
pada media minimal cair selama 15 hari inkubasi disajikan pada Gambar 11 dan
Gambar 12. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 8.
Gambar 11 Penentuan kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865
pada media minimal cair.
Gambar 12 memperlihatkan bahwa pada hari ke-3 kedua isolat mencapai
pertumbuhan maksimal pada fase eksponensial. Pertumbuhan Bacillus sp. galur
ICBB 7859 pada selang waktu 3-7 hari mengalami penurunan kemudian naik
kembali sampai hari ke-15. Sedangkan Bacillus sp. galur ICBB 7865 mengalami
Tanpa Bakteri Bacillus sp. galur Bacillus sp. galur
ICBB 7859 ICBB 7865
Bacillus sp. galur Bacillus sp. galur
ICBB 7859 ICBB 7865
penurunan sampai hari ke-9 kemudian naik pada hari ke-11 dan turun kembali
sampai hari ke-15. Pada umumnya pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859
dan ICBB 7865 pada media minimal cair tersebut diikuti oleh penurunan pH
medianya.
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0 1 3 5 7 9 11 13 15
Waktu Inkubasi (hari)
K
e
r
a
p
a
t
a
n
O
p
t
i
k
6.4
6.6
6.8
7
7.2
7.4
p
H
Kerapatan Optik Bacillus
sp. galur ICBB 7859
Kerapatan Optik BacilIus
sp. galur ICBB 7865
pH Bacillus sp. galur ICBB
7859
pH Bacillus sp. galur ICBB
7865
Gambar 12 Kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 pada media
minimal cair selama 15 hari inkubasi.
Pada Gambar 12 terlihat adanya fase pertumbuhan naik setelah fase
pertumbuhan turun. Hal ini menunjukkan bahwa pada awal terjadinya
biodegradasi minyak bumi bakteri menggunakan fraksi minyak yang paling
mudah untuk didegradasi sehingga mencapai pertumbuhan yang maksimal.
Setelah fraksi minyak tersebut habis maka akan terjadi penurunan pertumbuhan.
Bakteri memulai kembali pertumbuhannya dengan menggunakan fraksi minyak
bumi yang lebih sulit untuk didegradasi. Menurut Leahly dan Colwell (1990)
dalam proses biodegradasi hidrokarbon minyak bumi akan terjadi penguraian
fraksi parafinik, naftenik dan aromatik. Parafinik merupakan fraksi yang paling
mudah didegradasi oleh bakteri sedangkan naftenik dan aromatik lebih sulit
untuk didegradasi.
Gambar 12 memperlihatkan bahwa pada awal biodegradasi terjadi
kenaikan pH media. Hal ini memperkuat hasil penelitian Rahayu dan Noegroho
(1999) mengenai pengaruh mikroorganisme pada bioproses limbah cair kilang
minyak dimana terjadi kenaikan pH media yang berkisar dari 6.3 sampai 7.5
setelah 3 hari inkubasi. Menurut Dwidjoseputro (2003) penguraian senyawa-
senyawa yang mengandung nitrogen akan membentuk amonium karbonat.
Selanjutnya amonium karbonat mudah terurai menjadi amoniak, karbondioksida
dan air. Amoniak bereaksi dengan air menjadi NH
4
OH dan dapat menaikkan pH
media.
Kurva Pertumbuhan Bakteri dengan Penambahan Surfaktan pada Media
Minimal Cair
Kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dengan
penambahan surfaktan Tween 80 pada media minimal cair selama 15 hari
inkubasi disajikan pada Gambar 13 dan Gambar 14. Data selengkapnya
disajikan pada Lampiran 9.
Gambar 13 Penentuan kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865
dengan penambahan surfaktan Tween 80 pada media minimal cair.
Gambar 14 memperlihatkan bahwa pada hari ke-3 kedua isolat mencapai
pertumbuhan maksimal pada fase eksponensial dengan pertumbuhan tertinggi
pada Bacillus sp. galur ICBB 7859. Pertumbuhan kedua isolat pada selang waktu
3-15 hari mengalami penurunan dan tidak mengalami fase kenaikan lagi. Dengan
penambahan surfaktan akan terjadi peningkatan bioavailabilitas minyak bumi
terhadap bakteri baik fraksi yang mudah atau yang sulit didegradasi sehingga
dengan cepat bakteri mampu menggunakan minyak bumi untuk
pertumbuhannya. Pada umumnya pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859
dan ICBB 7865 dengan penambahan surfaktan Tween 80 pada media minimal
cair diikuti oleh penurunan pH medianya.
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0 1 3 5 7 9 11 13 15
Waktu Inkubasi (hari)
K
e
r
a
p
a
t
a
n
O
p
t
i
k
6.6
6.7
6.8
6.9
7
7.1
7.2
7.3
p
H
Kerapatan Optik Bacillus sp.
galur ICBB 7859
Kerapatan Optik Bacillus sp.
galur ICBB 7865
pH Bacillus sp. galur ICBB
7859
pH Bacillus sp. galur ICBB
7865
Gambar 14 Kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dengan
penambahan surfaktan Tween 80 pada media minimal cair selama 15 hari
inkubasi.
Tanpa Bakteri Bacillus sp. galur Bacillus sp. galur
+ Tween 80 ICBB 7859 ICBB 7865
+ Tween 80 + Tween 80
Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi pada
Media Minimal Cair
Kemampuan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dalam
biodegradasi hidrokarbon minyak bumi selama 15 hari inkubasi pada media
minimal cair disajikan pada Tabel 6. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran
10. Hasil analisis ragam (Lampiran 16-19) menunjukkan bahwa perlakuan bakteri
berpengaruh nyata terhadap bobot minyak bumi, biodegradasi, pH dan kerapatan
optik.
Tabel 6 memperlihatkan bahwa perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur
ICBB 7859 dan inokulasi ICBB 7865 dapat mendegradasi hidrokarbon minyak
bumi pada media minimal cair lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa inokulasi
bakteri. Hal ini terlihat dari bobot minyak bumi dan pH yang lebih rendah dan
kerapatan optik yang lebih tinggi di akhir waktu inkubasi. Pada umumnya Bacillus
sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 mempunyai kemampuan yang sama dalam
mendegradasi hidrokarbon minyak bumi.
Tabel 6 Pengaruh bakteri terhadap bobot minyak bumi, biodegradasi, pH dan kerapatan
optik pada media minimal cair selama 15 hari inkubasi
Perlakuan
Bobot Minyak
Bumi (g)
Biodegradasi
(%)
pH
Kerapatan
Optik
Tanpa Bakteri
Bacillus sp. ICBB 7859
Bacillus sp. ICBB 7865
0.9967 a
0.5427 b
0.5759 b
0.3 b
45.7 a
42.4 a
6.97 a
6.74 b
6.70 b
0.000 c
0.170 a
0.058 b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
(DMRT)
Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi dengan
Penambahan Surfaktan pada Media Minimal Cair
Kemampuan Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dalam
biodegradasi hidrokarbon minyak bumi selama 15 hari inkubasi pada media
minimal cair yang ditambahkan surfaktan Tween 80 disajikan pada Tabel 7. Data
selengkapnya disajikan pada Lampiran 11. Hasil analisis ragam (Lampiran 20-
23) menunjukkan bahwa perlakuan bakteri berpengaruh nyata terhadap bobot
minyak bumi, biodegradasi, pH dan kerapatan optik.
Tabel 7 memperlihatkan bahwa perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur
ICBB 7859 dan inokulasi ICBB 7865 dapat mendegradasi hidrokarbon minyak
bumi lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa inokulasi bakteri. Hal ini terlihat dari
bobot minyak bumi dan pH yang lebih rendah dan kerapatan optik yang lebih
tinggi di akhir waktu inkubasi.
Tabel 7 Pengaruh bakteri dengan penambahan surfaktan Tween 80 terhadap bobot
minyak bumi, biodegradasi, pH dan kerapatan optik pada media minimal cair
selama 15 hari inkubasi
Perlakuan
Bobot Minyak
Bumi (g)
Biodegradasi
(%)
pH
Kerapatan
Optik
Tanpa Bakteri + Surfaktan
Bacillus sp. ICBB 7859 +
Surfaktan
Bacillus sp. ICBB 7865 +
Surfaktan
0.9962 a
0.4981 b
0.5246 b
0.4 b
50.2 a
47.5 a
6.93 a
6.58 b
6.64 b
0.000 c
0.056 b
0.097 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
(DMRT)
Hasil pengujian aktivitas isolat dalam biodegradasi hidrokarbon minyak
bumi pada media minimal cair dan pada media cair yang ditambahkan surfaktan
menunjukkan bahwa penambahan surfaktan Tween 80 dapat meningkatkan
biodegradasi hidrokarbon minyak bumi (Gambar 15). Hal ini disebabkan oleh
peningkatan kelarutan minyak bumi pada media melalui proses dispersi sehingga
luas permukaan minyak untuk didegradasi oleh bakteri semakin meningkat.
Menurut Sabagh dan Atta (1999) peningkatan luas permukaan minyak melalui
proses dispersi dapat meningkatkan populasi bakteri dan meningkatkan proses
biodegradasi karena terjadi peningkatan bioavailabilitas minyak terhadap bakteri.
0
10
20
30
40
50
60
70
1
B
i
o
d
e
g
r
a
d
a
s
i
(
%
)
Gambar 15 Biodegradasi minyak bumi oleh Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865
dan dengan penambahan surfaktan Tween 80 pada media minimal cair
selama 15 hari inkubasi.
Uji Aktivitas Bakteri dalam Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi dan
Penambahan Surfaktan pada Tanah Tercemar Minyak Bumi
Pengaruh Bakteri Terhadap Total Petroleum Hydrocarbon (TPH)
Pengaruh bakteri terhadap TPH disajikan pada Gambar 16. Data
selengkapnya disajikan pada Lampiran 12. Hasil analisis ragam disajikan pada
Lampiran 24-27. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan bakteri
Bacillus sp. Bacillus sp. Bacillus sp. Bacillus sp.
galur ICBB galur ICBB galur ICBB galur ICBB
7859 7859 7865 7865
+Tween 80 +Tween 80
berpengaruh nyata terhadap bobot minyak bumi hari ke: 7, 14, 21 dan 28
inkubasi.
100000 100000 100000
80040
63720
57100
43860
43120
24560
15760 9620
29860
9880
46840
18740
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
0 7 14 21 28
Waktu Inkubasi (hari)
T
P
H
(
p
p
m
)
Tanpa Bakteri
Bacillus sp. galur ICBB 7859
Bacillus sp. galur ICBB 7865
Gambar 16 Pengaruh bakteri terhadap TPH pada tanah tercemar minyak bumi.
Perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan inokulasi ICBB
7865 mampu menurunkan bobot minyak bumi masing-masing hingga mencapai
konsentrasi TPH 9 620 ppm dan 9 880 ppm pada akhir waktu inkubasi
sedangkan tanpa inokulasi bakteri 43 860 ppm. Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan
ICBB 7865 mempunyai kemampuan yang sama dalam menurunkan TPH
(Gambar 16). Penurunan tersebut disebabkan karena bakteri menggunakan
hidrokarbon minyak bumi sebagai sumber karbon dan energi untuk aktivitas dan
pertumbuhannya (Atlas 1981; Udiharto 1996a).
Penelitian terdahulu oleh Listiyawati (2004) dengan menggunakan
konsorsium bakteri DNH-U 3877 dalam mendegradasi limbah lumpur berminyak
menunjukkan penurunan TPH dari 58 882 ppm menjadi 6 652 ppm dalam waktu
6 minggu. Dalam konsorsium tersebut terdapat 2 koloni bakteri yang dominan
yaitu Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865.
Pada Gambar 16 terlihat bahwa penurunan TPH tercepat terjadi pada hari
ke-7 inkubasi. Dengan semakin bertambahnya waktu inkubasi penurunan TPH
berlangsung lebih lambat. Hal ini disebabkan karena pada awal waktu inkubasi
terjadi proses biodegradasi oleh bakteri dengan menggunakan hidrokarbon
minyak bumi yang lebih mudah untuk didegradasi. Menurut Leahly dan Colwell
(1990) dalam proses biodegradasi hidrokarbon minyak bumi akan terjadi
penguraian fraksi parafinik, naftenik dan aromatik dimana parafinik merupakan
fraksi yang paling mudah didegradasi sedangkan naftenik dan aromatik lebih sulit
untuk didegradasi. Hal tersebut berkaitan dengan perbedaan perbandingan
bobot unsur-unsur karbon dan hidrogen yang terdapat di dalamnya atau
perbedaan susunan unsur-unsur karbon dan hidrogen di dalam molekul-molekul
persenyawaan tersebut (Atlas 1989; Kontawa 1993).
Pengaruh Bakteri Terhadap Biodegradasi
Pengaruh bakteri terhadap biodegradasi disajikan pada Gambar 17. Data
selengkapnya disajikan pada Lampiran 13. Hasil analisis ragam disajikan pada
Lampiran 28-31. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan bakteri
berpengaruh nyata terhadap biodegradasi hari ke: 7, 14, 21 dan 28 inkubasi.
Biodegradasi oleh perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan
inokulasi ICBB 7865 lebih tinggi daripada tanpa inokulasi bakteri yaitu masing-
masing 90.39%, 90.13% dan 56.14% pada akhir waktu inkubasi. Bacillus sp.
galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 mempunyai kemampuan yang sama dalam
mendegradasi hidrokarbon minyak bumi (Gambar 17). Hal ini mungkin
disebabkan karena kedua isolat berasal dari genus yang sama.
0
20
40
60
80
100
7 14 21 28
Waktu Inkubasi (hari)
B
i
o
d
e
g
r
a
d
a
s
i
(
%
)
Tanpa Bakteri
Bacillus sp. galur ICBB 7859
Bacillus sp. galur ICBB 7865
Gambar 17 Pengaruh bakteri terhadap biodegradasi pada tanah tercemar minyak bumi.
Saidi et al. (1999) melaporkan pada media tanah entisol isolat bakteri
kultur tunggal Bacillus fusiformis (Pr61-Ms1), Bacillus thrungiensis (Si191-Mb1),
Klebsiella planticola (Bb171-Mb2) dan Bacillus fusiformis (Si201-Ms1) mampu
mendegradasi minyak bumi dan solar masing-masing sebesar 63.64%, 62.93%,
60.85% dan 58.19% setelah 28 hari inkubasi.
Pengaruh Bakteri Terhadap pH
Pengaruh bakteri terhadap pH disajikan pada Gambar 18. Data
selengkapnya disajikan pada Lampiran 14. Hasil analisis ragam disajikan pada
Lampiran 32-35. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan bakteri
berpengaruh nyata terhadap pH hari ke: 14, 21 dan 28 inkubasi sedangkan hari
ke-7 tidak berpengaruh nyata.
6
6.5
7
7.5
8
8.5
7 14 21 28
Waktu Inkubasi (hari)
p
H
Tanpa Bakteri
Bacillus sp. galur ICBB 7859
Bacillus sp. galur ICBB 7865
Gambar 18 Pengaruh bakteri terhadap pH pada tanah tercemar minyak bumi.
Gambar 18 memperlihatkan bahwa selama 28 hari inkubasi terjadi
penurunan pH pada tanah tercemar minyak bumi. Nilai pH oleh perlakuan
inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan inokulasi ICBB 7865 lebih rendah
daripada tanpa inokulasi bakteri yaitu masing-masing 6.91, 6.99 dan 7.40 pada
akhir waktu inkubasi. Penurunan pH tersebut disebabkan oleh senyawa-senyawa
asam organik yang dihasilkan selama proses biodegradasi (Udiharto et al. 2000).
Pengaruh Bakteri Terhadap CO
2
-C
Pengaruh bakteri terhadap CO
2
-C disajikan pada Gambar 19. Data
selengkapnya disajikan pada Lampiran 15. Hasil analisis ragam disajikan pada
Lampiran 36-39. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan bakteri
berpengaruh nyata terhadap CO
2
-C hari ke: 7, 14, 21 dan 28 inkubasi.
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
7 14 21 28
Waktu Inkubasi (hari)
C
O
2
-
C
(
m
g
/
k
g
/
h
a
r
i
)
Tanpa Bakteri
Bacillus sp. galur ICBB 7859
Bacillus sp. galur ICBB 7865
Gambar 19 Pengaruh bakteri terhadap CO
2
-C pada tanah tercemar minyak bumi.
Gambar 19 memperlihatkan bahwa CO
2
-C yang dihasilkan oleh
perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 pada umumnya lebih tinggi
daripada inokulasi ICBB 7865 dan tanpa inokulasi bakteri. Hal ini disebabkan
karena aktivitas Bacillus sp. galur ICBB 7859 dalam biodegradasi lebih tinggi
daripada ICBB 7865 dan tanpa inokulasi bakteri. Menurut Bossert dan Bartha
(1984) proses biodegradasi hidrokarbon minyak bumi akan menghasilkan CO
2
,
H
2
O dan biomassa sel.
Karbondioksida (CO
2
-C) yang dihasilkan memperlihatkan penurunan
dengan semakin bertambahnya waktu inkubasi. Hal ini disebabkan karena telah
berkurangnya hidrokarbon minyak bumi sebagai sumber karbon dan energi atau
terjadi penumpukan zat-zat beracun hasil dari metabolisme bakteri sehingga
menghambat aktivitasnya dalam biodegradasi. Menurut Dibble dan Bartha (1979)
terjadinya akumulasi hasil metabolisme bakteri yang bersifat toksik selama
proses biodegradasi akan menyebabkan berkurangnya CO
2
yang dihasilkan.
Pengaruh Surfaktan Terhadap CO
2
-C
Pengaruh surfaktan terhadap CO
2
-C disajikan pada Gambar 20. Data
selengkapnya disajikan pada Lampiran 15. Hasil analisis ragam disajikan pada
Lampiran 36-39. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan surfaktan
berpengaruh nyata terhadap CO
2
-C hari ke-28 inkubasi sedangkan hari ke: 7, 14
dan 21 tidak berpengaruh nyata.
0
5
10
15
20
25
7 14 21 28
Waktu Inkubasi (hari)
C
O
2
-
C
(
m
g
/
k
g
/
h
a
r
i
)
Tanpa Surfaktan
Penambahan Surfaktan
Gambar 20 Pengaruh surfaktan terhadap CO
2
-C pada tanah tercemar minyak bumi.
Gambar 20 memperlihatkan bahwa CO
2
-C yang dihasilkan oleh
perlakuan penambahan surfaktan Tween 80 lebih rendah dibandingkan dengan
tanpa penambahan surfaktan pada hari ke-28 inkubasi. Hal ini mungkin
disebabkan karena fraksi minyak bumi yang mudah untuk didegradasi sudah
berkurang jumlahnya sehingga bakteri menggunakan surfaktan sebagai alternatif
sumber karbon dan energi. Hal ini dapat dibandingkan dengan hasil penelitian
Phillips dan Stewart (1974) yang menunjukkan bahwa penambahan surfaktan
menghambat proses biodegradasi hidrokarbon minyak bumi karena bakteri
menggunakannya sebagai alternatif sumber karbon dan energi.
Pengaruh Interaksi Bakteri dan Surfaktan Terhadap CO
2
-C
Pengaruh interaksi bakteri dan surfaktan terhadap CO
2
-C disajikan pada
Gambar 21. Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 15. Hasil analisis
ragam disajikan pada Lampiran 36-39. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
interaksi bakteri dan surfaktan berpengaruh nyata terhadap CO
2
-C hari ke-21
inkubasi.
c
a
b
c
ab
ab
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
B0=Tanpa
Bakteri
B1=Bacillus sp.
galur ICBB 7859
B2=Bacillus sp.
galur ICBB 7865
Faktor Bakteri
C
O
2
-
C
(
m
g
/
k
g
/
h
a
r
i
)
S0=Tanpa Surf aktan
S1=Penambahan Surf aktan
Gambar 21 Pengaruh interaksi bakteri dan surfaktan terhadap CO
2
-C hari ke-21 inkubasi
pada tanah tercemar minyak bumi.
Gambar 21 memperlihatkan bahwa interaksi perlakuan inokulasi Bacillus
sp. galur ICBB 7859 dan tanpa penambahan surfaktan (B1S0), inokulasi ICBB
7865 dan penambahan surfaktan (B2S1), inokulasi ICBB 7859 dan penambahan
surfaktan (B1S1) dan inokulasi ICBB 7865 dan tanpa penambahan surfaktan
(B2S0) menghasilkan CO
2
-C lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan
dengan interaksi perlakuan tanpa inokulasi bakteri dan penambahan surfaktan
(B0S1) dan tanpa inokulasi bakteri dan tanpa penambahan surfaktan (B0S0).
Antara interaksi perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan tanpa
penambahan surfaktan (B1S0) dan inokulasi ICBB 7859 dan penambahan
surfaktan (B1S1) tidak berbeda nyata demikian juga dengan interaksi perlakuan
inokulasi ICBB 7865 dan tanpa penambahan surfaktan (B2S0) dan inokulasi
ICBB 7865 dan penambahan surfaktan (B2S1). Selain itu, interaksi perlakuan
inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan tanpa penambahan surfaktan (B1S0)
menghasilkan CO
2
-C lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan
interaksi perlakuan inokulasi ICBB 7865 dan tanpa penambahan surfaktan
(B2S0).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan inokulasi ICBB 7865
disertai dengan penambahan surfaktan Tween 80 pada media minimal cair
dapat meningkatkan biodegradasi hidrokarbon minyak bumi.
2. Perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan inokulasi ICBB 7865
pada tanah yang tercemar minyak bumi memberikan nilai total petroleum
hydrocarbon (TPH) dan pH lebih rendah serta biodegradasi dan CO
2
-C lebih
tinggi dibandingkan dengan tanpa inokulasi bakteri.
3. Perlakuan penambahan surfaktan Tween 80 pada tanah yang tercemar
minyak bumi memberikan nilai CO
2
-C lebih rendah dibandingkan dengan
tanpa penambahan surfaktan pada hari ke-28 inkubasi.
4. Interaksi perlakuan inokulasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan tanpa
penambahan surfaktan (B1S0), inokulasi ICBB 7865 dan penambahan
surfaktan (B2S1), inokulasi ICBB 7859 dan penambahan surfaktan (B1S1)
dan inokulasi ICBB 7865 dan tanpa penambahan surfaktan (B2S0)
memberikan nilai CO
2
-C lebih tinggi dibandingkan dengan interaksi perlakuan
tanpa inokulasi bakteri dan penambahan surfaktan (B0S1) dan tanpa
inokulasi bakteri dan tanpa penambahan surfaktan (B0S0) pada hari ke-21
inkubasi.
Saran
Dalam hal pemilihan jenis surfaktan yang digunakan untuk meningkatkan
proses biodegradasi hidrokarbon minyak bumi maka dipilih surfaktan yang tidak
digunakan oleh bakteri sebagai sumber karbon dan energi.
DAFTAR PUSTAKA
[API] American Petroleum Institute. 1980. Manual on Disposal of Refinery
Wastes. Washington DC: API.
Anas I. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek. Bogor: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Dirjen Perguruan Tinggi, PAU, IPB.
Atlas RM. 1975. Effects of temperature and crude oil composition on petroleum
biodegradation. Appl Environ Microbiol 30(3):396-403.
Atlas RM. 1981. Microbial degradation of petroleum hydrocarbons: an
environmental perspective. Microbiol Rev 45(1):180-209.
Atlas RM. 1989. Microbiology: Fundamentals and Applications. New York:
Macmillan Publishing Co.
Atlas RM, Bartha R. 1981. Microbial Ecology: Fundamentals and Applications.
London: Addison Wesley Publishing Company.
Bartha R, Bossert I. 1984. The treatment and disposal of petroleum wastes. Di
dalam: Atlas RM, editor. Petroleum Microbiology. New York: Macmillan
Publishing Co. hlm 553-577.
Bewley JF. 1996. Field implementation of in situ bioremediation: key
physicochemical and biological factor. Di dalam: Stozky G, Bollay JM,
editors. Soil Biochemistry. New York: Marcel Dekker Inc. hlm 475-555.
Bossert I, Bartha R. 1984. The fate of petroleum in soil ecosystems. Di dalam:
Atlas RM, editor. Petroleum Microbiology. New York: Macmillan
Publishing Co. hlm 435-473.
Bragg JR, Prince RC, Wilkinson JB, Atlas RM. 1993. Bioremediation for
Shoreline Clean Up Following The 1989 Alaskan Oil Spill. Washington
DC: Office of Research and Development, United States Environmental
Protection Agency.
Clark RC, MacLeod WD. 1977. Imputs, transport mechanism and observed
concentrations of petroleum in the marine environment. Di dalam: Effects
of Petroleum on Artic and Sub Artic Marine Environments and Organism.
Malins DC, editor. London: Academic Press. hlm 91-223.
Cooney JJ. 1984. The fate of petroleum pollutans in fresh water ecosystem. Di
dalam: Atlas RM, editor. Petroleum Microbiology. New York: Macmillan
Publishing Co. hlm 400-433.
Dibble JT, Bartha R. 1979. Effect of environmental parameters on the
biodegradation of oil sludge. Appl Environ Microbiol 37(4):729-739.
Djamsari W. 2000. Isolasi dan karakterisasi mikroba pendegradasi fenol dari
ekosistem air hitam Kalimantan Tengah [tesis]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor, Program Pascasarjana.
Dwidjoseputro D. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Edvantoro BB. 2003. Implementasi peraturan tentang pengelolaan limbah B3 dan
bioremediasi di Indonesia. Di dalam: Prosiding Seminar Bioremediasi dan
Rehabilitasi Lahan Sekitar Perminyakan dan Pertambangan; Bogor, 20
Februari 2003. Bogor: Forum Bioremediasi IPB.
[EPA] Environmental Protection Agency. 1983. Hazardous Waste Land
Treatment. Washington DC: Office of Research and Development, United
States Environmental Protection Agency.
Fessenden RJ, Fessenden JS. 1989. Kimia Organik. Terjemahan. Ed ke-3. Jilid
ke-2. Jakarta: Erlangga.
Fikrinda. 2000. Isolasi dan karakterisasi bakteri ekstremofilik penghasil selulase
dari ekosistem air hitam [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program
Pascasarjana.
Floodgate GD. 1979. Nutrient limitation. Di dalam: Bourquin AW, Pritchard PH,
editors. Proceedings of Workshop Microbial Degradation of Pollutants in
Marine Environments. Gulf Breeze: Environmental Research Laboratory.
hlm 107-118.
Floodgate GD. 1984. The fate of petroleum in marine ecosystem. Di dalam: Atlas
RM, editor. Petroleum Microbiology. New York: Macmillan Publishing Co.
hlm 355-397.
Francke HC, Clark FE. 1974. Disposal of Oil Wastes by Microbial Assimilation.
Washington DC: United States Atomic Energy Commision.
Gurujeyalakshmi G, Oriel P. 1989. Isolation of phenol-degrading Bacillus
strearothemophilus and partial characterization of the phenol hydroxylase.
Appl Environ Microbiol 55(2):500-502.
Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.
Higgins IJ, Gilbert PD. 1977. The biodegradation of hydrocarbon the oil industry
and microbial ecosystem. Di dalam: Proceedings of Meeting Organized by
The Institute of Petroleum and Held; England, September. The University
of Warwick.
Huddelston RL, Cresswell LW. 1976. Environmental and nutritional constraints of
microbial hydrocarbon utilization in the soil. Di dalam: The Role of
Microorganism in The Recovery of Oil. Proceedings of 1975 Engineering
Foundations Conference; Washington. hlm 71-72.
Indriasari V. 2000. Eksplorasi Actinomycetes dari sedimen ekosistem air hitam
serta daya uji hambatnya terhadap Staphylococcus aureus dan E. coli
KCCM 11823 [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Jobson A, McLaughlin M, Cook FD, Westlake DWS. 1974. Effect of
amandements on the microbial utilization of oil applied to soil. Appl
Environ Microbiol 27(1):166-171.
Kadarwati S et al. 1994. Aktivitas mikroba dalam transformasi substansi di
lingkungan situs hidrokarbon. Lembaran Publikasi Lemigas 2:28-38.
Kadarwati S, Noegroho H, Udiharto M. 1996. Bioproses untuk penanganan
limbah kilang migas. Di dalam: Proceedings Temu Karya Pengolahan
1996; Jakarta. hlm 1-13.
Keenan, Kleinfelter, Wood. 1993. Kimia untuk Universitas. Pudjaatmaka AH,
penerjemah. Jilid ke-2. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: General
College Chemistry.
Koesoemadinata RP. 1980. Geologi Minyak dan Gas Bumi. Bandung: ITB.
Kontawa A. 1993. Klasifikasi minyak bumi Indonesia. Lembaran Publikasi
Lemigas 2:21-26.
Koren O, Knezevic, Ron EZ, Rosenberg E. 2003. Petroleum pollution
bioremediation using water-insoluble uric acid as the nitrogen source.
Appl Environ Microbiol 69(10):6337-6339.
Leahly JG, Colwell RR. 1990. Microbial degradation of hydrocarbon: in the
environmental. Microbiol Rev 305-315.
Listiyawati. 2004. Isolasi dan karakterisasi konsorsium mikroba perombak lumpur
minyak dari ekosistem air hitam [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor,
Program Pascasarjana.
Liu Z, Jacobson AM, Luthy RG. 1995. Biodegradation of naphthalene in aqueous
nonionic surfactant system. Appl Environ Microbiol 61(1):145-151.
MacKay D, Mohtadi MF. 1975. The area affected by oil spills on land. Can J
Chem Eng 53:140-143.
Masitho D. 1999. Biodegradasi minyak bumi oleh bakteri dari ekosistem
mangrove [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana.
Mason CF. 1996. Biology of Freshwater Pollution. Ed ke-3. Department of
Biology University of Essex.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan. Bogor: IPB Press.
McGill WB, Rowell MJ, Westlake DWS. 1981. Biochemistry, ecology, and
microbiology of petroleum components in soil. Di dalam: Paul EA, Ladd
JN, editors. Soil Biochemistry. New York: Marcel Dekker. hlm 229-296.
Miller RM. 1995. Surfactant enhanced bioavailability of slighty soluble organic
compounds. Di dalam: Skipper HD, Turco RF, editors. Bioremediation:
Science and Applications. SSSA Special Publication 43. hlm 33-54.
Mishra S, Jyot J, Kuhad RC, Lal B. 2001. Evaluation of inoculum addition to
stimulate in situ bioremediation of oily-sludge-contaminated soil. Appl
Environ Microbiol 4:1675-1681.
Mulyono M. 1989. Hidrokarbon di lingkungan perairan. Jakarta: PPPTMGB
Lemigas.
Mursida L. 2002. Konsorsium mikroorganisme vs oil sludge. OILplus:15 April-14
Mei. hlm 48-51.
Neneng L. 2000. Karakterisas i antibiotik yang resisten terhadap -lactam tipe
TEM-1 dari isolat ICBB 1171 asal ekosistem air hitam Kalimantan Tengah
[tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana.
Noegroho H. 1999. Pengaruh aerasi pada bioproses limbah kilang minyak.
Lembaran Publikasi Lemigas 2:20-24.
Nurseha. 2000. Isolasi dan uji aktivitas bakteri asidofil pengoksidasi besi dan
sulfur dari ekosistem air hitam [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor,
Program Pascasarjana.
Oetomo D. 1997. Studi awal biodegradasi minyak bumi oleh mikroorganisme
[tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana.
Phillips GJM, Stewart JE. 1974. Effect of four dispersants on biodegradation and
growth of bacteria on crude oil. Appl Microbiol 28(4):547-552.
PT Caltex Pacific Indonesia. 2003. Pengolahan tanah terkontaminasi minyak
dengan teknik bioremediasi di lapangan Minas, PT Caltex Pacific
Indonesia. Di dalam: Prosiding Seminar Bioremediasi dan Rehabilitasi
Lahan Sekitar Perminyakan dan Pertambangan; Bogor, 20 Februari 2003.
Bogor: Forum Bioremediasi IPB.
Rahayu A, Noegroho H. 1999. Pengaruh mikroba pada bioproses limbah cair
kilang minyak. Lembaran Publikasi Lemigas 4:43-48.
Raisbeck JM, Mohtadi MF. 1974. The environmental impacts of oil spill on land in
the artic regions. Water Air Soil Pollut 3:195-208.
Reisfeld AE, Rosenberg, Gutnick D. 1972. Microbial degradation of crude oil:
factor affecting the dispersion in sea water by mixed and pure culture.
Appl Environ Microbiol 24(3):363-368.
Sabagh A, Atta AM. 1999. Water-based non-ionic polymeric surfactants as oil
spill dispersants. J Chem Technol Biotechnol 74:1075-1081.
Sabur A. 2003. Atlas Pertambangan. Surabaya: PT Karya Pembina Swajaya.
Saidi D, Anas I, Hadi N, Santosa DA. 1999. Kemampuan bakteri dari ekosistem
air hitam kalimantan tengah dalam merombak minyak bumi dan solar. J
Tnh Ling 2(2):1-7.
Santosa DA. 1995. Bioteknologi Penambangan Minyak Bumi. Laboratorium
Biologi Tanah Jurusan Tanah Faperta IPB.
Santosa DA. 2003. Environmental biotechnology: biotechnology for degradation
of oil sludge, remediation of acid rock drainage and detoxification of
mercury. Di dalam: Prosiding Seminar Bioremediasi dan Rehabilitasi
Lahan Sekitar Perminyakan dan Pertambangan; Bogor, 20 Februari 2003.
Bogor: Forum Bioremediasi IPB.
Santosa DA. Suhartono MT, Saraswati R, Suwanto A. 2000. Black Water
Ecosystem: Macro and Micro Biodiversity, In Situ DNA Isolation and
Cloning of Gene Encoding Extremozymes. Research Report. Riset
Unggulan Terpadu V. Ministry for Research and Technology, Republic
Indonesia.
Skladany GJ, Metting FB. 1993. Bioremediation of contaminated soil. Di dalam:
Metting FB, editor. Soil Microbial Ecology (Applications in Agricultural and
Environmental Management). New York: Marcel Dekker Inc. hlm 483-513.
Somers JA. 1974. The fate of spilled oil in the soil. Hydrolog Sci Bull 19:501-521.
Speight JG. 1980. The Chemistry and Technology of Petroleum. New York:
Marcel Dekker Inc.
Swisher RD. 1970. Surfactant Biodegradation. Ed ke-2. New York and Basel:
Marcel Dekker Inc.
Thibault SL, Anderson M, Frankenberger WT. 1996. Influence of surfactants on
pyrene desorption and degradation in soils. Appl Environ Microbiol
62(1):283-287.
Tiehm A. 1994. Degradation of polycyclic aromatic hydrocarbons in the presence
of synthetic surfactants. Appl Environ Microbiol 60(1):258-263.
Tiehm A, Stieber M. 2001. Strategies to improve PAH bioavailability: addition of
surfactants, ozonation and application of ultrasound. Di dalam: Stegmann
R, Brunner G, Calmano W, Matz G, editors. Treatment of Contaminated
Soil. Berlin, Heidelberg, New York, Barcelona, Hongkong, London, Milan,
Paris, Singapore, Tokyo: Springer. hlm 299-323.
Tim Amdal IPB. 1996. Studi Analisis Dampak Lingkungan Pembangunan
Jaringan Perairan dan Pencetakan Sawah Lahan Gambut Daerah Kerja A
Seluas 222 100 Ha di Kabupaten Kapuas dan Barito Selatan, Provinsi
Kalimantan Tengah. Dirjen DPU RI.
Udiharto M. 1993. Pengaruh aktivitas Basillus stearothermophillus terhadap
tegangan permukaan crude oil. Lembaran Publikasi Lemigas 1:31-35.
Udiharto M. 1996a. Bioremediasi minyak bumi. Di dalam: Prosiding Pelatihan dan
Lokakarya Peranan Bioremediasi dalam Pengelolaan Lingkungan;
Cibinong, 24-28 Juni 1996. hlm 24-39.
Udiharto M. 1996b. Pengujian biodegradasi limbah minyak bumi dalam air. Di
dalam: Prosiding Pelatihan dan Lokakarya Peranan Bioremediasi dalam
Pengelolaan Lingkungan; Cibinong, 24-28 Juni 1996. hlm 251-258.
Udiharto M. 2000. Hubungan antara tingkat tosisitas dan hidrokarbon aromatik
yang terkandung dalam lumpur pengeboran dan bahan dasarnya.
Lembaran Publikasi Lemigas 3:3-8.
Udiharto M, Rahayu SA, Haris A, Zulkifliani. 1995. Peran bakteri dalam degradasi
minyak dan pemanfaatannya dalam penanggulangan minyak buangan. Di
dalam: Prosiding Diskusi Ilmiah VIII PPPTMGB; Jakarta, 13-14 Juni 1995.
hlm 235-239.
Udiharto M, Yusuf A, Syafrizal. 2000. The hydrocarbon losses on oil
contaminated soil by landfarming bioremediation: a laboratory study.
Lemigas Scientific Contributions 2:23-28.
Van Dyke MI, Lee H, Jack TT. 1991. Application of microbial surfactant.
Biotechnol Adv 9(2):165-183.
Van Loocke R, DeBorger R, Voets JP, Verstraete W. 1975. Soil and ground
water contamination by oil spills: problems and remedies. Int J Environ
Studies 8:99-111.
Verstraete W, Van Loocke, DeBorger R, Verlinde A. 1976. Modelling of the
breakdown and mobilization of hydrocarbons in unsaturated soil layers. Di
dalam: Sharpley JM, Kaplan AM, editors. Proceedings of Third
International Biodegradation Symposium. London: Applied Science
Publishers. hlm 99-122.
Volkering F, Breure AM, Andel JG, Rulkens WH. 1995. Influence of nonionic
surfactants on bioavailability and biodegradation of policyclic aromatic
hydrocarbons. Appl Environ Microbiol 61(5):1699-1705.
Walker JD, Colwell RR, Petrakis L. 1975. Degradation of petroleum by an alga,
Prototheca zopfii. Appl Environ Microbiol 30(1):79-81.
Wick LY, Springael D, Harms H. 2001. Bacterial strategies to improve the
bioavailability of hydrophobic organic pollutants. Di dalam: Stegmann R,
Brunner G, Calmano W, Matz G, editors. Treatment of Contaminated Soil.
Berlin, Heidelberg, New York, Barcelona, Hongkong, London, Milan,
Paris, Singapore, Tokyo: Springer. hlm 204-217.
Wisjnuprapto. 1996. Bioremediasi, manfaat dan pengembangannya. Di dalam:
Prosiding Pelatihan dan Lokakarya Peranan Bioremediasi dalam
Pengelolaan Lingkungan; Cibinong, 24-28 Juni 1996. hlm 173-185.
Yani M, Fauzi AM, Aribowo F. 2003. Bioremediasi lahan terkontaminasi senyawa
hidrokarbon. Di dalam: Prosiding Seminar Bioremediasi dan Rehabilitasi
Lahan Sekitar Perminyakan dan Pertambangan; Bogor, 20 Februari 2003.
Bogor: Forum Bioremediasi IPB.
Zhang Y, Miller RM. 1995. Effect of rhamnolopid (biosurfactant) structure on
solubilization and biodegradation of n-alkanes. Appl Environ Microbiol
61(6):2247-2251.
Zo Bell CE. 1969. Microbial modification of crude oil in the sea. Di dalam:
Proceedings of Joint Conference on Prevention and Control of Oil Spills.
Washington: API. hlm 317-326.
Zulfarina. 1999. Isolasi dan kloning shotgun gen xylanase dari Streptomyces
1145-1 [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Ciri morfologi dan fisiologi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB
7865
Parameter
Bacillus sp. galur ICBB
7859
Bacillus sp. galur ICBB
7865
Warna koloni Putih Krem
Bentuk Bundar Bundar
Tepian Licin Berombak
Elevasi Cembung Datar
Gram + +
Dekomposisi casein - -
Oxidase - -
Motility Motil Motil
Nitrate - -
Lysine - -
Ornithine - -
H
2
S - -
Glucose + -
Mannitol + +
Xylose + +
O. N. P. G. + +
Indole - +
Urease - -
U. P. - -
Citrate - -
T. D. A. - -
Lampiran 2 Sifat fisik dan kimia Sangatta crude oil
Sifat fisik dan kimia Satuan Nilai
Specific gravity at 60 F
API gravity at 60 F
Kinematic viscosity at 100 F
at 122 F
at 140 F
cSt
cSt
cSt
0.8476
35.4
2.920
2.342
2.002
Pour point C 21
Flash point ABEL C below 0
Reid vapour pressure at 100 F psi 1.85
Water content vol% trace
Gross heat of combustion MJ/kg 45.195
Ashpaltenest content wt% 0.434
Wax content wt% 9.1704
Condradson carbon residue wt% 0.721
Ash content wt% 0.001
Lampiran 3 Komposisi media tumbuh bakteri dan surfaktan
No. Media Komposisi Dosis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nutrient Agar
Nutrient Broth
Larutan fisiologis
Media minimum
(Gurujeyalakhsmi & Oriel 1989)
Modifikasi media minimum
Surfaktan Tween
80/Polyoxyethylene sorbitan
monooleate (Sigma Chemical
Co.)
Ekstrak daging
Pepton
Agar
Akuades
Ekstrak daging
Pepton
Akuades
NaCl
Akuades
K
2
HPO
4
NH
4
Cl
MgSO
4
.7H
2
O
Yeast ekstrak
Casamino acid
Trace element
Agar
K
2
HPO
4
NH
4
Cl
MgSO
4
.7H
2
O
Yeast ekstrak
Casamino acid
Trace element
Minyak bumi
Akuades
3.0 g
5.0 g
15.0 g
1000 ml
3.0 g
5.0 g
1000 ml
8.5 g
1000 ml
0.5 g
1 g
20 mg
0.2 g
0.1 g
1 ml
20 g
0.5 g
1 g
20 mg
0.2 g
0.1 g
1 ml
1%-10% (b/v)
1000 ml
0.015 ml/l
(critical
micelle
concentration)
Lampiran 4 Data bobot minyak bumi yang dapat diekstrak dari media minimal
cair dan media tanah
Media Minimal Cair Media Tanah
No.
Bobot Minyak Bumi (g)
No.
Bobot Minyak Bumi (g)
1. 0.9108 1. 0.3787
2. 0.8895 2. 0.4211
3. 0.8671 3. 0.3598
4. 0.9407 4. 0.4123
5. 0.8729 5. 0.3996
6. 0.8455 6. 0.4089
7. 0.9253 7. 0.4112
8. 0.8898 8. 0.3889
9. 0.9164 9. 0.4018
10. 0.9322 10. 0.3695
11. 0.9213 11. 0.4251
12. 0.8909 12. 0.3830
Rata-rata: 0.9002 g Rata-rata: 0.3967 g
Minyak bumi dapat diekstrak: 90.02% Minyak bumi dapat diekstrak: 79.34%
Lampiran 5 Data penetapan kurva pertumbuhan Bacillus sp. galur ICBB 7859
dan ICBB 7865 pada media nutrient broth
Bacillus sp. galur ICBB 7859 Bacillus sp. galur ICBB 7865
Jam Kerapatan Optik Jam Kerapatan Optik
0 0.000 0 0.000
2 0.004 2 0.003
4 0.011 4 0.009
6 0.146 6 0.124
8 0.238 8 0.226
10 0.317 10 0.301
12 0.429 12 0.431
24 0.466 24 0.474
48 0.481 48 0.478
Lampiran 6 Hasil perhitungan populasi Bacillus sp. galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 untuk kurva standar
Bakteri Parameter 1:1 1:2 1:4 1:8 1:16 Persamaan Regresi
Bacillus sp.
galur ICBB
7859
Transmitan (%)
Kerapatan
Optik (X)
SPK/ml (Y)
43.0
0.367
3.40E+07
64.0
0.194
1.70E+07
79.8
0.098
0.85E+07
89.6
0.048
0.43E+07
94.8
0.023
0.21E+07
SPK/ml = 9E+07 OD-363693
Bacillus sp.
galur ICBB
7865
Transmitan (%)
Kerapatan
Optik (X)
SPK/ml (Y)
37.6
0.425
16E+07
58.4
0.243
8E+07
75.0
0.125
4E+07
86.4
0.063
2E+07
91.8
0.037
1E+07
SPK/ml = 4E+08 OD-6E+06
Lampiran 7 Data aktivitas bakteri di berbagai konsentrasi minyak bumi pada
media minimal cair
Bakteri
Kadar Minyak
Bumi
Kerapatan
Optik
pH
Bobot Minyak
Bumi (g)
Biodegradasi
(%)
0.018 6.72 0.138 54.00
1%
0.020 6.68 0.156 48.00
0.025 6.76 0.875 41.67
5%
0.023 6.70 0.868 42.13
0.060 6.70 2.030 32.33
Bacillus
sp.
galur
ICBB
7859
10%
0.053 6.69 2.043 31.90
0.013 6.65 0.159 47.00
1%
0.009 6.68 0.143 52.33
0.010 6.69 0.894 40.40
5%
0.013 6.71 0.870 42.00
0.092 6.69 2.146 28.47
Bacillus
sp.
galur
ICBB
7865
10%
0.080 6.62 2.153 28.23
Lampiran 8 Data kurva pertumbuhan bakteri pada media minimal cair
Bacillus sp. galur ICBB 7859 Bacillus sp. galur ICBB 7865
Hari
Kerapatan
Optik
pH Hari
Kerapatan
Optik
pH
0.000 7.00 0.000 7.00
0
0.000 7.00
0
0.000 7.00
0.127 7.23 0.113 7.07
1
0.123 7.24
1
0.120 7.03
0.168 7.27 0.169 7.21
3
0.179 7.25
3
0.177 7.19
0.110 7.23 0.090 7.18
5
0.126 7.20
5
0.110 7.11
0.090 7.10 0.075 7.01
7
0.101 7.16
7
0.088 7.05
0.125 7.10 0.072 6.99
9
0.115 7.13
9
0.060 7.03
0.133 7.01 0.084 6.90
11
0.130 7.05
11
0.090 6.87
0.128 6.95 0.050 6.81
13
0.132 7.02
13
0.057 6.85
0.170 6.87 0.053 6.76
15
0.163 6.95
15
0.055 6.70
Lampiran 9 Data kurva pertumbuhan bakteri pada media minimal cair dengan
penambahan surfaktan Tween 80
Bacillus sp. galur ICBB 7859 Bacillus sp. galur ICBB 7865
Hari
Kerapatan
Optik
pH Hari
Kerapatan
Optik
pH
0.000 7.00 0.000 7.00
0
0.000 7.00
0
0.000 7.00
0.209 7.25 0.180 7.06
1
0.223 7.23
1
0.188 7.10
0.262 7.25 0.214 7.26
3
0.273 7.22
3
0.212 7.20
0.205 7.15 0.169 7.21
5
0.193 7.17
5
0.185 7.17
0.170 7.13 0.152 7.18
7
0.175 7.15
7
0.165 7.13
0.112 7.12 0.134 7.15
9
0.120 7.15
9
0.140 7.09
0.078 6.98 0.128 7.01
11
0.080 7.04
11
0.125 7.03
0.057 6.93 0.090 6.96
13
0.063 6.99
13
0.104 6.93
0.059 6.83 0.089 6.84
15
0.055 6.86
15
0.101 6.88
Lampiran 10 Data uji aktivitas bakteri pada media minimal cair
Perlakuan
Bobot Minyak Bumi
(g)
Biodegradasi
(%)
pH
Kerapatan
Optik
0.9980 0.20 6.97 0.000
0.9947 0.53 7.00 0.000
0.9946 0.54 6.89 0.000
0.9986 0.14 6.98 0.000
Tanpa
Bakteri
0.9977 0.23 7.00 0.000
0.6625 33.75 6.87 0.164
0.5432 45.68 6.71 0.171
0.5568 44.32 6.80 0.166
0.5262 47.38 6.70 0.173
Bacillus sp.
galur ICBB
7859
0.4246 57.54 6.64 0.177
0.6908 30.92 6.80 0.052
0.5713 42.87 6.70 0.057
0.4658 53.42 6.61 0.065
0.5852 41.48 6.76 0.055
Bacillus sp.
galur ICBB
7865
0.5662 43.38 6.65 0.060
Lampiran 11 Data uji aktivitas bakteri pada media minimal cair dengan
penambahan surfaktan Tween 80
Perlakuan
Bobot Minyak Bumi
(g)
Biodegradasi
(%)
pH
Kerapatan
Optik
0.9954 0.46 6.84 0.000
0.9992 0.08 6.96 0.000
0.9967 0.33 7.00 0.000
0.9951 0.49 6.96 0.000
Tanpa
Bakteri
0.9946 0.54 6.91 0.000
0.5120 48.80 6.67 0.053
0.4985 50.15 6.62 0.057
0.6153 38.47 6.78 0.049
0.4828 51.72 6.58 0.059
Bacillus sp.
galur ICBB
7859
0.3819 61.81 6.26 0.060
0.5288 47.12 6.75 0.092
0.6405 35.95 6.77 0.084
0.5263 47.37 6.69 0.095
0.4045 59.55 6.48 0.108
Bacillus sp.
galur ICBB
7865
0.5231 47.69 6.52 0.106
Lampiran 12 Data bobot minyak bumi hasil uji aktivitas bakteri dalam
biodegradasi hidrokarbon minyak bumi dan penambahan
surfaktan Tween 80 pada tanah tercemar minyak bumi
Bobot Minyak Bumi (g)
Perlakuan
hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21 hari ke-28
B0S0 0.4179 0.2826 0.2687 0.2191
B0S0 0.4192 0.3659 0.2928 0.2611
B0S0 0.3741 0.3374 0.3036 0.1796
B0S1 0.3958 0.3179 0.2983 0.2121
B0S1 0.4191 0.3396 0.2728 0.2388
B0S1 0.3750 0.2683 0.2770 0.2052
B1S0 0.2504 0.1307 0.0734 0.0414
B1S0 0.1756 0.1191 0.0769 0.0487
B1S0 0.2424 0.1293 0.0715 0.0461
B1S1 0.2048 0.1104 0.0770 0.0478
B1S1 0.2259 0.1201 0.0886 0.0522
B1S1 0.1947 0.1273 0.0857 0.0522
B2S0 0.2440 0.1447 0.0799 0.0423
B2S0 0.2706 0.1647 0.1250 0.0399
B2S0 0.2383 0.1564 0.0969 0.0382
B2S1 0.2066 0.1153 0.0834 0.0612
B2S1 0.1910 0.1664 0.0905 0.0546
B2S1 0.2547 0.1482 0.0866 0.0600
Lampiran 13 Data biodegradasi hasil uji aktivitas bakteri dalam biodegradasi
hidrokarbon minyak bumi dan penambahan surfaktan Tween 80
pada tanah tercemar minyak bumi
Biodegradasi (%)
Perlakuan
hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21 hari ke-28
B0S0 16.42 43.48 46.26 56.18
B0S0 16.16 26.82 41.44 47.78
B0S0 25.18 32.52 39.28 64.08
B0S1 20.84 36.42 40.34 57.58
B0S1 16.18 32.08 45.44 52.24
B0S1 25.00 46.34 44.60 58.96
B1S0 49.92 73.86 85.32 91.72
B1S0 64.88 76.18 84.62 90.26
B1S0 51.52 74.14 85.70 90.78
B1S1 59.04 77.92 84.60 90.44
B1S1 54.82 75.98 82.28 89.56
B1S1 61.06 74.54 82.86 89.56
B2S0 51.20 71.06 84.02 91.54
B2S0 45.88 67.06 75.00 92.02
B2S0 52.34 68.72 80.62 92.36
B2S1 58.68 76.94 83.32 87.76
B2S1 61.80 66.72 81.90 89.08
B2S1 49.06 70.36 82.68 88.00
Lampiran 14 Data pH hasil uji aktivitas bakteri dalam biodegradasi hidrokarbon
minyak bumi dan penambahan surfaktan Tween 80 pada tanah
tercemar minyak bumi
pH
Perlakuan
hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21 hari ke-28
B0S0 7.87 7.53 7.68 7.41
B0S0 8.00 7.98 7.38 7.24
B0S0 7.97 8.16 7.65 7.77
B0S1 8.14 7.71 7.62 7.06
B0S1 7.65 7.48 7.72 7.56
B0S1 8.02 7.77 7.48 7.35
B1S0 7.56 7.31 6.87 7.03
B1S0 7.99 7.24 7.08 6.44
B1S0 7.95 7.49 6.85 6.61
B1S1 7.99 7.43 7.23 7.26
B1S1 7.69 7.47 7.15 7.15
B1S1 7.61 7.20 7.09 6.94
B2S0 8.08 7.35 7.55 6.97
B2S0 7.48 7.89 7.20 6.94
B2S0 8.03 7.48 7.52 6.79
B2S1 7.90 7.59 7.21 6.92
B2S1 7.84 7.33 7.11 6.60
B2S1 7.79 7.40 7.53 7.73
Lampiran 15 Data CO
2
-C hasil uji aktivitas bakteri dalam biodegradasi
hidrokarbon minyak bumi dan penambahan surfaktan Tween 80
pada tanah tercemar minyak bumi
CO
2
-C (mg/kg/hari)
Perlakuan
hari ke-7 hari ke-14 hari ke-21 hari ke-28
B0S0 13.56 6.82 3.33 1.33
B0S0 14.00 8.60 4.22 0.89
B0S0 14.22 9.27 2.89 2.00
B0S1 16.00 9.71 4.67 1.78
B0S1 14.89 9.04 4.67 1.11
B0S1 14.22 7.71 4.00 0.89
B1S0 21.56 15.04 7.56 6.44
B1S0 20.67 13.93 8.00 5.11
B1S0 24.44 15.93 8.67 4.22
B1S1 24.22 18.60 7.33 3.56
B1S1 22.67 17.04 6.22 2.22
B1S1 23.33 15.71 6.67 4.00
B2S0 20.89 13.93 6.67 4.44
B2S0 17.78 14.16 5.33 5.78
B2S0 19.11 13.27 6.89 4.67
B2S1 22.22 13.04 8.89 2.67
B2S1 19.56 14.82 7.56 4.67
B2S1 20.22 14.60 6.44 4.44
Lampiran 16 Analisis ragam pengaruh bakteri terhadap bobot minyak bumi pada
media minimal cair setelah inkubasi 15 hari
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Perlakuan
Galat
2
12
0.6407
0.0543
0.3203
0.0045
70.78 0.0001*
Total 14 0.6950
Lampiran 17 Analisis ragam pengaruh bakteri terhadap biodegradasi minyak
bumi pada media minimal cair setelah 15 hari inkubasi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Perlakuan
Galat
2
12
6406.5977
543.1141
3203.2989
45.2595
70.78 0.0001*
Total 14 6949.7118
Lampiran 18 Analisis ragam pengaruh bakteri terhadap pH pada media minimal
cair setelah 15 hari inkubasi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Perlakuan
Galat
2
12
0.2025
0.0653
0.1012
0.0054
18.60 0.0002*
Total 14 0.2678
Lampiran 19 Analisis ragam pengaruh bakteri terhadap kerapatan optik pada
media minimal cair setelah 15 hari inkubasi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Perlakuan
Galat
2
12
0.0749
0.0002
0.03745
0.00002
2144.21 0.0001*
Total 14 0.0751
Lampiran 20 Analisis ragam pengaruh bakteri dengan penambahan surfaktan
Tween 80 terhadap bobot minyak bumi pada media minimal cair
setelah 15 hari inkubasi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Perlakuan
Galat
2
12
0.7853
0.0556
0.3926
0.0046
84.81 0.0001*
Total 14 0.8409
Lampiran 21 Analisis ragam pengaruh bakteri dengan penambahan surfaktan
Tween 80 terhadap biodegradasi minyak bumi pada media minimal
cair setelah 15 hari inkubasi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Perlakuan
Galat
2
12
7852.9469
555.5899
3926.4735
46.2992
84.81 0.0001*
Total 14 8408.5368
Lampiran 22 Analisis ragam pengaruh bakteri dengan penambahan surfaktan
Tween 80 terhadap pH pada media minimal cair setelah 15 hari
inkubasi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Perlakuan
Galat
2
12
0.3546
0.2387
0.1773
0.0199
8.91 0.0042*
Total 14 0.5933
Lampiran 23 Analisis ragam pengaruh bakteri dengan penambahan surfaktan
Tween 80 terhadap kerapatan optik pada media minimal cair
setelah 15 hari inkubasi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Perlakuan
Galat
2
12
0.0237
0.0005
0.01185
0.00004
294.17 0.0001*
Total 14 0.0242
Lampiran 24 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap bobot
minyak bumi hari ke-7 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Bakteri
Surfaktan
Bakteri*Surfaktan
Galat
2
1
2
12
0.1239
0.0015
0.0006
0.0090
0.0620
0.0015
0.0003
0.0007
82.87
2.02
0.37
0.0001*
0.1806
0.6954
Total 17 0.1349
Lampiran 25 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap bobot
minyak bumi hari ke-14 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Bakteri
Surfaktan
Bakteri*Surfaktan
Galat
2
1
2
12
0.1354
0.0008
0.0001
0.0080
0.0677
0.0008
0.0001
0.0007
101.27
1.14
0.10
0.0001*
0.3060
0.9094
Total 17 0.1443
Lampiran 26 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap bobot
minyak bumi hari ke-21 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Bakteri
Surfaktan
Bakteri*Surfaktan
Galat
2
1
2
12
0.1595
0.0000
0.0004
0.0022
0.0797
0.0000
0.0002
0.0002
442.33
0.26
1.20
0.0001*
0.6223
0.3358
Total 17 0.1621
Lampiran 27 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap bobot
minyak bumi hari ke-28 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Bakteri
Surfaktan
Bakteri*Surfaktan
Galat
2
1
2
12
0.1164
0.0003
0.0003
0.0040
0.0582
0.0003
0.0002
0.0003
173.53
0.76
0.45
0.0001*
0.4007
0.6480
Total 17 0.1210
Lampiran 28 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap
biodegradasi minyak bumi hari ke-7 inkubasi pada tanah
tercemar minyak bumi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Bakteri
Surfaktan
Bakteri*Surfaktan
Galat
2
1
2
12
4956.3
60.4
22.4
358.9
2478.2
60.4
11.2
29.9
82.87
2.02
0.37
0.0001*
0.1806
0.6954
Total 17 5398.0
Lampiran 29 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap
biodegradasi minyak bumi hari ke-14 inkubasi pada tanah
tercemar minyak bumi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Bakteri
Surfaktan
Bakteri*Surfaktan
Galat
2
1
2
12
5417.0
30.6
5.1
321.0
2708.5
30.6
2.6
26.7
101.27
1.14
0.10
0.0001*
0.3060
0.9094
Total 17 5773.6
Lampiran 30 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap
biodegradasi minyak bumi hari ke-21 inkubasi pada tanah
tercemar minyak bumi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Bakteri
Surfaktan
Bakteri*Surfaktan
Galat
2
1
2
12
6378.6
1.8
17.3
86.5
3189.3
1.8
8.6
7.2
442.33
0.26
1.20
0.0001*
0.6223
0.3358
Total 17 6484.2
Lampiran 31 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap
biodegradasi minyak bumi hari ke-28 inkubasi pada tanah
tercemar minyak bumi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Bakteri
Surfaktan
Bakteri*Surfaktan
Galat
2
1
2
12
4656.9
10.2
12.1
161.0
2328.5
10.2
6.0
13.4
173.53
0.76
0.45
0.0001*
0.4007
0.6480
Total 17 4840.2
Lampiran 32 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap pH hari ke-
7 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Bakteri
Surfaktan
Bakteri*Surfaktan
Galat
2
1
2
12
0.0627
0.0050
0.0031
0.5606
0.0314
0.0050
0.0015
0.0467
0.67
0.11
0.03
0.5291
0.7492
0.9675
Total 17 0.6314
Lampiran 33 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap pH hari ke-
14 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Bakteri
Surfaktan
Bakteri*Surfaktan
Galat
2
1
2
12
0.5299
0.0612
0.0500
0.5283
0.2650
0.0612
0.0250
0.0440
6.02
1.39
0.57
0.0155*
0.2610
0.5810
Total 17 1.1695
Lampiran 34 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap pH hari ke-
21 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Bakteri
Surfaktan
Bakteri*Surfaktan
Galat
2
1
2
12
0.8910
0.0072
0.0990
0.2975
0.4455
0.0072
0.0495
0.0248
17.97
0.29
2.00
0.0002*
0.5998
0.1784
Total 17 1.2948
Lampiran 35 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap pH hari ke-
28 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Bakteri
Surfaktan
Bakteri*Surfaktan
Galat
2
1
2
12
0.8325
0.1043
0.2487
1.2069
0.4163
0.1043
0.1244
0.1006
4.14
1.04
1.24
0.0430*
0.3287
0.3249
Total 17 2.3924
Lampiran 36 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap CO
2
-C hari
ke-7 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Bakteri
Surfaktan
Bakteri*Surfaktan
Galat
2
1
2
12
215.2500
6.8450
0.0720
19.5260
107.6250
6.8450
0.0360
1.6270
66.14
4.21
0.02
0.0001*
0.0628
0.9783
Total 17 241.6930
Lampiran 37 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap CO
2
-C hari
ke-14 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Bakteri
Surfaktan
Bakteri*Surfaktan
Galat
2
1
2
12
180.8800
4.8260
2.8320
13.7820
90.4400
4.8260
1.4160
1.1490
78.74
4.20
1.23
0.0001*
0.0629
0.3259
Total 17 202.3200
Lampiran 38 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap CO
2
-C hari
ke-21 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Bakteri
Surfaktan
Bakteri*Surfaktan
Galat
2
1
2
12
42.1321
0.4640
6.2843
6.9002
21.0661
0.4640
3.1422
0.5750
36.64
0.81
5.46
0.0001*
0.3867
0.0205*
Total 17 55.7807
Lampiran 39 Analisis ragam pengaruh bakteri dan surfaktan terhadap CO
2
-C hari
ke-28 inkubasi pada tanah tercemar minyak bumi
Sumber
Keragaman
DB
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
Tengah
F-Hitung P-Value
Bakteri
Surfaktan
Bakteri*Surfaktan
Galat
2
1
2
12
36.5459
5.0562
2.5681
8.6925
18.2729
5.0562
1.2840
0.7244
25.23
6.98
1.77
0.0001*
0.0215*
0.2116
Total 17 52.8626