Anda di halaman 1dari 9

Abortus

Definisi
ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan,
pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin < 500 gram.
Klasifikasi
1. Abortus spontan : abortus yang berlangsung tanpa tindakan, >80% pada 12 minggu
pertama
2. Recurrent miscarriage
3. Induced abortion : terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan
ABORTUS SPONTAN
Etiologi
Faktor Fetus
1. Faktor genetik. Translokasi parental keseimbangan genetik
50-60% abortus spontan terjadi karena abnormalitas kromosom
kelainan aneuploidi (jumlah kromosom tidak tepat, merupakan jumlah hasil kali
jumlah diploid yang normal)

1. trisomi autosom paling sering pada trimester pertama
2. monosomi X (45, X) cth: pada Sindroma Turner
3. triploidi pada 16% kejadian abortus, paling banyak trisomi 16 (30% trisomi)
4, tetraploidi pada 8% kejadian abortus akibat kelainan kromosom
5. kelainan struktur kromosom pada 3% kelainan struktur kromosom

kelainan euploidi (jumlah kromosom seimbang 46,XY & 46,XX)
- puncak pada kehamilan 13 minggu

Disarankan untuk melakukan pemeriksaan amniosentesis (prosedur medis yang digunakan
untuk mendiagnosis kelainan kromosom dan infeksi fetus) pada ibu hamil dengan usia > 35
tahun karena resiko kelainan kromosom meningkat setelah usia 35 tahun.

Faktor Maternal
1. Infeksi
Organisme yang diduga menjadi penyebab abortus:
Bakteri
- Listeria monositogenes sebabkan amnionitis
- Klamidia trakomatis
- Ureaplasma urealitikum
- Mikoplasma hominis
- Bakterial vaginosis
Virus
- Sitomegalovirus
- Rubela
- Herpes simpleks virus (HSV)
- Human immunodeficiency virus(HIV)
- Parvovirus
Parasit
- Toksoplasmosis gondii
- Plasmodium falsiparum
Spirokaeta
- Treponema pallidum

Peranan infeksi terhadap resiko abortus (teori-teori):
- Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin efek langsung
- Infeksi pada janin kematian janin/cacat berat
- Infeksi plasenta insufisiensi plasenta dan dapat berlanjut ke kematian
- Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia bawah (misal:
Mikoplasma hominis, Klamidia, Ureaplasma urealitikum, HSV) yang dapat ganggu
proses implantasi
- Memicu perubahan genetik dan amniotik embrio, umumnya karena virus
2. Penyakit Kronis yang Melemahkan (Chronic Debilitating Disease)
Contoh: celiac sprue sindrom malabsorbsi, dicetuskan karena makanan yang
mengandung gluten
3. Kelainan endokrin
- hipotiroidisme ada hubungan antara autoantibodi tiroid dengan peningkatan insidens
keguguran
- DM abortus spontan meningkat pada wanita dengan diabetes yang insulin dependent
- nutrisi penurunan resiko pada wanita yang mengonsumsi sayur dan buah setip hari
4. Pemakaian Obat dan Faktor Lingkungan
1-10% malformasi janin terjadi karena paparan obat, bahan kimia, atau radiasi, cth:
- rokok nikotin mempunyai efek vasoaktif sehingga hambat sirkulasi plasenta
- karbon monoksida menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu
neurotoksin
- kafein jika konsumsi kopi setidaknya 5 gelas per hari (~ 500 mg kafein) resiko
- radiasi eksposur 5 Rads dapat tingkatkan resiko abortus
5. Kontrasepsi
Pemakaian IUD yang gagal untuk mencegah kehamilan meningkatkan resiko terkena septic
abortion (aborsi yang disertai infeksi berat)
6. Toksin pada Lingkungan (cth: arsenik, timbal, formaldehid, benzena, ethylene oksida)
7. Faktor imunologis
8. Thrombophilia yang diturunkan
9. Operasi selama kehamilan
Pada pengangkatan korpus luteum/ovarium perlu diberi suplemen progesteron jika
dilakukan sebelum kehamilan 10 minggu
10. Trauma (terutama trauma pada abdomen)
11. Kelainan kongenital uterus
Insidens kelainan bentuk uterus: 1/200 1/600 perempuan. Jika ada riwayat abortus: 27%
Anomali duktus Mulleri
Duktus Mulleri = salah satu
dari pasangan duktus
embrional yang timbul
sebagai kantong peritoneal,
memanjang ke kaudal untuk
bergabung dengan sinus
urogenitalis, dan berkembang
ke tuba uterina dan uterus
pada wanita dan menjadi
struktur vestigial pada pria

Septum uterus (40-80% -
penyebab terbanyak)
Adalah kelainan kongenital
dimana kavum uteri dibatasi
oleh septum longitudinal

Uterus bikornis/heart shaped uterus (10-30%)
Inkompetensi serviks uterus (serviks melemah dan mulai membuka sebelum bayi
siap untuk lahir)
Mioma uteri (10-30%)
Sindroma Asherman (resiko abortus: 25-80%)
Adalah amenore persisten dan sterilitas sekunder akibat perlekatan dan sinekia intra-
uterin, yang biasanya terjadi sebagai akibat kuratase uterus

Klasifikasi Klinis Abortus Spontan

1. Threatened abortion
Adalah kondisi yang menunjukkan bahwa keguguran dapat terjadi sebelum kehamilan 20
minggu (tetapi kehamilan masih mungkin berlanjut sampai cukup bulan).

Penyebab perdarahan: implantation bleeding (perdarahan yang terjadi pada waktu
implantasi ovum yang dibuahi ke dalam desidua, akibat kebocoran darah ke dalam lumen
uterus dari pembuluh darah yang pecah di sekitar tempat implantasi

Tandanya adalah: pengeluaran cairan berdarah dari uterus, dan belum ada gejala dilatasi
serviks, lalu beberapa jam-hari kemudian ada cramping abdominal pain nyeri terasa ritmik,
terasa ada penekanan pada pelvis, rasa tidak nyaman pada suprapubis.

Terjadi pada 20-25% wanita selama awal gestasi dan dapat berlangsung selama beberapa
hari atau minggu. Sekitar setengah dari jumlah kehamilan akan mengalami abortus.

Perdarahan berat dan persisten, dilakukan pengecekan hematokrit, jika ada tanda
hipovolemia ataupun anemia harus evakuasi kehamilan

Diagnosis: transvaginal sonography, serial serum qualitative human chorionic gonadotropin
(hcG), dan serum progesteron untuk mengecek apakah janin masih hidup
Tata laksana: analgesik (asetaminofen) untuk mengurangi nyeri, anti-D imunoglobulin
Kadar hCG
hCG levels in weeks from LMP (gestational age)* :
3 weeks LMP: 5 - 50 mIU/ml
4 weeks LMP: 5 - 426 mIU/ml
5 weeks LMP: 18 - 7,340 mIU/ml
6 weeks LMP: 1,080 - 56,500 mIU/ml
7 - 8 weeks LMP: 7, 650 - 229,000 mIU/ml
9 - 12 weeks LMP: 25,700 - 288,000 mIU/ml
13 - 16 weeks LMP: 13,300 - 254,000 mIU/ml
17 - 24 weeks LMP: 4,060 - 165,400 mIU/ml
25 - 40 weeks LMP: 3,640 - 117,000 mIU/ml
Non-pregnant females: <5.0 mIU/ml
Postmenopausal females: <9.5 mIU/ml
(source: http://www.americanpregnancy.org/duringpregnancy/hcglevels.html)

Kadar yang lebih rendah dari normal menunjukkan (harus dicek ulang dalam waktu 48-7 2
jam untuk melihat apakah ada perubahan kadar hCG):
Kesalahan penanggalan dalam kehamilan
Kemungkinan keguguran
Kehamilan ektopik

Kadar yang lebih tinggi dari normal menunjukkan (harus dicek ulang dalam waktu 48-7 2 jam
untuk melihat apakah ada perubahan kadar hCG):
Kesalahan penanggalan dalam kehamilan
Molar pregnancy (hamil anggur)
Multiple pregnancy
Kadar serum progesteron
Female (pre-ovulation): less than 1 ng/mL
Female (mid-cycle): 5 to 20 ng/mL
Male: less than 1 ng/mL
Postmenopausal: less than 1 ng/mL
Pregnancy 1st trimester: 11.2-90.0 ng/mL
Pregnancy 2nd trimester: 25.6-89.4 ng/mL
Pregnancy 3rd trimester: 48.4-42.5 ng/mL
Note: ng/mL = nanograms per milliliter
(source: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003714.htm)
Lebih tinggi dari normal menunjukkan:
Kehamilan
Kanker adrenal
Kanker ovarium
Congenital adrenal hyperplasia
Lebih rendah dari normal menunjukkan:
Amenorrhea
Kematian janin
Threatened abortion
Toxemia of pregnancy
2. Inevitable Abortion
Definisi: keadaan dengan perdarahan pervaginam yang hebat dan berlangsung lama,
serviks telah berdilatasi dan mendatar, dan abortus akan berjalan secara alami. Ketuban
juga sudah pecah.

Jika pengeluaran cairan disertai atau diikuti oleh perdarahan, nyeri, atau demam, hampir
pasti terjadi aborsi, dan uterus harus dikosongkan.

3. Incomplete abortion
Definisi: abortus dengan isi uterusnya tidak seluruhnya dikeluarkan (masih ada yang
tertinggal di kavum uteri)
Sebagian hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan
vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan di kavum uteri atau menonjol
pada ostium uteri eksternum.

Pasien dapat mengalami keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa konsepsi
dikeluarkan, jadi pengelolaan pasien harus diawali dengan memperhatikan keadaan umum
dan mengatasi gangguan haemodinamik untuk kemudian disiapkan untuk melakukan
kuretase. Pasca tindakan dapat diberikan uterotonika parenteral ataupun peroral dan
antibiotika.

4. Missed Abortion
Definisi: retensi abortus di dalam uterus yang telah mati, ditandai dengan berhentinya
pertumbuhan dan pengerasan uterus atau oleh pengurangan besar yang sesungguhnya;
hilangnya denyut jantung janin yang pernah terdengar sebelumnya juga merupakan hal
yang memastikan; keterangan yang lebih pasti mengenai kematian janin diperoleh dengan
elektrokardiografi janin dan ultrasonografi

Penderita biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan pertumbuhan
kehamilan tidak seperti yang diharapkan.
Pada pemeriksaan USG uterus mengecil, kantong gestasi mengecil dan bentuknya tidak
beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda kehidupan.

Tata laksana:
umur kehamilan <12 minggu: dilatasi dan kuratase
umur kehamilan 12-20 minggu : induksi dulu untuk mengeluarkan janin (dapat dengan
memberikan oksitosin IV dimulai dari dosis 10 unir dalam 500 cc dekstrosa 5% dengan
tetesan 20 tetes per menit, dapat diulangi sampai total oksitosin 50 unit, jika tidak berhasil
penderita diistirahatkan dulu 1 hari lalu induksi diulang maksimal 3 kali). Setelah janin atau
jaringan konsepsi keluar baru dilakukan kuratase.

5. Septic Abortion
Definisi: abortus yang disertai infeksi berat dari uterus, menyebabkan infeksi umum
Merupakan salah satu komplikasi tindakan abortus tersering yang terjadi apalagi jika
kurang memperhatikan segi asepsis dan antisepsis.
Infeksi dapat terjadi di genitalia , juga dapat meluas ke peritoneum, bahkan ke seluruh
tubuh (sepsis, septikemia) dan dapat menimbulkan syok septik.

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis tentang upaya tindakan abortus yang tidak
menggunakan peralatan asepsis + gejala dan tanda panas tinggi, tampak sakit dan lelah,
takikardia, perdarahan vaginam yang berbau, dan nyeri tekan. Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan leukositosis.

Tata laksana: antibiotik. Awalnya diberi penisilin 4x1,2 juta unit atau ampisilin 4x1 gram +
gentamisin 2x80 mg + metronidazol 2x1 gram. Selanjutnya antibiotik disesuaikan dengan
kultur. Kuretase dilakukan minimal 6 jam setelah pemberian antibiotik. Saat tindakan,
uterus diberikan uterotonika. Antibiotik lalu dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam.

ABORTUS REKUREN

Definisi
Pengeluaran spontan dari janin mati atau tidak viabel, pada tiga atau lebih kehamilan
berurutan, pada tingkat perkembangan yang kurang lebih sama.

Etiologi

1. Abnormalitas kromosom parental
Menyebabkan abortus sebanyak 2-4%

2. Faktor anatomis
Kelainan didapat: Asherman syndrome, leiomyoma (neoplasma pada otot polos yang
sifatnya jinak), inkompetensi serviks uterus
Kelainan developmental: uterus septus (septate), bikornus, dan unikornus
3. Faktor imunologis
Keguguran sering pada wanita dengan penyakit SLE. Ini karena mereka mempunyai
antiphospolipid antibodies (aPA). aPA merupakan antibodi yang akan berikatan dengan sisi
negatif dari fosfolipid. Bentuk aPA yang diketahui mempunyai arti klinis penting yaitu:
Lupus Anticoagulant (LAC), Anticardiolipin antibodies (aCLs) ditemukan pada kematian
janin. APS sering ditemukan pada preeklampsia, IUGR, dan prematuritas. Selain itu, juga
terdapat pada trombosis arteri-vena, trombositopeni autoimun, anemia hemolitik, korea,
dan hipertensi pulmonum.
Pada APS terjadi peningkatan tromboksan terhadap prostasiklin, peningkatan agregasi
trombosit, penurunan c-reaktif protein, peningkatan sintesis platelet activating factor
trombosis plasenta
aPA ditemukan pada <2% perempuan hamil yang sehat, >33% perempuan penderita SLE,
<20% perempuan yang mengalami abortus
Tata laksana: aspirin 81mg oral per hari + heparin 5000 unit SC 2x sehari. Terapi dimulai
ketika kehamilan didiagnosa, dilanjutkan terus sampai kelahiran. Dapat memperbaiki
keberhasilan kehamilan.

4. Faktor aloimun
Misalnya pada sel natural killer (NK) yang berubah dan pada peningkatan antibodi
limfositotoksik. Tata laksana dapat dilakukan dengan pemberian terapi IVIG untuk wanita
yang mengalami keguguran setelah sebelumnya dapat melahirkan dengan sukses.

5. Thrombofilia yang diturunkan
Ada faktor pembekuan darah abnormal yang dapat menyebabkan trombosis secara
patologis dan membuat adanya ketidakseimbangan antara faktor pembekuan dan
antikoagulan. Misalnya adalah mutasi pada faktor V Leiden, penurunan atau tidak adanya
antithrombin III, mutasi gen pada prothrombin, dan mutasi pada gen untuk methylene
tetrahydrofolate reductase yang menyebabkan peningkatan level serum homosistein. Yang
paling sering dihubungkan dengan abortus rekuren adalah faktor V Leiden dan mutasi gen
prothrombin. Terapi dengan aspirin ataupun heparin tidak membantu.

6. Faktor endokrin
Sebabkan 8-12% abortus rekuren.
- defisensi progesteron insufisiensi sekresi progesteron oleh korpus luteum/plasenta
- sindroma polikistik ovarium
Mekanisme yang mungkin adalah peningkatan LH dan efek langsung hiperinsulinemia
- DM
- hipotiroidisme jadi perlu skrining TSH bagi wanita yang mengalami abortus rekuren

7. Infeksi
ABORTUS YANG DISENGAJA (INDUCED ABORTION)

THERAPEUTIC ABORTION
Adalah abortus yang diinduksi untuk menyelamatkan hidup atau kesehatan (fisik dan
mental) seorang wanita hamil.
Contoh: pada wanita yang mengalami dekompensatio kordis persisten, DM, pemerkosaan

VOLUNTARY ABORTION
Adalah interupsi kehamilan sebelum saatnya dilahirkan karena permintaan dari wanita
tersebut tetapi bukan untuk alasan medis.



Reference:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000907.htm
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003714.htm
http://www.americanpregnancy.org/duringpregnancy/hcglevels.html
Williams
Ilmu Kebidanan

Anda mungkin juga menyukai