Anda di halaman 1dari 6

IV.B.21.

Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa



LKPJ 2011 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
187
21. URUSAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
Pemberdayaan masyarakat (Community Empowerment) sebagai sebuah paradigma
pembangunan memiliki posisi unik jika dilihat dari perspektif urusan, karena sesungguhnya
pemberdayaan masyarakat adalah ruh dari pembangunan itu sendiri. Dalam tataran
implementasi pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah proses dan tujuan. Sebagai
sebuah proses, ia taat pada azas Dari, Oleh dan Untuk Masyarakat sedangkan sebagai
sebuah tujuan maka kemandirian masyarakat adalah tujuannya.
Adapun untuk mengukur tingkat kemandirian masyarakat, berdasarkan ciri pemberdayaan
yang berpihak pada kaum lemah, maka indicator umum yang digunakan adalah angka
kemiskinan. Komitmen Pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam penanggulangan
kemiskinan ditunjukkan pada prioritas dan sasaran pembangunan daerah tahun 2011,
dengan kebijakan yang diprioritaskan pada :
Peningkatan Keberdayaan Masyarakat, melalui Optimalisasi pelaksanaan program
pemerintah Bantuan, Sosial Terpadu, PNPM Mandiri, Kredit Usaha Rakyat.
Pemberdayaan Fakir Miskin, dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Lainnya, melalui Revitalisasi Tim Penanggulangan Kemiskinan Daerah.
Peningkatan perluasan dan pengembangan Kesempatan Kerja, melalui
pengembangan kelembagaan produktivitas dan pelatihan kewirausahaan.
Perlindungan dan jaminan sosial, melalui Penyediaan sistem jaminan sosial bagi
masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
Pengembangan usaha masyarakat, melalui Peningkatan pemerataan distribusi
kepemilikan modal material kepada seluruh masyarakat dan Peningkatan
kemampuan usaha mikro, kecil dan menengah untuk mengelola produk-produk
potensial daerah baik dalam bidang permodalan, produksi maupun pemasaran.
Kerjasama Pembangunan, melalui Penguatan kerjasama antara Wonosobo
Perguruan Tinggi Pelaku Usaha / BIG Partnership dalam pengembangan produk-
produk potensial daerah (pertanian, usaha mikro kecil dan menengah, serta
pariwisata).

a. PROGRAM DAN KEGIATAN
Sejalan dengan arah kebijakan tersebut pada tahun 2011 telah dilaksanakan berbagai
program dan kegiatan dengan tetap memfokuskan pada upaya untuk menurunkan
angka kemiskinan. Untuk mendukung dan mewujudkan tujuan tersebut, melalui
Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2011 telah
dialokasikan sebesar Rp. 14.730.669.400 atau sebesar 1,45 % dari total APBD Tahun 2011
yang berjumlah Rp. 1.014.666.738.473 dari alokasi tersebut terealisasi sebesar Rp.
14.666.213.753 atau 99,56 % dari alokasi yang diberikan. Realisasi anggaran sebesar
95,83% menunjukkan telah terjadinya efisiensi sebesar 5,17 % dari anggaran yang
diberikan Anggaran tersebut digunakan untuk kegiatan belanja langsung maupun
belanja tidak langsung. Adapun program dan alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel
berikut :



IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

LKPJ 2011 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
188
Tabel. IV.B.21.1
Rincian Program dan Realisasi Anggaran
Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tahun 2011

No. Program
Alokasi
(Rupiah)
Realisasi
(Rupiah)
1 Belanja Langsung 2.626.559.400 2.607.021.281
a Program Peningkatan Keberdayaan
Masyarakat
1.872.370.000 1.857.413.375
b Program Pengembangan Lembaga
Ekonomi Perdesaan
110.000.000 109.830.000
c Program Pengembangan Kecamatan 257.500.000 256.044.200
d Program Peningkatan Partisipasi
Masyarakat Dalam Membangun Desa
240.000.000 239.200.500
e Program Adminitrsasi Perkantoran 103.445.000 101.364.897
f Program Peningatan Sarana Prasarana 43.244.400 43.168.309
2 Belanja Tidak langsung 10.789.348.690 10.732.096.236
a Belanja Pegawai 1.384.348.690 1.327.096.236
b Belanja Hibah 9.405.000.000 9.405.000.000
Total 13.415.908.090 13.339.117.517
Sumber : APBD Kabupaten Wonosobo 2010 (diolah)

b. REALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN
Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat
Untuk lebih meningkatkan keberdayaan masyarakat pedesaan maka dalam program ini
dilakukan beberapa beberapa kegiatan antara lain dengan menguatkan kapasitas
pemerintah desa, dan lembaga kemasyarakatan yang ada di desa, melaksanakan
pendampingan terhadap pelaksanaan kegiatan pemberdayaan di tingkat desa, serta
melaksanakan kerjasama dengan pihak lain (seperti TNI-POLRI) dalam melaksanakan
pembangunan di tingkat desa. Beberapa cara tersebut ditempuh agar penanggulangan
kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat dapat terimplementatif secara
maksimal. Beberapa kegiatan yang akan diuraikan berikut ini sebagian besar
mempunyai relevansi yang sangat kuat dengan penanggulangan kemiskinan.
Salah satu kegiatan utama untuk mendukung program ini adalah pemberian
kewenangan yang disertai dengan biaya perimbangan yang diwujudkan dalam
pemberian alokasi dana desa yang bertujuan memberikan ruang yang lebih besar bagi
masyarakat desa untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan pembangunan di
desanya.
Alokasi dana desa atau dulunya disebut dana perimbangan daerah yang lebih akrab
disebut dengan ADD adalah bantuan keuangan dari pemerintah Kabupaten Wonosobo
kepada pemerintah desa yang berasal dari APBD Kabupaten Wonosobo, dimaksudkan
IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

LKPJ 2011 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
189
untuk membiayai program pemerintah desa dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat.
Secara umum ADD dapat diterima dan dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat desa.
Dana tersebut telah mampu menjadi stimulan bagi pembangunan desa. Sebagian besar
masyarakat desa menyampaikan bahwa kebijakan ADD ini dirasakan lebih bermanfaat.
Mekanismenya dirasakan lebih transparan dan partisipatif serta pemanfaatannya lebih
demokratis, berdasarkan pada rembug desa. Untuk mewujudkan hal tersebut maka
dilaksanakan kegiatan fasilitasi dan pendampingan ADD yang pada tahun 2011
dianggarkan sebesar Rp.75.000.000,00 yang diperuntukkan pada kegiatan
pendampingan, evaluasi dan monitoring pelaksanaan ADD di 236 desa.
Untuk menjamin agar penyelenggaraan pemerintahan desa tetap berjalan dengan baik
maka pada tahun ini di desa Wonokromo Kec. Mojotengah, desa Glagah dan desa
Banyumudal Kec. Sapuran dilaksanakan pemilihan kepala desa dengan anggaran
sebesar Rp.20.000.000,-.
Sedangkan dalam rangka meningkatkan keberdayaan masyarakat dan meningkatkan
kemanunggalan antara TNI dan rakyat maka dilakukan kegiatan TMMD dengan
anggaran sebesar Rp.335.570.000,00 yang difokuskan di Kecamatan Kertek dan
Kecamatan Sapuran. Terkait dengan upaya peningkatan keberdayaan masyarakat
khususnya dibidang ekonomi dilakukan pula kegiatan pemberdayaan petani tembakau
dalam rangka alih profesi dan alih komoditas berupa pemebrian keterampilan dan
bantuan 100 ekor kelinci dan 70 ekor kambing.
.
Program Pengembangan Ekonomi Perdesaan
Ada dua kegiatan utama yang dilakukan pada program ini, yang pertama adalah
Kegiatan Pengembangan Ekonomi Rakyat (PER) merupakan salah satu program
Pemerintah yang diarahkan untuk menumbuhkembangkan kembali ekonomi rakyat
terutama untuk kegiatan ekonomi dengan skala kecil dan menengah. Dengan program
ini diharapkan kegiatan ekonomi rakyat yang akhir-akhir ini mengalami kelesuan dapat
bangkit kembali. Kegiatan Pengembangan Ekonomi Rakyat ini diutamakan bagi para
pelaku kegiatan ekonomi produktif rakyat disektor pertanian rakyat, kerajinan rakyat
dan industri kecil menengah. Pada tahun 2011 ini lokasi Kegiatan Pengembangan
Ekonomi Rakyat (PER) adalah diwilayah pengasil tembakau di Kabupaten Wonosobo.
Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi Pembinaan IKM sebanyak 30 orang, Pelatihan
(Pelatihan Pengolahan Kopi sebanyak 20 orang dan Pelatihan Batik sebanyak 20 orang),
Pembuatan FS Pembentukan Klaster serta kegiatan administratif pendukung lainnya.
Satu kegiatan lagi yang dilakukan adalah Fasilitasi Pengembangan LKM atas
pertimbangan bahwa pengembangan Usaha Mikro dan Kecil masih terkendala dengan
keterbatasan modal yang dimiliki serta sulitnya akses kepada sumber sumber
pembiayaan. Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di masyarakat, telah
berperan dalam membantu pembiayaan usaha mikro dan kecil karena letaknya yang
tersebar di seluruh pelosok tanah air, serta persyaratannya yang mudah dipenuhi oleh
masyarakat yang membutuhkan.
Sebagian Lembaga Keuangan Mikro (LKM) belum berbadan hukum sehingga diperlukan
diperlukan kejelasan status, pengaturan, pengawasan, pembinaan dan
pengembangannya.
IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

LKPJ 2011 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
190
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang dimaksud adalah LKM yang belum berbadan
Hukum, dibentuk atas inisiatif Pemerintah, Pemerintah Daerah dan / atau masyarakat
seperti Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP), Badan Kredit Desa (BKD), Badan
Usaha Kredit Pedesaan (BUKP), Lumbung Pitih Nagari (PLN), Lembaga Perkreditan Desa
(LPD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kelompok Usaha Bersama (KUB), Kelompok
Program Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K), Badan Keswadayaan
Masyarakat (BKM), PNPM Mandiri Perkotaan, Kelompok Unit Program Pelayanan
Keluarga Sejahtera (UPPKS), Unit Pengelola Keuangan Desa (UPKD), Kelompok Tani
Pemberdayaan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), Lembaga Simpan Pinjam Berbasis
Masyarakat (LSPBM), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dan / atau lembaga lainnya yang di
persamakan dengan itu.
Di Wilayah Kabupaten Wonosobo, masih terdapat banyak Lembaga keuangan mikro
seperti diantara tersebut diatas yang belum berbadan Hukum, oleh karena itu Kegiatan
Fasilitasi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro diharapkan dapat memfasilitasi LKM
- LKM yang ada agar dapat mempunyai status hukum yang jelas, diantaranya berbentuk
Koperasi ataupun BUMDes.

Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Membangun Desa
Untuk mendorong peran aktif masyarakat dalam pembangunan dilakukan dengan
berbagai upaya, diantaranya melalui program peningkatan partisipasi masyarakat dalam
membangun desa. Kegiatan yang dilakukan meliputi Bulan Bhakti Gotong Royong,
pendampingan PNPM Mandiri Perdesaan dan Perkotaan, Penunjang Kegiatan Stimulan
Pembangunan Pedesaan Operasional Monev Sarpras Kantor Desa, Revitalisasi LKMD
menjadi LPMD serta Gelar Teknologi Tepat Guna.
Pencanangan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BGGRM) di Latar-belakangi
oleh keinginan untuk melestarikan nilai-nilai kegotong-royongan sebagai salah satu ciri
khas kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya, sebagai sebuah modal social
nilai-nilai kegotong royongan menjadi begitu penting dalam koneteks pemberdayaan
masyarakat, gotong royong inilah yang menjadi inti dari konsep dari, oleh dan untuk
masyarakat. Sehingga sudah selayaknyalah jika kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk
upaya pelestaraian nilai-nilai luhur masyarakat. Secara simbolis kegiatan ini diwujudkan
dalam bentuk Upacara Pencanangan Bulan Bhakti Gotong Royong yang dilanjutkan
dengan kegiatan kerja bhakti masal.
Program Adminstrasi Pendamping (PAP) PNPM Mandiri Perdesaan diberikan dalam
rangka mendukung pelaksanaan PNPM Mandiri di Kabupaten Wonosobo. Dari alokasi
dana yang disediakan sebesar Rp. 145.000.000- dapat terealisasi seluruhnya. Anggaran
tersebut sebagaian besar atau 60% lebih diberikan kepada Kecamatan untuk
pendampingan kegiatan di desa. Adapun kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan
untuk meningkatkan kapasitas perangkat kecamatan dan desa dalam pendampingan
PNPM, sosialisasi Petunjuk teknis operasional PNMP, rapat-rapat dan fasilitasi
permasalahan serta untuk bantuan kepada badan kerjasama antar desa. Manfaat dari
berbagai kegiatan tersebut adalah terciptanya proses dan mekanisme PNPM Mandiri
sesuai dengan aturan melalui bentuk-bentuk pembinaan, monitoring, koordinasi,
pengendalian serta pelaporan yang akuntabel.


IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

LKPJ 2011 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
191
Capaian Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Meskipun urusan pemberdayaan masyarakat dan desa sangat luas namun untuk
mengetahui kinerja urusan ini ditetapkan beberapa indicator yang dapat dilihat seperti
dibawah ini :
Tabel. IV.B.21.2
Capaian kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tahun 2011
berdasarkan Indikator Kinerja Kunci (IKK) penyelenggaraan pemerintahan daerah

No Indikator 2010 2011
1 Jumlah desa/kel. berswasembada 264 264
2 Jumlah LPM Aktif 795 856
3 Jumlah Kelompok binaan LPM 3 15
4 Jumlah PKK aktif 265 281
5 Jumlah Kelompok binaan PKK 2 15
6 PKK aktif 281/8591
3,27%
7 Posyandu aktif 1321/1321
100%
8 Rumah layak huni 72710/194057
37,47%

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum kinerja urusan pemberdayaan
masyarakat dan desa mengalami peningkatan cukup signifikan.

c. PERMASALAHAN DAN SOLUSI
Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan urusan pemberdayaan
masyarakat dan desa antara lain :
Perubahan konsep atau paradigma pembangunan masyarakat. dari Pembangunan
Masyarakat = Community Development (CD) menjadi Pemberdayaan
Masyarakat = Community Empowerment (CE) belum sepenuhnya dipahami oleh
Pelaku Pemberdayaan
Kurang adanya kesinambungan suatu kegiatan/program, terutama untuk program
pemberdayaan yang membutuhkan skema keberlanjutan sampai periode tertentu.
Belum optimalnya peran aktif kelompok masyarakat tertentu dalam pembangunan.
Terbatasnya kualitas SDM serta kurangnya kurangnya akses/informasi bagi
masyarakat yang terlibat dalam program pemberdayaan


IV.B.21. Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

LKPJ 2011 Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
192

Upaya untuk mengatasi kendala tersebut antara lain :
Perlunya program capacity building untuk meningkatkan kapasitas SDM aparatur
bidang pemberdayaan.
Perlunya media informasi dan komunikasi yang efektif bagi masyarakat atas akses
informasi pembangunan
Perlunya komunikasi dan koordinasi yang lebih intens kepada seluruh stakeholder
pembangunan menuju integrasi perencanaan pembangunan yang sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai