Peristiwa fluidisasi digunakan pada berbagai industri antara lain : 1. Industri Petrokimia Cracking adalah penguraian senyawa hidrokarbon fraksi berat menjadi molekul- molekul senyawa hidrokarbon fraksi ringan. Contoh cracking adalah pengolahan minyak solar atau minyak tanah menjadi bensin. Proses ini terutama ditujukan untuk memperbaiki kualitas dan perolehan fraksi gasolin. Kualitas gasolin sangat ditentukan oleh sifat anti knock yang dinyatakan dalam bilangan oktan.Terdapat 2 cara proses cracking, yaitu : 1) Cara panas (thermal cracking), dengan suhu tinggi dan tekanan rendah. 2) Cara katalis (catalytic cracking), dengan penggunaan katalis. Katalis yang digunakan biasanya SiO 2 atau Al 2 O 3 bauksit. Reaksi dari perengkahan katalitik melalui mekanisme perengkahan ion karbonium. Mula-mula katalis karena bersifat asam menambahkan proton ke molekul olefin atau menarik ion hidrida dari alkana sehingga menyebabkan terbentuknya ion karbonium :
Untuk merngurangi kebutuhan energi yang cukup besar serta menghasilkan produk dengan selektifitas yang tinggi, digunakan catalytic cracking. Dalam reaktor cracking, katalis padat dalam butiran dapat diregenerasi secara kontinyu dengan mengalirkan katalis dari reaktor ke unit aktivasi katalis. Ada tiga unit proses dalam proses catalytic cracking: 1. Reaksi: crude oil bereaksi dengan katalis dan retak menjadi hidrokarbon yang berbeda-beda 2. Regenerasi: katalis diaktifkan kembali oleh pembakaran coke 3. Fraksinasi: aliran hidrokarbon yang retak dipisahkan menjadi berbagai produk
2
Fluid Catalytic Cracking (FCC) merupakan unit proses yang berfungsi sebagai unit proses perengkah hidrokarbon fraksi berat menjadi fraksi lebih ringan dengan bantuan butiran katalis halus yang dipanaskan dan digerakkan seperti fluida cair (fluidisasi), pada pengaturan tekanan, temperatur dan kondisi parameter proses tertentu. Karena fraksi minyak yang berat dan kontinyu, diperlukan upaya mengaktifkan kembali katalis yang kembali dari Rektor melalui pembakaran coke yang menempel di katalis pasca proses katalitik di reaktor. Katalis yang berupa butiran halus (40 s/d 140 microns, rata-rata 70-80 microns) digerakkan dengan pengaturan kondisi operasi tertentu olen bantuan steam atau lift gas agar dapat bergerak bersirkulasi seperti cairan (fluida) dalam sistim reaktor-regenerator. Proses cracking menghasilkan produk hidrokarbon berbagai fraksi Gas (H 2 , CH 4 , C 2 H 2 , C 2 H 6 ), LPG mixed (Propane, Propylene, Butane,Butane), Naphtha (komponen gasoline), light cycle oil (LCO), heavy cycle oil (HCO), dan slurry oil atau decant oil (DCO) sebagi sisa dan Coke. Produk produk tersebut dipisahkan dengan fraksinasi.
2. Industri Logam. Pemakaian lain reaktor fluidisasi tanpa reaksi katalitik antara lain pengambilan tembaga, perak atau emas dari bijinya. Pada pengambilan logam dari bijinya aliran gas yang digunakan adalah gas pereduksi, sehingga oksida logam tereduksi menjadi logam murni. Pada umumnya pembuatan besi dapat dikategorikan dua macam, yaitu pembuatan besi secara konvensional dan non konvensional. Pembuatan besi secara konvensional yaitu pengolahan bji besi di reduksi secara tidak langsung, umumnya adalah Blast Furnace. Untuk pembuatan besi secara non konvensional yaitu mereduksi bijih besih secara langsung dengan menggunakan gas pereduksi seperti gas H 2 dan CO. 3
Bahan yang digunakan dalam proses dapur tinggi untuk menghasilkan besi kasar dari dapur tinggi diperlukan bahan-bahan antara lain: 1. Iron ore : umumnya hematite (besi oksida Fe 2 O 3 ) 2. Limestone : kalsium karbonat CaCO 3 , batu kapur digunakan untluk mengikat bahan-bahan yang ikut bercampur dalam cairan besi menjadi terak CaO. Proses pengikatan bahan yang ikut dalam cairan besi dapat dilihat pada reaksi berikut : CaCO 3 CaO + CO 2
FeS + CaO + C Fe + CaS + CO Dengan adanya terak yang terletak di permukaan cairan-besi ini, terjadinya oksidasi oleh udara dapat dihindari. 3. Hot air : pembakaran terjadi di bagian bawah furnace untuk penyediaan panas dan oksigen 4. Coke : berasal dari batu bara yang kadar karbonnya tinggi Proses reduksi bijih besi yang berlangsung dalam blast furnace dapat dilihat pada gambar:
Proses dalam blast furnace: 1. Bahan baku dimasukkan dalam blast furnace melalui tutup berbentuk kerucut 2. Pemanasan cepat secara simultan di bagian bawah furnace 3. Pembakaran coke, coke dibakar menggunakan udara panas menghasilkan karbon dioksida dan panas. C + O 2 CO 2 + Heat 4
4. Produksi karbon monoksida (agen reduksi), karbon dioksida bereaksi kembali dengan coke menghasilkan karbon monoksida. CO 2 + C 2CO 5. Reduksi hematite, karbon monoksida mereduksi hematite menjadi besi Fe 2 O 3 + 3CO 2Fe + 3CO 2 6. Dekomposisi limestone, limestone terdekomposisi dengan panas yang dihasilkan membentuk kalsium oksida dan karbon diksida CaCO 3 CaO + 3CO 2
7. Pembentukkan slag, kalsium oksida yang terbentuk bereaksi dengan pasir (impuritis asam) membentuk kalsium silica yang disebut dengan slag. CaO + SiO 2 CaSiO 3 . Besi yang terbentuk mengendap dibagian bawah furnace dan lapisan slag berada di atasnya sehingga melindungi besi dari oksidasi. Besi yang diperoleh dari proses ini disebut dengan pig iron.
3. Industri Pengolahan Limbah. Beberapa incenerator menggunakan prinsip fluidisasi, digunakan untuk pembakaran lumpur dari proses mikrobiologi dan juga penyelesaian akhir untuk perlakuan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Selain pembakaran limbah juga akan dihasilkan panas yang dapat digunakan sebagai pengasil steam. Fluidized bed incinerator telah digunakan untuk macam-macam limbah termasuk limbah perkotaan dan limbah lumpur.
5
Fluidized bed incinerator adalah sebuah tungku pembakar yang menggunakan media pengaduk berupa pasir seperti pasir kuarsa atau pasir silica, sehingga akan terjadi pencampuran (mixing) yang homogen antara udara dengan butiran-butiran pasir tersebut. Mixing yang konstan antar partikel mendorong terjadinya laju perpindahan panas yang sangat cepat serta terjadinya pembakaran sempurna. Fluidized bed incinerator berorientasi bentuk tegak lurus, silindris dengan kerangka baja yang dilapisi bahan tahan api, berisi hamparan pasir (sand bed) dan distributor untuk fluidisasi udara. fluidized bed incinerator normalnya tersedia dalam ukuran berdiameter dari 9 sampai dengan 34 ft. Hamparan pasir diletakkan di atas distributor yang berupa grid logam dilapisi bahan tahan api. Grid ini berisi suatu pelat berpori nozel injeksi udara dimana udara dialirkan ke dalam ruang bakar untuk memfluidisasi bed tersebut. Aliran udara melalui nozel memfluidisasi hamparan tersebut sehingga berkembang menjadi dua kali volume sebelumnya. Fluidisasi meningkatkan pencampuran dan turbulensi serta laju perpindahan panas yang terjadi. Bahan bakar bantu digunakan selama pemanasan awal untuk memanaskan hamparan sampai suhu operasi sekitar 750-900 0 C sehingga pembakaran dapat terjaga pada suhu konstan. Dalam beberapa instalansi, suatu sistem water spray digunakan untuk mengendalikan suhu ruang bakar. Reaktor unggun atau hamparan fluidisasi meningkatkan penyebaran umpan limbah yang datang dengan pemanasan yang cepat sampai suhu ignition serta meningkatkan waktu kontak yang cukup dan juga kondisi pencampuran yang hebat untuk pembakaran sempurna. Pembakaran normalnya terjadi sendiri, kemudian sampah hancur dengan cepat, kering dan terbakar dalam hamparan pasir. Laju pembakaran sampah meningkat oleh kontak langsung dengan partikel hamparan yang panas. Aliran udara fluidisasi meniup abu halus dari hamparan. Gas-gas pembakaran diproses lagi di wet scrubber dan kemudian abu dibuang.