Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
Bells palsy atau prosoplegia adalah kelumpuhan nervus fasialis perifer,
terjadi secara akut dan penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) atau tidak
menyertai penyakit lain yang dapat mengakibatkan lesi nervus fasialis. Penyakit
ini dapat mengenai semua umur, namun lebih sering terjadi pada umur 2!"
tahun. Peluang untuk terjadinya bells palsy pada laki!laki sama dengan para
#anita. Pada kehamilan trimester ketiga dan 2 minggu pasca persalinan
kemungkinan timbulnya bells palsy lebih tinggi dari pada #anita tidak hamil,
bahkan bisa mencapai $ kali lipat.
Para ahli menyebutkan bah#a pada bells palsy terjadi proses inflamasi
akut pada nervus fasialis di daerah tulang temporal, disekitar foramen
stilomastoideus. Bells palsy hampir selalu terjadi unilateral. %amun demikian
dalam jarak #aktu satu minggu atau lebih dapat terjadi paralisis bilateral. Penyakit
ini berulang atau kambuh.
Paralisis fasialis perifer dapat terjadi pada penyakit!penyakit tertentu,
misalnya diabetes melitus, hipertensi berat, anestesi lokal pada pencabutan gigi,
infeksi telinga bagian tengah, sindrom &uillain Barre. 'pabila faktor penyebab
jelas maka disebut paralisis fasialis perifer dan bukannya bells palsy.
Biasanya penderita mengetahui kelumpuhan fasialis dari teman atau
keluarga atau pada saat bercermin atau sikat gigi(berkumur. Pada saat penderita
$
menyadari bah#a ia mengalami kelumpuhan pada #ajahnya, maka ia mulai
merasa takut, malu, rendah diri, mengganggu kosmetik dan kadangkala ji#anya
tertekan terutama pada #anita dan pada penderita yang mempunyai profesi yang
mengharuskan ia untuk tampil di muka umum. )eringkali timbul pertanyaan di
dalam hatinya, apakah #ajahnya bisa kembali secara normal atau tidak.
Pada saat penderita menyadari bah#a ia mengalami kelumpuhan pada
#ajahnya, maka ia merasa takut dan timbul pertanyaan di dalam hatinya apakah ia
menderita stroke yang berarti separuh tubuhnya akan menjadi lumpuh juga. Bila
terjadi pada penderita #anita akan menjadi malu dan ji#anya tertekan, takut kalau
menetap untuk selamanya.
Permasalahan yang ditimbulkan Bells palsy cukup kompleks, diantaranya
masalah fungsional, kosmetika dan psikologis sehingga dapat merugikan tugas
profesi penderita. )ehingga diperlukan terapi secara cepat dan tepat untuk
mencapai pemulihan terbaik fungsi saraf #ajah dan penderita dapat kembali
melakukan aktivitas kerja sehari!hari serta bersosialisasi dengan masyarakat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Bells palsy adalah kelumpuhan nervus fasialis perifer (%.*++), terjadi
secara akut dan penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) atau tidak menyertai
penyakit lain yang dapat mengakibatkan lesi nervus fasialis atau kelumpuhan
fasialis perifer akibat proses non!supuratif, non!neoplasmatik, non!degeneratif
primer namun sangat mungkin akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di
foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen tersebut, yang
mulanya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
2.2 Epidemologi
+nsiden Bells palsy secara pasti sulit ditentukan karena penderita tidak
hanya berobat ke dokter saraf saja, tetapi kemungkinan ada yang berobat kepada
dokter umum, dokter ,-, maupun dokter mata. .ata yang dikumpulkan dari /
0
buah 1umah sakit di +ndonesia didapatkan frekuensi Bells palsy sebesar $2,"" 3
dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak pada usia 2$40 tahun. 5ebih sering
terjadi pada #anita daripada pria. ,idak didapati perbedaan insiden antara iklim
panas maupun dingin, tetapi pada beberapa penderita didapatkan adanya ri#ayat
terpapar udara dingin seperti naik kendaraan dengan kaca terbuka, tidur di lantai
atau bergadang sebelum menderita bells palsy.
2.3 Etiologi
'da / teori yang dihubungkan dengan etiologi Bells palsy yaitu6
$. ,eori iskemik vaskuler
,erjadi gangguan regulasi sirkulasi darah ke %.*++. ,erjadi
vasokontriksi arteriole yang melayani %.*++ sehingga terjadi iskemik,
kemudian diikuti oleh dilatasi kapiler dan permeabilitas kapiler yang
meningkat dengan akibat terjadi transudasi. 7airan transudat yang keluar akan
menekan dinding kapiler limfe sehingga menutup. )elanjutnya akan
menyebabkan keluar cairan lagi dan akan lebih menekan kapiler dan venula
dalam kanalis fasialis sehingga terjadi iskemik.
2. ,eori infeksi virus
Bells palsy sering terjadi setelah penderita mengalami penyakit virus,
sehingga menurut teori ini penyebab bells palsy adalah virus. 8uga dikatakan
bah#a perjalanan klinis bells palsy menyerupai viral neurophaty pada saraf
perifer lainnya.
/
0. ,eori herediter
Penderita bells palsy kausanya herediter, autosomal dominan. Bells
palsy terjadi mungkin karena kanalis fasialis yang sempit pada keturunan atau
keluarga tersebut, sehingga menyebabkan predisposisi untuk terjadinya paresis
fasialis.
/. ,eori imunologi
.ikatakan bah#a Bells palsy terjadi akibat reaksi imunologi terhadap
infeksi virus yang timbul sebelumnya atau sebelum pemberian imunisasi.
Berdasarkan teori ini maka penderita bells palsy diberikan pengobatan
kotikosteroid dangan tujuan untuk mengurangi inflamasi dan edema di dalam
kanalis 9allopii dan juga sebagai immunosupresor.

2. P!tofisiologi
Patofisiologi timbulnya Bell:s Palsy secara pasti masih dalam perdebatan.
%.*++ berjalan melalui bagian dari tulang temporal yang disebut dengan kanalis
fasialis. 'danya edema dan ischemia menyebabkan kompresi dari %.*++ dalam
kanalis tulang ini, karena itu ia terjepit di dalam foramen stilomastoideum dan
menimbulkan kelumpuhan fasialis 5;%. <ompresi %.*++ ini dapat dilihat dengan
;1+. Bagian pertama dari kanalis fasialis yang disebut dengan segmen
labyrinthine adalah bagian yang paling sempit, meatus foramien ini memiliki
diameter ,== mm. 5okasi inilah yang diduga merupakan tempat paling sering
terjadinya kompresi pada %.*++ pada Bell:s Palsy, karena bagian ini merupakan
"
tempat yang paling sempit maka terjadinya inflamasi, demielinisasi, ischemia,
ataupun proses kompresi paling mungkin terjadi. 5okasi terserangnya %ervus
9asialis di Bell:s Palsy bersifat perifer dari nukleus saraf tersebut, dimana
timbulnya lesi diduga terletak didekat ataupun di ganglion genikulatum. 8ika
lesinya timbul di bagian proksimal ganglion genikulatum maka akan timbul
kelumpuhan motorik disertai dengan ketidak abnormalan fungsi gustatorium dan
otonom. 'pabila lesi terletak di foramen stilomastoideus dapat menyebabkan
kelumpuhan fasial saja.
2." #!m$!%!n Klinis d!n Kel&'!n
Biasanya timbul secara mendadak, penderita menyadari adanya
kelumpuhan pada salah satu sisi #ajahnya pada #aktu bangun pagi, bercermin
atau saat sikat gigi(berkumur atau diberitahukan oleh orang lain(keluarga bah#a
salah satu sudutnya lebih rendah. Bells palsy hampir selalu unilateral. &ambaran
klinis dapat berupa hilangnya semua gerakan volunter pada kelumpuhan total.
=
Pada sisi #ajah yang terkena, ekspresi akan menghilang sehingga lipatan
nasolabialis akan menghilang, sudut mulut menurun, bila minum atau berkumur
air menetes dari sudut ini, kelopak mata tidak dapat dipejamkan sehingga fisura
papebra melebar serta kerut dahi menghilang.
Bila penderita disuruh untuk memejamkan matanya maka kelopak mata
pada sisi yang lumpuh akan tetap terbuka dimana kelumpuhan %.*++ yang
mempersyarafi m.orbikularis okuli dapat menyebabkan lagoftalmus yaitu palpebra
tidak dapat menutup dengan sempurna. <elainan ini akan mengakibatkan trauma
konjungtiva dan kornea karena mata tetap terbuka sehingga konjungtiva dan
kornea menjadi kering dan terjadi infeksi. +nfeksi ini dapat dalam bentuk
konjungtivitis atau suatu keratitis. )erta bola mata pasien berputar ke atas.
<eadaan ini dikenal dengan tanda dari Bell (lagoftalmus disertai dorsorotasi bola
mata). <arena kedipan mata yang berkurang maka akan terjadi iritasi oleh debu
dan angin, sehingga menimbulkan epifora. .alam mengembungkan pipi terlihat
bah#a pada sisi yang lumpuh tidak mengembung. .isamping itu makanan
cenderung terkumpul diantara pipi dan gusi sisi yang lumpuh. )elain kelumpuhan
seluruh otot #ajah sesisi, tidak didapati gangguan lain yang mengiringnya, bila
paresisnya benar!benar bersifat Bells palsy.
Bila khorda timpani juga ikut terkena, maka terjadi gangguan pengecapan
dari 2(0 depan lidah yang merupakan ka#asan sensorik khusus %.intermedius. dan
bila saraf yang menuju ke m.stapedius juga terlibat, maka akan terjadi hiperakusis.
<eadaan ini dapat diperiksa dengan pemeriksaan audiometri.

Pada kasus yang
lebih berat akan terjadi gangguan produksi air mata berupa pengurangan atau
>
hilangnya produksi air mata. +ni menunjukkan terkenanya ganglion genikulatum
dan dapat diperiksa dengan pemeriksaan tes )chirmer.
<omplikasi ke bagian mata antara lain 6
! 5agoftalmus
! ?ktropion paralitik dari kelopak mata bagian ba#ah
! 'lis 8atuh
! 1etraksi kelopak mata atas
! ?rosi <ornea
! 7rocodile!tears tearing
<omplikasi ke bagian telinga antara lain6

-ampir separuh pasien yang mengalami Bell Palsy mengeluhkan nyeri
pada bagian belakang telinga. %yeri biasanya terjadi bersamaan dengan timbulnya
gejala Bell Palsy, namun pada 2"3 kasus nyeri telinga terjadi lebih dulu 2!0 hari
sebelum timbulnya Bell Palsy. Beberapa pasien juga mengeluhkan terjadinya
hyperacusis pada telinga ipsilateral dari Palsy yang terjadi, yang merupakan akibat
sekunder dari kelemahan otot stapedius.
&angguan Pengecapan6

)epertiga pasien Bell Palsy melaporkan gangguan pengecapan, dimana
@3 dari penderita Bell Palsy mengalami penurunan kemampuan merasa.
@
)pasme 9asial
)pasme fasial adalah komplikasi yang jarang dari Bell Palsy, terjadi akibat
kontraksi tonic pada salah satu sisi #ajah. )pasme ini biasanya terjadi pada saat
stress dan timbul akibat kompreksi dari akar %ervus *++ akibat gangguan
pembuluh darah, tumor, ataupun proses demielinisasi akar saraf. )pasme ini lebih
sering menyerang pada usia " atau =an. )elain itu juga dapat timbul )ynkinesis
yaitu suatu kontraksi abnormal dari otot #ajah saat tersenyum atau menutup
mata, contoh yang dapat terjadi adalah mulut pasien tertarik ketika tersenyum
atau ketika mengedipkan mata.
<eluhan dan gejala bergantung kepada lokasi lesi sebagai berikut 6
a. 5esi pada nervus fasialis disekitar foramen stylomastoideus baik yang
masih berada disebelah dalam dan sebelah luar foramen tersebut. ;ulut
turun dan mencong ke sisi yang sehat sehingga sudut mulut yang lumpuh
tampaknya lebih tinggi kedudukannya daripada posisi yang sehat, maka
penderitanya tidak dapat bersiul, mengedip dan menutupkan matanya.
5akrimalis yang berlebihan akan terjadi jika mata tidak terlindungi ( tidak
bisa menutup mata sehingga pada mata akan lebih mudah mendapat iritasi
berupa angin, debu dan sebagainya, selain itu pula lakrimalis yang
berlebihan ini terjadi karena proses regenerasi dan mengalirnya aAon dari
kelenjar liur ke kelenjar air mata pada #aktu makan
b. 5esi pada canalis fasialis mengenai nervus chorda tympani.
2
)eluruh gejala di atas terdapat, ditambah dengan hilangnya sensasi
pengecapan dua pertiga depan lidah berkurangnya salivasi yang terkena.
c. 5esi yang lebih tinggi dalam canalis fasialis dan mengenal muskulus
stapedius
&ejala tanda klinik seperti pada (a) dan (b) ditambah adanya hiperakusis.
d. 5esi yang mengenai ganglion geniculatum.
&ejala tanda klinik seperti pada (a), (b), dan (c) ditambah onsetnya
seringkali akut dengan rasa nyeri di belakang dan didalam telinga. -erpes
Boster pada tympanium dan concha dapat mendahului keadaan timbul
parese nervus fasilais. )indrome 1amsay -unt merupakan Bells yang
disertai herpes Boster pada ganglion geniculatum, lesi 4 lesi herpetik
terlihat pada membrana tympani, canalis auditorium eksterna, dan pada
pinna.
e. 5esi di dalam ;eatus 'uditorius +nternus
&ejala ! gejala Bells Palsy di atas ditambah ketulian akibat terkenanya
nervus *+++.
f. 5esi pada tempat keluarnya %ervus 9asialis dari Pons
5esi di pons yang terletak disekitar inti nervus abdduces bisa merusak akar
nervus fasialis, inti nervus abducens dan fasikulus longituinalis medialis.
$
5esi pada daerah tersebut dapat menyebabkan kelumpuhan muskulus
rectus lateralis atau gerakan melirik kearah lesi.
g. &angguan gerakan pada otot #ajah yang sering dijumpai ialah gerakan
involunter yang dinamakan tic fasialis atau spasmus klonik fasialis. )ebab
dan mekanisme sebenarnya belum diketahui yang dianggap sebagai
sebabnya adalah suatu rangsangan iritatif di ganglion feniculatum. %amun
demikian gerakan ! gerakan otot #ajah involunter bisa bangkit juga
sebagai suatu pencerminan kegelisahan atau depresi. Pada gerakan
involunter tersebut, sudut muka terangkat dan kelompok mata memejam
secara berlebihan.
$$
2.( Di!gnos!
.iagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa serta beberapa pemeriksaan
fisik, dalam hal ini yaitu pemeriksaan neurologis. Cntuk menegakkan diagnosis
suatu bells palsy harus ditetapkan dulu adanya paresis fasialis tipe perifer,
kemudian menyingkirkan semua kemungkinan penyebabnya paresis fasialis
tersebut.
Paresis fasialis perifer berbeda dari tipe sentral. Pada tipe sentral yang
terganggu atau paresis hanya pada bagian ba#ah #ajah saja.
'namnesa 6

! 1asa nyeri.
! &angguan atau kehilangan pengecapan.
! 1i#ayat pekerjaan dan adakah aktivitas yang dilakukan pada malam hari
di ruangan terbuka atau di luar ruangan.
! 1i#ayat penyakit yang pernah dialami oleh penderita seperti infeksi
saluran pernafasan, otitis, herpes, dan lain!lain.
Pemeriksaan 6

$. Pemeriksaan neurologi
<elumpuhan nervus fasilalis melibatkan semua otot #ajah sesisi
dan dapat dibuktikan dengan pemeriksaan ! pemeriksaan berikut, yaitu6
a. Pemeriksaan motorik nervus fasialis.
$2
! ;engerutkan dahi 6 lipatan kulit dahi hanya tampak pada sisi yang
sehat saja.
! ;engangkat alis 6 alis pada sisi yang sakit tidak dapat diangkat
! ;emejamkan mata dengan kuat 6 pada sisi yang sakit kelompak
mata tidak dapat menutupi bola mata dan berputarnya bola mata ke
atas dapat dilihat. -al tersebut dikenal 9enomena Bell. )elain itu
dapat dilihat juga bah#a gerakan kelopak mata yang sakit lebih
lambat dibandingkan dengan gerakan kelopak mata yang sehat, hal
ini dikenal sebagai 5agoftalmus.
! ;engembungkan pipi 6 pada sisi yang tidak sehat pipi tidak dapat
dikembungkan.
! Pasien disuruh utnuk memperlihatkan gigi geliginya atau disuruh
meringis menyeringai 6 sudut mulut sisi yang lumpuh tidak dapat
diangkat sehingga mulut tampaknya mencong ke arah sehat. .an
juga sulcus nasolabialis pada sisi #ajah yang sakit mendatar.
$0
b. Pemeriksaan sensorik pada nervus fasialis.

)ensasi pengecapan diperiksa sebagai berikut 6 rasa manis
diperiksa pada bagian ujung lidah dengan bahan berupa garam, dan
rasa asam diperiksa pada bagian tengah lidah dengan bahan asam
sitrat. Pengecapan 2(0 depan lidah 6 pengecapan pada sisi yang tidak
sehat kurang tajam.
c. Pemeriksaan 1efleks.

Pemeriksaan reflek yang dilakukan pada penderita Bells Palsy
adalah pemeriksaan reflek kornea baik langsung maupun tidak
langsung dimana pada paresis nervus *++ didapatkan hasil berupa
pada sisi yang sakit kedipan mata yang terjadi lebih lambat atau tidak
ada sama sekali. )elain itu juga dapat diperiksa refleks nasopalpebra
pada orang sehat pengetukan ujung jari pada daerah diantara kedua
alis langsung dija#ab dengan pemejaman kelopak mata pada sisi,
sedangkan pada paresis facialis jenis perifer terdapat kelemahan
kontraksi m. orbikularis oculi (pemejaman mata pada sisi sakit).
$/
Beberapa pemeriksaan sederhana lain yang dapat dilakukan
untuk membantu penegakkan diagnosa antara lain 6
! )tethoscope 5oudness ,est
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menilai fungsi dari
muskulus stapedius. Pasien diminta menggunakan stetoskop
kemudian dibunyikan garpu tala pada membran stetoskop, maka
suara yang keras akan terlateralisasi ke sisi muskulus stapedius
yang lumpuh
! )chirmer Blotting ,est.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi lakrimasi.
.igunakan benDene yang menstimulasi refleks nasolacrimalis
sehingga dapat dibandingkan keluar air mata dapat dibandingkan
antara sisi yang lumpuh dan yang normal.
2. Pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan 1adiologis yang dapat dilakukan untuk Bell:s Palsy
antara lain adalah ;1+ (;agnetic 1esonance +maging) dimana pada
pasien dengan Bell Palsy dapat timbul gambaran kelainan pada nervus
fasialis. )elain itu pemeriksaan ;1+ juga berguna apabila penderita
mengalami <elumpuhan #ajah yang berulang, agar dapat dipastikan
apakah kelainan itu hanya merupakan gangguan pada nervus 9asialis
ataupun terdapat tumor.
2.) Di!gnos! B!nding
$"
$. Etitis ;edia )upurativa dan ;astoiditis
.isamping kemungkinan adanya paresis fasialis, maka ditemukan adanya
rasa nyeri di dalam atau di belakang telinga. Pada foto mastroid ditemukan
gambaran infeksi. Pada otitis media terjadi proses radang di dalam kavum
timpani sehingga dinding tulang kanalis fasialis ikut mengalami kerusakan
sehingga terjadi paresis fasialis.
2. -erpes Boster Eticus
,erjadi infeksi herpes Doster pada ganglion genikulatum. .i samping
adanya paresis fasialis juga ditemukan adanya tuli persetif dan tampak
vesikel!vesikel yang terasa amat nyeri di daun telinga. <arena adanya
proses inflamasi maka akan menimbulkan pembengkakan, timbunan
metabolit di dalam kanalis 9allopii dan selanjutnya menyebabkan iskemia
dan paresis fasialis. Pada pemeriksaan darah didapatkan adanya kenaikan
titer antibodi terhadap virus varisela!Doster.
0. ,rauma kapitis
Paresis fasialis terdapat pada trauma kapitis (misalnya fraktur os temporal,
fraktur basis kranii atau trauma lahir(forceps) atau karena operasi. Pada
cedera kepala sering terjadi fraktura os temporale parspetrosus yang selalu
terlihat pada foto rontgen.
/. )indroma &uillain 4 Barre dan ;iastenia &ravis
$=
Pada kedua penyakit ini, perjalanan dan gambaran penyakitnya khas dan
paresis hampir selalu bilateral.
". ,umor +ntrakranialis
)emua neoplasma yang mengenai sepanjang perjalanan %.*++ dapat
menyebabkan paresis fasialis. ,umor intra kranial yang tersering yaitu
tumor sudut serebelo pontis. .i sini selain terdapat paresis %.*++ juga
biasanya ditemukan adanya lesi %.* dan %.*+++. tumor yang lain misalnya
7a!nasofaring (biasanya disertai dengan kelainan saraf kraniales lain) dan
tumor kelenjar parotis.
=. 5eukimia
Paresis fasialis disebabkan karena infiltrat sel!sel lekemia. Paresis terjadi
bilateral dan simultan. .ia#ali dengan rasa nyeri di dalam kepala atau
telinga dan tuli.
2.* Te%!pi
$. ,erapi medikamentosa 6
! <ortikosteroid dapat digunakan salah satu contohnya adalah prednison
atau methylprednisolon @ mg (medrol) dosis a#al dan diturunkan secara
bertahap (tappering off) selama > hari.

! Penggunaan obat antiviral (acyclovir) dengan kortioksteroid. Penggunaan
'ciclovir / mg sebanyak " kali per hari P.E selama $ hari. 'tau
$>
penggunaan *alacyclovir " mg sebanyak 2 kali per hari P.E selama
lima hari, penggunaan *alacyclovir memiliki efek yang lebih baik.

<ortikosteroid oral mengurangi peradangan saraf #ajah pada
pasien dengan Bells palsy. ,iemstra 8. and <hathare % melalui
penelitian ;eta!analisis dari tiga uji coba terkontrol secara acak
membandingkan kortikosteroid dengan plasebo ditemukan pengurangan
kecil dan secara statistik tidak signifikan dalam persentase.
$
'da <arena Peran <emungkinan -)*!$ dalam penyebab Bell
palsy, obat antivirus acyclovir (BoviraA) dan valacyclovir (*altreA) telah
mempelajari tulang manfaat dalam pengobatan. 'siklovir / mg lima
kali per hari selama tujuh hari atau valacyclovir $ g tiga kali per hari
selama tujuh hari. .ua terakhir uji coba terkontrol plasebo menunjukkan
pemulihan penuh dalam persentase yang lebih tinggi pasien diobati dengan
obat antivirus dalam kombinasi dengan prednisolon dibandingkan dengan
prednisolon saja ($ persen dengan 2$ persen dan 2" persen dengan 2
persen).
$
%amun, tidak bermanfaat terlihat <etika pengobatan tertunda
lebih dari empat hari setelah timbulnya gejala (@= persen dengan @>
persen). ;engingat profil keamanan kortikosteroid oral asiklovir,
valasiklovir, dan jangka pendek. Pasien yang hadir di dalam!tiga hari dari
timbulnya gejala dan yang tidak harus menentukan kontraindikasi obat
harus dita#arkan terapi kombinasi. Pasien yang datang dengan
$@
kelumpuhan saraf #ajah lengkap memiliki tingkat lebih rendah pemulihan
spontan dan mungkin lebih mungkin memperoleh manfaat dari
pengobatan.
Penelitian lain %umthavaj .P et al menyimpulkan dalam mengobati
Bells palsy dengan antiviral ditambah kortikosteroid dapat menyebabkan
sedikit lebih tinggi tingkat pemulihan dibandingkan dengan mengobati
dengan prednison saja tapi ini tidak cukup bermakna secara statistik,
prednisone merupakan pengobatan berbasis bukti terbaik.
Berbeda dengan 9rank ; et al yang menyatakan pasien dengan
Bells palsy, pera#atan dini dengan prednisolon secara signifikan
meningkatkan kemungkinan pemulihan lengkap pada 0 dan 2 bulan. ,idak
ada bukti dari manfaat mengingat pengobatan tunggal atau manfaat
tambahan dalam kombinasi dengan prednisolon atau asiklovir.
&oudakos 8< and ;arkou <. pada penelitian meta!analisis,
berdasarkan bukti yang tersedia menunjukkan bah#a agen antivirus untuk
kortikosteroid pengobatan Bells palsy tidak terkait meningkat dalam
tingkat pemulihan lengkap dari fungsi motorik #ajah.
! *itamin B$, B= dan B$2 dalam dosis tinggi dan vasodilatasi peros dengan
'7,- im /!= satuan selama 2 minggu dapat dipercepat penyembuhan.
! 'nalgesic untuk menghilangkan rasa nyeri.
$2
2. ,erapi operatif
+ndikasi terapi operatif yaitu6
! Produksi air mata berkurang menjadi F 2"3
! 'liran saliva berkurang menjadi F 2"3
! 1espon terhadap tes listrik antara sisi sehat dan sakit berbeda 2," m'.
Beberapa terapi bedah yang dapat dilakukan antara lain dekompresi
nervus 9asialis, )ubocularis Eculi 9at 5ift ()EE9), +mplantasi alat ke dalam
kelopak mata, tarsorrhapy, transposisi otot muskulus temporalis, facial nerve
graftingdan direct bro# lift.
,iemstra 8. and <hathare % dalam 'merican 'cademy of %eurology
saat ini tidak merekomendasikan dekompresi bedah untuk Bells palsy.
<omplikasi yang paling umum dari pembedahan adalah pasca operasi yaitu
berkurangnya pendengaran yang mempengaruhi 0 sampai $" persen pasien.
Berdasarkan potensi yang signifikan untuk kerugian dan kurangnya manfaat
data pendukung, 'merican 'cademy of %eurology saat ini tidak
merekomendasikan dekompresi bedah untuk Bells palsy.
;c'llister < pada penelitian juga menyimpulkan demikian bah#a ada
bukti kualitas yang sangat rendah dan ini tidak cukup untuk memutuskan
apakah operasi akan bermanfaat atau merugikan pada pengelolaan palsy Bell.
Penelitian ini tidak secara statistik membandingkan kelompok tetapi nilai dan
ukuran kelompok menyarankan bah#a tidak ada perbedaan yang signifikan
2
secara statistik. )tudi kedua melaporkan tidak ada perbedaan statistik yang
signifikan antara kelompok mereka dioperasikan dan kontrol. )atu pasien yang
dioperasikan dalam studi pertama memiliki 2 dB kehilangan pendengaran
sensorineural dan vertigo yang persisten. Penelitian lebih lanjut ke dalam peran
operasi tidak mungkin dilakukan karena pemulihan spontan terjadi dalam
banyak kasus.
0. 1ehabilitasi ;edik
1ehabilitasi medik menurut G-E adalah semua tindakan yang
ditujukan guna mengurangi dampak cacat dan handicap serta meningkatkan
kemampuan penyandang cacat mencapai integritas sosial.
,ujuan rehabilitasi medik adalah 6
;eniadakan keadaan cacat bila mungkin
;engurangi keadaan cacat sebanyak mungkin
;elatih orang dengan sisa keadaan cacat badan untuk dapat hidup dan
bekerja dengan apa yang tertinggal.
Cntuk mencapai keberhasilan dalam tujuan rehabilitasi yang efektif
dan efisien maka diperlukan tim rehabilitasi medik yang terdiri dari dokter,
fisioterapis, okupasi terapis, ortotis prostetis, ahli #icara, psikolog, petugas
sosial medik dan pera#at rehabilitasi medik.
2$
)esuai dengan konsep rehabilitasi medik yaitu usaha gabungan terpadu
dari segi medik, sosial dan kekaryaan, maka tujuan rehabilitasi medik pada
Bells palsy adalah untuk mengurangi(mencegah paresis menjadi bertambah
dan membantu mengatasi problem sosial serta psikologinya agar penderita
tetap dapat melaksanakan aktivitas kegiatan sehari!hari. Program!program
yang diberikan adalah program fisioterapi, okupasi terapi, sosial medik,
psikologi dan ortotik prostetik, sedang program pera#at rehabilitasi dan terapi
#icara tidak banyak berperan.
$) Program 9isioterapi
! Pemanasan
a. Pemanasan superfisial dengan infra red.
b. Pemanasan dalam berupa )hort#ave .iathermy atau ;icro#ave
.iathermy.
! )timulasi listrik
,ujuan pemberian stimulasi listrik yaitu menstimulasi otot
untuk mencegah(memperlambat terjadi atrofi sambil menunggu proses
regenerasi dan memperkuat otot yang masih lemah. ;isalnya dengan
faradisasi yang tujuannya adalah untuk menstimulasi otot, reedukasi
dari aksi otot, melatih fungsi otot baru, meningkatkan sirkulasi serta
mencegah(meregangkan perlengketan. .iberikan 2 minggu setelah
onset.
22
! 5atihan otot!otot #ajah dan massage #ajah
5atihan gerak volunter otot #ajah diberikan setelah fase akut.
5atihan berupa mengangkat alis tahan " detik, mengerutkan dahi,
menutup mata dan mengangkat sudut mulut, tersenyum,
bersiul(meniup (dilakukan didepan kaca dengan konsentrasi penuh).
;assage adalah manipulasi sitemik dan ilmiah dari jaringan
tubuh dengan maksud untuk perbaikan(pemulihan. Pada fase akut,
Bells palsy diberi gentle massage secara perlahan dan berirama.
&entle massage memberikan efek mengurangi edema, memberikan
relaksasi otot dan mempertahankan tonus otot. )etelah le#at fase akut
diberi .eep <neading ;assage sebelum latihan gerak volunter otot
#ajah. .eep <neading ;assage memberikan efek mekanik terhadap
pembuluh darah vena dan limfe, melancarkan pembuangan sisa
metabolik, asam laktat, mengurangi edema, meningkatkan nutrisi
serabut!serabut otot dan meningkatkan gerakan intramuskuler
sehingga melepaskan perlengketan. ;assage daerah #ajah dibagi /
area yaitu dagu, mulut, hidung dan dahi. )emua gerakan diarahkan
keatas, lamanya "!$ menit.
2) Program ,erapi Ekupasi
Pada dasarnya terapi disini memberikan latihan gerak pada otot
#ajah. 5atihan diberikan dalam bentuk aktivitas sehari!hari atau dalam
bentuk permainan. Perlu diingat bah#a latihan secara bertahap dan melihat
20
kondisi penderita, jangan sampai melelahkan penderita. 5atihan dapat
berupa latihan berkumur, latihan minum dengan menggunakan sedotan,
latihan meniup lilin, latihan menutup mata dan mengerutkan dahi di depan
cermin.
0) Program )osial ;edik
Penderita Bells palsy sering merasa malu dan menarik diri dari
pergaulan sosial. Problem sosial biasanya berhubungan dengan tempat
kerja dan biaya. Petugas sosial medik dapat membantu mengatasi dengan
menghubungi tempat kerja, mungkin untuk sementara #aktu dapat bekerja
pada bagian yang tidak banyak berhubungan dengan umum. Cntuk
masalah biaya, dibantu dengan mencarikan fasilitas kesehatan di tempat
kerja atau melalui keluarga. )elain itu memberikan penyuluhan bah#a
kerja sama penderita dengan petugas yang mera#at sangat penting untuk
kesembuhan penderita.
/) Program Psikologik
Cntuk kasus!kasus tertentu dimana ada gangguan psikis amat
menonjol, rasa cemas sering menyertai penderita terutama pada penderita
muda, #anita atau penderita yang mempunyai profesi yang mengharuskan
ia sering tampil di depan umum, maka bantuan seorang psikolog sangat
diperlukan.
") Program Ertotik 4 Prostetik
2/
.apat dilakukan pemasangan HIJ plester dengan tujuan agar sudut
mulut yang sakit tidak jatuh. .ianjurkan agar plester diganti tiap @ jam.
Perlu diperhatikan reaksi intoleransi kulit yang sering terjadi. Pemasangan
HIJ plester dilakukan jika dalam #aktu 0 bulan belum ada perubahan pada
penderita setelah menjalani fisioterapi. -al ini dilakukan untuk mencegah
teregangnya otot Bygomaticus selama parese dan mencegah terjadinya
kontraktur.
=) -ome Program6
a. <ompres hangat daerah sisi #ajah yang sakit selama 2 menit
b. ;assage #ajah yang sakit ke arah atas dengan menggunakan tangan
dari sisi #ajah yang sehat
c. 5atihan tiup lilin, berkumur, makan dengan mengunyah disisi yang
sakit, minum dengan sedotan, mengunyah permen karet
/. Pera#atan mata 6
,indakan yang dilakukan antara lain6
a. ;emakai salep mata (golongan artifial tears) 0A sehari dan salep mata.
b. ;amakai kaca mata untuk mencegah iritasi debu dan cahaya.
c. <elopak mata diplaster agar tetap dalam keadaan tertutup.
2"
d. Bila keadaan terlalu berat maka dilakukan tarsorafi ataupun blefarofati
dengan menjahit dan mendekatkan kedua kelopak atas dengan ba#ah.
Pada tempat jahit diberikan salep antibiotika.
2.+ Kompli,!si
a. 7rocodile tear phenomenon
Iaitu keluarnya air mata pada saat penderita makan makanan. +ni
timbul beberapa bulan setelah terjadi paresis dan terjadinya akibat dari
regenerasi yang salah dari serabut otonom yang seharusnya ke kelenjar saliva
tetapi menuju ke kelenjar lakrimalis. 5okasi lesi di sekitar ganglion
genikulatum.
b. )ynkinesis
.alam hal ini otot!otot tidak dapat digerakkan satu per satu atau
tersendiri, selalu timbul gerakan bersama. 7ontohnya yaitu6
Bila pasien disuruh memejamkan mata, maka akan timbul gerakan
(involunter) elevasi sudut mulut, kontraksi platisma, atau berkerutnya
dahi.
Pada saat meperlihatkan gigi (menyeringai), maka mata penderita pada sisi
sakit manjadi tertutup.
Bila penderita menggerakkan suatu bagian #ajahnya, maka semua otot
#ajah pada sisi lumpuh manjadi kontraksi.
2=
Penyebabnya adalah innervasi yang salah, serabut saraf yang
mengalami regenerasi bersambung dengan serabut!serabut otot yang
salah(keliru.
c. 7lonic fasial spasm (-emifacial spasm)
,imbul HkedutanJ (otot #ajah bergerak secara spontan dan tidak
terkendali) pada #ajah yang pada stadium a#al hanya mengenai $ sisi #ajah
saja tetapi kemudian kontraksi ini dapat mengenai pada sisi lainnya. Bila
mengenai kedua sisi #ajah, maka tidak terjadi bersamaan pada kedua sisi
#ajah.
<elelahan dan kelainan psikis dapat memperberat spasme ini.
<omplikasi ini terjadi bila penyembuhan tidak sempurna, yang timbul dalam
beberapa bulan atau $!2 tahun kemudian. <ecuali sebagai komplikasi bells
palsy, maka hemifacial spasm dapat disebabkan oleh kompresi %.*++ oleh
tumor atau aneurisme pada daerah sudut serebelo pontis atau lengkungan
arteri serebeler antero inferior yang berlebihan atau arteri auditorius internus.
d. <ontraktur
-al ini dapat terlihat dari tertariknya otot, sehingga lipatan
nasolabialis lebih jelas terlihat pada sisi yang lumpuh dibanding pada sisi
yang sehat. ,erjadi bila kembalinya fungsi sangat lambat. <ontraktur tidak
tampak pada #aktu otot #ajah istirahat, tetapi menjadi jelas saat otot #ajah
bergerak.
2>
2.1- P%ognosis
'ntara @!@"3 penderita akan sembuh sempurna dalam #aktu 0 bulan.
Paralisis ringan atau sedang pada saat gejala a#al terjadi merupakan tanda
prognosis baik. .enervasi otot!otot #ajah sesudah 2!0 minggu menunjukkan
bah#a terjadi degenerasi aksonal dan hal demikian ini menunjukkan pemulihan
yang lebih lama dan tidak sempurna.
Pemulihan daya pengecapan lidah dalam #aktu $/ hari pasca a#itan
biasanya berkaitan dengan pemulihan paralisis secara sempurna. 'pabila lebih $/
hari, maka hal tersebut menunjukkan prognosis yang buruk.
2@
BAB III
KESI.PULAN
$. Bells palsy adalah kelumpuhan nervus fasialis perifer (%.*++), terjadi secara
akut dan penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) atau tidak menyertai
penyakit lain yang dapat mengakibatkan lesi nervus fasialis.
2. 'da / teori yang dihubungkan dengan etiologi Bells palsy yaitu teori
iskemik vaskuler, teori infeksi virus, teori herediter, teori imunologi.
0. &ambaran klinis bells palsy dapat berupa hilangnya semua gerakan volunter
pada kelumpuhan total. Pada sisi #ajah yang terkena, ekspresi akan
menghilang sehingga lipatan nasolabialis akan menghilang, sudut mulut
menurun, bila minum atau berkumur air menetes dari sudut ini dan
lagoftalmus.
". Penatalaksanaannya dengan terapi medikamentosa yaitu kortikosteroid,
vitamin B$, B= dan B$2, analgesic, penggunaan obat antiviral (acyclovir).
8uga dilakukan rehabilitasi medik, pera#atan mata seperti memakai obat
salap mata (golongan artifial tears), memakai kaca, kelopak mata diplaster
dan jika keadaan terlalu berat pada lagoftalmus dilakukan tarsorafi ataupun
blefarofati.
=. 'ntara @!@"3 penderita akan sembuh sempurna dalam #aktu 0 bulan.
Paralisis ringan atau sedang pada saat gejala a#al terjadi merupakan tanda
prognosis baik.
22

Anda mungkin juga menyukai