Anda di halaman 1dari 5

SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009

A1-38
MENEKAN ANGKA SAIDI MELALUI POLA KOORDINASI YANG EFEKTIF DAN
MENINGKATKAN KINERJA SAIFI
DENGAN PEMELIHARAAN PREDIKTIF

Ir. Suhadi
Teknik Elektro Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK
Tingkat kehandalan (standard kinerja) jaringan distribusi tenaga listrik, pada umumnya
diukur dengan SAIDI (System Average Interruption Duration Index ), yaitu rata-rata lama padam
per pelanggan per tahun ( Jam / pelanggan / tahun ) dan SAIFI ( System Average Interruption
Frequency Index) yaitu rata-rata jumlah gangguan per pelanggan per tahun ( kali / pelanggan /
tahun ).
Kinerja SAIDI dan SAIFI yang buruk disamping akan berdampak pada kepuasan
pelanggan terhadap pelayanan pasokan tenaga listrik yang berujung pada tingkat pengaduan yang
tinggi, juga kerugian secara finansial berupa tuntutan ganti rugi, hilangnya Kwh jual, kerusakan
asset, dll bagi pemasok dalam hal ini adalah PT.PLN sendiri.
Ada beberapa cara untuk menekan angka SAIDI tersebut dapat dilakukan, diantaranya; 1)
Dengan penambahan sistem remote kontrol pada Jaringan Tegangan Menengah, 2) Pemasangan
Ground Fault Detector pads garde-garde distribusi, 3) Pemasangan Recloser , Sectionalizes dan
lain-lain. Strategi yang dapat dilakukan dalam usaha menekan angka SAIFI salah satunya adalah
melalui strategi pemeliharaan yang efektif.
Makalah ini akan membahas perihal menekan kinerja SAIDI melalui pola koordinasi dan
komunikasi yang efektif, utamanya pada saat petugas pelaksana gangguan melakukan pengusutan
dan pemulihan jaringan akibat gangguan baik pada Jaringan Tegangan Rendah ( JTR ) maupun
Jaringan Tegangan Menengah ( JTM ), dan juga dianalisa penyebab angka SAIFI tinggi dan
bagaimana solusi untuk menekan angka SAIFI melalui strategi pemeliharaan prediktif yang efektif.
Melalui Keppres No. 89/2002, diberlakukan penerapan sanksi terhadap PLN berupa
kompensasi biaya beban sebesar 10 persen apabila pasokan tenaga listrik ke pelanggan tidak
sesuai Tingkat Mutu Pelayanan ( TMP ) yang ditentukan. Di dalam TMP hanya tiga indikator yang
ditetapkan pemerintah untuk dipenuhi PLN, yaitu Jumlah Gangguan ( Kali/plg/bln ), Lama
Gangguan (jam/plg/bln ) dan kesalahan baca meter (kali/plg/tahun ). Kedua indikator TMP yaitu
Jumlah dan Lama gangguan selama ini telah diukur melalui indikator SAIFI dan SAIDI.
Nilai kinerja SAIFI pada unit tertentu rata-rata 0,623 kali / pelanggan / bulan, sehingga
prediksi SAIFI yang terjadi adalah 7,45 kali/pelanggan/tahun . Pencapaian kinerja SAIFI tersebut
tidak memenuhi target yang telah ditetapkan yaitu 0,47 kali/pelanggan/bulan atau 5,64
kali/pelanggan/tahun, sedang kinerja SAIDI yang baik maksimal adalah 2,5 jam / pelanggan /tahun

Kata kunci : Kinerja SAIDI dan SAIFI


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menyikapi kondisi PLN saat ini
dimana kritisnya masyarakat konsumen petanggan
tenaga listrik PLN, serta mulai berlakunya secara
efektif UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen pada tanggal 20 April tahun 2000,
maka dirasa perlu memperhatikan sekaligus
melaksanakan program-program antisipasi dengan
selalu mewaspadainya untuk melakukan tugas
pokok dengan sebaik-baiknya diantaranya adalah
meningkatkan mutu pelayanan PLN kepada
pelanggan dan mengantisipasi timbulnya tuntutan
hukum atas pelayanan petugas PLN.
Dari beberapa aspek penyebab belum
terpenuhinya standar SAIDI yang ditargetkan PLN
penulis hanya akan menyorotinya dari sisi
pelayanan gangguan tentang tingkat mutu
pelayanan dengan salah satu kegiatan utamanya
adalah mengendalikan waktu pemulihan gangguan
dan mengendalikan metode kerja petugas
pelayanan gangguan.
Kehandalan pendistribusian tenaga listrik
ke konsumen, sangat ditentukan oleh kuantitas
dan kualitas asset peralatan, faktor lingkungan dari
peralatan tersebut dan faktor pengelolaan asset /
peralatan yang ada. Nilai kinerja SAIFI rata-rata
0,623 kali / pelanggan / bulan sehingga prediksi
SAIFI adalah 7,45 kali/pelanggan/tahun.
Pencapaian kinerja SAIFI tersebut tidak memenuhi
(dibawah) target yang telah ditetapkan yaitu 0.47
kali/pelanggan/bulan atau 5,64
kali/pelanggan/tahun. Angka SAIFI yang tinggi
menunjukkan tingkat kehandalan pendistribusian
tenaga listrik ke konsumen sangat buruk.
Sekaligus ukuran tingkat pengelolaan asset /
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009
A1-39
peralatan yang tidak baik. Angka kinerja SAIFI
diatas 7 kali/pelanggan/tahun adalah sangat tinggi
jika dibandingkan dengan angka kinerja SAIFI
rata-rata negara lain yang dibawah 1,5. Nilai
kinerja SAIFI secara berkelanjutan harus
diturunkan, bukan hanya harus mencapai target
yang ditetapkan oleh kantor Distribusi, tetapi terus
ditingkatkan sampai titik optimum karena angka
SAIFI akan sangat berpengaruh pada :
Kerusakan asset / peralatan
Adanya Kwh tak terjual
Kebutuhan Sumber Daya Manusia.
Kinerja SAIDI turun.
Citra perusahaan yang buruk kepuasan
pelanggan, dll
Urutan penyumbang terbesar dari angka
SAIFI adalah SKTM (39%), SUTM(31%), Gardu
Distribusi (16%), pekerjaan Pemeliharaan (11%),
terakhir adalah masing-masing JTR dan SR.
Tabel 1. Kontribusi penyebab gangguan terhadap
kinerja SAIFI
No
.
JTM Penyebab Prosen Kontribusi
1 SKTM
Jointing 81
39
Kabel 14
Terminal 5
2 SUTM
GTJ 54
31
Lain-Lain 33
Cut Out 13
3 Gardu
Trafo 44
16
Kubikel 31
Lain-lain 25
4 Lain-lain 14

Kinerja SAIFI ditentukan oleh banyaknya
gangguan dan jumlah pelanggan yang padam,
artinya satu kali gangguan yang menyebabkan
banyak pelanggan padam maka akan berpengaruh
besar pada SAIFI ( semakin buruk ). Gangguan
pada jaringan tegangan menengah ( JTM )
meskipun secara jumlah kecil tetapi akan
berpengaruh besar pada SAIFI karena
berpengaruh banyak pelanggan padam. Maka data
berikut disusun berdasarkan tingkat kontribusi
terhadap SAIFI.
Penyumbang terbesar Penyebab gangguan
SKTM adalah jointing / sambungan sebesar 81%
kemudian karena kabel SKTM 14% dan
termination 5%. Gangguan tidak jelas (GTJ)
adalah penyumbang terbesar 54% dari
keseluruhan penyebab gangguan SUTM,
kemudian lain-lain 33% terdiri dari : jumper putus
dan gangguan out door, sedangkan gangguan
SUTM karena cut out adalah 13%.
Penyebab gangguan pada gardu distribusi
adalah Trafo menduduki urutan tertinggi yaitu
44%, kemudian karena kubikel sebesar 31% dan
sisanya 25% lain-lain.
Dari keempat penyebab gangguan diatas maka
penyumbang SAIFI yang dominan adalah :
Jointing 81% dari SUTM atau 32% dari
total kontribusi SAIFI.
Gangguan tidak jelas 54% dari SUTM atau
17% dari total kontribusi SAIFI.
Transformator Distribusi 44% dari Gardu
distribusi atau 7% dari total kontribusi
SAIFI.
Kubikel 31% dari gardu distribusi atau 5%
dari total kontribusi SAIFI.

B. Saidi dan Saifi
B-1. Saidi
Salah satu indikator untuk mengukur
tingkat kehandalan distribusi tenaga fistrik adalah
SAIDI ( System Average Interruption Duration
Index ) yaitu rata-rata lama padam per pelanggan
per tahun ( jam / pelanggan / tahun ).
SAIDI dihitung dengan rumus sebagai berikut :

SAIDI = Total Jumlah Jam Pelanggan Padam
Total Jumlah pelanggan

Yang termasuk dalam perhitungan SAIDI adalah :
1. Semua gangguan yang mempengaruhi satu
atau lebih pelanggan, selama 5 menit atau
lebih, akan dicatat dan dihitung.
2. Waktu gangguan akan mulai dihitung pada
saat setelah mengetahui informasi adanya
gangguan baik dari indikasi alarm maupun dari
telepon konsumen.
3. Semua padam akibat pekerjaan terencana
masuk dalam hitungan.
4. Industri besar dihitung sebagai satu
pelanggan.
Yang tidak termasuk dalam perhitungan SAIDI
adalah :
1. Gangguan yang disebabkan karena force
major ( kerusuban, bencana alam, dll ).
2. Padam kurang dari 5 menit tidak masuk dalam
perhitungan.
3. Padam setempat dimana pelanggan setuju
untuk tetap padam sampai waktu tertentu.
4. Padam setempat dimana ada masalah atau
hal-hal yang menyangkut keamanan terhadap
peralatan pelanggan.
5. Padam setempat yang disebabkan karena
instalasi dalam bangunan milik pelanggan
tidak masuk dalam perhitungan SAIDI.
6. Padam karena permintaan pelanggan.

B-2. Saifi
SAIFI ( System Average Interruption
Frequency Index ) adalah jumlah rata-rata
gangguan per pelanggan per tahun ( kali /
pelanggan / tahun ).

SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009
A1-40
SAIFI dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
SAIFI = Jumlah total pelanggan padam
Jumlah total pelanggan
Termasuk dalam perhitungan SAIFI adalah sama
dengan perhitungan yang digunakan pada pada
SAIDI
Pemeliharaan adalah suatu usaha yang
berkelanjutan untuk menjaga agar peralatan tetap
beroperasi normal sesuai umur hidup, dari
peralatan tersebut. Kebijakan pemeliharaan dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
Breakdown/corrective maintenance
Pemeliharaan hanya akan dilakukan
menunggu/setelah terjadi gangguan,
dianut sejak mengenal pemeliharaan
sampai akhir tahun 1950.
Preventive maintenance
Pemeliharaan yang dilakukan secara
teratur untuk mencegah terjadinya
kerusakan peralatan. Dianut perusahaan
(PLN) pada tahun 1950 sampai tahun
1960.
Predictive maintenance
Pemeliharaan ini dilakukan dengan cara
memonitor / memantau kondisi peralatan
jaringan, analisis data dan pengukuran,
juga melalukan evaluasi tanda-tanda
penting terhadap kondisi peralatan.
Total Productive maintenance (TPM)
Melibatkan dan partisipasi setiap orang
dalam organisasi kearah optimalisasi
kinerja peralatan. Model TPM merupakan
konsep perbaikan berkelanjutan diseluruh
aspek. Dianut dan terbukti efektif pada
tahun 1987.
Secara histories keempat model
pemeliharaan tersebut diatas dilakukan orang
berdasarkan pengalaman. Mulai dari pemeliharaan
breakdown yang sekarang sudah banyak
ditinggalkan karena sangat tidak efektif sampai ke
pemeliharaan produktif yang terbukti paling efektif.
Beberapa metode yang secara umum dilakukan
untuk meningkatkan kehandalan jaringan tegangan
menengah adalah:
Mengurangi jumlah gangguan dengan :
tebang pohon kapanpun bila memungkinkan,
potong dahan pohon sampai jarak yang
aman bagi jaringan hal ini perlu keahlian
khusus, pasang pengaman pohon atau
binatang, pasang arrester, ada pengawas
jaringan, dll.
Batasi jumlah pelanggan yang padam
dengan : pasang lebih banyak fuse, recloser
dan sectionalizers.
Melakukan koreksi terhadap peralatan yang
kinerjanya memburuk, monitoring peralatan
adalah bertujuan untuk mengetahui kondisi
kinerja peralatan secara tepat sehingga
tindakan koreksi yang diperlukan untuk
memulihkan kesehatan / kinerja peralatan
secara tepat dan efisien.
Beberapa metode untuk meningkatkan kehandalan
tersebut diatas dapat dilakukan melalui : 1) Desain
system, 2) Prosedur operasi, 3) Metode
pemeliharaan
C. Pembahasan
Jenis gangguan yang menyumbangkan
atau kontribusi yang dominan adalah Jointing,
gangguan tidak jelas, transformator distribusi, dan
kubikel, maka kemungkinan penyebab jenis
gangguan tersebut dan tindakan apa yang telah
dilakukan adalah seperti tabel 2 terlampir. Pada
tabel 2 menunjukkan bahwa sebab-sebab
gangguan telah teridentifikasi dan semua ada pola
tindakan baik korektif maupun preventifnya.
Berdasarkan realisasi pemeliharaan korektif
maupun preventif ada ketidak pastian bahwa
semua pola solusi tersebut dilakukan misalnya : oil
treatment, pengawasan pekerjaan pihak III,
ventilasi gardu, pasang heater, dll. Mengapa
frekuensi gangguan masih tinggi?
Untuk menganalisis dari prespektif yang lain
misalnya : apakah sasaran pemeliharaan tepat
sesuai dengan kondisi kinerja asset saat itu ?,
seberapa cepat dan tepat tindakan pemeliharaan
dibandingkan kecepatan degradasi dari kinerja
asset itu sendiri ?, ada prioritas sesuai urgenitas
kondisi kinerja asset ?, dll.
Dalam melakukan pengusutan gangguan Jaringan
Tegangan Menengah ( JTM) dan Jaringan
"Tegangan Rendah (JTR) koordinasi
komunikasinya belum serempak sehingga fungsi
MASTER pengendali belum dapat berfungsi
secara normal. Pelaksana gangguan Tegangan
Menengah (TM) dan Tegangan Rendah ( TR )
yang berada di posko-posko Unit Pelayanan ( UP )
belum berfungsi maksimal disebabkan antara lain :
Pembagian petugas yang belum seimbang antara
pelaksana JTM dan JTR yang berada di posko
dengan pelaksana yang berada di posko-posko
UP. Terdapatnya pengelompokkan kunci-kunci
gardu distribusi antar posko gangguan. Untuk
memudahkan analisis, harus dilakukan
inventarisasi dan meringkaskan kekuatan,
kelemahan seperti diatas yang ada di bidang
Opyanggu dengan mempergunakan analisis
SWOT. Strategi SO,WO,ST,WT adalah beberapa
solusi yang dapat diimplementasikan untuk
mengatasi beberapa permasalahan yang ada di
Opyanggu sehingga kinerja SAIDI dapat
diperbaiki. Strategi hasil analisis SWOT dapat
dibuat rangking berdasarkan prioritas, yang
mendesak dan sangat berpengaruh terhadap
kinerja SAIDI baik dalam jangka pendek maupun
dalam jangka panjang untuk segera ditindak
lanjuti.
Dan rumusan masalah bidang Opyanggu
utamanya adalah PERCEPATAN PEMULIHAN
GANGGUAN, maka hal yang sangat mungkin
dapat menunjang proses tersebut salah satunya
adalah KOORDINASI OPERASI yang baik,
ditunjang oleh kemampuan pelaksana yang
memadai dan hubungan komunikasi yang efektif
dan produktif, diharapkan TARGET SAIDI di UPJ
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009
A1-41
Kramat Jati yang ditetapkan PLN dapat ditekan
dan memenuhi target kinerjanya .
Oleh karena itu beberapa solusi dari persoalan
tersebut adalah antara lain
1. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab
yang Seimbang
Personil yang sudah menguasai dan
mempunyai pengalaman bidang Tegangan
Menengah harus dibagi seimbang diantara
posko-posko yang ada, hal ini untuk
memberikan motivasi, membagi pengalaman,
pengetahuan sekaligus sebagai on the job
training bagi personil yang tidak tahu /
menguasai Jaringan Tegangan Menengah.
2. Penggabungan Personil TM dan TR
Antara personil TM dan TR digabung
menjadi satu fungsi opersonal Opyanggu
yang bertugas menanggulangi gangguan
baik Tegangan Menengah maupun
Tegangan Rendah sehingga lebih efisien
dan efektif
3. Inhouse Training
Mendata ulang petugas pelaksana dan
kompetensinya, selanjutnya diadakan
TRAINING untuk menyeimbangkan
kemampuan antara petugas pelaksana TM /
TR, pada tahap awal hal ini dapat
dilaksanakan oleh Asisten Manager
Opyanggu dengan dibantu oleh para
penanggung jawab, sedangkan untuk hal-hal
yang bersifat khusus seperti cara
pengoperasian LBS dari beberapa tips dapat
dilakukan di Diktat-diktat atau Vendor-vendor
tertentu sesuai dengan tips-tips LBS yang
pada umumnya terpasang di gardu-gardu
Distribusi.
4. Menyatukan Turjasi
Modifikasi kondisi ruang POSKO
GANGGUAN antara pelayanan gangguan
TM dan TR menjadi satu dengan areal yang
cukup memadai sehingga PUSAT
pengendaliannya menjadi lebih efektif
karena antara petugas piket pengatur TM /
TR dapat seketika berkoordinasi) dan
memantau kondisi proses pengendaliannya
secara bersamaan.
5. Menyeragamkan Kanal Komunikasi
Memperbaiki pola dari sistem
komunikasi yang lebih terpadu dan
meminimalkan daerah BLANK SPOT (
tempat dimana hubungan komunikasi
mengalami kesulitan ) dengan
mempergunakan saluran komunikasi yang
sama antar posko dan Piket Pengatur UPJ.

6. Membuat Kunci Master Tambahan
Masing-masing posko dibuatkan kunci
master dengan posko dapat saling
membantu dalam menanggulangi gangguan
Tegangan Menengah. Koordinator posko
sebagai penanggung jawab terhadap
penggunaan kunci master tersebut yang
berdekatan, agar petugas Opyanggu dari
posko yang berdekatan. Diharapkan dengan
dilaksanakannya solusi-solusi di atas, maka
indeks SAIDI dapat ditekan menuju ke arah
perbaikan secara berkelanjutan.


D. Simpulan dan Saran
D-1. Simpulan
1. Pengetahuan dan kemampuan operasional
60% personil bidang Opyanggu perlu
ditingkatkan atau ditambah dengan inhouse
training melalui diskusi, class room, training
operasional ke supplier, on the job training
dengan personil yang lebih mampu atau
training ke DIKLAT.
2. Pengelompokkan kunci di setiap posko,
menyebabkan kesulitan bagi petugas
Opyanggu untuk saling membantu, dimana
seringkali satu posko banyak gangguan
sementara di posko yang berdekatan tidak
ada gangguan.
3. Program pemeliharaan saat ini kurang
efektif, tidak tepat sasaran, kurang
berkorelasi positip terhadap angka SAIFI,
tidak sesuai dengan realitas kondisi asset
jaringan tenaga listrik, hal ini dibuktikan
dengan adanya realisasi anggaran korektif
jauh lebih besar dari realisasi anggaran
pemeliharaan.
4. Strategi pemeliharaan prediktif lebih cocok
diimplementasikan dan sesuai dengan
kondisi pada umumnya dan strategi prediktif
yang kuat merupakan pondasi yang baik
untuk implementasi model.

D-2. Saran
1. Agar ke enam solusi diatas dapat
diimplementasikan secara serentak sehingga
dapat dilihat pengaruhnya pada kinerja SAIDI
bersamaan dilakukan evaluasi terhadap
kekurangan program tersebut dan dilakukan
koreksi dan perbaikan segera.
2. Pemerataan/keseimbangan pembagian
antara wilayah posko satu dengan posko
lainya.
3. Ikut memonitor dan peduli terhadap
peralatan kontrol seperti GFD dan fungsi
peralatan Remote Control, Radio Komunikasi
yang juga berfungsi untuk menekan angka
SAIDI yang efektif.

DAFTAR PUSTAKA
1. DR. Jangkung Karvantoro, MBA. 2002. Materi
Training Program Kaderisasi Asman "Peduli
Masalah dan Rancangan Solusi
2. Lembaga Pendidikan dan Pembmaan
Manajemen ( PPM ). Minaut Indonesia.
3. Lembar Negara. 2002. "UUAlo.20 Tahun 2002
Tentang Ketenaga Listrikan
4. Lembar Negara. 1999. "NI No. 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen.
SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND ITS EDUCATIONS 2009
A1-42
5. Wayne Merris, Northeast Utilities. 2002. SAIDI
and SAIFI, Meet Your New Owner.
6. www.nepo.go.th " Thailand distribution
Utilities
7. www.reliabi.lity.sandia.gov " Predictive
Maintenance "

DAFTAR ISTILAH
APP Alat Pembatas dan Pengukur.
BATEM Bagian Tegangan Menengah.
CHI Kanal I saluran komunikasi
radio.
DCC Distribution Control Center.
GFD Ground Fault Detector.
LBS Load Break Switch.
MCB Mini Circuit Breaker.
OpVanggu Operasi dan Pelayanan
Gangguan.
PPG123 Pusat Pelayanan Gangguan.
SAIFI System Average Interruption
Frequency Index.
SAIDI System Average Interruption
Duration Index
SWOT Analisis yang didasarkan pada
Strength Weakness Opportunity
Threat dan mencari strategi
yang diperlukan.
SIPA Seksi Pelayanan.
TURJASI Pengatur Jaringan dan Deteksi.
UUPK Undang-undang Perlindungan
Konsumen No.8 Tahun 1999.
UUTK Undang-undang Tentang
Ketenagalistrikan No.20 Tahun 2002.

Anda mungkin juga menyukai