Anda di halaman 1dari 28

1

Skenario 1
Wabah Demam Berdarah Menghantui Piala Dunia 2014
Penyelenggaraan Piala Dunia 2014 dihantui oleh wabah demam berdarah.
Maklum, beberapa kota-kota di Brazil merupakan endemi demam berdarah.
Meskipun Piala Dunia diselenggarakan pada waktu dengan risiko demam
berdarah yang rendah di sebagian kota Brazil. Tiga kota di bagian timur laut
seperti Fortaleza, Salvador, dan Natal jutru sedang mengalami peak kasus demam
berdarah, kata Prof. Simon Hay, seorang ahli epidemiologi dan Kedokteran
Komunitas dari University of Oxford. Bedasarkan data surveilans, Prof. Simon
Hay mengatakan bahwa untuk pencegahan penyakit demam berdarah, pengasapan
dan penyebaran anti serangga harus dimulai pada bulan April dan Mei sebelum
dimulai Piala Dunia. Demam berdarah adalah penyakit yang disebabka oleh
infeksi virus, dan termasuk penyakit berbasis lingkungan karena tubuh subur di
daerah perkotaan dan berkembang biak di genangan air.
Diperkirakan 500 ribu penggemar sepak bola dari seluruh dunia akan menuju
Brazil musim panas ini, terutama dari negara-negara dimana demam berdarah
tidak begitu populer. Mereka dikhawatirkan tidak akan waspada dengan penyakit
ini. Masyarakat cenderung hanya tahu tentang malaria, kebanyakan orang hanya
tahu jika pergi ke negara tropis harus menelan pil anti malaria, kata Prof Hay
menambahkan.
Bagaimana ya, pencegahan demam berdarah di Indonesia?






2

STEP 1
1. Kedokteran komunitas
Cabang ilmu kedokteran yang memusatkan perhatian kepada komunitas (faktor
pekerjaan, penyebaran penyakit, pencegahan penyakit, dan lingkungan).

2. Wabah
Meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang meluas secara cepat baik
dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit dan dapat menimbulkan
malapetaka.

3. Surveilans
Pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terus menerus dan sistematis
yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang
bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya.


STEP 2
1. Jelaskan tentang kedokteran komunitas!
2. Jelaskan tentang surveilans!
3. Jelaskan tentang wabah dan cara penanggulangannya!












3

STEP 3
1. Kedokteran komunitas adalah Kedokteran komunitas (community medicine)
adalah cabang kedokteran yang memusatkan perhatian kepada kesehatan
anggota-anggota komunitas, dengan menekankan diagnosis dini penyakit,
memperhatikan faktor-faktor yang membahayakan (hazard) kesehatan yang
berasal dari lingkungan dan pekerjaan, serta pencegahan penyakit pada
komunitas.

2. Surveilans adalah pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terus
menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan)
kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan
masalah kesehatan lainnya.
Jenis jenis surveilans yaitu :
- Surveilans individu
- Surveilans penyakit
- Surveilans sindromik
- Surveilans Berbasis Laboratorium
- Surveilans terpadu
- Surveilans Kesehatan Masyarakat Global

3. Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
daripada keadaan lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.

Wabah dibagi berdasarkan:
a. Ruang lingkup:
- Out break
- Epidemik
- Pandemik
- Endemik

4

b. Sifat:
- Common source epidemic
- Progressive.

Penanggulangan wabah :
a. Menetapkan terjangkitnya keadaan wabah
Pengumpulan dan analisis data serta penarikan kesimpulan (Pedoman
pengambilan kesimpulan: Nilai Batas Keadaan Wabah)
b. Melaksanakan penanganan keadaan wabah
Kegiatan yang ditujukan terhadap:
- Penderita
- Masyarakat
- Lingkungan
c. Menetapkan berakhirnya keadaan wabah
d. Pelaporan wabah


Tindakan yang diambil :
a. Terhadap kasus
b. Terhadap masyarakat
c. Terhadap lingkungan










5

STEP 4
1. Kedokteran komunitas adalah cabang kedokteran yang memusatkan perhatian
kepada kesehatan anggota-anggota komunitas, dengan menekankan diagnosis
dini penyakit, memperhatikan faktor-faktor yang membahayakan kesehatan
yang berasal dari lingkungan dan pekerjaan, serta pencegahan penyakit pada
komunitas.

Kedokteran komunitas memberikan perhatian tidak hanya kepada anggota
komunitas yang sakit tetapi juga anggota komunitas yang sehat. Sebab tujuan
utama kedokteran komunitas adalah mencegah penyakit dan meningkatkan
kesehatan anggota-anggota komunitas. Karena menekankan upaya
pencegahan penyakit, maka kedokteran komunitas kadang-kadang disebut
juga kedokteran pencegahan (preventive medicine). Kedokteran komunitas
memberikan pelayanan komprehensif dari preventif, promotif, kuratif hingga
rehabilitatif. Fokus perhatian kedokteran komunitas adalah masalah kesehatan
dan penyakit yang terjadi pada komunitas di mana individu tersebut tinggal,
bekerja, atau bersekolah

2. Surveilans adalah pengumpulan, analisis, dan analisis data secara terus
menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan (disebarluaskan)
kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan
masalah kesehatan lainnya.
Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit,
mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-
faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan
biologis pada agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans
menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat
dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit.

Surveilans memungkinkan pengambil keeputusan untuk memimpin dan
mengelola dengan efektif. Surveilans kesehatan masyarakat memberikan
informasi kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan dan manajer tentang
6

masalah-masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu populasi.
Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrumen penting untuk
mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika
penyakit mulai menyebar. Informasi dari surveilans juga penting bagi
kementerian kesehatan, kementerian keuangan, dan donor, untuk memonitor
sejauh mana populasi telah terlayani dengan baik.

Surveilans berbeda dengan pemantauan (monitoring) biasa. Surveilans
dilakukan secara terus menerus tanpa terputus (kontinu), sedang pemantauan
dilakukan intermiten atau episodik. Dengan mengamati secara terus-menerus
dan sistematis maka perubahan-perubahan kecenderungan penyakit dan faktor
yang mempengaruhinya dapat diamati atau diantisipasi, sehingga dapat
dilakukan langkah-langkah investigasi dan pengendalian penyakit dengan
tepat.

Tujuan Surveilans
Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah
kesehatan populasi,sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini
dan dapat dilakukan respons pelayanankesehatan dengan lebih efektif. Tujuan
khusus surveilans yaitu
1. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit
2. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi
dini outbreak
3. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit
(disease burden) pada populasi
4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,
implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan
5. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan
6. Mengidentifikasi kebutuhan riset.

Jenis Surveilans
1. Surveilans individu
7

Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor
individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius,
misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans
individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera
terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.
Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang
membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat
tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode
menular. Dikenal dua jenis karantina yaitu karantina total dan karantina
parsial. Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang
terpapar penyakit menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak
dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial membatasi kebebasan
gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan
dan tingkat bahaya transmisi penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan
untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa
diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada pos
tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja. Dewasa ini
karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah legal,
politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan
efektivitas langkah-langkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan
kesehatan masyarakat.
2. Surveilans penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-
menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit,
melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-
laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus
perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak
negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui
program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans
tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari sistem surveilans
vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara
dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya.
8

Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel
antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi
penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumber daya
masing masing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga
mengakibatkan inefisiensi.

3. Surveilans sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan
pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala)
penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik
mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun
populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans
sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola
perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat
ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium
tentang suatu penyakit. Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada
level lokal, regional, maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans
sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip
influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter
di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi
melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam
dan batuk atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang
jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis
kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut
berguna untuk memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza,
termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat memberikan peringatan
dini dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk memonitor krisis yang
tengah berlangsung. Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua
kasus penyakit tertentu dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau
anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans sentinel.
Pelaporan sampel melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara
9

yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan
sumber daya yang terbatas.

4. Surveilans Berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan
menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang
ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah
laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu
memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan
lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari
klinik-klinik.

5. Surveilans terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan
semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/
kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans
terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama,
melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk
tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu
tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakit penyakit
tertentu. Karakteristik pendekatan surveilans terpadu :
a. Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common
services)
b. Menggunakan pendekatan solusi majemuk
c. Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural
d. Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni,
pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi
pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan
laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya)
e. Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit.
Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu
10

tetap memandang penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan
surveilans yang berbeda

6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global
Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi
manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit
infeksi lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi
negara-negara berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan
bergayut. Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut
dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang
manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi
internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans
yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit menular
merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul
kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru
muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan
SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-
aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan
ekonomi.

3. Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
daripada keadaan lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.

Jenis-jenis wabah yaitu :
a. Berdasarkan ruang lingkupnya
- Outbreak
Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit
yang sama dimana penderita tersebut mempunyai hubungan satu
sama lain.

11

- Pandemi
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit),
frekuensinya dalam waktu singkat meningkat tinggi dan
penyebarannya telah smencakup wilayah yang luas.

- Endemi
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit),
frekuensinya pada wilayah tertentu menetap dalam waktu lama
berkenaan dengan adanya penyakit yang secara normal biasa timbul
dalam suatu wilayah tertentu.

- Epidemi
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang
ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat
frekuensinya meningkat.

b. Berdasarkan sifat
- Common source epidemic
Suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah
orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dalam waktu
singkat.
Contoh : keracunan makanan massal.

- Progressive.
Penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama baik secara
langsung atau melalui vektor.
Contoh : demam berdarah.

Penanggulangan wabah :
a. Menetapkan terjangkitnya keadaan wabah
Pengumpulan dan analisis data serta penarikan kesimpulan (Pedoman
pengambilan kesimpulan: Nilai Batas Keadaan Wabah)
12


b. Melaksanakan penanganan keadaan wabah
Kegiatan yang ditujukan terhadap:
- Penderita
- Masyarakat
- Lingkungan
c. Menetapkan berakhirnya keadaan wabah
d. Pelaporan wabah
Laporan :
- Terjangkitnya keadaan wabah
- Penanganan wabah
- Berakhirnya keadaan wabah

Tindakan yang diambil :
- Terhadap kasus/ penderita
1. Anamnesis
Terhadap kasus & keluarga
Identitas : nama, alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama
Keluhan utama, keluhan tambahan
Riwayat penyakit : Keterangan sekitar dan selama masa
inkubasi untuk menentukan
sumber penularan (manusia/hewan/benda mati)
pencarian kasus baru (amati orang-orang yang kontak)

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan seperti pemeriksaan fisik penderita
yang biasa sesuai dengan jenis penyakit menular yang diderita

3. Pengambilan sediaan untuk pemeriksaan laboratorium
4. Diagnosis
Tegakkan diagnosis klinis dilengkapi hasil laboratorium (bila
tidak mungkin atau hasilnya terlalu lama dapat diabaikan)
13

5. Terapi
Pengobatan sesuai dengan penyakit yang diderita.Terapi bisa
bersifat etiologis ataupun simptomatis.
6. Isolasi
Isolasi berupa memisahkan penderita dari orang lain untuk
beberapa waktu, pada tempat dan kondisi khusus untuk
mencegah baik langsung atau tidak langsung adanya
pemindahan penyakit dari penderita. Lama isolasi tergantung
pada masa inkubasi penyakit. Bila diperlukan dapat dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi (rujukan medis).

- Terhadap masyarakat
1. Promosi kesehatan
2. Specific protection
a. Memberikan imunisasi
b. Obat untuk pencegahan (chloroquin untuk malaria)
c. Mematikan vektor penyebab penyakit
-DHF : abatisasi, fogging
3. Pencarian kasus baru
a. Cara telusur ke belakang (Backward tracing)
menentukan masa inkubasi penyakit
menetukan tanggal mulainya masa inkubasi
menentukan sumber penularan penyakit (orang, makanan,
minuman, binatang dan lain-lain)
menentukan orang-orang yang kontak dengan penderita pada
saat mulainya masa inkubasi
menentukan tempat atau lokasi terjadinya kontak tersebut
b.Cara telusur ke depan (Forward tracing)
Untuk mencari kasus baru yang ditulari oleh penderita. Caranya
dengan:
menentukan masa inkubasi penyakit tersebut
14

mencatat kemana saja kasus tersebut pergi selama masa
inkubasi dan selama masa sakit
mencatat orang-orang yang mungkin tertular penyakit
mencatat sumber makanan/minuman atau barang lain yang
tercemari
melakukan konfirmasi hasil diagnosis dengan hasil
laboratorium
mengawasi tersangka kontak

- Terhadap lingkungan
1. Lingkungan fisik
Terhadap lingkungan fisik yang masih baik
Contoh:
perlindungan sumber air minum
perlindungan makanan & minuman

Terhadap lingkungan fisik yang telah tercemar
Contoh :
klorinasi sumber air
pemberian antiseptik
pemusnahan barang-barang yang telah tercemar

Terhadap lingkungan fisik yang dipakai sebagai sarang vektor
Contoh:
abatisasi dan penimbunan rawa

2. Lingkungan biologic
Tindakan terhadap binatang yang sehat
Tujuan : agar tidak menjadi reservoir bibit penyakit
Contoh : imunisasi rabies pada anjing yang sehat

Tindakan terhadap binatang yang sakit
15

Tujuan: agar tidak sampai menjadi penyebab timbulnya penyakit
Contoh: membunuh anjing yang terserang rabies

Tindakan terhadap vektor
Tujuan : Memusnahkan vektor
Contoh: fogging pada DBD (DHF)


























16

STEP 5
1. Jelaskan perbedaan penyakit menular dan tidak menular!
2. Jelaskan tentang KLB!
3. Jelaskan tentang natural history of disease dan kronisitas penyakit!
4. Bagaimana cara melakukan surveilans?
5. Jelaskan ruang lingkup kedokteran komunitas?


























17

STEP 7
1. Perbedaan penyakit menular dan tidak menular yaitu :

Menular Tidak menular
Negara berkembang Negara industry
Rantai penularan jelas Tidak ada rantai penularan
Akut Kronis
Etiologi mikroorganisme Etiologi tidak jelas
Single kausa Multiple kausa
Diagnosa mudah Diagnosa sulit
Mudah mencari penyebab Sulit mencari penyebab
Biaya relative murah Biaya relative mahal
Jelas muncul di permukaan Ada fenomena gunung es
Morbiditas dan mortalitas cenderung
menurun
Morbiditas dan mortalitas cenderung
meningkat



2. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu
dan daerah tertentu.
Batasan KLB meliputi arti yang luas :
a. Meliputi semua kejadian penyakit, dapat suatu penyakit infeksi akut kronis
ataupun penyakit non infeksi.
b. Tidak ada batasan yang dapat dipakai secara umum untuk menentukan
jumlah penderita yang dapat dikatakan sebagai KLB. Hal ini selain karena
jumlah kasus sangat tergantung dari jenis dan agen penyebabnya, juga
karena keadaan penyakit akan bervariasi menurut tempat (tempat tinggal,
pekerjaan) dan waktu (yang berhubungan dengan keadaan iklim) dan
pengalaman keadaan penyakit tersebut sebelumnya.
c. Tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah yang dapat dipakai
untuk menentukan KLB, apakah dusun, desa, kecamatan, kabupaten atau
18

meluas satu propinsi dan negara. Luasnya daerah sangat tergantung dari cara
penularan penyakit tersebut.
d. Waktu yang digunakan untuk menentukan KLB juga bervariasi. KLB dapat
terjadi dalam beberapa jam, beberapa hari atau minggu atau beberapa bulan
maupun tahun.

Kriteria suatu peristiwa dikatakan Kejadian Luar Biasa ( KLB )
a. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal
b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun
waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya
c. Peningkatan kejadian/kematian 2 x dibandingkan dengan periode
sebelumnya
d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 x bila
dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya
e. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan 2 x
dibandingkan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya
f. CFR suatu penyakit dl suatu kurun waktu tertentu menunjukkkan kenaikan
50% atau lebih dibanding CFR periode sebelumnya
g. Proporsional Rate penderita baru dr suatu periode ttt menunjukkan kenaikan
2 x dibandingkan periode yg sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya
h. Beberapa penyakit khusus: Kholera,/DHF/DSS:
Setiap peningkatan kasus dari periode sebelum nya (pada daerah
pandemis)
Terdapat satu/lebih penderita baru dimana pd periode 4 minggu
sebelumnya daerah tsb dinyatakan bebas dari penyakit tersebut.
i. Beberapa penyakit yang di alami 1 atau lebih penderita :
Keracunan makanan
Keracunan pestisida

Klasifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB)
Sebagian KLB tergolong dalam letusan kejadian yang bersumber dari
makanan/minuman dan air, yang lain berupa penyakit-penyakit menular atau
19

kejadian yang tak diketahuisebab-sebabnya. Menurut Undang-Undang wabah
Kejadian Luar Biasa digolongkan sebagai berikut :
a. Menurut penyebabnya
- Toxin
- Infeksi
- Toxin Biologis
- Toxin Kimia
b. Menurut Sumbernya
- Sumber dari manusia, seperti jalan nafas, tenggorokan, tangan, tinja, air
seni,muntahan dan lain-lain.
- Bersumber dari kegiatan manusia, seperti toxin biologis dan kimia
(pembuangantempe bongkrek, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan
asin dengan racun).
- Bersumber binatang, seperti binatang piaraan, ikan, binatang mengerat.
Contoh penyakit: salmonella, cacing dan parasit lainnya.
- Bersumber dari serangga, seperti lalat, kecoa, dan sebagainya.
- Bersumber dari udara seperti streptococcus, pencemaran udara dan lain-
lain.
- Bersumber dari permukaan benda-benda/alat-alat , misalnya salmonella
- Bersumber dari air, seperti vibrio cholera, salmonella
- Bersumber dari makanan/minuman, seperti keracunan makanan

Pencegahan terjadinya wabah/KLB adalah :
a. Pencegahan tingkat pertama
- Menurunkan faktor penyebab terjadinya wabah serendah mungkin
dengan cara desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi yang bertujuan untuk
menghilangkan mikroorganisme penyebab penyakit dan
menghilangkan sumner penularan.
- Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik
seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan, peningkatan
lingkungan biologis seperti pemberntasan serangga dan binatang
20

pengerat serta peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah
tangga.
- Meningkatkan daya tahan pejamu meliputi perbaikan status
gizi,kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta peningkatan
status psikologis.

b. Pencegahan tingkat kedua
Sasaran pencegahan ini terutama ditunjukkan pada mereka yang
menderita atau dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan
menderita (masa tunas) dengan cara diagnosis dini dan pengobatan yang
tepat agar dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya
wabah serta untuk segera mencegah proses penyakit lebih lanjut serta
mencegah terjadinya komplikasi.

c. Pencegahan tingkat ketiga
Bertujuan untuk mencegah jangan sampai penderita mengalami cacat
atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit
atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut dengan dilakukannya
rehabilitasi.

Kegiatan penanggulangan KLB
- Penetapan populasi rentan thd KLB berdasarkan waktu, tempat pada
kelompk masyarakat
- Langkah-langkah penetapan populasi rentan : Memperkirakan adanya pop
rentan KLB berdasar informasi dan data serta mempelajari gambaran
klinis (gejala,cara penularan,cara pengobatan) dan gambaran epid
(sumber&cara penularan, klp masy yg sering terserang, jml
kasus,kematian, faktor ling, budaya yg berpengaruh thd KLB)
- Pengumpulan data (laporan rutin, data penyelidikan epid, laporan rutin
data kesakitan&kematian dr puskesmas/RS yg teratur & lengkap, data lab
yg memberikn infoms penyebab peny, data faktor risiko
- Pengolahan dan penyajian data (tabel, grafik, peta)
21

- Analisis dan interpretasi
- Deseminasi informasi

3. Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang
perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak
terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti
kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif
maupun terapetik.
a. Prepatogenesis;
Tahap ini terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi
interaksi ini terjadi diluar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di
luar tubuh manusia dan belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum
ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih
kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
b. Inkubasi;
Pada tahap ini bibit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala
penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang
berbeda. Masa inkubasi adalah tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit
ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya
gejala penyakit.
c. Penyakit dini;
Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini
pejamu sudah jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan
aktifitas sehari-hari. Bila penyakit segera diobati, mungkin bisa sembuh, tetapi
jika tidak, bisa bertambah parah. Hal ini tergantung daya tahan tubuh manusia
itu sendiri, sperti gizi, istirahat dan perawatan yang baik di rumah.
d. Penyakit lanjut;
Penyakit pejamu bertambah parah, karena tidak diobati/tidak tertangani serta
tidak memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada tahap penyakit dini,
maka penyakit masuk pada tahap lanjut. Pejamu terlihat tak berdaya dan tak
sanggup lagi melakukan aktifitas. Tahap ini pejamu memerlukan perawatan
dan pengobatan yang intensif.
22

e. Tahap akhir penyakit.
Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :
- Sembuh sempurna
Bentuk dan fungsi tubuh pejamu kembali berfungsi seperti keadaan
sebelumnya/bebas dari penyakit.
- Sembuh tapi cacat
Penyakit pejamu berakhir/bebas dari penyakit, tapi kesembuhannya tak
sempurna, karena terjadi cacat (fisik, mental maupun sosial) dan sangat
tergantung dari serangan penyakit terhadap organ-organ tubuh pejamu.
- Karier
Pada karier perjalanan penyakit seolah terhenti, karena gejala penyakit tak
tampak lagi, tetapi dalam tubuh pejamu masih terdapat bibit penyakit,
yang pada suatu saat bila daya tahan tubuh pejamu menurun akan dapat
kambuh kembali. Keadaan ini tak hanya membahayakan pejamu sendiri,
tapi dapat berbahaya terhadap orang lain/masyarakat, karena dapat
menjadi sumber penularan penyakit.
- Kronis
Pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi gejala-gejala
penyakit tidak berubah. Dengan kata lain tidak bertambah berat maupun
ringan. Keadaan ini pejamu masih tetap berada dalam keadaan sakit.
- Meninggal
Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat diobati lagi,
sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu meninggal
dunia. Keadaan ini bukanlah keadaan yang diinginkan.
23




Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya individu sebagai penjamu yang
rentan (suseptibel) oleh agen kausal. Paparan (exposure) adalah kontak atau
kedekatan (proximity) dengan sumber agen penyakit. Konsep paparan berlaku
untuk penyakit infeksi maupun non-infeksi. Contoh, paparan virus hepatitis B
(HBV) dapat menginduksi terjadinya hepatitis B, paparan stres terus-menerus
dapat menginduksi terjadinya neurosis, paparan radiasi menginduksi terjadinya
mutasi DNA dan menyebabkan kanker, dan sebagainya. Arti induksi itu sendiri
merupakan aksi yang mempengaruhi terjadinya tahap awal suatu hasil, dalam hal
ini mempengaruhi awal terjadinya proses patologis. Jika terdapat tempat
penempelan (attachment) dan jalan masuk sel (cell entry) yang tepat maka
paparan agen infeksi dapat menyebabkan invasi agen infeksi dan terjadi infeksi.
Agen infeksi melakukan multiplikasi yang mendorong terjadinya proses
perubahan patologis, tanpa penjamu menyadarinya.

Periode waktu sejak infeksi hingga terdeteksinya infeksi melalui tes laboratorium/
skrining disebut window period. Dalam window period individu telah
terinfeksi, sehingga dapat menularkan penyakit, meskipun infeksi tersebut belum
terdeteksi oleh tes laboratorium. Implikasinya, tes laboratorium hendaknya tidak
dilakukan selama window period, sebab infeksi tidak akan terdeteksi. Contoh,
antibodi HIV (human immuno-deficiency virus) hanya akan muncul 3 minggu
24

hingga 6 bulan setelah infeksi. Jika tes HIV dilakukan dalam window period,
maka sebagian besar orang tidak akan menunjukkan hasil positif, sebab dalam
tubuhnya belum diproduksi antibodi. Karena itu tes HIV hendaknya ditunda
hingga paling sedikit 12 minggu (3 bulan) sejak waktu perkiraan paparan. Jika
seorang telah terpapar oleh virus tetapi hasil tes negatif, maka perlu
dipertimbangkan tes ulang 6 bulan kemudian.

Selanjutnya berlangsung proses promosi pada tahap preklinis, yaitu keadaan
patologis yang ireversibel dan asimtomatis ditingkatkan derajatnya menjadi
keadaan dengan manifestasi klinis. Melalui proses promosi agen kausal akan
meningkatkan aktivitasnya, masuk dalam formasi tubuh, menyebabkan
transformasi sel atau disfungsi sel, sehingga penyakit menunjukkan tanda dan
gejala klinis. Waktu sejak penyakit terdeteksi oleh skrining hingga timbul
manifestasi klinik, disebut sojourn time, atau detectable preclinical period.
Makin panjang sojourn time, makin berguna melakukan skrining, sebab makin
panjang tenggang waktu untuk melakukan pengobatan dini (prompt treatment)
agar proses patologis tidak termanifestasi klinis. Kofaktor yang mempercepat
progresi menuju penyakit secara klinis pada sojourn time (detectable preclinical
period) disebut akselerator atau progresor. Waktu yang diperlukan mulai dari
paparan agen kausal hingga timbulnya manifestasi klinis disebut masa inkubasi
(penyakit infeksi) atau masa laten (penyakit kronis). Pada fase ini penyakit belum
menampakkan tanda dan gejala klinis, disebut penyakit subklinis (asimtomatis).
Masa inkubasi bisa berlangsung dalam hitungan detik pada reaksi toksik atau
hipersentivitas. Contoh, gejala kolera timbul beberapa jam hingga 2-3 hari sejak
paparan dengan Vibrio cholera yang toksigenik. Pada penyakit kronis masa
inkubasi (masa laten) bisa berlangsung sampai beberapa dekade. Kovariat yang
berperan dalam masa laten (masa inkubasi), yakni factor yang meningkatkan
risiko terjadinya penyakit secara klinis, disebut faktor risiko. Sebaliknya, faktor
yang menurunkan risiko terjadinya penyakit secara klinis disebut faktor protektif.
Selanjutnya terjadi inisiasi penyakit klinis. Pada saat ini mulai timbul tanda (sign)
dan gejala (symptom) penyakit secara klinis, dan penjamu yang mengalami
manifestasi klinis disebut kasus klinis. Gejala klinis paling awal disebut gejala
25

prodromal. Selama tahap klinis, manifestasi klinis akan diekspresikan hingga
terjadi hasil akhir/ resolusi penyakit, baik sembuh, remisi, perubahan beratnya
penyakit, komplikasi, rekurens, relaps, sekuelae, disfungsi sisa, cacat, atau
kematian. Periode waktu untuk mengekspresikan penyakit klinis hingga terjadi
hasil akhir penyakit disebut durasi penyakit.

Kronisitas penyakit
Berdasarkan masa inkubasi, laten, dan durasi, maka penyakit dapat diklasifikasi
ke dalam 4 kategori yaitu:
d. Masa laten pendek, durasi pendek
e. Masa laten panjang, durasi pendek
f. Masa laten pendek, durasi panjang
g. Masa laten panjang, durasi panjang




4. Mekanisme kegiatan Surveilans epidemiologi Kesehatan merupakan
kegiatanyang dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus dengan
mekanisme sebagai berikut :
a. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya
b. Perekaman, pelaporan dan pengolahan data
26

c. Analisis dan interprestasi data
d. Studi epidemiologi
e. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya;
f. Membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut;
g. Umpan balik.


Jenis penyelenggaraan Surveilans epidemiologi adalah sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan Berdasarkan Metode Pelaksanaan
- Surveilans Epidemiologi Rutin Terpadu, adalah penyelenggaraan
Surveilans epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan
dan atau faktor resiko kesehatan
- Surveilans epidemiologi Khusus, adalah penyelenggaraan
Surveilansepidemiologi terhadap suatu kejadian, permasalahan, faktor
resiko atau situasikhusus kesehatan
- Surveilans sentinel, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemiologi
padapopulasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adanya
masalahkesehatan pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas
- Studi epidemiologi, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemiologi
padaperiode tertentu serta populasi atau wilayah tertentu untuk
mengetahui lebihmendalam gambaran epidemiologi penyakit,
permasalahan dan atau faktorresiko kesehatan.

b. Penyelenggaraan berdasarkan Aktivitas Pengumpulan Data
- Surveilans aktif, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemilogi
dimana unitSurveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi
unit pelayanankesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya;
- Surveilans Pasif, adalah Penyelenggaraan Surveilans epidemiologi
dimana unitSurveilans mengumpulkan data dengan cara menerima
data tersebut dari unitpelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber
data lainnya;

c. Penyelenggaraan Berdasarkan Pola Pelaksanaan
27

- Pola Kedaruratan, adalah kegiatan Surveilans yang mengacu pada
ketentuan yangberlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah
dan atau bencana
- Pola Selain Kedaruratan, adalah kegiatan Surveilans yang mengacu
padaketentuan yang berlaku untuk keadaan di luar KLB dan atau
wabah dan atau bencana

d. Penyelenggaraan berdasarkan Kualitas Pemeriksaan
- Bukti klinis atau tanpa perlatan pemeriksaan, adalah kegiatan
Surveilans dimanadata diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis atau
tidak menggunakan peralatan pendukung pemeriksaan
- Bukti labortorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan
Surveilansdimana data diperoleh berdasarkan pemerksaan
laboratorium atau peralatanpendukung pemeriksaan lainnya.

5.
















28

DAFTAR PUSTAKA


Azwar, Azrul. 1995. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Yayasan Penerbitan
IDI. Jakarta.
Cermin Dunia Kedokteran 136. Keselamatan Kerja.
Dr.dr.Fahmi Idris, M.Kes. 2007. Manajemen Resiko dalam Pelayanan Kesehatan
: Konsep dalam Sistem Pelayanan Kesehatan. Unsri.
Dorland. 1998. Buku Saku Kedokteran. Jakarta : EGC.
Permenkes Tahun 2004.

Anda mungkin juga menyukai