Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Percobaan 5
TEKNIK PEMISAHAN (KROMATOGRAFI)

Disusun oleh
Nama : Cinderi Maura Restu
NPM : 10060312009
Shift / kelompok : 1 / 2
Tanggal Praktikum : 10 Desember 2012
Tanggal Laporan : 24 Desember 2012
Asisten : Siti Hajar,S.Farm




LABORATORIUM KIMIA TERPADU A
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2012

Percobaan 5
Teknik Pemisahan (Kromatografi)
1. Tujuan :
Dapat memahami dan menguasai prinsip dan prosedur dari pemisahan
senyawa kimia dengan teknik kromatografi.

2. Prinsip :
Pemisahan senyawa kimia berdasarkan migrasi fase gerak ke fase diam.

3. Metode / teori dasar :
Kromatografi adalah teknik yang digunakan untuk memisahkan campuran
komponen ke komponen penyusunnya. Ada 3 jenis kromatografi, yaitu
kromatografi kolom, kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis.
Kromatografi kolom adalah teknik pemisahan campuran komponen
dimana campuran komponen terlarut pada pelarut akan dituang ke dalam
adsorbent pada kolom dan dielusi dengan pelarut yang sama atau berbeda.
Kromatografi kolom menggunakan sistem padat-cair, dengan fase diamnya
(adsorben) yang berbentuk padat/solid dan fase geraknya (eluen) berbentuk
cairan (liquid). Kromatografi kolom digunakan untuk keperluan preparative, yaitu
untuk mengisolasi/memisahkan suatu komponen tertentu dari campurannya.
Kromatografi kertas, yaitu dimana kertas mengadsorpsi air dari
lingkungan sekitar. Air bertindak sebagai komponen dalam larutan pengelusi
(fase gerak), bertindak sebagai fase diam, dan tersedia di lingkungan dalam
bentuk kelembaban. Kromatografi kertas menggunakan sistem cair-cair.
Kromatografi kertas digunakan untuk keperluan analitis.
Kromatografi lapis tipis, yang bertindak sebagai fase diam adalah suatu
adsorbent yang diaplikasikan pada lempeng kromatografi. Contoh adsorbent
yaitu alumina, Al
2
O
3
, silica gel, dan SiO
2
. Semakin kuat komponen yang ingin
dipisahkan diadsorpsi ke dalam fase diam, akan semakin lambat komponen
bermigrasi dalam plat KLT. Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk :
a. Menentukan jumlah komponen dalam campuran.
b. Menentukan identitas dua komponen.
c. Memonitor perkembangan reaksi.
d. Menentukan efektifitas pemurnian.
e. Menentukan kondisi yang sesuai untuk kromatografi kolom.
f. Memonitor kromatografi kolom.
Hasil pemisahan dengan teknik kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis
dapat ditulis/diibaratkan dengan nilai Rf.
Rf =



Fase diam (stationary phase) : merupakan salah satu komponen yang
paling penting dalam proses pemisahan dengan kromatografi. Adanya interaksi
dengan fase diam menyebabkan terjadinya perbedaan waktu retensi (tR) dan
terpisahnya senyawa analitnya (komponen senyawa). Fase diam dapat berupa
bahan padat atau porous (berpori) berbentuk molekul kecil atau cairan yang
umumnya dilapiskan pada padatan pendukung. (Rahman,A.2009)
Fase gerak (mobile phase) : merupakan pembawa analit, dapat bersifat
inert maupun berinteraksi dengan analit tersebut. Fase gerak tidak hanya berupa
cairan, tetapi bisa juga berupa gas inert yang umumnya dapat dipakai sebagai
carrier gas senyawa mudah menguap (volatil). (Sastrohamidjojo,H.2005)
Pemisahan dengan kromatografi lebih baik daripada ekstraksi. Ini
dikarenakan sering diibaratkan dengan corong pisah yang saling berhubungan
yang bergerak dari atas sampai bawah dimana pada setiap corong pisah terjadi
pemisahan. Dan juga permukaan antar fase pada kromatografi lebih besar.
(Roy,Gritter.1991)

4. Prosedur percobaan :
A. Pembuatan ekstrak pigmen
1. Sebanyak 0,5 gram pasta tomat ditimbang menggunakan neraca analitik.
2. Hasil pengukurannya dimasukkan kedalam tabung reaksi.
3. Kedalam tabung reaksi dimasukkan 3 ml etanol.
4. Tabung reaksi tersebut kemudian diaduk isinya dengan cara dikocok sampai
pasta agak mengering.
5. Etanol yang ada di dalam tabung reaksi dibuang.
6. Pasta dehidrat diekstrak dengan 3 kali 1 ml diklorometan dengan
menggunakan pelarut dalam corong pisah.
7. Ditambahkan kedalamnya larutan natrium klorida.
8. Campuran tersebut kemudian dikocok.
9. Larutan natrium klorida dipisahkan dari capuran tersebut.
10. Kedalam larutan diklorometan ditambahkan larutan natrium sulfat anhidrat.
11. Campuran larutan tersebut kemudian dikocok selama 5 menit.
12. Kemudian, larutan tersebut dipisahkan.
13. Larutan natrium sulfat anhidrat dicuci dengan menggunakan diklorometan.
14. Larutan diklorometan dievaporasi.





B. Kromatografi kertas
1. Fase gerak dijenuhkan didalam beaker glass selama beberapa saat dan ditutup
dengan menggunakan alumunium foil. Fase geraknya berupa eter : aseton = 9 ml
: 1 ml.
2. Kertas Whatman no.1 dipotong dengan ukuran bebas tetapi berbentuk
persegi.
3. Disetiap sisi kertas diberi batas selebar 0,5 cm dari tepi sisi.
4. Diberi nomor 1-5 pada salah satu sisinya dengan jarak yang agak berjauhan
antar nomor dengan menggunakan pensil.
5. Pada nomor 1 dan 5 diberi totolan -karoten sebanyak 1 kali penotolan.
6. Pada nomor 2 diberi totolan pasta tomat sebanyak 1 kali penotolan.
7. Pada nomor 3 diberi totolan pasta tomat juga sebanyak 2 kali penotolan.
8. Pada nomor 4 diberi totolan pasta tomat juga sebanyak 3 kali penotolan.
9. Hasil penotolan dibiarkan sampai kering.
10. Setelah kering, kertas whatman tadi dimasukkan kedalam beaker glass yang
berisi jenuhan eter dan aseton.
11. Ditunggu beberapa saat sampai fase geraknya migrasi ke fase diam sampai
mendekati batas atas kertas whatman tersebut.
12. Setelah sampai mendekati batas atas kertas, kertas tersebut kemudian
diangkat dan dimasukkan kedalam suatu wadah atau bejana yang tertutup yang
didalamnya terdapat lampu UV.
13. Ditunggu beberapa saat sampai terlihat perkembangan dari fase geraknya.
14. Kertas whatman dikeluarkan dari bejana tersebut dan ditandai
perkembangannya dengan menggunakan pensil.

C. Kromatografi lapis tipis
1. Dilakukan percobaan dengan sampel pigmen yang sama, tetapi dengan
menggunakan plat KLT.
2. Fase gerak dibuat sendiri dengan menggunakan heksana : etanol = 7 ml : 3 ml
dan dimasukkan kedalam chamber.
3. Ujung atas dan ujung bawah dari KLT, diberi garis dari tepi sisi sebesar 0,5 cm.
4. Diberi nomor 1 dan 2 dengan letak yang agak berjauhan pada salah satu ujung
dari KLT.
5. Pada nomor 1 diberi totolan -karoten sebanyak 1 kali penotolan.
6. Pada nomor 2 diberi totolan pasta tomat sebanyak 1 kali penotolan juga.
7. KLT tersebut kemudian dimasukkan kedalam chamber yang telah berisi
heksana dan etanol.
8. Ditunggu beberapa saat sampai fase gerak migrasi ke fase diam sampai batas
atas KLT.
9. KLT dimasukkan kedalam wadah tertutup yang didalamnya terdapat lampu UV
yang akan menyinari KLT tersebut.
10. KLT dikeluarkan dari wadah atau bejana tersebut dan ditandai hasil dari
perkembangan fase geraknya dengan menggunakan pensil.

5. Alat dan bahan :
a. Alat :
1. Neraca analitik
2. Tabung reaksi
3. Corong pisah
4. Kertas Whatman no.1
5. Pipa kapiler
6. Bejana tertutup
7. Pensil
8. Kristal iodine
9. Lampu UV
10. Kertas saring
11. Alumunium foil
12. Beaker glass
13. Chamber
14. Gelas ukur
15. Pipet tetes

b. Bahan :
1. Pasta tomat 0,5 g
2. Etanol 3 ml
3. 1 ml diklorometan
4. Larutan NaCl
5. Larutan Na2So4 anhidrat
6. Larutan standar -karoten
7. Heksana 7 ml
8. Eter 9 ml
9. Aseton 1 ml
6. Hasil pengamatan :
A. Pembuatan ekstrak pigmen
Pasta tomat telah disediakan oleh asisten, sehingga tidak perlu dibuat
lagi. Pasta tomatnya berwarna orange kemerahan dan terlihat segar.

B. Kromatografi kertas
Percobaan ini dapat dikatakan gagal. Ini dikarenakan pada kertas
whatman tidak terlihat perkembangan dari fase geraknya ketika dilihat di bawah
sinar lampu UV.

Ket : Beaker glass yang berisi jenuhan eter : aseton = 9 ml : 1 ml.

Ket : Kertas whatman yang telah ditotol dengan pasta tomat dan -karoten.

C. Kromatografi lapis tipis
Terdapat perkembangan fase gerak pada KLT yang dapat dilihat dibawah
sinar lampu UV. Bercak pasta tomat naik 5,4 cm dari posisi awalnya. Sedangkan
bercak -karoten naik 1,5 cm dari posisi awalnya.

Ket : Chamber yang berisi jenuhan heksana : etanol = 7 ml : 3 ml dan dimasukkan
kertas saring didalamnya dengan tidak menyentuh larutan yang terdapat
didalamnya.

Ket : KLT yang telah ditotol dengan pasta tomat dan -karoten.

Rf pasta tomat =

Rf -karoten =


= 0,981 = 0,272
Perbandingannya :

= 3,6 : 1

7. Pembahasan :
A. Pembuatan ekstrak pigmen
Pasta tomat yang digunakan pada waktu praktikum telah disediakan oleh
asisten. Sehingga tidak perlu dibuat lagi oleh praktikan. Ini dikarenakan
pembuatan pasta tomat membutuhkan waktu yang lama, sedangkan waktu yang
disediakan untuk praktikum sangatlah terbatas.
Senyawa diklorometan bersifat non polar yang dicampurkan pada saat
pembuatan pasta tomat, berfungsi untuk menarik -karoten yang terkandung
dalam tomat. Senyawa Na
2
SO
4
ditambahkan juga pada pembuatan pasta tomat,
berguna untuk mengikat H
2
O pada saat pembuatannya.

B. Kromatografi kertas
Percobaan kromatografi kertas ini dikatakan gagal karena terdapat
bercak-bercak lain yang menempel pada kertas whatman tersebut. Dan juga
dikarenakan oleh faktor kejenuhan larutannya. Larutan yang digunakan sebagai
fase geraknya haruslah larutan yang sudah jenuh dengan titik jenuh yang tinggi
supaya dapat menggerakkan -karoten dan pasta tomat sampai batas atas sisi
kertas. Juga terdapat kesalahan lain yaitu cara penotolannya yang salah. -
karoten yang ditotolkan hanya sedikit saja, karena kekurangan jumlah -karoten.
-karoten merupakan senyawa yang mudah menguap, jadi setelah pemakaian -
karoten harus ditutup kembal dengan menggunakan alumunium foil.

C. Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik pemisahan dengan sebuah
plat yang dilapisi silika gel sebagai fase diam dan campuran pelarut sebagai fase
gerak. Larutan sebagai fase gerak akan merambat naik ke atas fase diam akibat
gaya kapilaritas yang disebabkan daya serap silika gel pada fase diam.
KLT ditotol dengan pasta tomat dengan menggunakan pipa kapiler yang
kecil dan mudah patah. Perlu kehati-hatian dalam menggunakan pipa kapiler
tersebut agar tidak patah. -karoten yang digunakan dalam percobaan
kromatografi ini, merupakan senyawa kimia yang mudah menguap apabila
dibiarkan di udara terbuka. Setelah pemakaian, senyawa ini harus ditutup
kembali dengan menggunakan alumunium foil agar tidak bereaksi dengan udara
sekitar. -karoten juga merupakan senyawa non polar yang strukturnya memiliki
banyak CH
3
. -karoten dapat digunakan sebagai senyawa baku standar.
KLT digunakan untuk senyawa tunggal. Hal ini dikarenakan supaya bisa
terlihat bercak-bercak dari fase geraknya. Dengan kata lain, KLT dapat digunakan
untuk memantau senyawa.
Dengan membagi jarak tempuh noda dan pelarut, maka akan didapat
nilai Rf. Nilai Rf adalah nilai yang menunjukkan kemurnian suatu kromatogram.
Menghitung Rf (retention factor) dilakukan untuk analisis kuantitatif. Untuk
menentukan kemurnian suatu kromatogram, dapat dilakukan dengan cara
membandingkan nilai Rf kromatogram praktek dengan nilai Rf kromatogram
teori. Secara teoritis, Rf -karoten adalah berkisar antara 0,45 0,5. Secara
praktek diperoleh nilai Rf -karoten sebesar 0,272.



8. Jawaban pertanyaan :
1. Mana yang lebih baik untuk memisahkan dan mendeteksi komponen dalam
jumlah kecil? Kromatografi kolom atau kromatografi kertas?
Jawab :
Kromatografi kertas. Karena untuk membentangkan penyerap dalam lapisan tipis
yang berkelakuan seperti penyokong yang inert. Dan juga kromatografi kertas
hanya membutuhkan sedikit penotolan senyawa kimia pada KLTnya,
dibandingkan dengan kromatografi kolom yang membutuhkan banyak larutan
atau senyawa kimia pada percobaannya. Sehingga kromatografi kertas lebih baik
untuk memisahkan dan mendeteksi partikel jumlah kecil.

2. Pigmen apa saja yang terdapat dalam pasta tomat yang digunakan pada
percobaan kali ini? Gambarkan strukturnya !
Jawab : Likopen dan -karoten
Likopen dan -karoten memiliki banyak ikatan karbon. Sehingga likopen dan -
karoten merupakan senyawa non polar.
Struktur likopen :

Struktur -karoten :


3. Bagaimana cara pembuatan plat kromatografi lapis tipis? Jelaskan !
Jawab :
Pembuatan plat kromatografi lapis tipis diatas kaca ada beberapa cara, yaitu
dengan penyemprotan dan penyelupan. Plat yang telah dilapisi
dipanaskan/diaktifkan dengan cara memanaskannya pada suhu kira-kira 100C
selama beberapa saat. Kromatografi lapis tipis membutuhkan penyerap dan
cuplikan dalam jumlah yang sedikit dan noda-noda yang terpisahkan dilokalisir
pada plat seperti pada lembaran kertas.





9. Kesimpulan :
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Kromatografi dapat digunakan sebagai teknik untuk memisahkan larutan
dari komponen-komponen penyusunnya. Yang dimana prinsipnya yaitu
pemisahan senyawa kimia berdasarkan migrasi fase gerak ke fase diamnya.
Terdapat tiga jenis kromatografi yaitu kromatografi kolom, kromatografi kertas,
dan kromatografi lapis tipis yang dimana ketiganya memiliki prinsip yang sama.
Perbedaan antara kromatografi kolom dengan yang lainnya adalah :
1. Kromatografi kolom menggunakan kolom sebagai media pemisahannya.
Kromatografi kertas menggunakan kertas Whatman nomor 1 sebagai media
pemisahannya. KLT menggunakan plat tipis sebagai media pemisahannya.
2. Dalam proses elusinya, kromatografi kolom memanfaatkan gaya gravitasi.
Kromatografi kertas dan KLT memanfaatkan gaya kapilaritas dalam proses
elusinya.
3. Pada kromatografi kolom, senyawa yang dihasilkan berupa pita. Kromatografi
kertas dan KLT senyawa yang dihasilkan berupa noda.




10. Daftar pustaka :
1. Tim Asisten Laboratorium Kimia Farmasi.2012.Penuntun Praktikum Kimia
Dasar Farmasi.Bandung.Universtas Islam Bandung.
2. Hostettmann,K.1986.Cara Kromatografi Preparatif.Bandung:ITB.
3. S,Syukri.1999.Kimia Dasar I.Bandung:ITB.
4. Yazid,E.2005.Kimia Fisika Untuk Paramedis.Yogyakarta:Andi.
5. Rahman,A.2009.Kromatografi Untuk Analisis Obat,10-23.Yogyakarta:Graha
Ilmu.
6. Sastrohamidjojo,H.2005.Kromatografi,1-12.Yogyakarta:Liberty press.
7. Roy,Gritter.1991.Pengantar Kromatografi,160-170.Bandung:ITB press.

Anda mungkin juga menyukai