Keramaian terlihat di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI) Selasa (28/07) pagi. Tiga guru besar dari tiga rumpun keilmuan dikukuhkan secara bersamaan. Mereka adalah Prof. Dr. Rachmadhi Purwana, SKM dari rumpun ilmu kesehatan (Fakultas Kesehatan Masyarakat), Prof. Dr. Ir. Bondan Tiara Sofyan, M.Si dari rumpun ilmu sains dan teknologi (Fakultas Teknik) dan Prof. Zainuddin Djafar, Ph.D dari rumpun ilmu sosial humaniora (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik). Prof. Dr. Rachmadi Purwana, SKM membawakan pidato pengukuhan berjudul Masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia. Penerima penghargaan Satyalencana Karya Satya 20 tahun di tahun 1997 mengatakan, ilmu kesehatan lingkungan merupakan bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang mulai dikenalkan di abad 19. Hal tersebut merupakan respon terhadap pola kesehatan waktu itu di mana banyak penyakit yang ditularkan melalui makanan, air dan udara serta penyakit-penyakit yang berkaitan dengan kemiskinan. Ilmu kesehatan lingkungan membicarakan mengenai ilmu kesehatan yang menekankan pad a pentingnya faktor lingkungan terhadap kesehatan perorangan maupun kesehatan masyarakat luas, uja rnya. Lebih lanjut ia menambahkan lingkungan yang ia maksudkan ialah segala bentuk fisik atau bentuk ragawi yang diwakili unsur fisika dan biologi dengan kandungan unsur kimia di dalamnya.Masih menurut Rachmadi, faktor lingkungan memiliki kaitan erat dengan kesehatan manusia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporannya tahun 2004 memaparkan, dari 102 jenis penyakit utama masyarakat, lebih dari 80% di antaranya merupakan penyakit utama yang terkait dengan lingkungan. Diare diklaim oleh Pruss-Ustun dan Corvalan di tahun 2006, sebagai salah satu dari empat penyakit tinggi kaitannya dengan faktor risiko-kesehatan lingkungan. Menurut Rachmadi masalah penyakit ini tidak akan hilang begitu saja hanya karena telah menyediakan sarana air minum yang aman, sarana sanitasi yang baik dan sarana higienis bagi masyarakat. Penyakit lain yang dipicu oleh faktor lingkungan terjadi di daerah yang memiliki cadangan sumber daya tambang yang berlimpah, seperti di daerah Sabang hingga Merauke. Ya jika dikelola dengan car a yang aman, mungkin tambang-tambang tersebut akan memberikan penghasilan tambahan yang menjanjikan, tuturnya. Sayangnya cara yang digunakan selama ini masih menggunakan cara-cara yan g tidak ramah lingkungan, sehingga kandungan merkuri yang terdapat di dalam tambang tersebut dikonsumsi oleh mahluk hidup lain yang memiliki habitat di daerah tersebut. Merkuri, jika dikonsumsi oleh manusia melebih batas aman dapat menyebabkan kerusakan syaraf pusat. Menyadari penyakit-penyakit ini tidak lepas dari ulah manusia sendiri, maka Rachmadi mengajak hadirin untuk terus menjaga keseimbangan kesehatan, lingkungan dan ekonomi. Alumunium menjadi objek menarik menurut Prof. Dr. Ir. Bondan Tiara Sofyan, M.Si. Itu sebabnya ia mengangkat pidato berjudul Penguasaan Teknologi Alumnium Untuk meningkatkan Daya Saing Bangsa. Bondan tertarik terhadap alumunium karena sejak 2002, ia bersama kelompok risetnya menekuni berbagai pengembangan dan pemecahan masalah terkait paduan aluminium. Aluminium merupakan unsur terbanyak ketiga di kerak bumi yang ditemukan dalam bentuk mineral bauksit. Selain itu aluminium merupakan konduktor yang baik untuk menghantarkan listrik. Pemakaian aluminium paling banyak 1 | Universitas Indonesia - www.ui.ac.id Berita digunakan di dunia transportasi, baik darat, laut dan udara. Indonesia sendiri memiliki deposit bijih bauksit di daerah Bintan, Kepulauan Riau dan Tayan, Kalimantan Selatan. Sayangnya Indonesia belum bisa memanfaatkan bijih bauksit tersebut dengan bai k sehingga dapat meningkatkan perekonomian bangsa, tuturnya. Sebagai gambaran, seluruh bauksit yan g dimiliki Indonesia diekspor ke luar negeri sebagai bahan mentah. Di tahun 2008, tercatat ekspor bijih bauksit Indonesia mencapai 10.083.058 ton dengan nilai ekspor hanya sebesar USD 87,9 juta. Artinya nilai jual bauksit hanyalah USD 8.71 per tonnya, tegas Bondan. Ia pun kemudian memban dingkan nilai yang harus dibayar oleh Indonesia ketika mengimpor kembali bijih bauksit yang telah diolah menjadi alumina. Nilai jual alumina adalah USD 350 per ton dan di tahun 2008 nilai impor alu mina Indonsia mencapai USD 1.236 juta ton. Bandingkan perbedaannya yang sangat signifikan, tut urnya dengan nada gemas. Hal ini menurut Bondan disebabkan karena Indonesia tidak memiliki industri pengolahan bauksit menjadi alumina. Ia pun berharap pemerintah Indonesia secara serius mau untuk mulai memikirkan investasi membangun industri pengolahan bauksit menjadi alumina.Sementara Prof. Zainuddin Djafar, Ph.D menyampaikan pidato bertajuk Hakekat Dimensi Strategis Politik Luar Negeri Indonesia. Menurutnya, selama ini esensi bebas-aktif yang membuat Indonesia dekat denga negara- negara Barat justru membuat Indonesia terpuruk. Oleh karena itu, jika ingin bangkit dari keterpurukan, Indonesia perlu membangun networking yang kuat layaknya yang dilakukan Cina dan India. "Keanggotaan Indonesia dalam G-20 dan sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim dapat menjadi kekuatan atau pengaruh bagi negara-negara berkembang lainnya," katanya.Maka dengan dikukuhkan ketiga guru besar ini, UI kini memiliki 216 guru besar tetap. Jumlah guru besar FT menjadi 39 orang, FISIP 35 orang dan FKM 20 orang. Rachmadi menjadi guru besar ke-17, Bondan menjadi guru besar ke-18 dan Zainuddin guru besar ke-19 yang dikukuhkan UI pada tahun ini. Hadir dalam acara pengukuhan guru besar, Ketua Dewan Guru Besar UI, Prof. Dr. Biran Affandi, Sp.OG(K), Dekan FT,Prof. Dr. Ir. BambangSugiarto, M.Eng, Dekan FKM, Bambang Wispriyono,Ph.D, dan Wakil Dekan FISIP, Edy Prasetyono S.Sos., MIS, Ph.D. Semoga dengan dikukuhkannya tiga guru besar ini, dapat memacu staf pengajar yang lain untuk mengikuti jejak mereka. Selamat! (SNT) 2 | Universitas Indonesia - www.ui.ac.id Berita