ETIOLOGI Kecelakaan jalan raya adalah penyebab terbesar, hal mana cukup kuat untuk merusak kord spinal serta kauda ekuina. Dibidang olah-raga, tersering karena menyelam pada air yang sangat dangkal.
KLASIFIKASI Sebelum membicarakan macam-macam cedera tulang belakang serta kord spinal secara khusus, akan dibicarakan dulu secara garis besar. Harus diingat bahwa cedera tulang belakang mempunyai komponen tulang dan komponen saraf hingga pengelolaan akan ditentukan oleh faktor-faktor dari kedua aspek tersebut.
A. CEDERA TULANG a. Stabil Cedera yang stabil adalah bila fragmen tulang tidak mempunyai kemampuan untuk bergeser lebih jauh selain yang terjadi pada saat cedera. Komponen arkus neural intak, serta ligamen yang menghubungkan ruas tulang belakang, terutama ligamen longitudinal posterior, tidak robek. Cedera stabil diakibatkan oleh tenaga fleksi, ekstensi dan kompresi yang sederhana terhadap kolumna tulang belakang dan tersering tampak pada daerah toraks bawah serta lumbar. raktura baji badan ruas tulang belakang yang diakibatkan oleh fleksi akut pada tulang belakang adalah contoh yang umum dari fraktura stabil. b. Tak stabil raktura mempunyai kemampuan untuk bergerak lebih jauh. Kelainan ini disebabkan oleh adanya elemen rotari terhadap cedera fleksi atau ekstensi yang cukup untuk merobek ligamen longitudinal posterior serta merusak keutuhan arkus neural, baik akibat fraktura pada pedikel dan lamina, maupun oleh dislokasi sendi apofiseal.
B. CEDERA NEUROLOGIS a. Tanpa defisit neurologis !emeriksaan klinis tak menunjukkan adanya kelainan neurologis. b. Dengan defisit neurologis Kerusakan neurologis yang terjadi saat kecelakaan dapat lengkap dengan hilangnya fungsi dibawah tingkat cedera atau tidak lengkap. Defisit neurologis paling mungkin terjadi setelah cedera pada daerah punggung karena kanal spinal tersempit didaerah ini. "danya spondilosis ser#ikal memperberat kerusakan neurologis bahkan karena cedera minor sekalipun pada orang tua. "ncaman terhadap leher juga bertambah karena artritis rematoid. Harus selalu diingat bahwa tulang belakang toraks adalah daerah utama terjadinya fraktura patologis karena proses metastatik.
TEMUAN KLINIS Cedera tulang belakang harus selalu diduga pada kasus dimana setelah cedera pasien mengeluh nyeri serta terbatasnya pergerakan leher dan pinggang. Deformitas klinis mungkin tidak jelas dan kerusakan neurologis mungkin tidak tampak pada pasien yang juga mengalami cedera kepala atau cedera berganda. $idak lengkap pemeriksaan pada suatu cedera bila fungsi anggota gerak belum dinilai untuk menyingkirkan kerusakan akibat cedera tulang belakang.
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS Karena alasan diatas, perlu dilakukan pemeriksaan radiografi tulang belakang ser#ikal pada semua pasien cedera kepala sedang dan berat. %adiograf yang diambil di &'D kualitasnya tidak selalu baik dan bila tetap diduga adanya cedera tulang belakang, radiograf selanjutnya diambil lagi termasuk tampilan oblik bila perlu, serta (pada daerah ser#ikal) dengan leher pada fleksi serta ekstensi bila diindikasikan. $ampilan melalui mulut terbuka perlu untuk memperlihatkan proses odontoid pada bidang antero- posterior. PENGELOLAAN Sasaran terapi adalah mempertahankan fungsi neurologis yang masih ada, memaksimalkan pemulihan neurologis, tindakan atas cedera lain yang menyertai, dan mencegah serta mengobati komplikasi serta sekuele kerusakan neural. %eduksi atas subluksasi untuk mendekompres kord spinal dan tindakan immobilisasi tulang belakang untuk melindungi kord spinal adalah merupaan !asar dari tindakan. Operasi "e#i$ a%a" diindikasikan untuk dekompresi neural, fiksasi internal, atau debridemen luka terbuka. !asien dengan kelainan patologis kompresif dan defisit neurologis tidak lengkap atau dengan defisit neurologis progresif adalah kandidat operasi dekompresi gawat darurat. Fisasi interna" e"eti& dilakukan pada pasien dengan ketidakstabilan tulang belakang, cedera ligamen tanpa fraktura, deformitas tulang belakang progresif, cedera yang tak dapat direduksi, fraktur yang nonunion. *ediator sekunder dari cedera adalah perubahan metabolik serta patofisiologik yang berperan terhadap progresi dari respons cedera kord spinal setelah cedera primer atau mekanikal. Cedera jaringan menyebabkan perubahan biokimia, seluler, serta perubahan jaringan yang akan menimbulkan iskemia jaringan. +skemia dan infarksi kord spinal pasca cedera adalah mekanisme kunci. +skemia pasca cedera mempunyai efek lokal dan sistemik. Secara sistemik terjadi pengurangan curah jantung, hipotensi dan #asodilatasi simpatetik. Secara lokal, autoregulasi dapat hilang serta mikrosirkulasi pada dan sekitar segmen kord spinal yang cedera bisa berkurang. ,fek #askuler pasca cedera harus ditindak untuk mengoptimalkan pemulihan. ,kspansi #olume dan #aso-presor digunakan untuk memperbaiki keadaan normotensif. "liran darah kord spinal dapat diperbaiki dengan cara ekspansi #olume, steroid, nimodipin, atau dopamin. Dosis tinggi metilprednisolon (bolus -.mg/kg diikuti 0.1mg/kg/jam untuk 2- jam berikutnya) yang bila diberikan dalam 3 jam sejak cedera akan memperbaiki pemulihan neurologis. 'angliosida mungkin juga akan memperbaiki pemulihan setelah cedera kord spinal. !enilaian keadaan neurologis setiap jam termasuk pengamatan fungsi sensori, motori dan refleks penting untuk melacak defisit yang progresif atau asenden. *empertahankan perfusi jaringan yang adekuat, fungsi #entilasi dan melacak keadaan dekompensasi merupakan hal yang #ital. 1. Cedera stabil tanpa defisit neurologis !ada kelompok ini diantaranya angulasi atau baji dari badan ruas tulang belakang, fraktura proses trans#ersus dan spinosus, dll. $indakannya simtomatik, seperti istirahat baring hingga nyeri berkurang, kemudian mobilisasi bertahap dengan fisioterapi untuk memulihkan kekuatan otot. 2. Fraktura tak stabil tanpa defisit neurologis 4ila terjadi pergeseran, fraktura memerlukan reduksi, dan posisi yang sudah lebih baik harus dipertahankan. Met'!a re!usi antaranya5 a. Traksi raktura ser#ikal paling tak stabil dapat direduksi dengan memuaskan dengan melakukan traksi pada tulang belakang ser#ikal memakai sepit (tong) metal (seperti tong 'ardner-6ell atau Crutchfield) yang dipasang pada tengkorak. 4eban sekitar 2. kg (tergantung tingkat ruas tulang belakang, mulai sekitar 2.0 kg pada fraktura C7) digunakan dalam mengusahakan reduksi. b. Manipulasi Dislokasi serta locking dari faset sendi apofiseal ser#ikal mungkin menghambat reduksi fraktura bila hanya semata dengan traksi. *anipulasi hati-hati leher dalam anestesi umum dapat membebaskan faset. c. Reduksi terbuka Kadang-kadang terhadap faset pada daerah ser#ikal dan toraks diperlukan operasi untuk mengembalikan alignment normalnya.
Met'!a imm'#i"isasi setelahnya adalah5 a. %anjang khusus, rangka, atau selubung plester dengan pasien dapat dirawat untuk waktu yang lama dengan mempertahankan posisi yang telah direduksi bahkan saat membalik untuk memandikan atau merawat kulit. #. $raksi tengkorak. Hanya diperlukan beban sedang untuk mempertahankan cedera leher yang sudah direduksi. (. !lester paris dan splin eksternal lain. !asien dengan cedera ser#ikal nyatanya dapat dimobilisasi dengan leher disangga dengan plester paris dalam posisi memadai atau dengan splin metal yang dirancang agar kepala tetap immobil disaat pergerakan tubuh. !. 8perasi. usi secara bedah melintas garis fraktur dapat dilakukan. !ada tulang belakang ser#ikal operasi dilakukan baik dari depan maupun belakang. !ada daerah toraks tulang belakang difiksasi dengan pelat metal dan tandur tulang yang menyatukan lamina dengan proses spinosus berdekatan. 3. Cedera stabil dengan defisit neurologis 4ila fraktura stabil, kerusakan neurologis diakibatkan oleh5 a. !ergeseran yang cukup besar yang terjadi saat cedera menyebabkan trauma langsung terhadap kord spinal atau kerusakan #askuler, namun dengan bagian tulang dalam konfigurasi yang lebih normal. #. $ulang belakang sebelumnya sudah rusak akibat penyakit sebelumnya seperti pada spondilosis ser#ikal. (. ragmen tulang atau diskus terdorong kekanal spinal. !engelolaan kelompok ini tergantung derajat kerusakan neurologis yang tampak pada saat pertama diperiksa. Suatu transeksi neurologis lengkap, terbaik dirawat konser#atif. !ada cedera didaerah ser#ikal, leher diimmobilisasi dengan kolar atau sepit (kaliper) dan pasien diberi metil prednisolon. !emeriksaan lebih lanjut seperti mielografi atau MRI harus dilakukan bila pemeriksaan menunjukkan adanya potensi akan perbaikan neurologis. Kesempatan perbaikan pada pasien dengan defisit total disaat diperiksa adalah kecil dan semakin jauh bila tidak ada perbaikan dalam 13 jam. !ada cedera neurologis tak lengkap pasien juga mulanya dirawat konser#atif. 4ila kerusakan didasari adanya spondilosis ser#ikal, traksi tengkorak digunakan disamping pemberian metil prednisolon. !erkiraan atas kerusakan dilakukan dan bila perbaikan terjadi dengan memuaskan, tidak ada lagi tindakan lain yang diperlukan kecuali bila spondilosis yang sudah ada sebelumnya memerlukan tindakan bedah. 4ila tidak ada perbaikan atau ada perbaikan namun diikuti perburukan, dilakukan mielografi untuk menampilkan daerah fraktura yang akan didekompresi. Dengan kata lain, tindakan konser#atif memungkinkan kord spinal yang rusak memperlihatkan potensinya untuk membaik dan tindakan bedah dilakukan pada saat risiko pertambahan defisit neurologis sudah dikurangi.
4. Cedera tulang tak stabil dengan defisit neurologis 4ila lesinya total, dilakukan reduksi yang diikuti dengan immobilisasi seperti halnya pada seksi 2 dengan tambahan perawatan paraplegik. 4ila defisit neurologis tak lengkap, reduksi dan diikuti immobilisasi sesuai dengan jenis cederanya, dan bila diperlukan operasi, dekompresi kanal spinal dilakukan pada saat yang sama. Setelah setiap tindakan, kebijaksanaan konser#ati# seperti pada seksi - dapat diteruskan karena fraktura sekarang telah berubah dari tak stabil menjadi stabil.
CEDERA )ANG MEN)ERTAI DAN KOMPLIKASI CEDERA KORD SPINAL ,fek dari cedera kord spinal akut mungkin mengaburkan penilaian atas cedera lain dan mungkin juga merubah respon terhadap terapi. 9.: lebih pasien dengan cedera kord spinal bersamaan dengan cedera major5 kepala atau otak, toraks, abdominal, atau #askuler. 4erat serta jangkauan cedera penyerta yang berpotensi didapat dari penilaian primer yang sangat teliti dan penilaian ulang yang sistematik terhadap pasien setelah cedera kord spinal. Dua penyebab kematian utama setelah cedera kord spinal adalah aspirasi dan syok.
Pen*e"'"aan +em'!inami 4ila pasien hipotensif, cari sumber perdarahannya dan atasi. Syok neurogenik mungkin tertutupi oleh syok hemoragik. Syok neurogenik disebabkan oleh hilangnya aliran adrenergik dari sistema saraf simpatetik pada jantung dan #askulatur perifer setelah cedera diatas tingkat $9. $erjadi hipotensi, bradikardia, dan hipotermi. Syok neurogenik akan lebih mengganggu distribusi #olume intra#askuler dari pada menyebabkan hipo#olemi sejati. "tropin, dopamin, atau fenilefrin harus dipertimbangkan untuk mengobati syok neurogenik, yang tak berreaksi atas penggantian #olume intra#askuler. Syok spinal berbeda dari sindroma fisiologik syok neurogenik. Syok spinal menunjukkan kehilangan lengkap aktifitas motori, sensori dan refleks segmental dengan flaksiditas dibawah tingkat cedera. Keadaan ini mungkin berakhir setelah 9 minggu. 4ila syok spinal bertahan lebih dari 21 jam, prognosis untuk ambulasi betul- betul tidak ada. "khir dari syok spinal akan ditunjukkan oleh kembalinya refleks spinal, namun fenomena ini belum dimengerti. Selama fase akut setelah cedera, beberapa jalur intra#ena perifer ukuran besar (no. 79) dan pengamat tekanan darah melalui jalur arteri dipasang, dan resusitasi air dimulai. 4ila pasiennya hipotensif dan tak berreaksi atas cairan atau produk darah intra#ena, kateterisasi pada arteri pulmoner merupakan pembantu diagnostik untuk membimbing manipulasi terapeutik dan untuk membedakan antara mekanisme hipo#olemik, kardiogenik dan neurogenik.
Pen*e"'"aan Respirat'ri Disfungsi respirasi bisa terjadi karena kegagalan #entilatori akibat hilangnya fungsi neural dengan paralisis muskulatur toraks. *ungkin juga karena atau eksaserbasi dari beberapa faktor parenkhimal. $indakan terhadap kelainan patologi dan pencegahan terhadap kelainan pulmoner sekunder atau didapat sangat penting. !embalikan tubuh berulang, perangsangan batuk, pernafasan dalam, spirometri insentif, dan pernafasan bertekanan positif yang sinambung dengan masker adalah cara mempertahankan ekspansi paru-paru atau kapasitas residual fungsional. $ekanan pernafasan positif yang sinambung dengan masker merupakan cara optimal untuk mempertahankan kapasitas residual fungsional pada pasien yang tidak diintubasi. Cara ini digunakan dalam usaha mencegah pamakaian #entilasi mekanik.!asien dengan saraf frenik intak (C-,1,0) dengan trauma kord spinal ser#ikal tengah atau toraks mungkin semula tampil dengan gas darah normal dan memburuk atau mengalami dekompensata secara akut dengan kegagalan pernafasan. Hilangnya iner#asi otot pernafasan aksesori dan otot interkostal menimbulkan gangguan pengembangan toraks dan menyebabkan atelektasis progresif. Dada fungsinya menjadi inkompeten dan kurang compliant. 'angguan fungsi #entilatori, sekret, dan infeksi bronkhopulmoner, serta keadaan lain yang menyebabkan eksaserbasi insufisiensi respirasi haruslah ditindak efektif. $rakheostomi dilakukan bila pasien tak mungkin dilepaskan dari #entilator. &mumnya bila #entilasi diperlukan, lebih dari dua minggu.
Pen*e"'"aan Nutrisi'na" !an Gastr'intestina" !asien dengan cedera kord spinal lengkap dan akut harus mendapatkan pemeriksaan CT scan abdomen atau la#asi peritoneal bila diduga ada perdarahan atau cedera abdominal. $anda dan gejala cedera abdominal mungkin tidak ada pada cedera kord spinal akibat hilangnya sensasi. Cedera kord spinal akut, terutama pada daerah toraks dan lumbar biasanya dengan ileus akibat efek mekanik langsung atau hilangnya fungsi neural otonom. +leusnya harus ditindak dengan suction nasogastrik,penggantian elektrolit, dan pengamatan status cairan. 6alau paralisis, pasien dengan cedera kord spinal jelas dengan peningkatan tingkat metabolisme (0.-7..: diatas normal) dan segera menjadi katabolik. Dianjurkan terapi nutrisional dini. !emberian dukungan nutrisi dalam 21 jam sejak cedera menunjukkan pengurangan infeksi, trombosis #ena dalam, dan komplikasi katabolik.!emberian makanan oral atau alimentasi enteral lebih disukai. Selang duodenal yang fleksibel dipasang dengan bantuan fluoroskopi bila diperkirakan perlu hiperalimentasi enteral elemental. !asien dengan ileus atau tidak mampu mentolerasi makanan enteral harus segera mendapatkan hiperalimentasi parenteral total (TPN). !encegahan ulkus biasanya dengan antihistamin (simetidin, ranitidin) atau antasid.!engosongan lambung yang terlambat sesudah cedera mungkin menyebabkan pneumonia aspirasi bila pasien mendapatkan gastric feeding. !enggunaan duodenal feeding mencegah aspirasi. !enambahan ;at warna akan melacak adanya aspirasi atau refluks. Cairan makanan hipertonik, penurunan absorpsi intestinal, atau keduanya, dapat menyebabkan diare pada pasien dengan makanan enteral. Keadaan ini diatasi dengan mencoba berbagai konsentrasi formula atau dengan menambahkan difenoksilat hidrokhlorida dengan atropin sulfat (<omotil) atau obat sejenis. Kehilangan fungsi sfingter anal ditindak bila ileus dan syok spinal berlalu. !emberian supositoria bisakodil (Dulcola=) dengan dilatasi manual rektal memberikan rangsangan untuk kontraksi uniform untuk pengosongan >#olitional>. Gan**uan K'a*u"asi Koagulopati intra#askuler diseminata jarang terjadi pada cedera kord spinal terbatas, bila dibandingkan dengan cedera kepala berat. ?amun pasien paralisis mempunyai risiko besar atas terjadinya trombosis #ena dalam dan emboli paru-paru.Heparin dosis mini (0... & subkutan, 2-- kali sehari), ranjang yang berosilasi, ekspansi #olume, stoking elastik setinggi paha, stoking pneumatik anti emboli, antiplatelet serta anti koagulasi dianjurkan untuk pencegahan, namun belum ada cara yang superior.
Pen*e"'"aan Genit'urinari Setelah cedera, kandung kemih menjadi atonik secara akut. Kateter oley yang indwelling harus sejak semula digunakan untuk mengamati output cairan dan untuk mencegah distensi kandung kemih. Kateterisasi berkala kandung kemih dimulai setelah keadaan medikal pasien stabil dan dilakukan untuk mempertahankan #olume kandung kencing dibawah 1..ml. Kateterisasi intermiten dan bersih mengurangi risiko sistitis dan pielonefritis pada pasien dengan kandung kemih neurogenik. "ntibiotik profilaktik tidak dianjurkan, namun infeksi spesifik harus segera diobati.
U"us Deu#itus Segera terbentuk pada pasien paralisis akibat tekanan langsung pada dermal, kurangnya perfusi jaringan, dan kurangnya mobilitas. 4usa atau kulit kambing penyangga tonjolan tulang, pemutaran tubuh berulang, perawatan kulit yang baik, dan ranjang berosilasi atau udara, dapat membantu pencegahan ulkus dekubitus. !encegahan komplikasi kulit adalah sangat penting. Pen*e"'"aan Pasien Parap"e*i !enderita cacad paraplegik terbukti banyak yang dapat kembali aktif dan gembira sebagai anggota masyarakat, berperanan dirumah, dilingkungan serta dipekerjaan.!erawatan dikelompokkan kedalam5 1. Respirasi. !eran utama saraf frenik adalah pada tingkat C1 dan cedera ser#ikal tengah dapat berpengaruh pada fungsi diafragma baik pada satu maupun kedua sisi. Defisit yang ditimbulkannya bisa temporer atau menetap. !ada tahap awal pasien mungkin memerlukan #entilasi dan tube endotrakheal yang dipasang sebagai tindakan gawat darurat harus diganti dengan trakheostomi sesegera mungkin. Sebagai tambahan pada pernafasan artifisial adalah kemungkinan aspirasi yang efisien terhadap sekresi paru-paru dan mencegah terjadinya bronkhopneumonia. !erbaikan keadaan neurologis memungkinkan pasien untuk dilepas dari #entilator untuk selanjutnya menutup trakheostomi. 2. Kulit. Kulit yang anestetik pada pasien paraplegik menyebabkan sakrum, trokhanter major dan tumit cepat menjadi merah dan ulserasi bila perawatan terlantar. !ikirkan bahwa semua bed sores dapat dicegah bila tidak ada defek intrinsik pada kulit yang akan menjadi sumber luka. !asien harus dibalik setiap dua jam dan apapun cara yang digunakan untuk mengimmobilisasi pasien pada fraktura tak stabil, harus tetap efektif saat merubah posisi. 3. Kandung kei!. Cedera akut kord spinal mengakibatkan periode syok spinal yang berakhir dalam beberapa hari hingga beberapa minggu, disaat mana aktifitas semua refleks dibawah tingkat lesi akan menghilang. Kandung kencing berekspansi tanpa disertai adanya nyeri dengan tiadanya refleks untuk mengosongkannya hingga terjadi inkontinensia overflow dan dribbling. 4ila syok spinal berlalu, aktifitas refleks pulih dan sebagian usaha untuk mengosongkan kandung kemih dimulai. 4ila kauda ekuina mengalami transeksi, maka tidak ada harapan pengosongan secara refleks karena muskulatur kandung kemih terputus dari pusat refleks dikord spinal bawah. Harapan diberikan pada sebagian aktifitas otot detrusor intrinsik, digabung dengan kompresi manual yang akan mengosongkan kandung kemih secara lengkap dan teratur Sasaran semua cara perawatan dini kandung kemih pada pasien paraplegik adalah agar pasien dengan jalur kencing yang steril mampu mengosongkan kandung kencing secara sempurna pada selang waktu yang sesuai tanpa adanya stasis atau retensi air kencing yang mungkin akan menimbulkan hidronefrosis atau pielonefritis "da dua cara selain yang dijelaskan diatas untuk pengelolaan dini pada kandung kencing paraplegik5 a. Kateterisasi intermiten dilakukan dalam cara steril menggunakan teknik aseptik (sering oleh dokter) tiga kali sehari hingga refleks atau pengosongan manual yang efektif dapat dicapai. #. Kateter indwelling kecil dan non iritan dipasang dan sistem tertutup penampungan kencing secara sinambung atau berkala dilakukan hingga risiko infeksi asenden dapat ditekan. $indakan bedah kemudian atas leher kandung kencing serta sfingter eksternal mungkin diperlukan untuk mendapatkan pengosongan yang efektif. 4ila ternyata tidak mungkin didapat dengan cara ini, mungkin perlu untuk melakukan cara lain untuk mengalirkan dan menampung air kencing seperti ureterostomi atau aliran keileal. 4. "erak. Sasaran untuk mendapatkan pengosongan rektum teratur dan terperkirakan tanpa inkontinensia atau mendadak. +ni memerlukan tambahan diet dengan sejumlah serat serta penggunaan laksatif, suppositori dan enema reguler. #. $nggota gerak. !enting bahwa anggota yang paralisa harus secara teratur mendapatkan pergerakan pasif untuk mencegah kekakuan sendi. Kontraktur yang disebabkan perbedaan spastisitas kelompok otot berlawanan harus dicegah dengan latihan sesuai, medikasi, akhirnya pemisahan tendo tertentu. %. &utrisi uu. !erlu mempertahankan masukan berkalori tinggi untuk mencoba dan menekan akibat dari keadaan katabolik yang tak dapat dielakkan yang terjadi pada pasien bersangkutan pada masa segera setelah cedera.
Re$a#i"itasi Pasien Parap"e*i %ehabilitasi dan mempersiapkan pasien untuk mandiri harus dimulai segera setelah pengelolaan frakturanya memungkinkan. Keberhasilan rehabilitasi ditentukan oleh ambisi mental dan fisiknya ketingkat kenyataan tanpa kehilangan rasa kepercayaan diri dan kehormatannya. 1. Re!abilitasi fisik *eningkatkan penggunaan kelompok otot yang berfungsi5 a. isioterapi dan latihan peregangan untuk otot yang masih aktif pada lengan atas dan batang tubuh. #. !embiasaan terhadap alat dan perangkat rumah tangga hingga mereka dapat memanipulasinya dengan cara-cara tertentu. (. !erlengkapan splint dan kaliper. !. $ransplantasi tendon. !erbaikan m'#i"itas, a. <atihan dengan kaliper dan kruk untuk pasien cedera tulang belakang bawah. #. <atihan kursi roda untuk pasien dengan otot tulang belakang dan tungkai tak berfungsi. (. Kendaraan khusus untuk dijalan raya. 2. Re!abilitasi psikologis !ertama dimulai agar pasien segera menerima ketidak mampuannya dan merancang kembali keinginan dan rencana. "ncaman kerusakan atas kepercayaan diri dan harga diri datang dari ketidakpastian finansial, sosial serta seksual yang semuanya memerlukan semangat, hal-hal yang menjamin dan bantuan. 3. 'eneriaan dirua! !elebaran pintu, pengadaan ram dan bahkan perancangan kembali rumah agar memudahkan pasien dengan kursi roda. !erubahan paling sederhana adalah pada kamar mandi dan dapur hingga menghilangkan ketergantunag pada orang lain. 4. (ati!an untuk peker)aan !asien yang bekerjanya duduk mungkin hanya memerlukan sedikit pengaturan. @ang bekerja dengan mobilitas yang lebih tinggi atau kerja fisik harus dilatih dalam keterampilan baru dan didaftarkan sebagai orang cacad hingga dapat kembali kepekerjaan bermanfaat. S-' Neur'*eni Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan sindrom klinis yang kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan manifestasi hemodinamik yang ber#ariasi tetapi petunjuk yang umum adalah tidak memadainya perfusi jaringan. 7 Setiap keadaan yang mengakibatkan tidak tercukupinya kebutuhan oksigen jaringan, baik karena suplainya yang kurang atau kebutuhannya yang meningkat, menimbulkan tanda-tanda syok. 2 Diagnosa adanya syok harus didasarkan pada data-data baik klinis maupun laboratorium yang jelas yang merupakan akibat dari berkurangnya perfusi jaringan. Syok mempengaruhi kerja organ-organ #ital dan penangannya memerlukan pemahanam tentang patofisiologi syok. -
Syok bersifat progresif dan terus memburuk. <ingkaran setan dari kemunduran yang progresif akan mengakibatkan syok jika tidak ditangani segera mungkin. 7 Syok neurogenik sebenarnya jarang terjadi. !ada syok neurogenik terdapat penurunan tekanan darah sistemik sebagai akibat terjadinya #asodilatasi perifer dan penurunan curah jantung. Aasodilatasi tersebut terjadi karena menurunnya resistensi perifer yang disebabkan oleh gangguan saraf otonom sedangkan penurunan curah jantung disebabkan oleh bertambahnya pengaruh ner#us #agus pada jantung sehingga terjadi bradikardi. 1,0 A. De&inisi Syok (renjatan) adalah kumpulan gejala-gejala yang diakibatkan oleh karena gangguan perfusi jaringan yaitu aliran darah ke organ tubuh tidak dapat mencukupi kebutuhannya. 2 Syok sirkulasi dianggap sebagai rangsang paling hebat dari hipofisis adrenalis sehingga menimbulkan akibat fisiologi dan metabolisme yang besar. Syok didefinisikan juga sebagai #olume darah sirkulasi tidak adekuat yang mengurangi perfusi, pertama pada jaringan non #ital (kulit, jaringan ikat, tulang, otot) dan kemudian ke organ #ital (otak, jantung, paru-paru, dan ginjal). 7 Syok atau renjatan merupakan suatu keadaan patofisiologis dinamik yang mengakibatkan hipoksia jaringan dan sel. 0 Syok juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang mengancam jiwa yang diakibatkan karena tubuh tidak mendapatkan suplai darah yang adekuat yang mengakibatkan kerusakan pada multiorgan jika tidak ditangani segera dan dapat memburuk dengan cepat. 9 B. K"asi&iasi Syok secara umum dapat diklasifikasikan dalam 0 kategori etiologi yaitu 5 7,2,1,B,3,C 7. Syok Hipo#olemik Syok yang disebabkan karena tubuh 5 - Kehilangan darah/syok hemoragik D Hemoragik eksternal 5 trauma, perdarahan gastrointestinal D Hemoragik internal 5 hematoma, hematotoraks - Kehilangan plasma 5 luka bakar - Kehilangan cairan dan elektrolit D ,ksternal 5 muntah, diare, keringat yang berlebih D +nternal 5 asites, obstruksi usus 2. Syok Kardiogenik 'angguan perfusi jaringan yang disebabkan karena disfungsi jantung misalnya 5 aritmia, "*+ (+nfark *iokard "kut). -. Syok Distributif - Syok Septik Syok yang terjadi karena penyebaran atau in#asi kuman dan toksinnya didalam tubuh yang berakibat #asodilatasi. - Syok "nafilaktif 'angguan perfusi jaringan akibat adanya reaksi antigen antibodi yang mengeluarkan histamine dengan akibat peningkatan permeabilitas membran kapiler dan terjadi dilatasi arteriola sehingga #enous return menurun. *isalnya 5 reaksi tranfusi, sengatan serangga, gigitan ular berbisa - Syok ?eurogenik !ada syok neurogenik terjadi gangguan perfusi jaringan yang disebabkan karena disfungsi sistim saraf simpatis sehingga terjadi #asodilatasi. *isalnya 5 trauma pada tulang belakang, spinal syok 1. Syok 8btruktif Ketidakmampuan #entrikel untuk mengisi selama diastol sehingga secara nyata menurunkan #olume sekuncup dan endnya curah jantung *isalnya 5 tamponade kordis, koarktasio aorta, emboli paru, hipertensi pulmoner primer. C. Pat'&isi'"'*i Syok menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat. Hasil akhirnya berupa lemahnya aliran darah yang merupakan petunjuk yang umum, walaupun ada bermacam-macam penyebab. Syok dihasilkan oleh disfungsi empat sistem yang terpisah namun saling berkaitan yaitu E jantung, #olume darah, resistensi arteriol (beban akhir), dan kapasitas #ena. Fika salah satu faktor ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. "walnya tekanan darah arteri mungkin normal sebagai kompensasi peningkatan isi sekuncup dan curah jantung. Fika syok berlanjut, curah jantung menurun dan #asokontriksi perifer meningkat. 1, 9 *enurut patofisiologinya, syok terbagi atas - fase yaitu 5 0,7. 7. ase Kompensasi !enurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa sehingga timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan gangguan seluler. *ekanisme kompensasi dilakukan melalui #asokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang kurang #ital. aktor humoral dilepaskan untuk menimbulkan #asokonstriksi dan menaikkan #olume darah dengan konser#asi air. Aentilasi meningkat untuk mengatasi adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Fadi pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk memperbaiki #entilasi al#eolar. 6alau aliran darah ke ginjal menurun, tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk mempertahankan filtrasi glomeruler. "kan tetapi jika tekanan darah menurun, maka filtrasi glomeruler juga menurun. 2. ase !rogresif $erjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi kebutuhan tubuh. aktor utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. !ada saat tekanan darah arteri menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan bertambah nyata, gangguan seluler, metabolisme terganggu, produk metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel. Dinding pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi bendungan #ena, #ena balik (#enous return) menurun. %elaksasi sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. !eristiwa ini dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga dapat terjadi koagulopati intra#asa yang luas (D+C G Disseminated +ntra#ascular Coagulation). *enurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat #asomotor dan respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan. Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut memperjelek syok (#asodilatasi dan memperlemah fungsi jantung). +skemia dan anoksia usus menimbulkan penurunan integritas mukosa usus, pelepasan toksin dan in#asi bakteri usus ke sirkulasi. +n#asi bakteri dan penurunan fungsi detoksikasi hepar memperjelek keadaan. Dapat timbul sepsis, D+C bertambah nyata, integritas sistim retikuloendotelial rusak, integritas mikro sirkulasi juga rusak. Hipoksia jaringan juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik. "kibatnya terjadi asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat ekstraseluler dan timbunan asam karbonat di jaringan. -. ase +rre#esibel/%efrakter Karena kerusakan seluler dan sirkulasi sedemikian luas sehingga tidak dapat diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya ire#ersibilitas syok. 'agal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah yang cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea. D. Mani&estasi K"inis *anifestasi klinis tergantung pada penyebab syok (kecuali syok neurogenik) yang meliputi 5 2, 9,7.,77 7. Sistem pernafasan 5 nafas cepat dan dangkal 2. Sistem sirkulasi 5 ekstremitas pucat, dingin, dan berkeringat dingin, na- di cepat dan lemah, tekanan darah turun bila kehilangan darah menca- pai -.:. -. Sistem saraf pusat 5 keadaan mental atau kesadaran penderita ber#ariasi tergantung derajat syok, dimulai dari gelisah, bingung sampai keadaan tidak sadar. 1. Sistem pencernaan 5 mual, muntah 0. Sistem ginjal 5 produksi urin menurun (?ormalnya 7/2-7 cc/kg44/jam) 9. Sistem kulit/otot 5 turgor menurun, mata cekung, mukosa lidah kering. B. +ndi#idu dengan syok neurogenik akan memperlihatkan kecepatan denyut jantung yang normal atau melambat, tetapi akan hangat dan kering apabila kulitnya diraba. E. Dera.at S-' *enentukan derajat syok 5 1 7. Syok %ingan !enurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non #ital seperti kulit, lemak, otot rangka, dan tulang. Faringan ini relatif dapat hidup lebih lama dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan yang menetap (irre#ersible). Kesadaran tidak terganggu, produksi urin normal atau hanya sedikit menurun, asidosis metabolik tidak ada atau ringan. 2. Syok Sedang !erfusi ke organ #ital selain jantung dan otak menurun (hati, usus, ginjal). 8rgan-organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih lama seperti pada lemak, kulit dan otot. !ada keadaan ini terdapat oliguri (urin kurang dari .,0 mg/kg/jam) dan asidosis metabolik. "kan tetapi kesadaran relatif masih baik. -. Syok 4erat !erfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. *ekanisme kompensasi syok beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ #ital. !ada syok lanjut terjadi #asokontriksi di semua pembuluh darah lain. $erjadi oliguri dan asidosis berat, gangguan kesadaran dan tanda-tanda hipoksia jantung (,K' abnormal, curah jantung menurun). F. Pemerisaan 7,9,C,77, 72 7. "namnesis !ada anamnesis, pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga riwayat sakit mungkin hanya didapatkan dari keluarga, teman dekat atau orang yang mengetahui kejadiannya, cari 5 - %iwayat trauma (banyak perdarahan atau perdarahan dalam perut) - %iwayat penyakit jantung (sesak nafas) - %iwayat infeksi (suhu tinggi) - %iwayat pemakaian obat ( kesadaran menurun setelah memakan obat). 2. !emeriksaan fisik - Kulit Suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat sementara, karena begitu syok berlanjut terjadi hipo#olemia) 6arna pucat (kemerahan pada syok septik, sianosis pada syok kardiogenik dan syok hemoragi terminal) 4asah pada fase lanjut syok (sering kering pada syok septik). - $ekanan darah Hipotensi dengan tekanan sistolik H 3. mmHg (lebih tinggi pada penderita yang sebelumnya mengidap hipertensi, normal atau meninggi pada awal syok septik) - Status jantung $akikardi, pulsus lemah dan sulit diraba. - Status respirasi %espirasi meningkat, dan dangkal (pada fase kompensasi) kemudian menjadi lambat (pada syok septik, respirasi meningkat jika kondisi memburuk) - Status *ental 'elisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan. Kesadaran dan orientasi menurun, sopor sampai koma. - ungsi 'injal 8liguria, anuria (curah urin H -. ml/jam, kritis) - ungsi *etabolik "sidosis akibat timbunan asam laktat di jaringan (pada awal syok septik dijumpai alkalosis metabolik, kausanya tidak diketahui). "lkalosis respirasi akibat takipnea - Sirkulasi $ekanan #ena sentral menurun pada syok hipo#olemik, meninggi pada syok kardiogenik - Keseimbangan "sam 4asa !ada awal syok p82 dan pC82 menurun (penurunan pC82 karena takipnea, penurunan p82 karena adanya aliran pintas di paru). /. Pemerisaan Penun.an* - Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar ureum, kreatinin, glukosa darah. - "nalisa gas darah - ,K' G. Dia*n'sis Kriteria diagnosis 5 7- 7. !enurunan tekanan darah sistolik I -. mmHg 2. $anda perfusi jaringan kurang -. $akikardi, pulsus lemah +. Dia*n'sis Ban!in* 7-
7. Semua jenis syok. 2. Sinkope (pingsan) -. Histeria I. K'mp"iasi 9,7.,77 7. Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan yang berkepanjangan. 2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan al#eolus kapiler karena hipoksia -. D+C (Koagulasi intra#ascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi. 0. Penata"asanaan 2,72,7- !enanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk memperbaiki perfusi jaringanE memperbaiki oksigenasi tubuhE dan mempertahankan suhu tubuh. $indakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal. Segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi "4C. Falan nafas (" G air way) harus bebas kalau perlu dengan pemasangan pipa endotrakeal. !ernafasan (4 G breathing) harus terjamin, kalau perlu dengan memberikan #entilasi buatan dan pemberian oksigen 7..:. Defisit #olume peredaran darah (C G circulation) pada syok hipo#olemik sejati atau hipo#olemia relatif (syok septik, syok neurogenik, dan syok anafilaktik) harus diatasi dengan pemberian cairan intra#ena dan bila perlu pemberian obat-obatan inotropik untuk mempertahankan fungsi jantung atau obat #asokonstriktor untuk mengatasi #asodilatasi perifer. Segera menghentikan perdarahan yang terlihat dan mengatasi nyeri yang hebat, yang juga bisa merupakan penyebab syok. !ada syok septik, sumber sepsis harus dicari dan ditanggulangi. !enanganannya meliputi5 7. &mum 5 *emperbaiki sistim pernafasan 5 - 4ebaskan jalan nafas - $erapi oksigen - 4antuan nafas *emperbaiki sistim sirkulasi5 - !emberian cairan - Hentikan perdarahan yang terjadi - *onitor nadi, tekanan darah, perfusi perifer, produksi urin *enghilangkan atau mengatasi penyebab syok. 2. Khusus 5 8bat farmakologik 5 - $ergantung penyebab syok - Aasopresor (kontraindikasi syok hipo#olemik) - Aasodilator
S)OK NEUROGENIK A. De&inisi Syok neurogenik merupakan kegagalan pusat #asomotor sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels). - Syok neurogenik terjadi karena hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh. 7. Syok neurogenik juga dikenal sebagai syok spinal. 4entuk dari syok distributif, hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik yang diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti5 trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi umum yang dalam). 7.,71 B. Eti'"'*i !enyebabnya antara lain 5 -,1,0 7. $rauma medula spinalis dengan Juadriplegia atau paraplegia (syok spinal). 2. %angsangan hebat yang kurang menyenangkan seperti rasa nyeri hebat pada fraktur tulang. -. %angsangan pada medula spinalis seperti penggunaan obat anestesi spinal/lumbal. 1. $rauma kepala (terdapat gangguan pada pusat otonom). 0. Suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut. C. Pat'&isi'"'*i Syok neurogenik termasuk syok distributif dimana penurunan perfusi jaringan dalam syok distributif merupakan hasil utama dari hipotensi arterial karena penurunan resistensi pembuluh darah sistemik (systemic vascular resistance). Sebagai tambahan, penurunan dalam efektifitas sirkulasi #olume plasma sering terjadi dari penurunan venous tone, pengumpulan darah di pembuluh darah #ena, kehilangan #olume intra#askuler dan intersisial karena peningkatan permeabilitas kapiler. "khirnya, terjadi disfungsi miokard primer yang bermanifestasi sebagai dilatasi #entrikel, penurunan fraksi ejeksi, dan penurunan kur#a fungsi #entrikel. 77,79 !ada keadaan ini akan terdapat peningkatan aliran #askuler dengan akibat sekunder terjadi berkurangnya cairan dalam sirkulasi. Syok neurogenik mengacu pada hilangnya tonus simpatik (cedera spinal). 'ambaran klasik pada syok neurogenik adalah hipotensi tanpa takikardi atau #asokonstriksi kulit. 70 Syok neurogenik terjadi karena reaksi #aso#agal berlebihan yang mengakibatkan #asodilatasi menyeluruh di regio splanknikus, sehingga perfusi ke otak berkurang. %eaksi #aso#agal umumnya disebabkan oleh suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut atau nyeri.
Syok neurogenik bisa juga akibat rangsangan parasimpatis ke jantung yang memperlambat kecepatan denyut jantung dan menurunkan rangsangan simpatis ke pembuluh darah. *isalnya pingsan mendadak akibat gangguan emosional. 0,7. !ada penggunaan anestesi spinal, obat anestesi melumpuhkan kendali neurogenik sfingter prekapiler dan menekan tonus #enomotor. !asien dengan nyeri hebat, stress, emosi dan ketakutan meningkatkan #asodilatasi karena mekanisme reflek yang tidak jelas yang menimbulkan #olume sirkulasi yang tidak efektif dan terjadi sinkop. C D. Mani&estasi K"inis Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat lebih lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit neurologis berupa Juadriplegia atau paraplegia . Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Karena terjadinya pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler dan #ena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan. -,1,71,70 E. Dia*n'sis Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat lebih lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit neurologis berupa Juadriplegia atau paraplegia. -,1,71,70 F. Dia*n'sis Ban!in* Diagnosis banding syok neurogenik adalah sinkop #aso#agal. Keduanya sama-sama menyebabkan hipotensi karena kegagalan pusat pengaturan #asomotor tetapi pada sinkop #aso#agal hal ini tidak sampai menyebabkan iskemia jaringan menyeluruh dan menimbulkan gejala syok. 7,C Diagnosis banding yang lain adalah syok distributif yang lain seperti syok septik, syok anafilaksi. &ntuk syok yang lain biasanya sulit dibedakan tetapi anamnesis yang cermat dapat membantu menegakkan diagnosis. 2,1,B,3 G. Penata"asanaan Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian #asoaktif seperti fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah #askuler dengan penyempitan sfingter prekapiler dan #ena kapasitan untuk mendorong keluar darah yang berkumpul ditempat tersebut. 1,C 7. 4aringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisi $rendelenburg). 2. !ertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya dengan menggunakan masker. !ada pasien dengan distress respirasi dan hipotensi yang berat, penggunaan endotracheal tube dan #entilator mekanik sangat dianjurkan. <angkah ini untuk menghindari pemasangan endotracheal yang darurat jika terjadi distres respirasi yang berulang. Aentilator mekanik juga dapat menolong menstabilkan hemodinamik dengan menurunkan penggunaan oksigen dari otot-otot respirasi. 7- -. &ntuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasi cairan. Cairan kristaloid seperti ?aCl .,C: atau %inger <aktat sebaiknya diberikan per infus secara cepat 20.-0.. cc bolus dengan pengawasan yang cermat terhadap tekanan darah, akral, turgor kulit, dan urin output untuk menilai respon terhadap terapi. 1. 4ila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat #asoaktif (adrenergikE agonis alfa yang indikasi kontra bila ada perdarahan seperti ruptur lien) 5 -,71,70 D Dopamin *erupakan obat pilihan pertama. !ada dosis I 7. mcg/kg/menit, berefek serupa dengan norepinefrin. Farang terjadi takikardi. D ?orepinefrin ,fektif jika dopamin tidak adekuat dalam menaikkan tekanan darah. *onitor terjadinya hipo#olemi atau cardiac output yang rendah jika norepinefrin gagal dalam menaikkan tekanan darah secara adekuat. !ada pemberian subkutan, diserap tidak sempurna jadi sebaiknya diberikan per infus. 8bat ini merupakan obat yang terbaik karena pengaruh #asokonstriksi perifernya lebih besar dari pengaruh terhadap jantung (palpitasi). !emberian obat ini dihentikan bila tekanan darah sudah normal kembali. "wasi pemberian obat ini pada wanita hamil, karena dapat menimbulkan kontraksi otot-otot uterus. D ,pinefrin !ada pemberian subkutan atau im, diserap dengan sempurna dan dimetabolisme cepat dalam badan. ,fek #asokonstriksi perifer sama kuat dengan pengaruhnya terhadap jantung Sebelum pemberian obat ini harus diperhatikan dulu bahwa pasien tidak mengalami syok hipo#olemik. !erlu diingat obat yang dapat menyebabkan #asodilatasi perifer tidak boleh diberikan pada pasien syok neurogenik D Dobutamin 4erguna jika tekanan darah rendah yang diakibatkan oleh menurunnya cardiac output. Dobutamin dapat menurunkan tekanan darah melalui #asodilatasi perifer. 8bat Dosis Cardiac 8utput $ekanan Darah %esistensi !embuluh Darah Sistemik Dopamin 2,0-2. mcg/kg/menit K K K ?orepinefrin .,.0-2 mcg/kg/menit K KK KK ,pinefrin .,.0-2 mcg/kg/menit KK KK K enilefrin 2-7. mcg/kg/menit - KK KK Dobutamin 2,0-7. mcg/kg/menit K K/- - KESIMPULAN Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan sindrom klinis yang kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan manifestasi hemodinamik yang ber#ariasi tetapi petunjuk yang umum adalah tidak memadainya perfusi jaringan. Syok neurogenik merupakan kegagalan pusat #asomotor sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels). 7,- !enyebab syok neurogenik antara lain5 $rauma medula spinalis dengan Juadriplegia atau paraplegia (syok spinal), rangsangan hebat yang kurang menyenangkan seperti rasa nyeri hebat pada fraktur tulang, rangsangan pada medula spinalis seperti penggunaan obat anestesi spinal/lumbal, trauma kepala (terdapat gangguan pada pusat otonom), suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut. -,1,0 Syok neurogenik termasuk syok distributif dimana penurunan perfusi jaringan dalam syok distributif merupakan hasil utama dari hipotensi arterial karena penurunan resistensi pembuluh darah sistemik (systemic vascular resistance). 77,79 Diagnosis syok kardiogenik Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat lebih lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit neurologis berupa Juadriplegia atau paraplegia. -,1,71,70 Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian #asoaktif seperti fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah #askuler dengan penyempitan sfingter prekapiler dan #ena kapasitan untuk mendorong keluar darah yang berkumpul ditempat tersebut. 1,C ++.7."?"$8*+ $ulang belakang manusia adalah pilar atau tiang yang berfungsi sebagaipenyangga tubuh dan melindungi sumsum tulang belakang. !ilar itu terdiri atas-- ruas tulang belakang yang tersusun secara segmental yang terdiri atas B ruastulang ser#ikal (#ertebra ser#ikalis), 72 ruas tulang torakal (#ertebratorakalis), 0 ruas tulang lumbal (#ertebra lumbalis), 0 ruas tulang sakral yangmenyatu (#ertebra sakral), dan 1 ruas tulang ekor (#ertebra koksigea). Setiapruas tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain oleh karena adanyadua sendi di posterolateral dan diskus inter#ertebralis di anterior. !adapandangan dari samping pilar tulang belakang membentuk lengkungan atau lordosisdi daerah ser#ikal, torakal dan lumbal. Keseluruhan #ertebra maupunmasing-masing tulang #ertebra berikut diskus inter#ertebralisnya bukanlahmerupakan satu struktur yang mampu melenting, melainkan satu kesatuan yangkokoh dengan diskus yang memungkinkan gerakan antar korpus ruas tulang belakang.<ingkup gerak sendi pada #ertebra ser#ikal adalah yang terbesar. Aertebratorakal berlingkup gerak sedikit karena adanya tulang rusuk yang membentuktoraks, sedangkan #ertebra lumbal mempunyai ruang lingkup gerak yang lebihbesar dari torakal tetapi makin ke bawah lingkup geraknya makin kecil.1,0 Secara umum struktur tulang belakang tersusun atas dua kolom yaitu 5 9 7.Kolom korpus #ertebra beserta semua diskus inter#etebra yang berada diantaranya 2.Kolom elemen posterior (kompleks ligamentum posterior) yang terdiri ataslamina , pedikel, prosesus spinosus, prosesus trans#ersus dan pars artikularis,ligamentum-ligamentum supraspinosum dan intraspinosum, ligamentum fla#um, sertakapsul sendi Setiap ruas tulang belakang terdiri atas korpus di depan dan arkus neuralis dibelakang yang di situ terdapat sepasang pedikel kanan dan kiri, sepasanglamina, dua pedikel, satu prosesus spinosus, serta dua prosesus trans#ersus.4eberapa ruas tulang belakang mempunyai bentuk khusus, misalnya tulang ser#ikalpertama yang disebut atlas dan ruas ser#ikal kedua yang disebut odontoid.Kanalis spinalis terbentuk antara korpus di bagian depan dan arkus neuralis dibagian belakang. Kanalis spinalis ini di daerah ser#ikal berbentuk segitiga danlebar, sedangkan di daerah torakal berbentuk bulat dan kecil. 4agian lain yangmenyokong kekompakan ruas tulang belakang adalah komponen jaringan lunak yaituligamentum longitudinal anterior, ligamentum longitudinal posterior, ligamentumfla#um, ligamentum interspinosus, dan ligamentum supraspinosus. 0 Stabilitas tulang belakang disusun oleh dua komponen, yaitu komponen tulang dankomponen jaringan lunak yang membentuk satu struktur dengan tiga pilar. !ertamayaitu satu tiang atau kolom di depan yang terdiri atas korpus serta diskusinter#ertebralis. Kedua dan ketiga yaitu kolom di belakang kanan dan kiri yangterdiri atas rangkaian sendi inter#ertebralis lateralis. Secara keseluruhantulang belakang dapat diumpamakan sebagai satu gedung bertingkat dengan tigatiang utama, satu kolom di depan dan dua kolom di samping belakang, denganlantai yang terdiri atas lamina kanan dan kiri, pedikel, prosesus trans#ersusdan prosesus spinosus. $ulang belakang dikatakan tidak stabil bila kolom#ertikal terputus pada lebih dari dua komponen. 0 Sumsum tulang belakang berjalan melalui tiap-tiap #ertebra dan membawa sarafyang menyampaikan sensasi dan gerakan dari dan ke berbagai area tubuh. Semakintinggi kerusakan saraf tulang belakang, maka semakin luas trauma yangdiakibatkan. *isal, jika kerusakan saraf tulang belakang di daerah leher, halini dapat berpengaruh pada fungsi di bawahnya dan menyebabkan seseorang lumpuhpada kedua sisi mulai dari leher ke bawah dan tidak terdapat sensasi di bawahleher. Kerusakan yang lebih rendah pada tulang sakral mengakibatkan sedikitkehilangan fungsi. 1 ++. 2. ,!+D,*+8<8'+ Di &.S., insiden trauma sumsum tulang belakang sekitar 0 kasus per satu jutapopulasi per tahun atau sekitar 71.... pasien per tahun. +nsiden trauma sumsumtulang belakang tertinggi pada usia 79--. tahun (0-,7 :). +nsiden trauma sumsumtulang belakang pada pria adalah 37,2 :. Sekitar 3. : pria dengan trauma sumsumtulang belakang terdapat pada usia 73-20 tahun. 7 SC+68%" (spinal cord injury without radiologic abnormality) terjadi primer padaanak-anak. $ingginya insiden trauma sumsum tulang belakang komplit yangberkaitan dengan SC+68%" dilaporkan terjadi pada anak-anak usia kurang dari Ctahun.7 ++. -. ,$+8<8'+ !enyebab trauma sumsum tulang belakang meliputi kecelakaan sepeda motor (11 :),tindak kekerasan (21 :), jatuh (22 :), kecelakaan olahraga misal menyelam (3:), dan penyebab lain (2 :). - Fatuh merupakan penyebab utama trauma sumsum tulang belakang pada orang usia 90tahun ke atas. $rauma sumsum tulang belakang karena kecelakaan olahragabiasanya terjadi pada usia 2C tahun. 2 ++. 1. !"$8+S+8<8'+ Sumsum tulang belakang terdiri atas beberapa traktus atau jalur saraf yangmembawa informasi motorik (desenden) dan sensorik (asenden). $raktuskortikospinal adalah jalur motorik desenden yang terletak di anterior sumsumtulang belakang. 7 Kolumna dorsal adalah traktus sensorik asenden yang membawa informasi raba,propriosepsi dan #ibrasi ke korteks sensorik. $raktus spinotalamikus lateralmembawa sensasi nyeri dan suhu. $raktus spinotalamikus anterior membawa sensasiraba. ungsi otonom dibawa oleh traktus interomedial anterior. 7 $rauma traktus kortikospinal atau kolumna dorsal berakibat terjadinya paralisisipsilateral atau hilangnya sensasi raba, propriosepsi, dan getar. Sedangkantrauma pada traktus spinotalamikus lateral menyebabkan hilangnya sensasi suhudan nyeri kontralateral. $rauma sumsum tulang belakang anterior menyebabkanparalisis dan hilangnya sensasi raba inkomplit. 7 ungsi otonom dijalankan melalui traktus interomedial anterior. Saraf simpatiskeluar dari sumsum tulang belakang di antara CB-<7, sedangkan sarafparasimpatis keluar di antara S2 dan S1. 8leh karena itu lesi atau traumasumsum tulang belakang dapat menyebabkan disfungsi otonom. 7 Syok neurogenik ditandai dengan disfungsi otonom, seperti hipotensi, bradikardirelati#e, #asodilatasi perifer, dan hipotermi. Hal ini biasanya tidak terjadipada trauma sumsum tulang belakang di bawah $9. Syok spinal didefinisikansebagai hilangnya seluruh fungsi neurologis komplit, termasuk refleks dan tonusotot, dan terkait dengan disfungsi otonom. Syok neurogenik mengacu padaterjadinya trias hipotensi, bradikardi dan #asodilatasi perifer akibatdisfungsi otonom dan gangguan pada sistem kontrol saraf simpatis pada traumasumsum tulang belakang akut. 7 Suplai darah sumsum tulang belakang terdiri atas 7 arteri spinalis anterior dan2 arteri spinalis posterior. "rteri spinalis anterior mensuplai dua pertigaanterior sumsum tulang belakang. $rauma iskemik pada arteri ini berdampakterjadinya disfungsi traktus kortikospinal, spinotalamikus lateral, daninteromedial anterior. Sindrom arteri spinalis anterior meliputi paraplegia,hilangnya sensasi nyeri dan suhu dan disfungsi otonom. "rteri spinalisposterior mensuplai kolumna dorsalis. 7 $rauma #askular dapat menyebabkan lesi sumsum tulang belakang pada le#el segmenyang lebih tinggi daripada le#el trauma tulang belakang. $rauma #askularmengakibatkan iskemik pada ser#ikal yang tinggi. $rauma hiperekstensi ser#ikaldapat menyebabkan trauma iskemik sumsum tulang belakang. 7 $rauma sumsum tulang belakang bisa primer atau sekunder. $rauma primermerupakan akibat dari gangguan mekanis elemen neural. $rauma ini biasa terjadipada fraktur dan atau dislokasi tulang belakang. "kan tetapi, dapat juga terjaditanpa adanya fraktur atau dislokasi tulang belakang. $rauma penetrasi sepertitrauma tembak juga dapat menyebabkan trauma primer. 7 Kelainan ekstradural juga dapat menyebabkan trauma primer. Hematom epiduralspinal atau abses menyebabkan trauma dan kompresi sumsum tulang belakang akut.7 $rauma #askular sumsum tulang belakang yang disebabkan gangguan arteri,trombosis arteri atau hipoperfusi yang menyebabkan syok adalah penyebab utamatrauma sekunder.7 Sindrom sumsum tulang belakang dapat komplit atau inkomplit. Sindrom sumsumtulang belakang komplit ditandai hilangnya fungsi motorik dan sensorik di bawahle#el lesi. Sindrom sumsum tulang belakang inkomplit meliputi the anterior cordsyndrome, the 4rown-SLJuard syndrome, dan the central cord syndrome. Sindromlainnya meliputi the conus medullaris syndrome, the cauda eJuina syndrome, danspinal cord concussion. 7 $rauma inkomplit berarti seseorang memiliki beberapa fungsi di bawah le#eltrauma, meskipun fungsi tersebut tidak normal. Sebagai contoh, seseorang dapatmengalami kelemahan bahu tetapi masih dapat menggerakkannya. Seseorang dapatkehilangan kemampuan untuk menggerakkan otot di bawah kehilangan sensasi nyeridan suhu. $he +nternational and "merican Spinal +njury "ssociation ("S+")mendefinisikan trauma sumsum tulang belakang inkomplit sebagai suatu keadaandimana seseorang masih memiliki fungsi sumsum tulang belakang di bawah sakrum(di bawah S0). $rauma inkomplit meliputi 5 7,- "nterior cord syndrome, yang meliputi hilangnya fungsi motorik dan sensasinyeri dan/atau suhu, dengan dipertahankannya propriosepsi. 4rown-SLJuard syndrome meliputi hilangnya fungsi propriosepsi dan motorikipsilateral, dengan hilangnya sensasi nyeri dan suhu kontralateral. Central cord syndrome biasanya melibatkan lesi ser#ikal, dengan kelemahan ototpada ekstremitas atas yang dominant daripada ekstremitas bawah. Hilangnyasensasi ber#ariasi, nyeri dan/atau suhu lebih sering terganggu daripadapropriosepsi dan/atau #ibrasi. 4iasnya terjadi disestesia, khususnya pada ekstremitasatas (misal sensasi panas di tangan atau lengan). Conus medullaris syndrome adalah trauma #ertebra sakral dengan atau tanpaketerlibatan saraf lumbal. Sindrom ini ditandai arefleksia pada kandung kemih,pencernaan. Hilangnya fungsi motorik dan sensorik pada ekstremitas bawahber#ariasi. Cauda eJuina syndrome melibatkan trauma saraf lumbosakral dan ditandaiarefleksia pada pencernaan dan /atau kandung kemih, dengan hilangnya fungsimotorik dan sensorik ekstremitas bawah yang ber#ariasi. $rauma ini biasanyadisebabkan oleh herniasi diskus lumbal sentral. " spinal cord concussion ditandai dengan defisit neurologik sementara padasumsum tulang belakang yang akan pulih sempurna tanpa adanya kerusakanstruktural yang nyata. $rauma komplit berarti terjadi kehilangan komplit dari sensasi dan kontrol ototdi bawah le#el trauma. Hampir separuh dari trauma sumsum tulang belakang adalahkomplit. Sebagian besar trauma sumsum tulang belakang, termasuk trauma komplit,merupakan akibat luka dari sumsum tulang belakang atau kehilangan darah yangmengalir ke sumsum tulang belakang dan bukan dari terpotongnya sumsum tulangbelakang. - $rauma sumsum tulang belakang seperti stroke, merupakan proses yang dinamis.<esi sumsum tulang belakang inkomplit dapat menjadi komplit. Kaskade kompleksdari patofisiologi yang terkait dengan radikal bebas, edema #asogenik, danpenurunan aliran darah mengakibatkan terjadinya manifestasi klinis. 8ksigenasiyang normal, perfusi dan keseimbangan asam basa dibutuhkan untuk mencegahperburukan. 7 ++. 0. K<"S++K"S+ Holdsworth membuat klasifikasi cedera spinal sebagai berikut 5 9 Cedera fleksi Cedera fleksi menyebabkan beban regangan pada ligamentum posterior, danselanjutnya dapat menimbulkan kompresi pada bagian anterior korpus #ertebra danmengakibatkan wedge fracture (teardrop fracture). Cedera semacam inidikategorikan sebagai cedera yang stabil. Cedera fleksi-rotasi 4eban fleksi-rotasi akan menimbulkan cedera pada ligamentum posterior dankadang juga prosesus artikularis, selanjutnya akan mengakibatkan terjadinyadislokasi fraktur rotasional yang dihubungkan dengan slice fracture korpus#ertebra. Cedera ini merupakan cedera yang paling tidak stabil. Cedera ekstensi Cedera ekstensi biasanya merusak ligamentum longitudinalis anterior dan menimbulkanherniasi diskus. 4iasanya terjadi pada daerah leher. Selama kolum #ertebradalam posisi fleksi, maka cedera ini masih tergolong stabil. Cedera kompresi #ertikal (#ertical compression) Cedera kompresi #ertical mengakibatkan pembebanan pada korpus #ertebra dandapat menimbulkan burst fracture. Cedera robek langsung (direct shearing) Cedera robek biasanya terjadi di daerah torakal dan disebabkan oleh pukulanlangsung pada punggung, sehingga salah satu #ertebra bergeser, fraktur prosesusartikularis serta ruptur ligamen. 4erdasarkan sifat kondisi fraktur yang terjadi, Kelly dan 6hitesidesmengkategorikan cedera spinal menjadi cedera stabil dan cedera non-stabil.Cedera stabil mencakup cedera kompresi korpus #ertebra baik anterior ataulateral dan burst fracture derajat ringan. Sedangkan cedera yang tidak stabilmencakup cedera fleksi-dislokasi, fleksi-rotasi, dislokasi-fraktur (sliceinjury), dan burst fracture hebat. 9 Cedera stabil B leksi Cedera fleksi akibat fraktura kompresi baji dari #ertebra torakolumbal umumditemukan dan stabil. Kerusakan neurologik tidak la;im ditemukan. Cedera inimenimbulkan rasa sakit, dan penatalaksanaannya terdiri atas perawatan di rumahsakit selama beberapa hari istorahat total di tempat tidur dan obser#asiterhadap paralitik ileus sekunder terhadap keterlibatan ganglia simpatik. Fikabaji lebih besar daripada 0. persen, brace atau gips dalam ekstensi dianjurkan.Fika tidak, analgetik, korset, dan ambulasi dini diperlukan. Ketidaknyamananyang berkepanjangan tidak la;im ditemukan. leksi ke <ateral dan ,kstensi Cedera ini jarang ditemukan pada daerah torakolumbal. Cedera ini stabil, dandefisit neurologik jarang. $erapi untuk kenyamanan pasien (analgetik dankorset) adalah semua yang dibutuhkan. Kompresi Aertikal $enaga aksial mengakibatkan kompresi aksial dari 2 jenis 5 (7) protrusi diskuske dalam lempeng akhir #ertebral, (2) fraktura ledakan. @ang pertama terjadipada pasien muda dengan protrusi nukleus melalui lempeng akhir #ertebra kedalam tulang berpori yang lunak. +ni merupakan fraktura yang stabil, dandefisit neurologik tidak terjadi. $erapi termasuk analgetik, istirahat ditempat tidur selama beberapa hari, dan korset untuk beberapa minggu. *eskipun fraktura MledakanM agak stabil, keterlibatan neurologik dapat terjadikarena masuknya fragmen ke dalam kanalis spinalis. C$-Scan memberikan informasiradiologik yang lebih berharga pada cedera. Fika tidak ada keterlibatanneurologik, pasien ditangani dengan istirahat di tempat tidur sampaigejala- gejala akut menghilang. 4race atau jaket gips untuk menyokong #ertebrayang digunakan selama - atau 1 bulan direkomendasikan. Fika ada keterlibatan neurologik, fragmen harus dipindahkan dari kanalisneuralis. !endekatan bisa dari anterior, lateral atau posterior. Stabilisasi denganbatang kawat, plat atau graft tulang penting untuk mencegah ketidakstabilansetelah dekompresi. Cedera $idak Stabil B Cedera %otasi N leksi Kombinasi dari fleksi dan rotasi dapat mengakibatkan fraktura dislokasi dengan#ertebra yang sangat tidak stabil. Karena cedera ini sangat tidak stabil,pasien harus ditangani dengan hati-hati untuk melindungi medula spinalis danradiks. raktura dislokasi ini paling sering terjadi pada daerah transisional$7. sampai <7 dan berhubungan dengan insiden yang tinggi dari gangguanneurologik. Setelah radiografik yang akurat didapatkan (terutama C$-Scan), dekompresidengan memindahkan unsur yang tergeser dan stabilisasi spinal menggunakanberbagai alat metalik diindikasikan. raktura M!otongM Aertebra dapat tergeser ke arah anteroposterior atau lateral akibat traumaparah. !edikel atau prosesus artikularis biasanya patah. Fika cedera terjadipada daerah toraks, mengakibatkan paraplegia lengkap. *eskipun fraktura inisangat tidak stabil pada daerah lumbal, jarang terjadi gangguan neurologikarena ruang bebas yang luas pada kanalis neuralis lumbalis. raktura iniditangani seperti pada cedera fleksi- rotasi. Cedera leksi-%otasi Change fracture terjadi akibat tenaga distraksi seperti pada cedera sabukpengaman. $erjadi pemisahan hori;ontal, dan fraktura biasanya tidak stabil.Stabilisasi bedah direkomendasikan. ++. 9. F,?+S $%"&*" Cedera sumsum tulang belakang terjadi akibat patah tulang belakang danterbanyak mengenai daerah ser#ikal dan lumbal. Cedera terjadi akibat hiperfleksi,hiperekstensi, kompresi atau rotasi tulang belakang. Di daerah torakal tidakbanyak terjadi karena terlindung oleh struktur toraks. 0 raktur dapat berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutif, dandislokasi. Sedangkan kerusakan pada sumsum tulang belakang dapat berupa memar,kontusio, kerusakan melintang laserasi dengan atau tanpa gangguan peredarandarah, atau perdarahan. 0 Kelainan sekunder pada sumsum tulang belakang dapat disebabkan oleh hipoksemiadan iskemia. +skemia disebabkan oleh hipotensi, udem atau kompresi. 0 !erlu disadari bahwa kerusakan pada sumsum tulang belakang merupakan kerusakanyang permanen, karena tidak akan terjadi regenerasi dari jaringan saraf. !adafase awal setelah trauma tidak dapat dipastikan apakah gangguan fungsidisebabkan oleh kerusakan sebenarnya dari jaringan saraf atau disebabkan olehtekanan, memar atau udem. 0 ++. B. *"?+,S$"S+ K<+?+S 'ambaran klinis bergantung pada lokasi dan besarnya kerusakan yang terjadi.Kerusakan melintang memberikan gambaran berupa hilangnya fungsi motorik maupunsensorik kaudal dari tempat kerusakan disertai syok spinal. Syok spinal terjadipada kerusakan mendadak sumsum tulang belakang karena hilangnya rangsang yangberasal dari pusat. !eristiwa ini umumnya berlangsung selama satu hingga enamminggu, kadang lebih lama. $andanya adalah kelumpuhan flaksid, anestesia,arefleksi, hilangnya perspirasi, gangguan fungsi rektum dan kandung kemih,priapismus, bradikardia dan hipotensi. Setelah syok spinal pulih kembali, akanterjadi hiperrefleksi. $erlihat pula tanda gangguan fungsi autonom, berupakulit kering karena tidak berkeringat dan hipotensi ortostatik, serta gangguanfungsi kandung kemih dan gangguan defekasi. 0 Sindrom sumsum belakang bagian depan menunjukkan kelumpuhan otot lurik di bawahtempat kerusakan disertai hilangnya rasa nyeri dan suhu pada kedua sisinya,sedangkan rasa raba dan posisi tidak terganggu.0 Cedera sumsum belakang sentral jarang ditemukan. Keadaan ini pada umumnyaterjadi akibat cedera di daerah ser#ikal dan disebabkan oleh hiperekstensimendadak sehingga sumsum belakang terdesak dari dorsal oleh ligamentum fla#umyang terlipat. Cedera tersebut dapat terjadi pada orang yang memikul bebanberat di atas kepala, kemudian terjadi gangguan keseimbangan yang mendadaksehingga beban jatuh dan tulang belakang hiperekstensi. 'ambaran klinis berupatetraparese parsial. 'anguan pada ekstremitas bawah lebih ringan daripadaekstremitas atas, sedangkan daerah perianal tidak terganggu. 0 Sindrom 4rown-SeJuard disebabkan oleh kerusakan separuh lateral sumsum tulangbelakang. Sindrom ini jarang ditemukan. 'ejala klinis berupa gangguan motorikdan hilangnya rasa #ibrasi dan posisi ipsilateralE di kontralateral terdapatgangguan rasa nyeri dan suhu. 0 Kerusakan tulang belakang setinggi #ertebra <7-<2 mengakibatkan anestesiaperianal, gangguan fungsi defekasi, miksi, impotensi serta hilangnya refleksanal dan refleks bulboka#ernosa. Sindrom ini disebut sindrom konus medularis. 0 Sindrom kauda eJuina disebabkan oleh kompresi pada radiks lumbosakral setinggiujung konus medularis dan menyebabkan kelumpuhan dan anestesia di daerahlumbosakral yang mirip dengan sindrom konus medularis. 0 'ejala yang biasa dikeluhkan oleh pasien dengan trauma tulang belakang adalah51 ?yeri mulai dari leher sampai bawah Kehilangan fungsi (misal tidak dapat menggerakkan lengan) Kehilangan atau berubahnya sensasi di berbagai area tubuh ++. 3. D+"'?8S+S $rauma tulang belakang perlu dicurigai pada kondisi-kondisi berikut 5 1 !asien tidak sadar !asien dengan multipel trauma $rauma di atas kla#ikula Fatuh dari ketinggian lebih dari 7. kaki (atau dua kali tinggi pasien) Kecelakaan dengan kecepatan tinggi !ada pemeriksaan jasmani dipentingkan pemeriksaan neurologik dengan mengingatkemungkinan cedera sumsum belakang. 1 !ada pemeriksaan laboratorium, perlu diperiksa dan dimonitor kadar hemoglobindan hematokrit untuk mendeteksi atau memonitor kehilangan darah. Selain itu,urinalisis juga perlu untuk mendeteksi trauma traktus genitourinarius. 7 Diagnosis ditegakkan dengan foto rontgen proyeksi antero-posterior dan lateral,dan bila perlu tomografi. %ontgen tulang belakang dilakukan untuk melihatkerusakan #ertebra (rontgen bagus untuk menunjukkan tulang tetapi tidak untukjaringan lunak seperti sumsum tulang belakang). Fika pasien memiliki gejalaatau terdapat trauma sumsum tulang belakang, dilakukan C$-Scan atau *%+ yangakan menunjukkan lebih detail dibanding rontgen. C$ Nscans lebih baik daripada*%+ dalam menunjukkan tulang, sedangkan *%+ biasanya lebih baik dalammenunjukkan jaringan lunak seperti sumsum tulang belakang. Semua tindakandiagnostik tersebut dikerjakan tanpa memindahkan atau mengubah posisipenderita. -,0 *ielografi dikerjakan pada penderita dengan gangguan neurologik, sepertikelumpuhan, tetapi pada foto polos maupun tomografinya tidak tampak fraktur. 0 ++. C. !,?"$"<"KS"?""? Semua penderita koban kecelakaan yang memperlihatkan gejala adanya kerusakanpada tulang belakang, seperti nyeri leher, nyeri punggung, kelemahan anggotagerak atau perubahan sensiti#itas harus dirawat seperti merawat pasienkerusakan tulang belakang akibat cedera sampai dibuktikan bahwa tidak adakerusakan tersebut. 0 Setelah diagnosis ditegakkan, di samping kemungkinan pemeriksaan cedera lainyang menyertai, misalnya trauma kepala atau trauma toraks, maka pengelolaanpatah tulang belakang tanpa gangguan neurologik bergantung pada stabilitasnya.!ada tipe yang stabil atau tidak stabil temporer, dilakukan imobilisasi dengangips atau alat penguat. !ada patah tulang belakang dengan gangguan neurologikkomplit, tindakan pembedahan terutama ditujukan untuk stabilisasi patahtulangnya untuk memudahkan perawatan atau untuk dapat dilakukan mobilisasidini. *obilisasi dini merupakan syarat penting sehingga penyulit yang timbulpada kelumpuhan akibat cedera tulang belakang seperti infeksi saluran nafas,infeksi saluran kencing atau dekubitus dapat dicegah. !embedahan juga dilakukandengan tujuan dekompresi yaitu melakukan reposisi untuk menghilangkan penyebabyang menekan medula spinalis, dengan harapan dapat mengembalikan fungsi medulaspinalis yang terganggu akibat penekanan tersebut. Dekompresi paling baikdilaksanakan dalam waktu enam jam pascatrauma untuk mencegah kerusakan medulaspinalis yang permanen. $idak boleh dilakukan dekompresi dengan caralaminektomi, karena akan menambah instabilitas tulang belakang. 0 !erhatian utama pada penderita cedera tulang belakang ditujukan pada usahamencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah atau cedera sekunder, yaitudengan dilakukannya imobilisasi di tempat kejadian dengan memanfaatkan alasyang keras. 0 !engangkutan penderita tidak dibenarkan tanpa menggunakan tandu atau saranaapapun yang beralas keras. Hal ini dilakukan pada semua penderita yang patutdicurigai berdasarkan jenis kecelakaan, penderita yang merasa nyeri di daerahtulang belakang, lebih-lebih lagi bila terdapat kelemahan pada ekstremitas yangdisertai mati rasa. Selain itu harus selalu diperhatikan jalan napas dansirkulasi. 0 4ila dicurigai cedera di daerah ser#ikal, harus diusahakan agar kepala tidakmenunduk dan tetap di tengah dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan kainuntuk menyangga leher pada saat pengangkutan. 0 Setelah semua langkah tersebut di atas dipenuhi, barulah dilakukan pemeriksaanfisik dan neurologik yang lebih cermat. !emeriksaan penunjang sepertiradiologik dapat dilakukan. 0 !ada umumnya terjadi paralisis usus selama dua sampai enam hari akibat hematomretroperitoneal sehingga memerlukan pemasangan pipa lambung. 0 !emasangan kateter tetap pada fase awal bertujuan mencegah terjadi pengembangankandung kemih yang berlebihan, yang lumpuh akibat syok spinal. Selain itupemasangan kateter juga berguna untuk memantau produksi urin, serta mencegahterjadinya dekubitus karena menjamin kulit tetap kering. 0 !erhatian perlu diberikan untuk mencegah terjadinya pneumoni dan memberikannutrisi yang optimal. 0 !enanggulangan Cedera $ulang 4elakang dan Sumsum $ulang 4elakang 5 0 !rinsip umum 5 pikirkan selalu kemungkinan adanya cedera mielum mencegah terjadinya cedera kedua waspada akan tanda yang menunjukkan jejas lintang lakukan e#aluasi dan rehabilitasi $indakan 5 adakan imobilisasi di tempat kejadian (dasar papan) optimalisasi faal "4C 5 jalan nafas, pernafasan, dan peredaran darah penanganan kelainan yang lebih urgen pemeriksaan neurologik untuk menentukan tempat lesi pemeriksaan radiologik (kadang diperlukan) tindak bedah (dekompresi, reposisi, atau stabilisasi) pencegahan penyulit O ileus paralitik P sonde lambung O penyulit kelumpuhan kandung kemih P kateter O pneumoni O dekubitus $indak 4edah 0 Fika terdapat tanda kompresi pada sumsum belakang karena deformitas fleksi,fragmen tulang, atau hematom, maka diperlukan tindakan dekompresi. Dislokasi yang umumnya disertai instabilitas tulang belakang memerlukan tindakanreposisi dan stabilisasi. !embedahan darurat diperlukan bila terdapat gangguan neurologik progresifakibat penekanan, pada luka tembus, dan pada sindrom sumsum belakang bagiandepan yang akut. !embedahan selalu harus dipertimbangkan untuk mempermudah perawatan danfisioterapi agar mobilisasi dan rehabilitasi dapat berlangsung lebih cepat.!embedahan akan mengurangi kemungkinan terjadinya penyulit, tetapi tidak harusdilakukan sebagai tindakan darurat untuk mengatasi gangguan stabilitas tulangbelakang. $indakan 4edah !ada Cedera $ulang 4elakang dan Sumsum 4elakang $indakan darurat luka tembus sindrom sumsum anterior akut O peluru O tikam / bacok gangguan neurologik progresif (penekanan) $indakan elektif patah tulang tidak stabil $ujuan 5 mencegah jejas lintang mempercepat penyembuhan dan re#alidasi memungkinkan rehabilitasi aktif mempermudah perawatan dan fisioterapi aktif !ada pasien yang tidak sadar mungkin terdapat tanda syok spinal (nadi lambatdan tekanan darah rendah, kelemahan umum pada seluruh anggota gerak, kehilangankontrol buang air besar atau buang air kecil. !enting untuk diingat bahwa trauma tulang belakang tidak tersingkir jika pasiendapat menggerakkan dan merasakan anggota geraknya. Fika mekanisme traumamelibatkan kekuatan yang besar, pikirkan yang terburuk dan dirawat sepertimerawat korban trauma tulang belakang. !ertolongan !ertama !ada $rauma $ulang 4elakang meliputi 5 1 7.!erhatikan "4C nya ("irway, 4reathing, Circulation) 2.!ertahankan posisi pasien. Fangan pindahkan atau membiarkan korban bergerakkecuali korban dapat meninggal atau terluka jika tetap pada posisinya (misalmenghindari batu yang jatuh). !osisi leher harus tetap dipertahankan denganmenahan kepala pada kedua sisi. Ketika petugas datang, korban dipasang kolar ser#ikal yang keras dengan sangathati-hati, kemudian diimobilisasi dengan sistem transportasi spinal yang bisaberupa matras, papan keras. 1 ++. C. K8*!<+K"S+ 7,2 - Defisit neurologis sering meningkat selama beberapa jam atau hari pada traumasumsum tulang belakang akut, meskipun sudah mendapat terapi optimal. Salah satu tanda adanya kemunduran neurologis adalah adanya defisit sensoris. !asien dengan trauma sumsum tulang belakang beresiko tinggi terjadi aspirasi,karena itu perlu pemasangan ?'$ (?asogastric $ube). - Hipotermia. - Dekubitus - Seseorang dengan tetraplegia beresiko tinggi terjadi komplikasi medissekunder. !ersentase terjadinya komplikasi pada indi#idu dengan tetraplegiakomplit adalah sebagai berikut 5 pneumonia (9.,- :), ulkus akibat tekanan (02,3:), trombosis #ena dalam (79,1 :), emboli pulmo (0,2 :), infeksi pasca operasi(2,2 :). - Komplikasi pulmo pada trauma tulang belakang biasa terjadi, dimana secaralangsung berhubungan dengan mortalitas dan trauma saraf. Komplikasi pulmotersebut meliputi 5 atelektasis sekunder menurunnya batuk, sehingga meningkatkan resiko sumbatan oleh secret,atelektasis dan pneumonia kelelahan otot ++. 7.. !%8'?8S+S 7 !ada awal tahun 7C.., angka kematian 7 tahun setelah trauma pada pasien denganlesi komplit mencapai 7.. :. ?amun kini, angka ketahanan hidup 0 tahun padapasien dengan trauma Juadriplegia mencapai C. :. !erbaikan yang terjadidikaitkan dengan pemakaian antibiotik untuk mengobati pneumonia dan infeksitraktus urinarius. !asien dengan trauma tulang belakang komplit berpeluang sembuh kurang dari 0 :.Fika terjadi paralisis komplit dalam waktu B2 jam setelah trauma, peluangperbaikan adalah nol. !rognosis trauma tulang belakang inkomplit lebih baik. Fika fungsi sensoris masih ada, peluang pasien untuk dapat berjalan kembalilebih dari 0. :. D"$"% !&S$"K" 7.Schreiber, Donald, 2..1. Spinal Cord +njuries. http5//www.emedicine.com/emerg/byname/spinal-cord-injuries.htm 2."nonim, 2..0. Spinal Cord +njury. http5//www.neurosurgerytoday.org/what/patientQe/spinal.asp -."nonim, 2..9. Spinal Cord +njuries. http5//www.sci-reco#ery.org/sci.htm 1.<angran, *ike, 2..9. Spinal +njuries. http5//www.ski-injury.com/spinal7.htm 0.Fong, Syamsuhidayat, 4uku "jar +lmu 4edah, ,'C, Fakarta. 9.<istiono, Djoko, dr., 7CC3. +lmu 4edah Saraf Satyanegara, edisi +++, !$.'ramedia, Fakarta. B.Sabiston, D.C., 7CC1, 4uku "jar 4edah Sabiston 4agian 2, ,'C, Fakarta. 3.Senior, 2..B. Fangan sembarangan *enggerakkan <eher "nda. http5//portal.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.asp=R=G6orkK8utSyGcybermed :BC.:BC.:BCB:BC7C3 Sumber 5 http5//rachman-soleman.blogspot.com/2..C/77/penatalaksanaan-trauma-spinal-dan.html