x 0,41gram x 100 %
= 21,42 %
4.2 Pembahasan
Analisis gravimetric adalah sutau cara analisa kuantitatif dengan
penimbangan berat zat setelah dipelakukan sedemikian rupa, sehingga zat
tersebut diketahui rumus molekulnya dengan pasti dan berada dalam keadaan
stabil. Untuk mencapai itu analisis harus dapat berlangsung dengan baik
antara lain proses pemisahan harus berlangsung sempurna, endapan yang
terbentuk harus dapat dipisahkan dengan mudah dari larutannya dan zat yang
ditimbang harus mempunyai susunan stoikiometri tertentu dan bersifat murni.
Pada dasarnya pemisahan dilakukan dengan cara mula-mula cuplikan zat
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap.
Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan dan
setelah dingin ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditemukan dihitung dari
10
factor stoikiometrinya. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat
dengan cara menimbang hasil reaksi pengendapan.
Pada percobaan ini dilakukan pemisahan dan dan penentuan kadar kadar
(Ag), besi (Fe), dan Krom (Cr) dalam sampel. Pada percobaan pertama yaitu
akan memisahkan ion perak dari sampel dengan jalan pengendapan.
Pengendapan ini menggunakan prinsip harga Ksp, semakin besar harga Ksp
suatu senyawa maka semakin mengendap. Pada percobaan ini menggunakan
garam klorida (NaCl 5 %) tidak berwarna. setelah ditambahkan pada sampel
timbul endapan berwarna putih dan filtrate berwarna seperti teh. Enadpan
tersebut merupakan endapan AgCl yeng terbentuk dengan reaksi yang terjadi:
Ag
+
+ NaCl AgCl + Na
+
(endapan putih)
Berdasarkan harga Ksp dapat dilihat bahwa harga Ksp dari AgCl lebih
besar dibandingkan dengan FeCl
3
sehingga membuatnya mengendap.
Kemudian endapan tersebut disaring, dikeringkan dan ditimbang. sebelum
disaring sampel tersebut diletakkan pada tempat yang gelap selama 1 jam,
dan pada percobaan inj kami mengeringkan endapan menggunakan terik
matahari, hal ini dikarenakan oven yang seharusnya digunakan tidak dapat
berfungsi dengan sebagaimana mestinya. Setelah ditimbang diperoleh berat
endapan AgCl sebesar 1,10 gram dan kadar AgCl tersebut yaitu 89,53 %. Hal
ini berarti dalam sampel mengandung AgCl sebanyak 89,53 %.
Selanjutnya, dilakukan pemisahan ion besi dari FILTRAT A yang
merupakan sisa pengendapan pertama. Pemisahan ini menggunakan teknik
pengendapan dengan car menambahkan NAOH 5 % panas pada filtrate
tersebut. Filtrat A yang mula-mula berwarna kuning kecoklatan seperti teh
setelah ditambahkan 100 mL NaOH dan kemudian dididihkan warnanya
menjadi semakin pekat dan terbentuk endapan berwarna hitam. Endapan ini
merupakan endapan endapan Fe(OH)
3
. Reaksi yang terjadi yaitu :
FeCl
3
+ NaOH Fe(OH)
3
Larutan tersebut didinginkan pada suhu kamar. Setelah itu, ditambahkan
larutan hydrogen peroksida 1:1 agar ion tetrahidroksomatnya dapat larut,
larutan tersebut berwarna coklat lebih tua, Untuk membebaskan kelebihan
peroksida, larutan tersebut dididihkan kembali . Endapan yang terbentuk
11
merupakan endapan dari Fe(OH)
3
, endapan tersebut disaring Dan filtrat yang
yang terbentuk tersebut disebut filtrate B yang akan digunakan untuk
percobaan selanjutnya, yaitu pemisahan dan pengendapan krom.
Endapan yang terbentuk tadi, dilarutkan kembali dengan menggunakan
HCl 2N, dan didapatkan larutan berwarna coklat. Kemudian larutan tersebut
ditambahkan dengan amoniak 1:1 dan didapat juga endapan berwarna coklat.
Tujuan dari penambahan amoniak ini adalah mengendapkan Fe
3+
menjadi
Fe(OH)
3
, denga reaksi yang terjadi yaitu:
Fe
3+
(aq)
+ NH
3(aq)
+ 3H
2
O
(l)
Fe(OH)
3(s)
+ NH
4
+
(aq)
Pada Hidroksidanya besi mempunyai nilai Ksp yang sangat kecil yaitu
sebesar 3,8 x 10
-18
sehingga mampu mengalami pengendapan secara
sempurna dengan adanya ion ammonium inilah yang dapat membedakan
dengan ion besi (III), nikel, kobalt, mangan, zink maupun magnesium.
Selanjutnya, endapan yang terbentuk tersebut disaring dengan kertas
saring yang teleh diketahui bobotnya kemudian dikeringkan dan ditimbang
berat endapan nya. Setelah ditimbang diperoleh berat endapan sebesar 0,41
gram sehingga diperoleh kadar Fe(OH)
3
tersebut yaitu 21,42 %.
Percobaan selanjutnya yaitu pemisahan dan penentuan krom, Percobaan
ini dilakukan dengan pemisahan pada filtrate B sisa pengendapan kedua tadi.
Namun, dalam hal ini percobaan tidak dilakukan karena larutan KI nya tidak
ada. Sehingga praktikan tidak dapet menghitung kadar krom dalam larutan
tersebut.
Dalam percobaan ini masih terjadi kesalahan, yang menyebabkan berat dan
kadar ion-ion yang diuji tidak mendapatkan hasil yang akurat. Kesalan ini
mungkin dikarenakan :
1. Kurang telitinya praktikan sehingga memungkinkan melakukan prosedur
yang salah
2. Tidak menggunakan alat yang semestinya seperti oven, sehingga endapan
masih basah.
3. Pada saat penyaringan kurang maksimal dikarenakan sulitnya melihat
endapan pada larutan yang keruh
12
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pecobaan yang telah praktikan lakukan. dapat disimpulkan
bahwa:
1. Ksp sangat berpengaruh pada proses pengendapan yaitu dimana semakin
besar harga Ksp suatu senyawa maka senyawa tersebut akan semakin
mengendap.
2. Prnsip metode gravimetric ini pada dasarnya yaitu dilakukan dengan cara
mula-mula cuplikan zat dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, lalu
ditambahkan zat pengendap. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci,
dikeringkan atau dipijarkan dan setelah dingin ditimbang.
3. Kopresifitasi berpengaruh dalam perhitungan endapan, yaitu memungkinkan
berat endapan yang diperoleh belum benar-benar murni.
4. Hasil yang diperoleh berdasarkan percobaan berat AgCl yaitu 1,19 gram
dengan kadar 89,53 %, dan berat endapan Fe(OH)
3
sebesar 0,04 gram dengan
kadar 21,42 %.
5.2 Saran
Berdasarkan percobaan saran yang dapat disampaikan adalah sebaiknya
sebelum melakukan praktikum alat dan bahan yang dibutuhkan telah tersedia
dengan semestinya, agar praktikum da[at berjalan dengan baik dan hasil yang
diperoleh lebih akurat.
13
VI. DAFTAR PUSTAKA
Daniel, Haris E. 1991. Quantitative Chemical Analisis. New York : Freeman
and Company
Day, R.A & Underwood, Al. 1981. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Erlangga
Hermawan, Bandi . 2004. Penentapan Kadar Air Tanah Melalui Pengukuran
Sifat Dielektrik pada Berbagai Tingkat Kepadatan, Jurnal Natur Indonesia
Vol 5 No 1. diakses tanggal 16 April 2014
http://bandihermawan_jurnalnaturindonesia.wordpress.com/penentapan
kadarairtanahmelaluipengukuransifatdielektrikpadaberbagaitingkatkep
adatan/2004.html
Oxtoby. G. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Edisi keempat
(diterjemahkan oleh : Suminar Setiati Achmadi). Jakarta : Erlangga
Riwandi. 2003. Indikator Stabilitas Gambut berdasarkan Analisis Kehilangan
Karbon Organik, Sifat Fisiko Kimia dan Komposisi Bahan Gambut. Jurnal
Penelitian UNIB Vol IX No 1. diakses tanggal 16 April 2014
http://riwandi_jurnalpenelitianunib.wordpress.com/indikatorstabilitasga
mbutberdasarkananalisiskehilangankarbonorganiksifatfisikokimiadank
omposisibahangambut/2003.html
Syukri. 1998. Kimia Dasar 1 . Bandung : ITB
Tim Kimia Analitik II. Penuntun Praktikum Kimia Analitik II. Jambi:
Universitas Jambi