Pandangan yang lebih luas lagi adalah yang didasarkan atas pendapat Hans Kelsen yang menyatakan bahwa semua
organ yang menjalankan fungsi-fungsi law-creating function and law-applying function adalah merupakan organ atau
lembaga negara. Lihat Hans Kelsen, The General Theory of Law and State. Berdasarkan pandangan Hans Kelsen ini,
setiap warga negara yang sedang berada dalam keadaan menjalankan suatu ketentuan undang-undang juga dapat
disebut sebagai organ negara dalam arti luas, misalnya, ketika warga negara yang bersangkutan sedang melaksanakan
hak politiknya untuk memilih dalam pemilihan umum. Yang bersangkutan dianggap sedang menjalankan undangundang (law applying function) dan juga sedang melakukan perbuatan hukum untuk membentuk lembaga perwakilan
rakyat (law creating function) melalui pemilihan umum yang sedang ia ikuti.
2
Pasal 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, dan Pasal 16 UUD 1945.
Pasal 4 ayat (2), Pasal 6, 6A, Pasal 7, 7A, 7B, 7C, Pasal 8, dan Pasal 9 UUD 1945.
4
Pasal 16 UUD 1945.
5
Pasal 17 ayat (1), (2), (3), dan ayat (4) UUD 1945.
6
Pasal 8 ayat (3) UUD 1945.
7
Ibid.
8
Ibid.
9
Pasal 13 ayat (1), (2), dan ayat (3) UUD 1945.
10
Pasal 13 ayat (1) UUD 1945.
11
Pasal 18 dan 18A UUD 1945.
12
Pasal 18 ayat (4) UUD 1945.
13
Pasal 18 ayat (3) UUD 1945.
14
Pasal 18 dan 18A UUD 1945
15
Pasal 18 ayat (4) UUD 1945.
16
Pasal 18 ayat (3) UUD 1945.
17
Pasal 18 dan 18A UUD 1945.
18
Pasal 18 ayat (4) UUD 1945.
3
(xviii)
(xix)
(xx)
(xxi)
(xxii)
(xxiii)
(xxiv)
(xxv)
(xxvi)
(xxvii)
(xxviii)
(xxix)
(xxx)
(xxxi)
(xxxii)
(xxxiii)
(xxxiv)
(xxxv)
DPRD Kota19;
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)20;
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)21;
Dewan Perwakilan Daerah (DPD)22;
Komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri, yang
diatur lebih lanjut dengan undang-undang23;
Bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggungjawab,
dan independensinya diatur lebih lanjut dengan undang-undang 24;
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)25;
Mahkamah Agung (MA)26;
Mahkamah Konstitusi (MK)27;
Komisi Yudisial (KY)28;
Tentara Nasional Indonesia (TNI)29, dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)30.
Angkatan Darat (AD)31;
Angkatan Laut (AL)32;
Angkatan Udara (AU)33;
Satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa 34;
Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman35, seperti Kejaksaan Agung36, Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, dan sebagainya;
Kesatuan Masyarakat Hukum Adat37.
Albert Venn Dicey, The Laws of the Constitution, (ed. E.C.S. Wade), 10 th edition, 1959.
C.F. Strong, Modern Political Constitutions,
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, cetakan ke-2, Konpres, Jakarta, 2005.
Pasal 22E ayat (6) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
memeriksa, mengadili, dan memutusnya dengan putusan yang bersifat final dan
mengikat.
Sementara itu, berkenaan dengan lembaga-lembaga negara lainnya dapat
pula diuraikan satu per satu aspek-aspek kewenangan konstitusional yang
dimilikinya dan dengan kemungkinan terjadinya persengketaan dalam
pelaksanaannya di dalam praktek penyelenggaraan kegiatan bernegara. Uraian
lengkap mengenai hal ini dapat dibaca dalam buku saya berjudul Sengketa
Kewenangan Konstitusional Antarlembaga Negara43 dan buku Konsolidasi
Lembaga-Lembaga Negara Pasca Perubahan UUD 1945 44. Dari uraian ringkas di
atas, ingin ditegaskan disini adalah bahwa dalam memahami mekanisme
sengketa kewenangan konstitusional antarlembaga negara dan pengertianpengertian baru tentang Lembaga Negara pasca Perubahan UUD 1945, kita tidak
dapat lagi mengandalkan pengertian-pengertian konvensional yang kita warisi
dari masa lalu tentang lembaga negara yang hanya terbatas pada pengertian alatalat perlengkapan negara dalam arti sempit.
Sekarang, dalam perspektif UUD 1945 pasca Perubahan Keempat, kita
harus memahami konsepsi lembaga negara sebagai jabatan, organ, institusi,
lembaga, ataupun badan yang termasuk ke dalam lingkup pengertian organisasi
kenegaraan dalam arti luas yang berkaitan dengan fungsi-fungsi pembuatan dan
pelaksanaan norma hukum negara (law creating and law applying functions).
Keberadaan organ-organ negara itu berdampingan secara sinergis dengan
keberadaan organ-organ atau institusi-institusi non-negara yang tumbuh dalam
lingkup organisasi masyarakat (organizations of civil society) dan badan-badan
usaha atau organisasi dunia usaha (business organizations, corporate organs)
yang hidup dalam dinamika pasar.
Dari 33 buah subjek organ negara yang disebut secara eksplisit dalam
UUD 1945 sebagaimana diuraikan di atas, 28 di antara memiliki kewenangan
atau kewenangan-kewenangan yang bersifat konstitusional yang ditentukan oleh
UUD 1945. Kalaupun bukan substansi kewenangannya yang ditentukan oleh
UUD 1945, sekurang-kurangnya, sifat kewenangannnya itu ditentukan oleh UUD
1945, seperti sifat kewenangan bank sentral yang diharuskan bersifat
independen. Semua lembaga tersebut, termasuk 5 (lima) lembaga lainnya yang
sama sekali belum disebutkan kewenangannya melainkan hanya disebut-sebut
namanya dalam UUD 1945, dapat dinamakan sebagai lembaga konstitusional
menurut UUD 1945.
Di samping ke-33 buah lembaga negara tersebut di atas, ada pula
lembaga-lembaga negara lainnya yang dibentuk dengan atau berdasarkan
undang-undang. Namun, sesuai dengan prinsip Negara Hukum menurut
ketentuan Pasal 1 ayat (3) dan dalam rangka Pasal 24 ayat (3) UUD 1945
mengenai Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman diatur dalam undang-undang, harus pula dicatat adanya lembaga43
44
Jimly Asshiddiqie, Sengketa Kewenangan Konstitusional Antarlembaga Negara, Konpres, Jakarta, 2005.
Jimly Asshiddiqie, Konsolidasi Lembaga-Lembaga Negara Pasca Perubahan UUD 1945, Konpres, Jakarta, 2005.
22. Jimly Asshiddiqie, Bagir Manan, dkk, Gagasan Amandemen UUD 1945 dan
Pemilihan Presiden Secara Langsung. Sebuah Dokumen Historis, Sekretariat
Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI., Jakarta, 2006.
23. Pengantar Pemikiran tentang Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta: The Habibie Center, 2001, Jakarta:
Konpres, 2006.
24. Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang, Konpres, Jakarta, 2006.
25. Jimly Asshiddiqie dan Ali Syafaat, Pandangan Hans Kelsen tentang Hukum, Jakarta:
Konpres, 2006.
26. Jimly Asshiddiqie dan Achmad Syahrizal, Peradilan Konstitusi di Sepuluh Negara,
Konpres, Jakarta, 2006.
27. Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jilid 1, Konpres, Jakarta,
2006.
28. Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jilid 2, Konpres, Jakarta,
2006.
29. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, BIP-Gramedia,
Jakarta, 2007.
30. Hukum Tata Negara Darurat, Jakarta: (sedang dalam proses penerbitan), 2007.
31. Menuju Negara Hukum Yang Demokratis, BIP-Gramedia, Jakarta, 2009.
32. Green Constitution: Nuansa Hijau UUD 1945, Rajawali Press, Jakarta, 2009.
33. The Constitutional Law of Indonesia: A Comprehensive Overview, Sweet & Maxwell
Asia, 2009.
34. Komentar Atas Undang-Undang Dasar 1945, Rajagrafindo, Jakarta, 2009.
35. Beberapa buku kumpulan tulisan mahasiswa bimbingan yang diedit dan diterbitkan
menjadi buku seperti:
a. Jurnal Tata Negara, PSHTN FHUI, edisi 1 dan 2 Tahun 2002.
b. Jurnal Tata Negara, PSHTN FHUI edisi 1 dan 2 Tahun 2003.
c. Beberapa Permasalahan Hukum Ekonomi, Jakarta: Watampone Press, 2002.
d. Notaris Bicara tentang Hak Asasi Manusia, Jakarta: Watampone Press, 2003.
e. Beberapa Perkembangan dalam Ilmu Hukum, Watampone Pers, 2003.
f. Dlsb.
36. Rofiqul-Umam dkk., Konstitusi dan Ketatanegaraan Kontemporer, Pemikiran Jimly
Asshiddiqie dan Para Pakar Hukum, The Biogrpahy Institute, 2007.
37. Beberapa buku tentang Jimly Asshiddiqie:
a. Tim Editor, Setengah Abad Jimly Asshiddiqie, Matakin-INTI, Jakarta, 2006;
b. Dr. Purwadi, Jimly Asshiddiqie, Pendekat Konstitusi dari Bumi Sriwijaya
(2005);
c. Dr. Purwadi, Jimly Asshiddiqie, Pasar dan Kemandirian Ekonomi (2006);
d. Dr. Kaelany, Jimly Asshiddiqie, Studi, Mengabdi dan Berprestasi (2006).
38. Tulisan atau artikel dalam berbagai buku ontologi atau biografi seperti:
a. Buku 60 Tahun Bacharuddin Jusuf Habibie.
b. Buku 70 Tahun Letjen (Purn) H. Achmad Tirtosudiro.
c. Buku 70 Tahun Prof. Dr. Sri Soemantri Martosoewignjo, SH.
d. Buku 70 Tahun Prof. Dr. Ismail Suny, SH. MCL.
e. Buku 70 Tahun Prof. Dr. Harun Alrasid, SH.
f. Buku 70 Tahun Prof. Dr. Solly Lubis, SH.
10