Anda di halaman 1dari 5

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawat merupakan salah satu hal terpenting dalam pelayanan kesehatan
terutama dirumah sakit, selain dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Dalam
pelayanan kesehatan di rumah sakit, perawatlah yang paling sering bertemu dan
berinteraksi dengan pasien dan keluarga paien. Komunikasi merupakan hal yang
sangat penting dalam pemberian asuhan keperawatan. Menurut Nursalam (2005)
dalam melakukan perannya sebagai perawat, perawat selalu berhubungan dengan
komunikasi terapeutik.
Komunikasi terapeutik sebagai segala bentuk komunikasi yang dirancang
untuk meningkatkan kesejahteraan pasien atau menghilangkan distress psikologis.
(Supartini, 2004). Sedangkan menurut Damaiyanti (2008), komunikasi terapeutik
dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan
pasien. Jadi, komunikasi terapeutik adalah komunikasi antara perawat dan pasien
yang bertujuan untuk mengatasi pengalaman emosional klien sehingga
memfasilitasi pasien sehat atau dengan kata lain yaitu komunikasi yang
mendukung proses penyembuhan pasien.
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Haryanto Adi
Nugroho dan Septyani Aryati (2009), Hubungan antara Komunikasi Terapeutik
Perawat dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Islam Kendal. Hasil penelitian
ini menunjukkan adanya hubungan signifikan antara komunikasi terapeutik
perawat dengan kepuasan pasien di rumah sakit Islam Kendal. Selain itu,
2

penelitian tentang komunikasi terapeutik juga dilakukan oleh Edi Susanto dan
Nurkholis, Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Kecemasan Pasien
Gangguan Kardiovaskuler yang pertama kali di rawat di ICCU RSU Tugurejo
Tahun 2008. Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa adanya hubungan
yang sangat kuat antara komunikasi terapeutik perawat dengan penurunan
kecemasan pada pasien kardiovaskuler yang pertama kali di rawat di ICCU. Jadi,
berdasarkan kedua penelitian tersebut komunikasi terapeutik perawat berpengaruh
terhadap kondisi pasien.
Komunikasi terapeutik sangat berpengaruh terhadap keadaan pasien.
Komunikasi yang terjalin baik akan menimbulkan kepercayaan sehingga terjadi
hubungan yang lebih hangat dan mendalam. Kehangatan suatu hubungan akan
mendorong pengungkapan beban perasaan dan pikiran yang dirasakan selama
hospitalisasasi (Purwanto, 1994) yang dapat menjadi jembatan dalam menurunkan
tingkat kecemasan yang terjadi(Tamsuri, 2006).
Perawat menggunakan komunikasi terapeutik bukan hanya pada rawat
jalan saja tetapi juga pada rawat inap (hospitalisasi) di suatu rumah sakit. Rumah
sakit dan sakit khususnya hospitalisasi merupakan stressor bagi pasien dan
keluarga pasien. Stresor ini bukan hanya berdampak pada pasien dewasa tetapi
juga pada pasien anak-anak.
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan
lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok sosialnya dan
menimbulkan kecemasan, kehilangan kontrol juga terjadi akibat dirawat di rumah
sakit karena adanya pembatasan aktivitas (Supartini, 2004). Hospitalisasi pada
3

pasien anak akan dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua tingkat
usia, begitu pula pada anak usia sekolah.
Pada anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit akan muncul
tantangan-tantangan yang harus dihadapinya seperti mengatasi suatu perpisahan,
penyesuaian dengan lingkungan yang asing baginya, penyesuaian dengan banyak
orang yang mengurusinya, dan kerapkali harus berhubungan dan bergaul dengan
anak-anak yang sakit serta pengalaman mengikuti terapi yang menyakitkan
(Supartini, 2004). Respon anak usia sekolah terhadap setiap yang terjadi pada
mereka berbeda-beda, yang terkadang menunjukkan sikap protes yang
menyulitkan tenaga kesehatan dalam merawatnya ketika berada di rumah sakit.
Populasi anak yang dirawat dirumah sakit menurut Wong (2001) dalam
Muniarsih (2009) mengalami peningkatan yang sangat dramatis. Presentase anak
yang dirawat saat ini mengalami masalah yang lebih serius dan kompleks
dibandingkan kejadian hospitalisasi pada tahun-tahun sebelumnya. Mc Cherty dan
Kozak dalam Muniarsih (2009) mengatakan bahwa hampir empat juta anak dalam
satu tahun mengalami rawat inap. Rata-rata mendapat perawatan selama enam
hari, dan waktu yang dibutuhkan untuk merawat pasien anak-anak 20-45% lebih
banyak daripada waktu untuk merawat pasien dewasa. Selain membutuhkan
perawatan yang special di banding pasien lain, anak juga mempunyai
keistimewaan dan karakteristik tersendiri Anak merupakan individu yang unik,
bukan miniatur orang dewasa sehingga berkomunikasi dengan anak membutuhkan
pendekatan yang khusus dan berbeda.
Oleh karena itu, Peneliti tertarik untuk meneliti hubungan komunikasi
terapeutik perawat dengan tingkat stress hospitalisasi anak usia sekolah.
4

Berdasarkan survey awal peneliti yang didapat dari rekam medik RSUD
Dr. Pirngadi Medan, terdapat 738 pasien anak usia sekolah yang dirawat inap di
ruang III RSUD Dr. Pirngadi Medan selama tahun 2011 dari bulan Januari sampai
Desember.
1.2 Pertanyaan Penelitian
1.2.1 Bagaimana komunikasi terapeutik perawat pada anak usia sekolah di ruang
III RSUD Dr. Pirngadi Medan?
1.2.2 Bagaimana tingkat stres hospitalisasi anak usia sekolah selama di ruang III
RSUD Dr. Pirngadi Medan?
1.2.3 Bagaimana hubungan komunikasi terapeutik perawat terhadap tingkat stres
hospitalisasi anak usia sekolah di ruang III RSUD Dr. Pirngadi Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi hubungan komunikasi terapeutik perawat terhadap
tingkat stres hospitalisasi anak usia sekolah di ruang III RSUD Dr. Pirngadi
Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi bagaimana komunikasi terapeutik perawat di ruang III
RSUD Dr. Pirngadi Medan.
2. Mengidentifikasi bagaimana tingkat stres hospitalisasi anak usia sekolah di
ruang III RSUD Dr. Pirngadi Medan.
3. Mengidentifikasi bagaimana hubungan komunikasi terapeutik perawat
terhadap tingkat stres hospitalisasi anak usia sekolah di ruang III RSUD
Dr. Pirngadi Medan.
5

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini bermanfaat terhadap berbagai aspek, yaitu :
1.4.1 Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan literatur di keperawatan anak dan
menjadi tambahan informasi tentang hubungan komunikasi terapeutik perawat
terhadap tingkat stres hospitalisasi anak usia sekolah di ruang III RSUD Dr.
Pirngadi Medan.
1.4.2 Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan alternatif bantuan
pengaruh/hubungan komunikasi terapeutik perawat terhadap tingkat stres
hospitalisasi anak usia sekolah sehingga memudahkan perawat dalam melakukan
pendekatan dan melakukan intervensi keperawatan terutama tindakan invasiv.
Selain itu juga meminimalkan dampak stres hospitalisasi anak, sehingga anak
lebih cepat untuk sembuh.
1.4.3 Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai data dasar untuk penelitian
selanjutnya, dan menambah literatur tentang pengaruh/hubungan komunikasi
terapeutik perawat terhadap tingkat stres hospitalisasi anak usia sekolah di ruang
III RSUD Dr.Pirngadi.

Anda mungkin juga menyukai