Anda di halaman 1dari 26

REGULASI DAN PERATURAN PEMERINTAH

MENGENAI AMDAL
(ALIH FUNGSI LAHAN RTH UNTUK PEMBANGUNAN PERUMAHAN IJEN
NIRWANA DI KOTA MALANG)

Oleh:
Kelompok 3/ kelas B

Marta Widyasmara 115030101111009
Vian Frisca A. 115030107111003
Aditya Triadilda Lukman 115030100111017
Gusti Mehaki Zophan 115030100111020

Pengertian Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL)
Analisis dampak lingkungan (di Indonesia, dikenal dengan nama
(AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan di Indonesia.
Dasar hukum AMDAL di Indonesia adalah Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup. AMDAL diperkenalkan pertama
kali tahun 1969 oleh National Environmental Policy Act di
Amerika Serikat.
Tujuan AMDAL
Tujuan secara umum AMDAL adalah menjaga dan
meningkatkan kualitas lingkungan serta menekan
pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi
serendah mungkin.
Kegunaan AMDAL
Bagi Pemrakarsa:
Mengetahui permasalahan lingkungan yang mungkin timbul di masa yang akan datang
dan cara-cara pencegahan serta penanggulangan sebagai akibat adanya kegiatan
suatu pembangunan.
Sebagai pedoman untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
Sebagai bahan penguji secara komprehensif dari kegiatan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan untuk kemudian mengetahui kekurangannya.

Bagi Masyarakat:
Mengurangi kekuatiran tentang perubahan yang akan terjadi atas rencana kegiatan
suatu pembangunan.
Memberikan informasi mengenai kegiatan Pembangunan Industri , sehingga dapat
mempersiapkan dan menyesuaikan diri agar dapat terlibat dalam kegiatan tersebut.
Memberi informasi tentang perubahan yang akan terjadi, sehingga masyarakat dapat
memanfaatkan dampak positif dan menghindarkan dampak negatif.
Sebagai bahan pertimbangan untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan
lingkungan.
Pada pelaksanaan studi AMDAL terdapat beberapa
komponen dan parameter lingkungan yang harus dijadikan
sebagai sasaran studi, antara lain :
Komponen Geo-Fisik-Kimia antra lain: Iklim dan Kualitas
Udara, Fisiografi, Geologi, Ruang, Lahan dan Tanah,
Kualitas Air Permukaan,
Komponen Biotis antara lain: Flora, Fauna, Biota Sungai,
Biota Air Laut
Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya antara lain:
Sosial Ekonomi , Sosial Budaya
Komponen Kesehatan Masyarakat antara lain Sanitasi
Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat

Pengertian Kebijakan Lingkungan
Kebijakan oleh Thomas R. Dye didefinisikan sebagai apapun yang
dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Selanjutnya, Dye
mengatakan bahwa bila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu, maka
harus ada tujuannya (obyektivitasnya) dan kebijakan itu harus meliputi semua
tindakan pemerintah. Jadi, bukan semata-mata keinginan pemerintah atau
pejabat negara saja. Di samping itu, sesuatu yang tidak dilakukan oleh
pemerintah akan memiliki pengaruh (dampak) yang sama besarnya dengan
sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah (Islamy,1988).
Selain Thomas R. Dye, Amara Raksasataya mengemukakan bahwa
kebijakan sebagai suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu, kebijakan memuat tiga elemen, yakni:
Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai.
Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata
dari taktik atau strategi.

Sedangkan Lingkungan Hidup itu didefinisikan sebagai:
Daerah di mana sesuatu mahluk hidup berada.
Keadaan atau kondisi yang melingkupi suatu mahluk hidup.
Keseluruhan keadaan yang meliputi suatu mahluk hidup atau sekumpulan
mahluk hidup, terutama:
Kombinasi dari berbagai kondisi fisik di luar mahluk hidup yang
mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan mahluk
hidup untuk bertahan hidup.
Gabungan dari kondisi sosial and budaya yang berpengaruh pada
keadaan suatu individu mahluk hidup atau suatu perkumpulan/komunitas
mahluk hidup.

Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Pendekatan Pembuatan Keputusan (Decision making) dan
Dampak (Impact) dalam Kebijakan Lingkungan
Terdapat tujuh karakteristik mengapa lingkungan bisa
menjadi masalah penting dalam kebijakan, yaitu:
Publics Goods
Masalah lintas batas (transboundary problems)
Kompleksitas dan ketidakpastian
Irreversibility
Variabilitas temporal dan spasial
Fragmentasi administratif
Intervensi peraturan
Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi
kebutuhan kita sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan
datang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dalam pembangunan
berkelanjutan perlu dilakukan berbagai upaya :
Menyatukan persepsi tentang pelestarian.
Menstabilkan populasi bumi baik di darat maupun di laut.
Melanjutkan mengamankan penggunaan sumber daya.
Menggunakan sumber daya secara efisien dan tidak membahayakan biosfer.
Mengembangkan dan menerapkan teknologi maju untuk mendukung
pengelolaan dan pengembangan lingkungan.
Mendukung program ekonomi baru yang memiliki strategi yang berkelanjutan
dalam pengelolaan sumber daya dan pengembangan lingkungan.

Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan
berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam
pembangunan yang terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan
mutu hidup. Adapun ciri-ciri pembangunan berwawasan lingkungan antara lain:
Menjamin pemerataan dan keadilan.
Menghargai keanekaragaman hayati.
Menggunakan pendekatan integratif.
Menggunakan pandangan jangka panjang.

Maftuchah Yusuf (2000), mengemukakan empat hal pokok dalam
upaya penyelamatan lingkungan. Diantaranya:
Konservasi untuk kelangsungan hidup bio-fisik.
Perdamaian dan keadilan (pemerataan) untuk melaksanakan kehidupan
sehari-hari dalam hidup bersama.
Pembangunan ekonomi yang tepat, yang memperhitungkan keharusan
konservasi bagi kelangsungan hidup biofisik dan harus adanya perdamaian
dan pemerataan (keadilan) dalam melaksanakan hidup bersama.
Demokrasi yang memberikan kesempatan kepada semua orang untuk turut
berpartisipasi dalam melaksanakan kekuasaan, kebijaksanaan dan
pengambilan keputusan dalam meningkatkan mutu kehidupan bangsa.

Regulasi dan Peraturan Pemerintah
mengenai AMDAL
PP 29/1986, yang kemudian disempurnakan dengan PP 27/1999, yang
semula hanya memiliki satu model AMDAL, berkembang dan mempunyai
beberapa bentuk AMDAL
PP 51/1993, dikenal ada beberapa model AMDAL yaitu AMDAL Proyek
Individual (seperti PP 29/1986), AMDAL Kegiatan Terpadu, AMDAL Kawasan,
dan AMDAL Regional.
PP 27/1999 pengertian AMDAL adalah merupakan hasil studi mengenai
dampak besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan terhadap
lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan

Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu:
Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia
menggunakan/menerapkan penapisan 1 langkah dengan
menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step scoping
by pre request list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat
di Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11
Tahun 2006.
Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut,
maka wajib menyusun UKL-UPL, sesuai dengan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002
Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan
AMDAL sesuai dengan Permen LH NO. 08/2006
Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no.
05/2008
Tahapan Penyusunan dan Prosedur
Pelaksanaan AMDAL
Menurut Hardjasoemantri (1988), garis besar prosedur AMDAL sebagaimana tercantum
pada PP No. 29/1986 Mengenai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan adalah sebagai berikut ini.
Pemrakarsa rencana kegiatan mengajukan Penyajian Informasi Lingkungan (PIL) kepada instansi
yang bertanggung jawab.
Apabila lokasi sebagaimana tercantum dalam PIL dinilai tidak tepat, maka instansi yang
bertanggung jawab menolak lokasi tersebut dan memberikan petunjuk tentang kemungkinan lokasi
lain dengan kewajiban bagi pemrakarsa untuk membuat PIL yang baru.
Apabila hasil penelitian PIL menentukan bahwa perlu dibuatkan ANDAL, berhubung dengan
adanya dampak penting rencana kegiatan terhadap lingkungan, baik lingkungan geobiofisik maupun
sosial budaya, maka pemrakarsa bersama instansi yang bertanggung jawab membuat Kerangka
Acuan (KA) bagi penyusunan ANDAL.
Apibila ANDAL tidak perlu dibuat untuk suatu rencana kegiatan, berhubung tidak ada dampak
penting, maka pemrakarsa diwajibkan untuk membuat Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) bagi kegiatan tersebut.
Keputusan persetujuan ANDAL dinyatakan gugur, apabila terjadi perubahan lingkungan yang
sangat mendasar akibat peristiwa alam atau karena kegiatan lain, sebelum rencana kegiatan
dilaksanakan.
Alasan Suatu Rencana Kegiatan Wajib
AMDAL
Setiap rencana kegiatan yang mempunyai dampak besar dan penting,
wajib dibuat AMDAL Hal ini mengacu pada pasal 3 ayat 1 PP 27 tahun 1999
yaitu ;
Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.
Eksploitasi SDA baik yang dapat diperbaharui/tidak dapat diperbaharui.
Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,
kerusakan, pemerosotan dalam pemanfaatan SDA, cagar budaya.
Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, jasad renik.
Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati.
Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan.
Kegiatan yang mempunyai tinggi dan mempengaruhi pertahanan negara
Selanjutnya pada pasal 5 PP tersebut dinyatakan
bahwa kriteria dari dampak besar dan periting dari suatu
usaha atau kegiatan terhadap lingkungan antara lain:
Jumlah manusia yang akan terkena dampak
Luas wilayah persebaran dampak
Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan
terkena dampak
Sifat kumulatif dampak
Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (ireversible)

Dampak Pembangunan Perumahan Ijen
Nirwana Bagi Lingkungan Sekitar
Lambau, sebuah hutan kota yang berada di jalan Ikhwan Ridwan Rais
atau lebih dikenal dengan Tanjung. Selain sebagai hutan kota, dahulu di
Lambau juga terdapat lapangan tembak, perkebunan, persawahan, lapangan
sepakbola dan berfungsi sebagai ruang terbuka hijau dan daerah resapan air.
Selain itu di tempat ini pernah ada SPMA (Sekolah Penyuluh Pertanian) yang
sekarang telah berganti nama menjadi STTP (Sekolah Tinggi Penyuluh
Pertanian) dan dipindah ke Jl. Dr. Cipto Bedali, Lawang.
Sejak dibeli oleh PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) melalui anak
usahanya PT Dutaperkasa Unggullestari, lahan tersebut dialih fungsikan
menjadi perumahan Ijen Nirwana Residence . Kawasan perumahan megah
untuk kalangan atas dengan range harga diatas 700 juta rupiah per unitnya.
Juga adanya ruislag dengan Pemkot Malang. Kini Status Lambau secara de
facto bukan lagi milik warga Malang raya sendiri. Area perumahan ini meskipun
belum selesai tergarap 100%, pengembangnya sendiri berupaya untuk
menyisakan sedikit ruang hijau untuk masyarakat sekitar.
Perda RTRW Kota Malang No 07 Tahun 2001
Disebutkan bahwa ruang terbuka hijau yang tidak boleh ada
bangunan di atasnya.
Jika dilihat dari Perda tersebut, sudah terlihat jelas jika pembangunan
perumahan tersebut melanggar peraturan. Tapi pemerintah daerah Malang
tetap memberi izin untuk pembangunan tersebut. Padahal fungsi RTH selain
sebagai resapan air juga untuk paru-paru kota. Idealnya di kota besar hal yang
harus di pahami bersama adalah mengenai adanya ruang terbuka hijau, yakni
kawasan atau area permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang
dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana
lingkungan/kota, pengamanan jaringan prasarana, dan budidaya pertanian.
Selain untuk meningkatkan kualitas atmosfer, menunjang kelestarian air dan
tanah.

Akibat dari kegiatan yang dilakukan terjadi kerusakan RTH, sehingga dapat dikualifikasikan sebagai
pelaku kejahatan lingkungan dan tata ruang. Peraturan perundang-undangan yang dilanggar terlihat sebagaimana
berikut:
Berdasar Perda Kota Malang No. 7 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang Tahun
2001-2011:
Pasal 20 ayat (5) huruf l, menyatakan: Lokasi-lokasi penting seperti kawasan Unibraw atau kawasan lain yang
memiliki lahan cukup luas dikembangkan konsep Ruang Terbuka Hijau yang ramah lingkungan, serta untuk
kawasan perkantoran dan perguruan tinggi, khusus untuk kawasan APP keberadaannya selain peruntukan
sebagai RTH yang ramah lingkungan juga diarahkan sebagai obyek wisata yang berorientasi pada pelestarian
alam yang ada, dan pendidikan
lingkungan.
Pasal 20 ayat (5) huruf m menyatakan: Ruang Terbuka Hijau yang ada sekarang keberadaannya tetap
dipertahankan dan dihindari peralihan fungsi maupun pemanfaatan selain RTH atau sejenisnya. Ketentuan
dalam Perda No. 7 Tahun 2001 tentang RTRW Kota Malang sangat jelas arah lahan APP sama sekali bukan
untuk kawasan terbangun pemukiman.
Perda Kota Malang No. 1 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Bangunan Pasal 2 (1) menyatakan: Pendirian
bangunan gedung harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam ketentuan tata ruang dan tata
bangunan dari lokasi yang bersangkutan.
UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung:
Pasal 10 (1) Persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) meliputi persyaratan peruntukan lokasi, kepadatan, ketinggian, dan jarak bebas bangunan gedung yang
ditetapkan untuk lokasi yang bersangkutan.
Pasal 11 (1) Persyaratan peruntukan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dilaksanakan
berdasarkan ketentuan tentang tata ruang.
UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Pasal 37 ayat (7) menyatakan: Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan
ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Pasal 73 menyatakan: (1) Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai
dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (7), dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (2) Selain sanksi
pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian
secara tidak dengan hormat dari jabatannya.
Pengertian Pembangunan Berkelanjutan
Menurut Brundtland Report dari PBB (1987) dalam
Wikipedia, pembangunan berkelanjutan adalah proses
pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang
berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa
depan. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk
mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana
memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan
kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.

Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan (Emil Salim,1990 dalam Askar Jaya (2004)) bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia.
Pembangunan yang berkelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan
pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa mendatang.
Sutamihardja dalam Askar Jaya (2004), menyatakan sasaran pembangunan berkelanjutan
mencakup pada upaya untuk mewujudkan terjadinya:
Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi (intergenaration equity) yang berarti
bahwa pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan pertumbuhan perlu memperhatikan
batas-batas yang wajar dalam kendali ekosistem atau sistem lingkungan serta diarahkan pada
sumberdaya alam yang replaceable dan menekankan serendah mungkin eksploitasi sumber daya
alam yang unreplaceable.
Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup
yang ada dan pencegahan terjadi gangguan ekosistem dalam rangka menjamin kualitas kehidupan
yang tetap baik bagi generasi yang akan datang.
Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk kepentingan mengejar
pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan pemanfaatan sumberdaya alam yang
berkelanjutan antar generasi.
Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan baik masa kini maupun
masa yang mendatang (inter temporal).
Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang ataupun lestari antar generasi.
Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai dengan habitatnya.

Indikator Kriteria Pembangunan
Berkelanjutan
Keberlanjutan Ekologis
Keberlanjutan ekologis akan menjamin keberlanjutan ekosistem bumi. Untuk menjamin
keberlanjutan ekologis harus diupayakan hal-hal sebagai berikut:
Memelihara integritas tatanan lingkungan
Daya dukung, daya asimilatif dan keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya terpulihkan harus
diperhatikan untuk memelihara integritas tatanan lingkungan
Memelihara keanekaragaman hayati pada keanekaragaman kehidupan yang menentukan
keberlanjutan proses ekologis.

Keberlanjutan Ekonomi
Keberlanjutan ekonomi makro menjamin kemajuan ekonomi secara berkelanjutan dan
mendorong efisiensi ekonomi melalui reformasi struktural dan nasional. Tiga elemen utama untuk
keberlanjutan ekonomi makro yaitu efisiensi ekonomi, kesejahteraan ekonomi yang
berkesinambungan, dan meningkatkan pemerataan dan distribusi kemakmuran.

Keberlanjutan Ekonomi Sektoral
Untuk mencapai keberlanjutan ekonomi sektoral, berbagai kasus dilakukan terhadap
kegiatan ekonomi. Pertama, sumberdaya alam yang nilai ekonominya dapat dihitung harus
diperlakukan sebagai kapital yang tangibble dalam kerangka akunting ekonomi, kedua, secara prinsip
harga sumberdaya alam harus merefleksi biaya ekstaksi, ditambah biaya lingkungan dan biaya
pemanfaatannya.

Keberlanjutan Sosial Budaya
Keberlanjutan sosial dan budaya mempunyai empat sasaran yaitu:
Stabilitas penduduk yang pelaksanaannya mensyaratkan komitmen politik yang kuat,
kesadaran dan partisipasi masyarakat, memperkuat peranan dan status wanita,
meningkatkan kualitas, efektivitas dan lingkungan keluarga.
Memenuhi kebutuhan dasar manusia, dengan memerangi kemiskinan dan mengurangi
kemiskinan absolut. Keberlanjutan pembangunan tidak mungkin tercapai bila terjadi
kesenjangan pada distribusi kemakmuran atau adanya kelas sosial. Halangan
terhadap keberlajutan sosial harus dihilangkan dengan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia. Kelas sosial yang dihilangkan dimungkinkannya untuk mendapat akses
pendidikan yang merata, pemerataan pemulihan lahan dan peningkatan peran wanita.
Mempertahankan keanekaragaman budaya, dengan mengakui dan menghargai
sistem sosial dan kebudayaan seluruh bangsa, dan dengan memahami dan
menggunakan pengetahuan tradisional demi manfaat masyarakat dan pembangunan
ekonomi.
Mendorong pertisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan. Beberapa
persyaratan dibawah ini penting untuk keberlanjutan sosial yaitu : prioritas harus
diberikan pada pengeluaran sosial dan program diarahkan untuk manfaat bersama,
investasi pada perkembangan sumberdaya misalnya meningkatkan status wanita,
akses pendidikan dan kesehatan, kemajuan ekonomi harus berkelanjutan melalui
investasi dan perubahan teknologi dan harus selaras dengan distribusi aset produksi
yang adil dan efektif, kesenjangan antar regional dan desa, kota, perlu dihindari melalui
keputusan lokal tentang prioritas dan alokasi sumber daya.

Keberlanjutan Politik
Keberlanjutan politik diarahkan pada respek pada human right,
kebebasan individu dan sosial untuk berpartisipasi dibidang ekonomi, sosial
dan politik, demokrasi yang dilaksanakan perlu memperhatikan proses
demokrasi yang transparan dan bertanggungjawab, kepastian kesedian
pangan, air, dan pemukiman.

Keberlanjutan Pertahanan dan Keamanan
Keberlanjutan keamanan seperti menghadapi dan mengatasi
tantangan, ancaman dan gangguan baik dari dalam dan luar yang langsung
dan tidak langsung yang dapat membahayakan integritas, identitas,
kelangsungan negara dan bangsa perlu diperhatikan.

Kesimpulan
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis,
masyarakat, dsb) yang berprinsip memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan
pemenuhan kebutuhan generasi masa depan.Pembangunan berkelanjutan mencakup
tiga aspek, yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan
lingkungan. Ketiga aspek tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena ketiganya
menimbulkan hubungan sebab-akibat. Aspek yang satu akan mengakibatkan aspek yang
lainnya terpengaruh. Sedangkan indikator pembangunan berkelanjutan tidak akan
terlepas dari beberapa aspek, yaitu aspek ekonomi, ekologi/lingkungan, sosial, politik,
dan budaya serta pertahanan dan keamanan.
Berdasarkan pembahasan diatas mengenai pembangunan Perumahan Ijen
Nirwana diatas RTH Hutan Lambau sudah terbukti melanggar Perda Kota Malang No. 7
Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang, Perda Kota
Malang No. 1 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Bangunan Pasal 2, UU No. 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, dan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Namun, meskipun melanggar peraturan yang telah disebutkan diatas, izin dari
pemerintah tetap saja turun. Pembangunan perumahan mewah diatas lahan RTH ini
tidak serta merta membawa dampak positif di dalamnya karena pembangunan ini
sifatnya komersil dan diperuntukkan untuk kalangan atas. Justru dampak negatif untuk
masyarakat sekitar dan untuk lingkungan menjadi semakin besar karena adanya
pengalihfungsian lahan hijau ke perumahan mewah.

Rekomendasi
Berdasarkan permasalahan diatas, rekomendasi yang bisa kami berikan adalah:
Pengalih fungsian lahan sudah seharusnya dilakukan dengan bijaksana dan mempertimbangkan
dampak-dampak yang mungkin saja bisa muncul di kemudian hari. Dengan ini pemerintah
diharapkan tidak hanya melihat dari segi ekonomi saja, namun juga melihat dari segi kehidupan
masyarakat di sekitarnya.
Dengan sudah beralihnya fungsi lahan ini, maka yang bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan
perumahan tidak hanya sebagai hunian yang berkelas, namun juga sebagai area untuk
meminimalisir terjadinya dampak-dampak negatif lingkungan seperti membuat taman di area
perumahan atau menanam pohon-pohon di sekitar area perumahan guna menambah hijau dan
asrinya lingkungan serta memperhatikan drainase yang dibangun di sekitar pemukiman.
Dimana contoh dari pembangunan berkelanjutan dan pembangunan berwawasan lingkunagn
adalah dengan cara menyisakan sebagian lahan perumahan tidak sepenuhnya digunakan sebagai
tempat hunian, melainkan dibangun pusat-pusat ekonomi yang memperhatikan lingkungan,
misalnya saja dengan membangun taman-taman yang ditanami buah atau sayuran yang nantinya
tetap bisa menjadikan lahan perkonomian bagi masyarakat dan baik bagi lingkungan. Ini
berpedoman pada pengertian pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi
kebutuhan kita sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Juga mengacu pada pembangunan yang berwawasan lingkungan
yakni upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana
dalam pembangunan yang terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup.
Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber
daya alam secara bijaksana merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup.






MATUR NUWUN

Anda mungkin juga menyukai