..
( PPIC )
..
PRUTTT
PRETTT
JUMLAH PRODUKSI
NORMAL (UNIT)
JUMLAH PRODUKSI
OVERTIME (UNIT)
WIP 2
PENGAMBILAN OVERTIME PER PERIODE
RENCANA OVER TIME MENIT
BANGKALAN,
GAMBAR 21 : FORMULIR KEPUTUSAN PESERTA
Form Tender
1. Dibuat oleh PPIC kepada Juri.
2. Merupakan formulir yang disediakan oleh Juri.
3. Berisi keputusan ikut atau tidaknya tim dalam tender yang dibuka, beserta dengan harga
yang ditawarkan tim kepada tender jika tim memutuskan untuk ikut dalam tender.
NAMA TIM :
PERIODE : HARGA SATUAN ,
JUMLAH : PER PERIODE
VARIAN
FORM TENDER YES / NO
BANGKALAN,
( PPIC )
GAMBAR 22 : FORM TENDER
Kontrak Persetujuan Tender
1. Dibuat oleh Konsumen kepada Sales.
2. Merupakan formulir yang disediakan oleh Juri (Konsumen) bagi tim yang berhasil
memenangkan tender sebagai kontrak persetujuan tim untuk memenuhi permintaan
tambahan dari tender yang dimenangkannya.
NAMA TIM :
JUMLAH :
VARIAN :
PERIODE :
HARGA :
KONTRAK PERSETUJUAN TENDER
BERSEDIA UNTUK MEMENUHI PERMINTAAN TAMBAHAN YANG DILAKUKAN MELALUI TENDER DENGAN DETAIL :
KONSUMEN
( . )
MARKETING
( )
GAMBAR 23 : KONTRAK PERSETUJUAN TENDER
PROSEDUR PERMAINAN
KEADAAN AWAL SISTEM
Dalam Permaianan ini, keadaan awal sistem dari pabrik Mainan Motor Kayuadalah sebagai berikut:
1. Permainan dilakukan untuk 5 periode.
2. Masing-masing WS (Workstation) memiliki deskripsi kerja seperti yang telah dijelaskan dan hal itu
berlaku seragam untuk semua tim.
3. Tidak ada WIP (inventory work-in-process) pada periode pertama.
4. Permintaan yang terjadi mengikuti pola distribusi tertentu.
5. Terdapat 2 jenis produk: Mainan Motor Kayu PRUTTT, dan Mainan Motor Kayu PRETTT.
6. Persediaan bahan baku yang terdapat di GBB dan barang jadi di GBJ pada periode 0 dapat dilihat
pada LAMPIRAN.
LANGKAH PERMAINAN
1. Dalam permainan, satu perusahaan terdiri dari 7 divisi (PPIC, Supplier, GBB, GBJ, WS, Purchasing,
Sales) dengan minimal anggota 10 orang. Tim dengan jumlah anggota di atas batas minimal dapat
mengalokasikan orang tersebut ke divisi yang membutuhkan sesuai strategi masing-masing.
2. Sebelum permainan dimulai, persiapkan dokumen-dokumen (lihat LAMPIRAN) dan material yang
diperlukan saat permainan berlangsung.
3. Tim menyusun divisi yang ada sesuai dengan layout yang telah disepakati.
4. Kemudian, setiap tim mempersiapkan dan mengalokasikan material dan dokumen sesuai dengan
keadaan awal sistem yang telah dijelaskan pada Sub Bab sebelumnya.
5. Sebelum permainan dimulai, setiap tim wajib menampilkan sebuah yel-yel untuk menunjukkan
kekompakan dan semangat tim.
6. Permainan akan dimulai setelah aba-aba diberikan oleh Panitia.
7. FKP (Form Keputusan Peserta) yang berisikan rencana produksi, pemesanan bahan baku, dan
rencana lamanya waktu overtime dikumpulkan kepada Juri Pusat 1 menit sebelum jeda periode
berakhir.
8. Form Tender yang berisikan jumlah dan warna Mainan Motor Kayu tender serta penawaran harga
atas tender dikumpulkan pada saat jeda periode
9. Production Plan dibuat berdasarkan forecast data permintaan masa lalu. Dalam hal ini, forecast
hanya berperan sebagai referensi.
10. Selanjutnya, permainan dilakukan sesuai dengan aliran dokumen dan material seperti pada Gambar 3.
Permainan dimainkan selama 5 periode, di mana satu periode berlangsung selama 30 menit (waktu
produksi normal) ditambah dengan waktu overtime.
11. Overtime dapat dilakukan setelah waktu produksi normal dengan lama waktu overtime selama 1 atau
2 menit. Tim yang memutuskan mengambil overtime akan melaksanakan overtime sesuai dengan
waktu yang direncanakan dalam FKP. Sedangkan tim yang tidak mengambil overtime tetap tidak
diperbolehkan melakukan komunikasi dalam bentuk apapun sampai tim yang melaksanakan
overtime selesai.
12. Pada setiap akhir periode, permintaan periode tersebut akan dibacakan oleh Panitia. Sales dan GBJ
melakukan tugasnya masing-masing menyangkut pemenuhan permintaan itu.
13. Sesudahnya, PPIC menerima Inventory Status Report dari GBB dan GBJ, serta WS Report dari
ke-X WS.
14. Setelah itu, terdapat jeda periode yang berlangsung selama 10 menit. Pada jeda periode, akan ada
kegiatan di antaranya menghitung dan memeriksa persediaan inventory di GBB dan GBJ serta WS,
menandatangani dokumen dari Juri masing-masing divisi, dan membongkar Mainan Motor Kayu
sebagai persiapan untuk permainan pada periode selanjutnya.
15. Sementara itu, pada jeda periode tersebut, PPIC melakukan pengisian FKP dan Form Tender (jika
Panitia memberitakan tentang dibukanya kesempatan tender).
16. Tim dapat mengambil tender pengadaan barang dan menentukan harga jual Mainan Motor Kayu
yang ditenderkan. Pemenang tender adalah tim dengan penawaran harga jual Mainan Motor Kayu
termurah. Jika tim pemenang tender tidak dapat memenuhi Mainan Motor Kayu sesuai tender, maka
Mainan Motor Kayu tersebut tidak dapat dijual dalam tender.
17. PPIC melakukan perencanaan untuk periode berikutnya dengan mengevaluasi rencana produksi yang
telah dibuat sebelumnya.
18. Setelah jeda periode berakhir, periode berikutnya bisa dimulai.
19. Tim pemenang adalah tim dengan total keuntungan akumulasi 5 periode terbesar.
PURCHASING
SUPPLIER
GUDANG BAHAN
BAKU
PPIC
GUDANG BARANG
JADI
WORKSTATION
1
WORKSTATION 2
WORKSTATION
3
MARKETING
KONSUMEN
ACCOUNTING
7
FORM ORDER
8
ORDER
RECEIPT
8
ORDER RECEIPT
4
FORM PERMINTAAN MATERIAL
5
PURCHASE
ORDER
6
DELIVERY
SLIP
1
2 JOB ORDER UNTUK GBB
3 3 3
JOB ORDER
UNTUK WS
JOB ORDER
UNTUK WS
6a
6b
6c
6d
6e
9
DELIVERY SLIP
10
10
INVENTORY
STATUS
INVENTORY
STATUS
11
11
11
WS REPORT WS REPORT
6X
INVOICES
INVOICES
6X
ALIRAN DOKUMEN
ALIRAN MATERIAL
9a
GAMBAR 1 : KONDISI AWAL
KETERANGAN :
1. PRODUCTION PLAN, BOM, MPS, MRP
2. JOB ORDER GUDANG BAHAN BAKU
3. JOB ORDER WORKSTATION
4. FORM PERMINTAAN MATERIAL KE PURCHASING
5. PURCHASE ORDER KE SUPPLIER
6. DELIVERY SLIP DARI SUPPLIER
a. MATERIAL DARI SUPPLIER KE GBB
b. MATERIAL DARI GBB KE MASING-MASING WS
c. WIP 1 DARI WS1 KE WS2
d. WIP 2 DARI WS2 KE WS3
e. BARANG JADI DARI WS3 KE GUDANG BARANG JADI
X. INVOICES
7. ORDER DARI KONSUMEN
8. ORDER RECIEPT DARI MARKETING KE GUDANG BAHAN JADI DAN PPIC
9. DELIVERY SLIP KE MARKETING DAN KONSUMEN
9a. BARANG JADI GBJ KE KONSUMEN
10. INVENTORY STATUS REPORT DARI GBB DAN GUDANG BAHAN JADI
11. WS REPORT MASING-MASING WS KE PPIC
PRODUCTION PLANNING INVENTORY CONTROL
PLANNING :
BOM
OPC
MRP
ROUTE SHEET
BLUEPRINTS
SPECIFICATION
FLOW MATERIAL
MATERIAL RELEASES
MATERIAL
CONTROL
SCHEDULING
&
DISPATCHING
MATERIAL
STATUS
REPORT
ALIRAN MATERIAL DAN DOKUMEN PADA DIVISI PRODUKSI
1. PPIC mengisi rencana produksi dalam Production Plan dan MPS [1] untuk satu periode dengan
hasil forecast sebagai referensi. Lalu menyusun rencana kebutuhan material (MRP) sesuai dengan
BOM [1].
2. PPIC mengisi Job Order untuk Gudang Bahan Baku (JO GBB) [2] sesuai dengan rencana produksi.
JO GBB merupakan informasi yang berisi berapa unit bahan baku yang harus dikirimkan oleh GBB
ke masing-masing WS.
3. Gudang bahan baku mengirimkan bahan baku ke setiap WS sesuai JO GBB [6b].
4. PPIC mengirimkan Job Order untuk setiap workstation (JO WS) [3] yang berisikan jumlah unit yang
harus diproduksi oleh masing-masing workstation.
5. Jika part tersedia pada workstation, operator setiap workstation dapat mulai memproduksi produk
masing-masing setelah memperoleh dan menandatangani JO WS dari PPIC. Setelah selesai
dikerjakan, workstation yang satu akan mengirimkan WIP hasil produksinya ke workstation
berikutnya [6c, 6d]
6. Workstation terakhir (WS X) akan menghasilkan barang jadi berupa Mainan Motor Kayu utuh yang
kemudian akan dikirim dan disimpan di Gudang Barang Jadi (GBJ) [6e].
7. Setelah periode berakhir, konsumen akan memesan sejumlah barang dengan mengirimkan Form
Order [7] ke divisi Sales. Dalam hal ini, permintaan akan dibacakan oleh Panitia.
8. Divisi Sales akan membuat Form Order Receipt kepada GBJ dan PPIC [8] yang pertama-tama akan
dikirimkan ke GBJ untuk mengambil sejumlah barang sesuai pesanan dan kemudian kepada PPIC
sebagai input pertimbangan produksi periode berikutnya.
9. Selanjutnya, produk dikirim [9a] oleh GBJ ke konsumen sesuai dengan Form Order Receipt
(permintaan pada periode tersebut). Bersamaan dengan pengiriman produk tersebut, GBJ juga
mengirimkan Form Delivery Slip [9] yang berisi keterangan jumlah barang yang diminta konsumen
(dua rangkap, untuk Konsumen dan Sales).
10. Setiap akhir periode, GBB dan GBJ mengisi Inventory Status Report dan WS mengisi WS Report
[10]. Ketiga laporan persediaan tersebut diberikan ke PPIC di akhir periode sebagai bahan
pertimbangan penyusunan PP, MPS, MRP dan FPM untuk periode berikutnya.
ALIRAN MATERIAL DAN DOKUMEN PADA DIVISI PURCHASING
1. PPIC menyusun MRP sesuai dengan rencana produksi [1].
2. Berdasarkan MRP tersebut, PPIC membuat Form Permintaan Material (FPM) [4] dengan
mempertimbangkan jumlah bahan baku yang diinginkan pada periode berikutnya. Dengan
pertimbangan itu, PPIC juga harus mengambil keputusan mengenai Supplier mana yang akan dipakai
untuk memenuhi kebutuhan masing-masing kelompok part. Selanjutnya, FPM dikirim ke divisi
Purchasing [4].
3. Selanjutnya, divisi Purchasing menggunakan FPM sebagai dasar dalam mengisi Purchase Order (PO)
bagi masing-masing Supplier [5]. Kemudian, PO diberikan ke masing-masing Supplier.
4. Setelah menerima PO, Supplier akan mengirimkan bahan baku part ke GBB sesuai dengan PO dan
lead time masing-masing yang akan diserukan aba-abanya oleh Panitia [6a].
5. Selanjutnya, Supplier akan mengisi Delivery Slip [6] (rangkap dua, untuk Supplier dan GBB) yang
ditandatangani oleh GBB dan Supplier sebagai bukti bahwa part sesuai PO telah diterima oleh GBB.
SISTEM OPERASIONAL TENDER PENGADAAN BARANG
1. Penawaran tender akan dibuka pada saat awal jeda periode.
Setelah periode produksi berakhir, panitia akan membacakan permintaan untuk periode yang baru
saja diakhiri tersebut. Setelah itu, jeda periode akan dimulai.
Jika kesempatan tender dibuka, maka pada awal jeda tersebut, Panitia akan membacakan
penawaran tender. Informasi yang disampaikan oleh Panitia mencakup warna dan jumlah
MAINAN MOTOR KAYUyang perlu dipenuhi, serta jangka waktu periode berlakunya tender
yang ditawarkan.
2. Pengambilan keputusan tender
Setiap tim wajib mengisi Form Tender (baik tim yang mengambil tender maupun yang tidak
mengambil) dan menyerahkannya kepada Koordinator Juri tim masing-masing pada menit ke-3
jeda periode.
3. Pelaksanaan produksi tender oleh tim yang dinyatakan memenangkan tender.
Tim pemenang tender akan dibacakan oleh Panitia selambat-lambatnya pada menit ke-5 jeda
periode.
Tim pemenang tender langsung memproduksi Mainan Motor Kayu untuk tender pada periode
yang akan berjalan.
PERATURAN
1. PERATURAN PERMAINAN
1. Permainan Game ini dijalankan dalam 5 periode di mana setiap periode berlangsung selama 30 menit
dengan jeda periode selama 10 menit yang dapat dimanfaatkan untuk me-reschedule keputusan dan
membongkar Mainan Motor Kayu.
2. Ada 2 jenis produk Mainan Motor Kayu yang digunakan, yaitu: Mainan Motor Kayu PRUTTT, dan
PRETTT.
3. Kapasitas produksi Mainan Motor Kayu maksimal yang diperbolehkan untuk setiap periode normal
adalah sebesar 30 produk Mainan Motor Kayu.
4. Kapasitas maksimal Gudang Bahan Baku (GBB) untuk inventory masing-masing bahan baku adalah
sebesar 40 unit dan 80 unit khusus untuk baterai.
5. Apabila total inventory yang terdapat di GBB melebihi kapasitas maksimal, maka akan dikenakan
biaya Sewa GBB Tambahan yang menggunakan sistem lot, yaitu sebesar $25 per lot (biaya ini di
luar biaya inventory normal/Carrying Cost). Dalam hal ini, 1 lot terdiri atas 5 part bahan baku yang
dapat ditampung (untuk jenis part yang sama).
6. Kapasitas maksimal Gudang Barang Jadi (GBJ) untuk inventory produk Mainan Motor Kayu adalah
sebesar 12 unit.
7. Apabila total inventory yang terdapat di GBJ melebihi kapasitas maksimal, maka akan dikenakan
biaya Sewa GBJ Tambahan yang dihitung per Mainan Motor Kayu sebesar $12.25 per unit Mainan
Motor Kayu.
8. Quantity Discount berlaku untuk pembelian part bahan baku di atas 90 unit untuk part Kelompok 1
dan di atas 45 unit untuk kelompok part lainnya.
9. Selama permainan berlangsung, para peserta tidak diperkenankan untuk melakukan komunikasi antar
divisi/departemen dalam bentuk suara maupun gerakan apapun yang dianggap mencurigakan.
10. Komunikasi yang terjadi dalam permainan ini hanya dilakukan melalui dokumen/form yang telah
ditentukan.
11. Selama jeda periode berlangsung, semua divisi/departemen diperkenankan untuk melakukan
komunikasi.
12. Setiap PPIC mengisi Form Keputusan Peserta (FKP) pada waktu jeda periode 10 menit setiap
periodenya. Pengisian FKP menyangkut:
Forecast permintaan untuk masing-masing varian produk
Detail pembelian untuk setiap part bahan baku
Perintah produksi
Rencana pengambilan overtime
Untuk lebih jelasnya lihat di contoh form FKP pada LAMPIRAN.
13. Setiap PPIC harus menyerahkan FKP maksimal pada menit ke-10 waktu jeda periode. Jika tidak
dilakukan sesuai peraturan, maka tim akan mendapatkan penalti.
14. Dalam permainan ini, terdapat skenario yang akan diberikan langsung oleh para juri tanpa
sepengetahuan tim peserta ketika periode produksi berlangsung. Skenario ini menyangkut:
Keterlambatan Supplier
Breakdown Workstation (WS berhenti berproduksi)
15. Setiap operator Workstation diperbolehkan memulai pekerjaannya setelah menandatangani Job Order
WS masing-masing dan akan dikenakan penalti jika dilanggar.
16. Backorder yang terjadi pada periode sebelumnya harus dapat dipenuhi pada periode berikutnya,
kecuali backorder tender.
17. Kalkulasi Biaya Total.
18. Kalkulasi Keuntungan
19. Simpangan Lead Time merupakan percepatan ataupun keterlambatan dari waktu normal
pengiriman bahan baku dari vendor ke pabrik.
20. Selama permainan berlangsung, tidak diperlihatkan secara visual aliran dana yang terjadi.
21. Jika terdapat kesalahan dalam perakitan Mainan Motor Kayu (dalam hal ini ada part yang tidak
terpasang) maka hasil rakitan akan diambil oleh juri dan dikembalikan ke GBB, serta dikenakan
biaya penalti Kesalahan Perakitan.
22. Penalti akan diberikan apabila terjadi kesalahan-kesalahan selama permainan berlangsung.
23. Pada setiap akhir periode, total inventory dari semua WS hanya diperbolehkan maksimal 5 unit per
kelompok komponen penyusun Mainan Motor Kayu (dapat berupa part ataupun WIP dari proses
sebelumnya) dan maksimal 10 unit untuk baterai.
24. Komponen yang berlebih (pada semua WS) akan dikembalikan ke GBB.
25. Kelebihan komponen di WS 3 yang berupa part body akan diambil berdasarkan urutan berikut :
hitam putih biru.
26. Jika pada akhir periode di WS terdapat kelebihan komponen WIP dan part (mengacu pada poin 23),
maka yang diambil terlebih dahulu adalah komponen WIP.
27. Pada saat jeda permainan, GBB diperkenankan untuk mempersiapkan part-part yang akan diantarkan
kepada tiap WS pada periode selanjutnya. Dalam hal ini, PPIC boleh memberitahukan jumlah part
yang harus diantarkan untuk periode selanjutnya.
28. Purchasing diperbolehkan menyalin Formulir Permintaan Material (FPM) pada waktu jeda periode,
namun pada pelaksanaannya Purchasing harus tetap menerima FPM dari PPIC dan mengantarkan
Purchase Order (PO) ke Supplier
2. PERATURAN OVERTIME
1. Overtime merupakan keputusan tiap kelompok untuk melakukan produksi di luar waktu produksi
normal yang diberikan.
2. Keputusan untuk melakukan overtime dilakukan pada saat awal periode dan diserahkan bersamaan
dengan pengumpulan FKP.
3. Durasi overtime yang dapat dipilih adalah 1 menit atau 2 menit.
4. Kapasitas produksi Mainan Motor Kayu selama overtime dibatasi maksimal 4 Mainan Motor Kayu
per menit.
5. Ketika overtime berlangsung, kelompok yang memutuskan untuk melakukan overtime dan yang tidak
melakukan overtime tetap tidak diperkenankan untuk melakukan komunikasi antar divisi/departemen
dalam bentuk apa pun.
6. Biaya yang dikeluarkan untuk overtime menyangkut biaya buruh langsung yang terdiri atas biaya
tetap dan biaya variabel seperti dapat dilihat pada LAMPIRAN.
3. PENJELASAN PENALTI
Pada Game ini, jika peserta melakukan pelanggaran terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan, maka
peserta tersebut akan mendapatkan penalti berupa pengurangan poin dari yang telah didapat.
TABEL 7 JENIS PENALTI
NILAI
PINALTI
1 Kesalahan Perakitan 150
2 Perbedaan Penulisan Jumlah Part pada FPM dan PO 50
3 Produksi Melebihi JO 10
4 Produksi Melebihi Kapasitas Produksi 300
5 Perbedaan Penulisan Antara Order dan Order Receipt 15
6 Jumlah Part yang Diantar GBB Melebihi JO 225
7 Kedatangan Supplier Tidak Sesuai Lead Time 200
8 Pengantaran Part Dari Supplier ke GBB Tidak Disertai Delivery Slip 10
9 Pengantaran Barang Jadi dari GBJ ke Konsumen Tidak Disertai Delivery Slip 10
10 Suatu Divisi Melakukan Job Desc Divisi Lain 15
11 Perbedaan Pengiriman Aktual dengan Purchase Order 25
12 WS Merakit Sebelum Menandatangani JO 10
13 Keterlambatan Penyerahan FKP kepada Juri Pusat 150
14 Non Teknis 3500
PINALTI NO
1. Kesalahan Perakitan
Deskripsi
Penalti ini diberikan ketika WS salah melakukan perakitan pada part WS tersebut atau part tidak
terpasang sempurna, dan sudah masuk ke daerah kerja WS selanjutnya atau ke GBJ untuk WS 3.
Besar Penalti
(dihitung per kejadian)
Contoh Kasus
WS 1 tidak memasang knalpot dengan benar sehingga saat di WS 2, knalpot tersebut terlepas dari
body. Maka tim tersebut akan dikenakan 1 kali penalti Kesalahan Perakitan.
2. Perbedaan Penulisan Jumlah Part pada FPM dan PO
Deskripsi
Sudah jelas
Besar Penalti
(dihitung per kejadian)
Contoh Kasus
Sudah jelas
3. Produksi Melebihi JO
Deskripsi
Penalti ini diberikan jika WS 1,2, maupun 3 melakukan produksi MAINAN MOTOR
KAYUmelebihi jumlah produksi yang tertera pada JO WS. Perhitungan jumlah produksi dilakukan
pada akhir periode tersebut.
Besar Penalti
(dihitung per part)
Contoh Kasus
WS 1 memproduksi WIP 1 melebihi JO yang diberikan, maka tim tersebut akan dikenakan penalti
sebesar jumlah part WS 1 x besar penalti.
4. Produksi Melebihi Kapasitas Produksi
Deskripsi
Penalti ini diberikan jika suatu tim melakukan produksi MAINAN MOTOR KAYUmelebihi
kapasitas produksi yang telah ditentukan
Besar Penalti
(dihitung jumlah produksi MAINAN MOTOR KAYUyang melebihi kapasitas)
Contoh Kasus
Suatu tim memproduksi 2 MAINAN MOTOR KAYUmelebihi kapasitas produksi maksimal, maka
tim tersebut mendapatkan penalti sebanyak 2 kali penalti Produksi Melebihi Kapasitas Produksi
5. Perbedaan Penulisan Antara Order dan Order Receipt
Deskripsi
Sudah jelas
Besar Penalti
(dihitung per kejadian)
Contoh Kasus
Sudah jelas
6. Jumlah Part yang Diantar GBB Melebihi JO
Deskripsi
Penalti ini diberikan jika GBB melakukan pengiriman part melebihi JO GBB. Perhitungan dilakukan
setelah periode tersebut berakhir.
Besar Penalti
(dihitung per part berlebih yang dikirimkan ke WS)
Contoh Kasus
GBB mengirimkan 9 part (2 roda, 1 knalpot, 3 lampu, 1 body, dan 2 kempol) melebihi jumlah part
yang tertera di JO, maka tim tersebut mendapatkan 9 kali penalti Jumlah Part yang Diantar GBB
Melebihi JO.
7. Kedatangan Supplier Tidak Sesuai Lead Time
Deskripsi
Penalti ini diberikan ketika Supplier mengirimkan barang tidak sesuai Lead Time yang telah
ditentukan, baik terlalu cepat ataupun terlambat melakukan pengiriman.
Besar Penalti
(dihitung per kejadian)
Contoh Kasus
Supplier pada suatu tim mengalami 2 kali keterlambatan pengiriman barang dan 1 kali terlalu cepat
dibandingkan jadwal yang seharusnya, maka tim itu mendapatkan 3 kali penalti Kedatangan
Supplier Tidak Sesuai Lead Time.
8. Pengantaran Part Dari Supplier ke GBB Tidak Disertai Delivery Slip
Deskripsi
Sudah jelas.
Besar Penalti
(dihitung per kejadian)
Contoh Kasus
Sudah jelas
9. Pengantaran Barang Jadi dari GBJ ke Konsumen Tidak Disertai Delivery Slip
Deskripsi
Sudah jelas.
Besar Penalti
(dihitung per kejadian)
Contoh Kasus
Sudah jelas
10. Suatu Divisi Melakukan Job Desc Divisi Lain
Deskripsi
Sudah jelas.
Besar Penalti
(dihitung per kejadian)
Contoh Kasus
Sales mengantarkan form inventory status finished good ke PPIC sebanyak 3 kali. Pekerjaan ini
seharusnya dilakukan oleh GBJ sehingga tim mendapat 3 kali penalti Suatu Divisi Melakukan Job
Desc Divisi Lain.
11. Perbedaan Pengiriman Aktual dengan Purchase Order
Deskripsi
Penalti ini diberikan jika jumlah part yang dikirim oleh Supplier tidak sesuai dengan Purchase Order,
baik kelebihan ataupun kekurangan part. Perhitungan part dilakukan berdasarkan inventory GBB
pada akhir periode.
Besar Penalti
(dihitung per part)
Contoh Kasus
Sudah jelas
12. WS Merakit Sebelum Menandatangani JO
Deskripsi
Sudah jelas
Besar Penalti
(dihitung per kejadian)
Contoh Kasus
Sudah jelas
13. Keterlambatan Penyerahan FKP kepada Juri Pusat
Deskripsi
FKP yang dibuat oleh PPIC harus diserahkan kepada Juri Pusat melalui Koordinator Juri masing-masing tim
maksimal pada menit ke-10 waktu jeda periode. Lewat dari 10 menit tersebut, maka tim akan dikenakan
penalti per menit keterlambatan
Besar Penalti
(dihitung per menit keterlambatan)
Contoh Kasus
FKP suatu tim sampai di tangan Juri Pusat pada menit ke-12 sejak jeda periode dimulai. Hal ini
berarti tim akan mendapat 2 kali penalti Keterlambatan Penyerahan FKP kepada Juri Pusat.
14. Non Teknis
Deskripsi
Penalti ini diberikan kepada tim yang melakukan pelanggaran di luar teknis permainan yang
dilakukan, berupa komunikasi yang dilakukan antar divisi untuk mendapatkan keuntungan.
Komunikasi yang dilakukan dapat berupa isyarat, gerakan tubuh yang mencurigakan, berbicara
ataupun bersuara untuk menandakan sesuatu.
Besar Penalti
(dihitung per kejadian)
Contoh Kasus
Sudah jelas
4. PERATURAN KHUSUS TENDER PENGADAAN BARANG
1. Setiap tim berhak untuk mengikuti tender.
2. Tim pemenang tender pada periode sebelumnya dapat kembali mengikuti tender pada periode
selanjutnya (keikutsertaan tim dalam tender tidak dibatasi pada satu tender saja).
3. Setiap tim berhak menentukan sendiri harga jual Mainan Motor Kayu yang diikutsertakan dalam
tender dengan mengikuti ketentuan Harga Eceran Tertinggi (HET) :
HET TENDER = 2 X HARGA NORMAL
4. Tidak ada harga minimal dalam penawaran Mainan Motor Kayu yang diikutsertakan dalam tender.
5. Pemenang tender merupakan kelompok dengan penawaran harga jual Mainan Motor Kayu terendah.
Jika ada lebih dari satu penawaran yang bernilai sama, maka penawaran tender dapat dilakukan ulang
antara tim-tim dengan penawaran bernilai sama tersebut.
6. Satu tender maksimal berlangsung untuk 3 periode secara berturut-turut.
7. Jumlah maksimal Mainan Motor Kayu untuk tender adalah 4 Mainan Motor Kayu bervarian sama
per periode.
8. Pemenuhan Mainan Motor Kayu untuk tender dilakukan setelah permintaan Mainan Motor Kayu
normal untuk semua warna pada periode bersangkutan telah dipenuhi.
9. Tender dikatakan terpenuhi apabila dapat mencukupi seluruh kebutuhan Mainan Motor Kayu tender
pada periode tersebut, misalkan: terdapat tender 2 Mainan Motor Kayu untuk 3 periode maka tender
tersebut dikatakan terpenuhi secara total apabila dapat memenuhi sebanyak tepat 2 Mainan Motor
Kayu tersebut pada setiap periodenya. Jika pada periode 1, pemenuhan tender kurang dari 2, maka
Mainan Motor Kayu yang ada tersebut tidak dapat dijual dalam tender (hangus) pada periode 1
tersebut dan tim akan mendapat penalti karena ketidakmampuan memenuhi Mainan Motor Kayu
tender. Untuk periode 2 dan 3, tim tetap harus memenuhi kewajiban tender sebanyak 2 Mainan Motor
Kayu per periode.
10. Biaya backlog untuk tender berbeda dengan biaya backlog normal (LAMPIRAN).