Anda di halaman 1dari 3

CHAIRUR RIZAL

C72213106

sejarah Kewirausahaan Islam
Dalam sejarahnya Nabi Muhammad, istrinya dan sebagian besar
sahabatnya adalah para pedagang dan entrepreur mancanegara yang
pawai. Beliau adalah praktisi ekonomi dan sosok tauladan bagi umat. Oleh
karena itu, sebenarnya tidaklah asing jika dikatakan bahwa mental
entrepreneurship inheren dengan jiwa umat Islam itu sendiri. Bukanlah
Islam adalah agama kaum pedagang, disebarkan ke seluruh dunia
setidaknya sampai abad ke -13 M, oleh para pedagang muslim.
Keberadaan Islam di Indonesia juga disebarkan oleh para pedagang.
Di samping menyebarkan ilmu agama, para pedagang ini juga
mewariskan keahlian berdagang khususnya kepada masyarakat pesisir.
Di wilayah Pantura, misalnya, sebagian besar masyarakatnya memiliki
basis keagamaan yang kuat, kegiatan mengaji dan berbisnis sudah
menjadi satu istilah yang sangat akrab dan menyatu sehingga muncul
istilah yang sangat terkenal jigang (ngaji dan dagang).
Sejarah juga mencatat sejumlah tokoh Islam terkenal yang juga
sebagai pengusaha tangguh, Abdul Ghani Aziz, Agus Dasaad, Djohan
Soetan, Perpatih, Jhohan Soelaiman, Haji Samanhudi, Haji Syamsuddin,
Niti Semito, dan Rahman Tamin.
Tesis bahwa Islam tidak mendorong kewirausahaan sudah lama
sekali diterima dikalangan terpelajar. Ini tidak dapat dilepaskan oleh bias
pemikiran para cendekiawan barat yang dominant pada era kini. Namun
tesis itu mendapat bantahan yang sangat cerdas dari cendekiawan
muslim Jamal al-Din al Afghani (1839-1897). Ia menjelaskan bahwa Islam
menempatkan kewirausahaan pada temnpat yang mulia dan
menganjurkan dan menghargai kerja keras, mengambil risiko yang
terukur, dan inovasi. Jamal al-Din al Afghani mengritik negara-negara
Islam era tersebut terbelakang karena telah meninggalkan spirit Islam dan
mengabaikan pesan entrepreneurialnya. Tesis Jamal al-Din al Afghani
akhirnya mendapat sambutan dari para cendekiawan muslim seangkatan
atau yang kemudian. Antara lain Sayyid Abul-Ala Mawdudi (1903 1979),
Sayyid Qutb (1906 1966), dan Muhammad Baqir Al-Sadr (1931 1980).
Bukti sejarah perdagangan saudagar-saudagar Arab yang
merambah Afrika, semenanjung Iberia, Tiongkok, India, dan Asia
Tenggara adalah suatu bukti bahwa Islam sangat mendukung
entrepreneurship. Islam telah meletakkan dasar dasar etika dan perilaku
terpuji dalam bisnis. Pada millennium ini kita menyaksikan betapa
Ekonomi Syariah telah mulai mengusik kapitalisme Barat yang rakus dan
kadang tidak mauniawi.

Pemikiran tentang entrepreneurship yang kita pelajari memang
sebagian besar bersal dari buku teks Barat. Sebenarnya sebelum sarjana
Barat membicarakan perihal kewirausahaan (Richard Cantillon 1755)
seorang terpelajar muslim Ibnu Khaldun (Abdul Rahman Mohamed
Khaldun) yang lahir 27 Mei 1332 telah membuat risalah tentang
kewirausahaan. Dia berpandangan bahwa entrepreneur adalah orang
yang menguasai pengetahuan dan menjadi motor penggerak
pembangunan karena usaha/bisnis yang dilakukannya. Ibnu Khaldun
dapat dikatakan sebagai Bapak ilmu Ekonomi, karena banyak teori
ekonominya yang jauh mendahului Adam Smith dan Ricardo. Artinya, ia
lebih dari tiga abad mendahului para pemikir Barat modern tersebut.

Di Indonesia umat Islam sudah mulai terlihat geliatnya dalam
kegiatan ekonomi. Agar mereka tidak terjebak ke dalam praktek-praktek
bisnis yang tidak terpuji mengikuti jejak rekan mereka di belahan dunia
Barat, mengembangkan kewirausahaan Islam adalah langkah yang
terpuji. Kewirausahaan Islam ini dilandasi oleh delapan pilar pemikiran
Kewirausahaan adalah bagian integral dari nilai-nilai Islam
Sesuai dengan kodrat Illahi wirausahawan muslim adalah khalifah yang
bertanggungjawab mengembangkan kesejahteraan dan melihat bisnis
sebagai bagian dari ibadah.
Motivasi Sukses atau Keberhasilan menurut Islam tidak hanya diukur
dari hasil akhir tetapi juga proses dan sarana yang digunakan untuk
mencapai keberhasilan. Ini menempatkan etika pada posisi yang tinggi
dalam usaha.
Ibadah bisnis atau usaha adalah bagian dari ibadah
Islam mendorong umatnya untuk melakukan kegiatan usaha. Seperti yang
diucapkan oleh Rasulullah Muhammad SAW bahwa 9 dari 10 rizki itu
dapat dicari dari usaha.
Sistem ekonomi Islam Kewirausahaan Islam harus mengikuti kaidah-
kaidah sistem ekonomi Islam. Kewirausahaan Islam merupakan wahana
untuk menuju diterimanya ekonomi Islam secara mendunia.
Al Quran dan Hadis adalah pedoman Kewirausahaan Islam
Etika Wirausahawan Muslim adalah bersumber dari keteladanan perilaku
bisnis Rasulullah Muhamad SAW.
Dalam pandangan Islam, sekularisasi bisnis akan mendorong
manusia menjadi serakah dan menindas sesamanya oleh karenanya Al-
Quran dan Hadis harus selalu menjadi panduan bagi kegiatan bisnis.

Untuk menjadi wirausahawan muslim seseorang harus menjadi Islam
dulu baru kemudian menjadi wirausaha karena didalamnya melekat
tanggung jawab untuk melakukan ibadah dan peran kekhalifahan.
Wirausaha Muslim dalam menjalankan usahanya semata-mata didorong
untuk mencari ridho Allah oleh karenanya yang dikejar bukan semata-
mata keuntungan tapi juga harus menjalankan fardhu kifayah.

Anda mungkin juga menyukai