Anda di halaman 1dari 11

Ghina Khoerunisa

240210120091

V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Titrasi pengendapan merupakan metode volumetri yang didasarkan atas
pembentukan endapan yang sukar larut karena pada cara ini digunakan larutan
standar AgNO
3
, maka disebut titrasi Argentometri. Metode ini digunakan untuk
penentuan halida (Cl
-
, Br
-
, I
-
), tiosinat (CNS
-
) dan sianida (CN
-
) (Sukarti, 2012).
Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi di mana hasil reaksi titrasinya
merupakan endapan atau garam yang sukar larut Prinsip dasarnya adalah reaksi
pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran.
Tidak ada pengotor yang mengganggu dan diperlukan indikator untuk melihat
titik akhir titrasi. Metode volumetri yang didasarkan atas pembentukan endapan
yang sukar larut juga dapat disebut titrasi pengendapan. (Khopkar, 2003).
Ada tiga macam titrasi pengendapan yaitu dengan cara Mohr, cara Volhard
dan cara Fajans, masing-masing dengan menggunakan indikator yang berbeda-
beda, semakin banyak mengendap biasanya reaksinya semakin bagus (Brady,
1999).
Praktikum kali ini membahas mengenai titrasi pengendapan dan penentuan
kadar NaCl pada sampel telur asin dan ikan asin. Praktikum ini menggunakan dua
metode yaitu Mohr dan Volhard.

5.1 Standardisasi AgNO
3
terhadap NaCl (Metode Mohr)
Metode Mohr digunakan untuk penentuan kadar klorida dengan titrasi
langsung, atau menentukan garam perak dengan titrasi kembali setelah
ditambahkan larutan baku NaCl berlebih dimana pH harus diatur agar tidak terlalu
asam maupun terlalu basa.
Prosedur yang dilakuan untuk melakukan standardisasi AgNO
3
ialah
dengan memasukkan 10 ml NaCl yang ditambah 15 ml aquades dan 10 tetes
K
2
CrO
4
5% yang kemudian dititrasi dengan AgNO
3
hingga merah keruh.
Penambahan aquades ialah sebagai pelarut, sedangkan sedangkan K
2
CrO
4

5% sebagai indiKator dalam titrasi K
2
CrO
4
memberikan warna yang spesifik
yaitu kuning pada larutan papaverin HCl. Setelah semua ion Cl
-
mengendap
dengan sempurna, kelebihan 1-2 tetes larutan AgNO
3
akan bereaksi dengan ion
Ghina Khoerunisa
240210120091

kromat membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah bata yang
menandakan titik akhir titrasi (Sukarti, 2012). Berikut merupakan persamaan
reaksi yang terjadi.
HCl + AgNO
3
AgCl putih + HNO
3

2AgNO
3
+ K
2
CrO
4
Ag
2
CrO
4
merah bata + 2KNO
3

Perubahan warna yang terjadi karena terbentuknya ikatan Ag
2
CrO
4
, saat
hampir mencapai titik ekuivalen yang berwarna merah coklat.
Metode Mohr dapat dilakukan dalam suasana netral atau suasana basa
lemah dengan pH (6 10). Apabila titrasi ini dilakukan pada suasana asam, maka
titik akhir titrasi tidak akan terlihat karena berkurangnya konsentrasi dari CrO
4
2-
.
Ion kromat adalah basa konjugasi dari asam kromat. Oleh sebab itu, jika titrasi
dilakukan dalam suasana pH asam maka ion kromat akan berubah menjadi ion
dikromat sehingga titik akhir akan sulit di amati. Bila konsentrasi ion CrO
4
2-
<
0,01 M maka titik akhir titrasi akan berlebih (melampaui titik ekivalensi). Apabila
dalam suasan asam, reaksi yang terjadi adalah :
2 H
+
+ 2 CrO
4
2-
2 HCrO
4
-
Cr
2
O
7
2-
+ H
2
O
Apabila titrasi dilakukan pada pH basa, maka endapan peroksida yang
berwarna kecoklatan akan terbentuk sehingga hal ini akan menghalangi
pengamatan titik akhir titrasi. Analit yang bersifat asam dapat dinetralkan dengan
penambahan MgO agar pH nya berada pada kisaran pH netral. Dalam suasana
basa akan terbentuk endapan peroksida.
2Ag
+
+ OH
-
2AgOH AgO
2

coklat
+ H
2
O
Hasil pengamatan dari praktikum ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Standardisasi AgNO
3
terhadap NaCl
Kelompok V AgNO
3
(ml) N AgNO
3

1 10,1 0,099
2 10,2 0,09804
3 10,5 0,095
4 10,5 0,095
5 10,6 0,094
6 10,6 0,094
7 10,5 0,095
8 10,6 0,094
9 10,2 0,09804
10 10 0,1
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013)
Ghina Khoerunisa
240210120091

Sebagai contoh perhitungan titrasi kelompok 4 sebagai berikut :
N NaCl







Berdasarkan hasil perhitungan diatas, rata-rata normalitas AgNO
3
yaitu
0,095 N. Normalitas AgNO
3
yang diinginkan adalah 0.1 N. Penyimpangan
perhitungan normalitas ini dapat dikarenakan beberapa hal, yaitu kurang tepatnya
pengukuran zat-zat yang digunakan dan perbedaan penilaian pada saat mengukur
volume yang terpakai.
Tabel hasil standardisasi di atas menunjukkan hasil yang berbeda dengan
hasil yang seharusnya didapat dari perhitungan. Hal tersebut disebabkan
ketidakpastian saat menentukan titik ekivalen titrasi. Titik ekuivalen terjadi ketika
terlihat endapan perak kromat sekilas, kemudian terurai kembali secara lambat
dan titrasi dihentikan saat terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah
bata yang mana perubahan warna ini menunjukkan terjadinya titik akhir titrasi.
Adapun reaksinya dapat dilihat sebagai berikut:

5.2 Penentuan Kadar NaCl dalam Sampel Ikan Asin (Cara Mohr)
Penentuan kadar NaCl ini dilakukan dengan menggunakan metode Mohr,
atau titrasi klorida dengan ion perak, dimana digunakan ion kromat sebagai
indikator (Underwood A.L ,1986).
Setelah didapat volume dari standardisasi AgNO
3
terhadap NaCl,
selanjutnya dilakukan titrasi untuk menentukan kadar NaCl pada sampel telur asin
dan ikan asin. Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini diawali
dengan penimbangan sampel sebesar 5 gram kemudian dihaluskan dan diencerkan
dalam beaker glass. Lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 25 ml dan ditambahkan
aquades hingga tanda batas. Penambahan akuades bertujuan sebagai pelarut
karena sebagian besar garam mudah larut dalam air. Selanjutnya dikocok untuk
mendapatkan larutan yang homogen, kemudian larutan ikan asin dan telur asin
tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring untuk mendapatkan filtratnya
Ghina Khoerunisa
240210120091

sebanyak 10 ml. Sebanyak10 ml filtrat tersebut ditambahkan indikator 10 tetes
K
2
CrO
4
0,5 % yang merupakan indikator yang bersifat inert terhadap klorida.
Oleh karena itu, pada saat titrasi dengan kelebihan Ag
+

dari AgNO
3
akan
berikatan dengan CrO
4
2-
membentuk endapan berwarna merah yang sebelumnya
Ag
+

telah berikatan dengan Cl
-

dari NaCl membentuk endapan putih. Hasil
pengamatan dari praktikum ini dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Penentuan Kadar NaCl
Kel Sampel
W Sampel
(g)
V AgNO
3

(ml)
W NaCl
(10
-3
g)
ppm (10
3
)
1 Telur Asin 1,256 1,4 20,27025 16,13875
2 Ikan Asin 1,2503 16,5 236,475 189,135
3 Telur Asin 1,2477 1,3 18,06188 14,475
4 Ikan Asin 1,255 15,7 218,1475 173,81
5 Telur Asin 1,255 1,3 17,87175 14,24
6 Ikan Asin 1,2569 14,9 204,8375 163
7 Telur Asin 1,2503 1,4 19,45 15,555
8 Ikan Asin 1,2512 14,6 200,7135 160,4168
9 Telur Asin 1,2588 1,1 15,775 12,52955
10 Ikan Asin 1,256 16,6 242,775 193,29
Rata-rata telur asin 18,28578 14,5875
Rata-rata ikan asin 220,5897 175,93025
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013)
Berikut merupakan contoh perhitunganperhitungan penentuan kadar NaCl
kelompok 4:










Titik akhir titrasi dinyatakan dengan indikator larutan K
2
CrO
4
yang dengan
lautan Ag
+
berlebih menghasilkan endapan merah dari

Ag
2
CrO
4
, endapan putih
(AgCl) akan mulai berubah warna menjadi kemerahan ketika mendekati titik akhir
titrasi. Berikut merupakan reaksi yang terjadi:
Ghina Khoerunisa
240210120091

Sebelum mencapai titik ekivalen:
Ag
+

+ Cl
-
AgCl
(endapan putih)
Setelah mencapai titik ekivalen:
2Ag
+
+ CrO
4
2 -
Ag
2
CrO
4

(endapan merah)
Hasil masing-masing sampel yang diuji kadar NaCl-nya memiliki nilai
yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena titrasi-titrasi yang melibatkan
reaksi pengendapan tidak berjumlah banyak dalam analisis titrimetrik seperti
titrasi-titrasi yang terlibat dalamreaksi asam-basa. Salah satu alasan terbatasnya
penggunaan reaksi macam ini adalah kurangnya indikator yang cocok (Underwood,
1999).
Ketika mendekati titik ekuivalen dan titran ditambahkan secara perlahan,
penjenuhan yang luar biasa tidak terjadi dan tingkat pengendapan menjadi amat
lambat. Kesulitan lainnya adalah bahwa komposisi dari endapan pada umumnya
tidak diketahui karena efek-efek pengendapan pengiring. Meskipun efek ini dapat
di minimalisir atau sebagian ferkoreksi melalui proses-proses seperti menyimpan
pengendapan cukup lama (Rahman, 2007).

5.3 Standardisasi AgNO
3
terhadap NH
4
CNS 0,1 N (Metode Volhard)
Metode ini didasarkan atas pengendapan perak tiosanat dalam suasana
NHO
3.
Indicator yang digunakan pada metode ini ialah Fe
3+
. Metode ini dapat
digunakan untuk penentuan ion perak secara langsung atau penentuan ion klorida
secara tidak langsung (Sukarti, 2012).
Persiapan yang harus dilakukan ketika melakukan titrasi pengendapan
yaitu standardisasi AgNO
3
terhadap NH
4
CNS dengan metode ini ialah 0,1 N
AgNO
3
10 ml ditambah 15 ml aquades dan 1 ml Feri Amonium sulfat (FAS).
Kenudian ditambah 5 ml HNO
3
6N. Selanjutnya dilakukan titrasi dengan
NH
4
CNS hingga terjadi endapan berwarna merah coklat.
Penambahan aquades sebelum titrasi bertujuan untuk melarutkan
sedangkan FAS merupakan indikator yang megandung ion Fe
3+
dan penambahan
HNO
3
ialah agar mencegah hidrolisis indicator (ion Fe
3+
) (Sukarti, 2012).
Ghina Khoerunisa
240210120091

Hasil standardisasi standardisasi AgNO
3
terhadap NH
4
CNS ditunjukkan
pada table 3.
Tabel 3. Standardisasi AgNO
3
terhadap NH
4
CNS
Kelompok V NH
4
CNS (ml) N AgNO
3

1 9,8 0,098
2 10 0,1
3 9,8 0,098
4 9,8 0,098
5 10 0,1
6 10 0,1
7 10,2 0,102
8 9,8 0,098
9 10 0,1
10 10 0,1
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013)
Sebagai contoh perhitungan titrasi kelompok 4 sebagai berikut :
N AgNO
3









Berdasarkan table 2, rata-rata normalitas AgNO
3
yaitu 0,098 N.
Normalitas AgNO
3
yang diinginkan adalah 0.1 N. Penyimpangan perhitungan
normalitas ini dapat dikarenakan beberapa hal, yaitu kurang tepatnya pengukuran
zat-zat yang digunakan dan perbedaan penilaian pada saat mengukur volume yang
terpakai.
Kesalahan dapat terjadi jika endapan AgCl dibiarkan bereaksi dengan ion
tiosanat :
AgCl (s) + SCN
-
AgSCN (s) + Cl
-

AgSCN kurang dapat larut dibandingkan dengan AgCl. Reaksi ini
cenderung untuk bergeser dari kiri ke kanan dan akan menyebabkan hasil-hasil
yang rendah dalam analisis klorida. Reaksi ini dapat dicegah dengan menyaring
penuh AgCl atau menambahkan nitrobenzena sebelum titrasi dengan tiosianat.
Ghina Khoerunisa
240210120091

Faktor-faktor penting yang mempengaruhi kelarutan zat padat adalah
temperatur, sifat dari pelarut, dan juga kehadiran ion-ion lainnya dalam larutan
tersebut.

5.4 Penentuan Kadar NaCl dalam Sampel Ikan Asin dan Telur Asin
(Metode Volhard)
Larutan baku sekunder yang digunakan adalah amonium tiosianat
(NH
4
CNS) dengan indikator yang digunakan adalah Fe
3+
(dari Ferro Amonium
Sulfat). Titrasi yang terjadi diawali dengan Ag
+
yang akan berakasi dengan SCN
-

membentuk endapan putih AgSCN, setelah Cl
-
habis bereaksi dengan Ag
+
maka
kelebihan Ag
+
akan bereaksi dengan Fe
3+
membentuk larutan berwarna merah
Fe(SCN)
3
yang merupakan tanda titik akhir titrasi. Reaksi yang terjadi diuraikan
sebagai berikut:
AgNO
3 (aq)
+ NH
4
CNS
(aq)
AgSCN
(s)
(endapan putih) + NH
4
NO
3 (aq)

3 NH
4
CNS
(aq)
+

Fe
3+

(aq)
Fe(SCN)
3

(aq)
(larutan merah) + 3 NH
4
+
(aq)

Keadaan larutan harus asam sebagai syarat titrasi Volhard yang
merupakan keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain penentuan ion
halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak mengganggu sebab
garamnya larut dalam keadaan asam (Indigomorie, 2009).
Langkah pertama yang dilakukan dalam penentukan kadar NaCl pada
sampel telur asin dan ikan asin menggunakan metode Volhard yakni
menghaluskan sampel dengan menggunakan mortar dan alu. Penghalusan berguna
untuk memudahkan pelarutan sampel, kemudian ditimbang sebanyak 5 gram dan
dilarutkan dengan aquades kedalam labu ukur 100 ml. Sampel disaring
menggunakan kertas saring untuk mendapatkan filtratnya sehingga didapatkan
supernatan (filtrat) yang jernih. Filtrat kemudian dipipet dan dimasukkan ke
dalam erlenmeyer setelah itu ditambahkan 25 ml AgNO
3
, 15 ml aquades, 5 ml
HNO
3
untuk suasana asam, dan 10 tetes indikator Fe
3+
lalu dititrasi dengan
NH
4
CNS hingga terbentuk larutan berwarna merah coklat. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:

Ghina Khoerunisa
240210120091

AgNO
3 (aq)
+ Cl
-
(aq)
AgCl
(s)
(putih) + NO
3
-
(aq)
AgNO
3
sisa
(aq)
+ NH
4
CNS
(aq)
AgSCN
(s)
(putih) + NH
4
NO
3 (aq)

3 NH
4
CNS
(aq)
+

Fe
3+

(aq)
Fe(SCN)
3

(aq)
(merah) + 3 NH
4
+
(aq)
Berdasarkan praktikum, dilakukan juga perhitungan blanko dilakukan
untuk mengetahui jumlah AgNO
3
berlebih yang ditambahkan kedalam sampel
agar kadar ion Cl
-
dapat ditentukan, blanko dihitung tanpa adanya penambahan
sampel, berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan kadar NaCl menggunakan
metode volhard.

Tabel 4. Penentuan Kadar NaCl
Kel Sampel
W Sampel
(g)
V NH
4
CNS
(ml)
W NaCl
(10
-3
g)
ppm
1 Telur Asin 1,2502 9,1 12,87 25730
2 Ikan Asin 1,2517 0,4 57,915 115672,6
3 Telur Asin 1,2532 9,2 6,435 12837,137
4 Ikan Asin 1,2634 0,3 58,5 115759,06
5 Telur Asin 1,2548 8,2 2,285 24476,01
6 Ikan Asin 1,2574 0,3 58,5 116311,43
7 Telur Asin 1,2585 9,4 5,265 10458,87
8 Ikan Asin 1,2583 0,3 58,5 113990
9 Telur Asin 1,2543 8,6 9,945 19821,813
10 Ikan Asin 1,2506 1,3 52,25 105249
Rata-rata telur asin 7,36 18664,766
Rata-rata ikan asin 57,133 113396,4
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2013)
Sebagai contoh perhitungan kadar NaCl kelompok 4 sebagai berikut :
( )










Ghina Khoerunisa
240210120091

Hasil perhitungan kadar garam yang berbeda pada setiap hasil pengujian
dari dua sampel diatas dapat dikarenakan ketidaktepatan dalam menentukan titik
akhir titrasi atau karena kelarutan AgCl yang terbentuk lebih besar dari kelarutan
Ag CNS yang terbentuk pada reaksi sehingga menyebabkan kadar Cl
-
yang
rendah pada titik ahhir titrasi. Hal tersebut dapat dicegah dengan (Sukarti, 2012):
1. Menyaring endapan AgCl
2. Mengkoagulasikan endapan AgCl dengan pemanasan lalu menyaringnya
setelah dingin.
3. Menambahkan nitro benzene.























Ghina Khoerunisa
240210120091

VI. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini ialah,
Rata-rata masing-masing hasil perhitungan kadar garam pada sampel telur
asin dan ikan menggunakan metode Mohr ialah 18,28578 mg dan 220,5897
mg.
Rata-rata masing-masing hasil perhitungan kadar garam pada sampel telur
asin dan ikan menggunakan metode Volhard ialah 7,36 mg dan 57,133 mg
Titrasi pengendapan yaitu suatu metode volumetri yang didasarkan atas
pembentukan endapan yang sukar larut.
Titrasi pengendapan terbagi atas 3 cara, yaitu cara Mohr, cara Volhard, dan
cara Fajans.
Normalitas dari AgNO
3
yang digunakan baik dengan cara Mohr maupun
cara Volhard adalah 0,1 N
Metode Volhard didasarkan atas pengendapan perak tiosianat dalam suasana
HNO
3
(asam).
Titrasi Volhard harus dilakukan dalam suasana asam nitrat untuk mencegah
hidrolisis indikator ( ion Fe
3+
).
Indikator K
2
CrO
4
pada standardisasi standardisasi AgNO
3
terhadap NaCl
bertujuan memberikan suasana netral.
Volume AgNO
3
rata-rata yang digunakan adalah 10,35 ml. Sehingga
normalitas AgNO
3
sebesar 0,097 N.
Reaksi standardisasi AgNO3 terhadap NaCl adalah
AgNO
3
(aq) + NaCl (aq) AgCl + NaNO
3
(aq)
Titik akhir titrasi dalam penentuan kadar garam dari telur asin dinyatakan
dengan indikator larutan K
2
CrO
4
yang dengan lautan Ag
+
berlebih
menghasilkan endapan merah dari

Ag
2
CrO
4
.




Ghina Khoerunisa
240210120091

DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E.1999. Kimia Universitas : Asas dan Struktur Edisi ke-5 Jilid 1.
Binarupa Aksara. Jakarta.

Day, R. A. dan Underwood, A. L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga.
Jakarta.

Indigomorie. 2009. Argentometri Metode Mohr. Available online at
http://kimiaanalisa.web.id. (diakses tanggal 19 Oktober 2013)

Khopkar, S.M . 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.

Rahman, Abdul.2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Sukarti, Tati.2012. Kimia Analitik. Widya Padjajaran. Jatinangor.

Vogel.1985.Analisis Anorganik Kuantitatif. PT Kalman Media Pustaka. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai