Anda di halaman 1dari 28

JETri, Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 41 - 68, ISSN 1412-0372

* Alumni Jurusan Teknik Elektro FTI, Universitas Trisakti




STUDI PENYETELAN RELAI DIFERENSIAL PADA
TRANSFORMATOR PT CHEVRON PACIFIC
INDONESIA


Liem Ek Bien & Dita Helna*
Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti

Abstract
The quality of an electric power system is measured by its continuity of service, good control
and maintenance. The good continuity of service can be obtained if all the components of
power systems can operate well in every situation and condition, either in normal or in
abnormal condition. In abnormal condition, the protection system has an important role in
detecting every disturbance and disconnecting the disturbed parts from the system. The
power transformer is the main component in a substation. The disturbances in the
transformer should be isolated so as not to disturb the system during distribution of the
electric power to other load. The differential relay on the power transformer is a protection
relay to detect internal disturbance. This paper discusses the setting and mismatch error of
differential relay in substation of Central Duri at switchgear #3 at PT Chevron Pacific
Indonesia (PT CPI).

Keywords: short circuit, differential relay, power transformer


1. Pendahuluan
Sistem kelistrikan merupakan elemen penting untuk menunjang
proses produksi pada industri. PT Chevron Pacific Indonesia merupakan
salah satu perusahaan eksplorasi minyak asing di Indonesia dengan wilayah
kerja yang cukup luas. PT Chevron memiliki sistem kelistrikan sendiri
untuk memenuhi kebutuhan listrik yang cukup besar.

Sistem pembangkitan untuk penyediaan tenaga listrik yang terdiri
atas fasilitas-fasilitas pembangkitan, transmisi, dan distribusi diatur agar
sistem tidak hanya beroperasi dengan efisiensi yang setinggi mungkin,
tetapi seluruh peralatannya juga diamankan dan dilindungi terhadap
kerusakan.

Manfaat sistem proteksi dan relai-relai pengaman adalah agar
pemutus-pemutus daya yang tepat dioperasikan supaya hanya bagian yang
terganggu saja yang dipisahkan secepatnya dari sistem, sehingga kerusakan
peralatan listrik yang disebabkan oleh gangguan menjadi sekecil mungkin.






JETri, Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 41 - 68, ISSN 1412-0372



42
Salah satu komponen yang sangat penting peranannya dalam sistem
tenaga listrik adalah transformator tenaga. Transformator tenaga ini
berfungsi untuk mengubah besaran tegangan.

Dengan menggunakan transformator tenaga, penyaluran energi
dapat luas jangkauannya sehingga penempatan pembangkitan tidak harus
berdekatan dengan beban.

Untuk menjaga transformator tenaga dari gangguan diperlukan
pengaman. Salah satu pengaman transformator tenaga adalah relai
diferensial. Gambar sederhana sebuah sistem tenaga listrik diperlihatkan
pada Gambar 1. berikut:


Gambar 1. Sistem Tenaga Listrik


2. Relai Diferensial
Relai diferensial adalah salah satu relai pengaman utama sistem
tenaga listrik yang bekerja seketika tanpa koordinasi relai disekitarnya
sehingga waktu kerja dapat dibuat secepat mungkin.

Daerah pengamanannya dibatasi oleh pasangan trafo arus dimana
relai diferensial dipasang sehingga relai diferensial tidak dapat dijadikan
sebagai pengaman cadangan untuk daerah berikutnya. Proteksi relai
diferensial bekerja dengan prinsip keseimbangan arus (current balance).






Liem Ek Bien & Dita Helna. Studi Penyetelan Relai Diferensial Pada Transformator PT Chevron



43
Prinsip ini berdasarkan hukum kirchhoff yaitu membandingkan
jumlah arus masuk ke primer (I
p
) sama dengan jumlah arus yang keluar dari
sekunder (I
S
). (Kadarisman,No Year: 8-20).

I
diferensial
= I
d
=

S P
I I (1)

Dimana:
I
d
= Arus Diferensial (A)
I
p
= Arus Sisi Masuk (A)
I
s
= Arus Sisi Keluar (A)

Gambar 2. menunjukkan relai diferensial dalam keadaan arus
normal, dimana I
p
dan I
s
sama besar dan berlawanan arah.



Gambar 2. Relai Diferensial Saat Arus Normal






JETri, Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 41 - 68, ISSN 1412-0372



44
I
d
= I
p
+ I
s
= 0 Ampere

I
dif
= I
P
+ I
S
= 0 Ampere

Maka tidak ada tegangan yang melintasi coil relay dan tidak ada arus yang
mengalir pada relai tersebut, sehingga relai diferensial tidak bekerja. (J
lewis, Blackburn, 2004: 10).

2.1. Gangguan Diluar Daerah yang Dilindungi
Pada gangguan diluar (eksternal) daerah proteksi relai diferensial
(diluar kedua trafo arus), relai diferensial tidak akan bekerja, karena I
p
dan
I
s
sama besar dan berlawanan arah (I
d
= I
p
+ I
s
= 0 Ampere, I
dif
= I
P
+ I
S
= 0
Ampere), seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3. berikut. (J lewis, 2003:
10).


Gambar 3. Relai Diferensial Saat Gangguan Eksternal






Liem Ek Bien & Dita Helna. Studi Penyetelan Relai Diferensial Pada Transformator PT Chevron



45
2.2. Gangguan Didalam Daerah yang Dilindungi
Untuk gangguan didalam (internal) daerah proteksi relai diferensial
(diantara kedua trafo arus), I
p
dan I
s
searah.

I
d
= I
p
+ I
s
> 0 Ampere

I
dif
= I
P
+ I
S
> 0 Ampere

Karena arus akan menuju titik gangguan, sehingga relai diferensial akan
bekerja, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.



Gambar 4. Relai Diferensial Saat Gangguan Internal






JETri, Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 41 - 68, ISSN 1412-0372



46
Pada saat ada arus yang mengalir lewat relai, maka relai akan
mengirim sinyal pada lock out relay. Sinyal ini akan di teruskan ke C/S dan
memerintahkannya untuk lock out sehingga aliran energi listrik terputus,
maka transformator tenaga yang diamankan bebas dari pengaruh gangguan
yang ada.


3. Karakteristik Relai Diferensial
Karakteristik diferensial dibuat sejalan dengan Unbalances current
(I

), untuk menghindari terjadinya kesalahan kerja. Kesalahan kerja


disebabkan karena CT ratio mismatch, adanya pergeseran fasa akibat
belitan transformator tenaga terhubung (Y) ().

Restraining Coil
Operating
Coil
i
1
i
2
CT
1
CT
2
I
1
I
2

Gambar 5. Prinsip Pengoperasian Relai Diferensial

Perubahan tap tegangan (perubahan posisi tap changer) pada
transformator tenaga oleh On Load Tap Changer (OLTC) yang
menyebabkan CT mismatch juga ikut berubah.

Kesalahan akurasi CT, Perbedaan kesalahan CT di daerah jenuh
(Saturasi CT), dan Inrush current pada saat transformator energize
menimbulkan unbalances current (I

) yang bersifat transient.


CT
1

Restraiting Coil
CT
2
I
1
I
2
i
2
i
1
Operating
Coil






Liem Ek Bien & Dita Helna. Studi Penyetelan Relai Diferensial Pada Transformator PT Chevron



47
Untuk mengatasi masalah unbalance current (I

) pada relai
diferensial caranya dengan menambahkan kumparan yang menahan
bekerjanya relai di daerah I

. Kumparan ini di sebut Restraining Coil,


sedangkan kumparan yang mengerjakan relai tersebut di sebut Operating
Coil.

Arus diferensial didapat dari menjumlahkan komponen arus
sekunder perfasa di belitan 1 (|

1
I |) dan belitan 2 (|

2
I |) secara vektor
perfasa.

Jika arus berlawanan dalam arti yang satu menuju relai dan yang
yang lainnya meninggalkan relai, maka akan saling mengurangi dan
sebaliknya jika arus searah berarti yang kedua-duanya menuju atau
meninggalkan relai, maka akan saling menjumlahkan.

Arus penahan (restrain) didapat dari arus maksimal komponen arus
sekunder perfasa di belitan 1 (|

1
I |)dan belitan 2 (|

2
I |)

I
restrain
= I
r


= max |

1
I | , |

2
I |) (2)

Slope didapat dengan membagi antara komponen arus diferensial
dengan arus penahan. Slope 1 akan menentukan arus diferensial dan arus
penahan pada saat kondisi normal dan memastikan sensitifitas relai pada
saat gangguan internal dengan arus gangguan yang kecil.

Sedangkan Slope 2 berguna supaya relai tidak kerja oleh gangguan
eksternal yang berarus sangat besar sehingga salah satu CT mengalami
saturasi (diset dengan slope lebih dari 50%).

% Slope =
r
d
I
I
x 100% (3)

Pada Gambar 6. halaman berikut merupakan karakteristik relai diferensial.
Daerah di atas kurva adalah daerah kerja relai diferensial, sedangkan pada
daerah di bawah kurva, relai tidak akan bekerja.

(Anderson Anvenue, 2001:
214-300)






JETri, Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 41 - 68, ISSN 1412-0372



48

Gambar 6. Karakteristik Relai Diferensial

3.1. Syarat Pengaman Relai Diferensial
a. Trafo arus yang digunakan oleh relai diferensial ini harus memiliki
rasio perbandingan CT
1
dan CT
2
sama, contohnya 200:5 dan
1500:5, sehinggga I
p

= Is, serta sambungan dan polaritas CT
1
dan
CT
2
sama. Polaritas trafo arus memperlihatkan arah arus yang
masuk dan keluar dari trafo arus Jika tidak, akan terjadi kesalahan
dalam melihat arus yang masuk dan keluar melalui transformator
tenaga. Hal ini, menyebabkan kesalahan dalam menentukan adanya
gangguan di transformator tenaga.
b. Adanya pergeseran fasa akibat hubungan trafo tenaga yang
terhubung delta () - (Y) maka untuk mengembalikan sudut phasa
arus yang tergeser tersebut, hubungan trafo arus di buat berbeda dan
sudut pada CT di sisi primer dan CT di sisi sekunder trafo berbeda
180
0
. Hubungan CT di primer berbeda dengan CT di sekunder yaitu
satu sisi terhubung Y, lainnya . Yang terhubung

menghasilkan
100%
2.0
KNEEPOINT
I
restraint
(xCT)
I
differential
(xCT)
200%
50%
15%
SLOPE 2
100%
SLOPE 1
25%
OPERATE
REGION
RESTRAINT
REGION
1.00
PICKUP 0.30
0.05






Liem Ek Bien & Dita Helna. Studi Penyetelan Relai Diferensial Pada Transformator PT Chevron



49
dan adanya arus magnetisasi dari trafo tenaga di sisi primer
menyebabkan pergeseran fasa, Oleh karena itu diperlukan suatu CT
tambahan (auxiliary CT ACT) yang terhubung Y, karena proteksi
diferensial harus membandingkan arus pada dua sisi tanpa
perbedaan fasa.
c. Karakteristik kejenuhan CT
1
dan CT
2
harus sama

RELE
DIFEREN
SIAL
CT1
CT2
T
Ip Is
1500:5 200:5


Gambar 7. Polaritas Trafo Arus


3.2. Skema Rele Diferensial (87t)
Gambar 8. mengilustrasikan skema pengaman diferensial trafo tiga
fasa yang disederhanakan. Sisi tegangan tinggi 115 kV hubung RST yang
mendahului sisi tegangan rendah 13.8 kV hubung (Y) XYZ dengan sudut
30.

Untuk pemasangan relai diferensial perlu diperhatikan arus urutan
nol, agar relai diferensial tidak salah kerja atau beroperasi pada saat
gangguan luar.

Selain itu, Trafo arus pada sisi primer trafo tenaga yang terhubung
dengan belitan Delta dihubungkan Y dan trafo arus pada sisi sekunder trafo
tenaga yang belitannya terhubung Y dihubungkan sehingga
Relay
Diferen
sial
200:5 CT1 T 1500:5 CT2






JETri, Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 41 - 68, ISSN 1412-0372



50
menghilangkan komponen urutan nol yang ada di sisi sekunder tranformer
dan menyamakan arus yang keluar dari CT sehingga arus yang luar dari CT
tetap sama fasa yakni iR-iT, iS-iR dan iT-iS.


Dy
1
115/13,6 KV 28MVA
R
S
T
X
Y
Z
iR-iT
iS-iR
iT-iS
ix-iz
iy-ix
iz-iy
R R
R R
R R
O
O
O
Relai diferensial
(87T)
Primer / 115KV
Sekunder /13,8KV
CT2
CT3
CT1 CT4
CT5
CT6
AUX CT

Gambar 8. Skema Diferensial Trafo tenaga Pada Operasi Normal






Liem Ek Bien & Dita Helna. Studi Penyetelan Relai Diferensial Pada Transformator PT Chevron



51
Keterangan:
R : Restraint coil
O : Operation coil
iR,iS,iT : arus yang mengalir di sisi primer
ix,iy,iz : arus yang mengalir di sisi sekunder
R, S, T : line di sisi primer
X, Y, Z : line di sisi sekunder

CT1 = CT2 = CT3 = CT4 = CT5 = CT6

= Current Transformer


4. Data Perhitungan Setelan Relai Differensial
Sistem transmisi yang akan dianalisa gangguan hubung singkatnya
adalah saluran transmisi pada Gardu Induk Central Duri di switchgear #3

Pada gardu ini aliran dayanya berasal dari sumber Generator 29,6
MVA, 13,8 kV dan dihubung ke transformator tenaga berkapasitas 28 MVA
untuk disalurkan ke sistem transmisi 115 kV.

Analisa gangguan hubung singkat pada saluran ini adalah untuk
menghitung setelan relai diferensial dan mengetahui seberapa besar
perkiraan error relai diferensial yang mungkin dapat terjadi.

Bagan gambar jaringan sistem tenaga listrik Gardu Induk central
duri#3, terdapat pada Gambar 9.


4.1 Data Jaringan PT Chevron Pacific Indonesia
Sebelum memulai perhitungan, perlu diketahui terlebih dahulu data
yang diperlukan untuk menghitung penyetelan relai diferensial
transformator, sebagai berikut:
1. Daerah yang akan dianalisa
2. Data impedansi
3. Data / name plate transformator Gardu Induk Central Duri di
switchgear #3
4. Data sumber (GI)
5. Data






JETri, Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 41 - 68, ISSN 1412-0372



52


Gambar 9. Skema Gardu Induk Central Duri #3

Keterangan:
A : Gardu Induk Central Duri di switchgear #3
B : Transformator Tenaga
C : Sistem 115 kV
Berikut data lengkap yang diberikan:
TX 15/28 MVA
115/13,8 kV

13,8 kV
29,6 MVA
115 kV
Line 1
Line 2
G
A
B
C
GARDU INDUK
CENTRAL DURI #3






Liem Ek Bien & Dita Helna. Studi Penyetelan Relai Diferensial Pada Transformator PT Chevron



53

Tabel 1. Data Transformator Gardu Induk Central Duri #3
Data Belitan 1
hubungan


Belitan 2
hubungan Y
Diagram phasor daya



Pergeseran fasa 0
0
30
0
lag
Rated MVA 28 MVA 28 MVA
Tegangan Nominal fasa-fasa 115 KV 13,8KV
Hubungan CT WYE DELTA
CT ratio 200:5 1500:5
Tegangan fasa-netral 66,40 KV 7,97 KV
Reaktansi trafo 8,07% 8,07%
Pentanahan netral trafo 20

Tabel 2. Data impedansi Transformator Gardu Induk Central Duri #3
Kapasitas
MVA
Impedansi (%) pada MVA rating
Rt Xt1 Rto Xto
28 0,00351 0,0807 0,0044 0,102
Keterangan:
Rt = resistansi urutan positif dan negatif






JETri, Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 41 - 68, ISSN 1412-0372



54
Xt
1
= reaktansi urutan positif dan negatif
Rt
o
= resistansi urutan nol
Xt
o
= reaktansi urutan nol

Tabel 3. Data Daya Hubung Singkat Pada Sumber
Sumber Daya hubung singkat
(MVA)
R
sumber

()
X
sumber

()
Generator 13,8 kV 87,684 0 0,57004
Sistem 115 kV 506,487 0 22,25789

Tabel 4. Data Generator
Kapasitas
(MVA)
Impedansi (%) pada MVA rating
Rd Xd Rd Xd Ro Xo
29,741 0,01917 0,23000 0,01 0,12 0,0025 0,12

Keterangan:
d : resistansi transien synchronous
Xd : reaktansi transien synchronous
Rd : resistansi subtransien synchronous
Xd : reaktansi subtransien synchronous
Ro : resistansi urutan nol
Xo : reaktansi urutan nol

Tabel 5. di bawah ini adalah hasil perhitungan admitansi jaringan
urutan positif, urutan negatif dan urutan nol menggunakan program
Microsoft Excel.






Liem Ek Bien & Dita Helna. Studi Penyetelan Relai Diferensial Pada Transformator PT Chevron



55
T
a
b
e
l

5
.

P
e
n
y
u
s
u
n
a
n

A
d
m
i
t
a
n
s
i

J
a
r
i
n
g
a
n

U
r
u
t
a
n

P
o
s
i
t
i
f

d
a
n

N
e
g
a
t
i
f

U
n
t
u
k


G
a
n
g
g
u
a
n

p
a
d
a

G
a
r
d
u

I
n
d
u
k

C
e
n
t
r
a
l

D
u
r
i

#
3

j
B

(
p
u
)

-
0
,
6
0
4

-
2
,
7
3
7

-
6
,
9
2
6

-
6
,
9
2
6

0
,
0
0
0

0
,
0
0
0

G

(
p
u
)

1
,
1
3
8

4
,
2
6
2

0
,
3
0
1

0
,
3
0
1

0
,
0
0
0

0
,
0
0
0

S
u
d
u
t

Y


(
r
a
d
)

-
0
,
4
8
8

-
0
,
5
7
1

-
1
,
5
2
7

-
1
,
5
2
7

-
1
,
4
7
1

-
1
,
4
7
1

Y

(
p
u
)

1
,
2
8
9

5
,
0
6
5

6
,
9
3
3

6
,
9
3
3

0
,
0
0
0

0
,
0
0
0

S
u
d
u
t

Z


(
r
a
d
)

1
,
4
8
8

1
,
5
7
1

1
,
5
2
7

1
,
5
2
7

1
,
4
7
1

1
,
4
7
1

Z

(
p
u
)

0
,
7
7
6

0
,
1
9
7

0
,
1
4
4

0
,
1
4
4

1
0
,
0
5

1
0
,
0
5

j
X

(
p
u
)

0
,
7
7
3

0
,
1
9
7

0
,
1
4
4

0
,
1
4
4

1
0
1
6

1
0
1
6

R

(
p
u
)

0
,
0
6
4

0
,
0
0
0

0
,
0
0
6

0
,
0
0
6

1
0
1
5

1
0
1
5

K
e


b
u
s

A

C

C

A

A

C

D
a
r
i

b
u
s

G
e
n
e
r
a
t
o
r

1
3
,
8

k
V

S
i
s
t
e
m

1
1
5

k
V

B

B

G
E
N
O

G
E
N
O







JETri, Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 41 - 68, ISSN 1412-0372



56
T
a
b
e
l

6
.

P
e
n
y
u
s
u
n
a
n

A
d
m
i
t
a
n
s
i

J
a
r
i
n
g
a
n

U
r
u
t
a
n

N
o
l

U
n
t
u
k

G
a
n
g
g
u
a
n

P
a
d
a

G
a
r
d
u

I
n
d
u
k

C
e
n
t
r
a
l

D
u
r
i

#
3

j
B

(
p
u
)

0
,
0
0
0

-
4
,
8
1
1

0
,
0
0
0

-
5
,
3
9
8

-
0
,
0
0
0
4

0
,
0
0
0

G

(
p
u
)

0
,
0
0
1

1
,
1
0
5

0
,
0
0
0

0
,
7
0
4

0
,
0
3
2

0
,
0
0
0

S
u
d
u
t

Y

(
r
a
d
)

0
,
0
0
0

-
1
,
3
4
5

-
1
,
2
7
9

-
1
,
4
4
1

-
0
,
0
1
2

-
1
,
2
7
9

Y

(
p
u
)

0
,
0
0
1

4
,
9
3
6

0
,
0
0
0

5
,
4
4
4

0
,
0
3
2

0
,
0
0
0

S
u
d
u
t

Z

(
r
a
d
)

0
,
0
0
0

1
,
3
4
5

1
,
2
7
9

1
,
4
4
1

0
,
0
1
2

1
,
2
7
9

Z

(
p
u
)

1
2
5
5
,
1
3
5

0
,
2
0
3

1
0
,
4
x
1
0
1
5

0
,
1
8
4

3
1
,
5
0
8

1
0
,
4
x
1
0
1
5

j
X

(
p
u
)

0
,
4
0
3

0
,
1
9
7

1
0
x
1
0
1
5

0
,
1
8
2

0
,
3
6
4

1
0
1
6

R

(
p
u
)

1
2
5
5
,
1
3
4

0
,
0
4
5

3
x
1
0
1
5

0
,
0
2
4

3
1
,
5
0
6

3
x
1
0
1
5

K
e




b
u
s

A

C

C

A

A

C

D
a
r
i

b
u
s

G
e
n
e
r
a
t
o
r

1
3
,
8

k
V

S
i
s
t
e
m

1
1
5

k
V

B

B

G
E
N
O

G
E
N
O







Liem Ek Bien & Dita Helna. Studi Penyetelan Relai Diferensial Pada Transformator PT Chevron



57
4.2. Pemilihan CT Ratio
Pemilihan CT disesuaikan dengan alat ukur dan proteksi. Pemilihan
CT dengan kualitas baik akan memberikan perlindungan sistem yang baik
pula. Relai diferensial sangat tergantung terhadap karakteristik CT.

Jika karakteristik CT bekerja dengan baik, maka sistem akan
terlindungi oleh relai diferensial ini secara optimal. CT ditempatkan
dikedua sisi peralatan yang akan diamankan (transformator tenaga), seperti
yang terlihat pada Gambar 8.

CT ratio untuk relai diferensial yang dipilih sebaiknya memiliki
nilai yang mendekati nilai I
rating
.

(Sukmawidjaja, 1995: 3-115)

I
n
=
3 x kV
S
(4)

Dimana:

n
I : arus nominal (A)
S : Daya yang tersalur (MVA)

Dari persamaan 4, arus nominal dikedua sisi transformator adalah sebagai
berikut ;

I
n
sisi 115 kV =
3 115
28
x kV
MVA
=140,572 A

I
n
sisi 13,8 kV =
3 8 , 13
28
x kV
MVA
=1171,435 A

Transformator dapat menarik beban lebih hingga 110% dari
kapasitasnya, selama temperatur belitan dibawah temperatur maksimumnya.

I
rating
= 110% x I
n
(5)

I
rating
primer CT sisi 115 kV = 1,10 x 140,572

= 154,629 A






JETri, Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 41 - 68, ISSN 1412-0372



58
I
rating
primer CT sisi 13,8 kV = 1,10 x 1171,432

= 1288,579 A

Maka perbandingan ratio trafo arus (CT ratio) dapat dihitung dari
nilai arus rating dikedua sisi tegangan transformator tenaga tersebut dan
disesuaikan dengan spesifikasi CT ratio yang ada dipasaran sedangkan nilai
sekunder CT (5A atau 1A) disesuikan dengan peralatan proteksinya.

Untuk CT

ratio sisi 115 kV (CT
1
) = 200 : 5

= 40

Dan

Untuk CT ratio

sisi 13,8 kV (CT
2
) = 1500 : 5

= 300

4.3. Tap Auxillary
Auxillary CT adalah CT bantu yang berguna untuk menyesuaikan
besar arus yang masuk ke relai diferensial akibat proses pergeseran fasa
oleh transformator tenaga dan beda tegangan primer dan sekunder
transformator tenaga.

Untuk pemilihan tap auxillary CT sama dengan CT dan
penempatan CT auxillary diletakkan pada sisi 13,8 kV yang CT dihubung
delta untuk menghilangkan arus urutan nol dan menyamakan fasa ( lihat
pada Gambar 8 ).

Untuk menghitung nilai tap ratio dari Auxillary CT di mulai dari
arus nominal sekunder CT yang tidak dihubungkan , yang untuk
transformator ini ada di sisi 115 kV. Pada sisi tegangan 115 kV ini
menggunakan ratio CT = 200:5 sehingga:

I
(13,8 kV)
=
kV
kV
8 , 13
155
200 A

= 1666,67 A






Liem Ek Bien & Dita Helna. Studi Penyetelan Relai Diferensial Pada Transformator PT Chevron



59
Arus yang mengalir di sisi sekunder CT
2
adalah:

I
(CT2 )
=
A
A
1500
5
x 1666,67 A

= 5,56 A

Karena Sekunder CT
2
di hubung , maka arusnya menjadi:

I

= I x

= 5,56 A x

= 9,62 A

Maka tap auxillary yang dipilih adalah 9,62 : 5


4.4. Setelan Relai Diferensial
Diatas telah dihitung nilai CT ratio pada kedua sisi transformator
tenaga, maka sekarang dapat dihitung di hitung nilai arus diferensial (I
d
)
dan arus restraint (I
r
) kemudian didapat nilai Setting Arus(I
set
).

Relai diferensial hanya akan beroperasi saat ada gangguan didalam
transformator dan tidak beroperasi saat keadaan gangguan diluar dan
keadaan normal.


4.4.1. Perhitungan setelan Relai Diferensial Pada Gangguan Dalam
Untuk gangguan didalam transformator tenaga, relai diferensial
beroperasi Jika:

i
set
< i
oper
= relai diferensial beroperasi

Arus diferensial (I
d
) merupakan arus operasi (I
oper
) pada relai
diferensial. Dari hasil perhitungan arus gangguan fasa R, S dan T yang
mengalir pada saat gangguan hubung singkat tiga fasa didalam
transformator dengan menggunakan program Microsoft Excel didapat arus
diferensial diperlihatkan pada tabel berikut.






JETri, Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 41 - 68, ISSN 1412-0372



60
Tabel. 7. Arus diferensial Untuk Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa
(K-K-K) Pada gangguan di tranformator di saluran
Gardu Induk Central Duri #3
fasa I riel I imaj I (A) sudut
R -55,653 -1,642 55,677 -178,310
S 26,404 49,018 55,677 61,690
T 29,249 -47,375 55,677 -58,310

Arus penahan (restrain) didapat dari arus maksimal komponen arus
sekunder perfasa di belitan 1 (|

1
I |) dan belitan 2 (|

2
I |) pada persamaan 2:

I
restrain
= I
r

= max (|

1
I | , |

2
I |)

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program Microsoft Excel
didapat:

I
1
= 41,242 A

I
2
= 14,626 A

I
r
= max (41,242;14,626)

= 41,242 A

Tabel. 8. Arus Restrain Untuk Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa
(K-K-K) Pada gangguan di tranformator di saluran
Gardu Induk Central Duri #3
Fasa Ir (A)
R 41,242
S 41,242
T 41,242






Liem Ek Bien & Dita Helna. Studi Penyetelan Relai Diferensial Pada Transformator PT Chevron



61
Slope pada Karakteristik relai difererensial pada gambar ada dua,
yaitu slope 1 untuk gangguan didalam transformator 25% dan slope 2 untuk
gangguan diluar transformator 100%.

Untuk gangguan didalam transformator tenaga , setelan relai
diferensial sebesar 25% dan untuk gangguan diluar transformator tenaga
setelan relai diferensial sebesar 100%. Setelan persenan ini telah ditentukan
dari karakteristik kerja relai diferensial.

Pada gangguan didalam transformator tenaga slope 1 di set 25%,
dan relai diferensial bekerja jika i
set
< i
oper
maka I
set
untuk gangguan tiga
fasa ini pada fasa R adalah:

I
set
= slope 1 x I
r
(6)

= 25% x 41,242

= 10,310 A

Arus operasi sama dengan arus diferensial (I
oper
= I
d
) , pada Tabel 7. I
d
=
55,677 A


I
oper
= 55,677 A
trip
I
set
= 10,310


Gambar 10. Perbandingan nilai I
oper
dan I
set
saat gangguan didalam
transformator

Karena i
set
< i
oper
maka relai diferensial trip.

Untuk letak titik gangguan di gambar karakteristik relai diferensial
arus diferensial dan arus restraint diubah dalam satuan pu.

I
d
= 55,677 A

I
r
= 41,242 A

I
dasar sec CT
= 5 A






JETri, Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 41 - 68, ISSN 1412-0372



62
Untuk menghitung arus dalam pu:

I
pu
=
dasar
ada
I
I


I
d
=
5
677 , 55
= 11,135 pu

I
r
=
5
242 , 41
= 8,248 pu

Dibawah ini adalah gambar karakteristik relai diferensial yang
memperlihatkan letak titik nilai gangguan, untuk gangguan fasa R, S dan T
yang mengalir pada saat gangguan hubung singkat tiga fasa didalam
transformator tenaga.


















Gambar 11. Karakteristrik Relai Diferensial T60 Dititik Gangguan Dalam
Transformator Untuk gangguan Tiga Fasa

Keterangan:
a : Karakteristrik Relai Diferensial T60 Dititik Gangguan Dalam
Transformator Untuk gangguan Tiga Fasa.
b : gangguan didalam jangkauan relai diferensial
0 2 4 6 8 10
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
I
d

I
r

tidak TRIP
TRIP
b
a
gangguan
gangguan
DIF






Liem Ek Bien & Dita Helna. Studi Penyetelan Relai Diferensial Pada Transformator PT Chevron



63
4.4.2. Perhitungan Setelan Relai Diferensial Pada Gangguan Luar
Untuk kerja relai diferensial agar tidak salah kerja saat operasi
normal dan gangguan luar maka setelan relai diferensial adalah:

i
set
> i
oper


maka relai diferensial tidak beroperasi.

Dari hasil perhitungan saat ada gangguan fasa R-S-T di bus A di
saluran transmisi Gardu Induk Central Duri #3 dengan menggunakan
program Microsoft Excel didapat arus diferensial diperlihatkan pada tabel
berikut adalah sama perhitungannya dengan Tabel 9.

Tabel. 9. Arus diferensial Untuk Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa (K-
K-K) Di bus A di Saluran Gardu Induk Central Duri #3
fasa I riel I imaj I (A) sudut
R -5,288 -14,026 14,990 -110,655
S -9,503 11,592 14,990 129,345
T 14,791 2,434 14,990 9,345

Hasil perhitungan Arus restraint saat ada gangguan tiga fasa R-S-T
di bus A di saluran transmisi Gardu Induk Central Duri #3 dengan
menggunakan program Microsoft Excel diperlihatkan pada tabel berikut
adalah sama perhitungannya dengan Tabel 10.

Tabel. 10. Arus Restrain Untuk Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa (K-K-
K) Di bus A di Saluran Gardu Induk Central Duri #3
Fasa Ir (A)
R 28,958
S 28,958
T 28,958






JETri, Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 41 - 68, ISSN 1412-0372



64
Setelah hasil perhitungan Arus restraint untuk gangguan tiga fasa
R-S-T di bus A di saluran transmisi Gardu Induk Central Duri #3 kemudian
dihitung setelan rele diferensial. Pada gangguan diluar transformator slope 2
di set 100%, dan relai diferensial tidak bekerja jika i
set
> i
oper
maka I
set
untuk
gangguan ini pada fasa R adalah:

I
set
= slope 2 x I
r
(7)

= 100% x 28,958 A

= 28,958 A

Arus operasi sama dengan arus diferensial (I
oper
= I
d
) , pada Tabel 9. I
d
=
14,990 A


I
oper
= 14,990 A
tidak trip
I
set
= 28,958 A


Gambar 12. Perbandingan nilai I
oper
dan I
set
saat gangguan diluar
transformator

Karena i
set
> i
oper
maka relai diferensial tidak trip.

Untuk melihat letak titik gangguan di gambar karakteristik relai
diferensial arus diferensial dan arus restraint diubah dalam satuan pu.

I
d
= 14,990 A

I
r
= 28,958 A

I
dasar sec CT
= 5 A

Untuk menghitung arus dalam pu:

I
pu
=
dasar
ada
I
I







Liem Ek Bien & Dita Helna. Studi Penyetelan Relai Diferensial Pada Transformator PT Chevron



65
I
d
=
5
990 , 14
= 2,998 pu

I
r
=
5
958 , 28
= 5,792 pu

Dibawah ini adalah gambar karakteristik relai diferensial yang
memperlihatkan letak titik nilai gangguan, untuk gangguan fasa R, S dan T
yang mengalir pada saat gangguan hubung singkat tiga fasa di bus A.

















Gambar 13. Karakteristik Relai Diferensial T60 Dititik Gangguan di bus A
Untuk gangguan Tiga Fasa

Keterangan:
a : Karakteristrik Relai Diferensial T60 Dititik Gangguan diluar
transformator Untuk gangguan Tiga Fasa
b : gangguan diluar jangkauan relai diferensial

4.5. Error Mismatch
Meskipun dari perhitungan telah di dapat ratio CT Pada halaman 10
yaitu pada sisi 115 kV (CT
1
) = 200 : 5, dan pada sisi 13,8 kV (CT
2
) = 1500 :
5. Nilai CT ratio yang dipilih ini adalah sesuai dengan CT yang ada
dipasaran. Karena adanya perbedaan ini maka akan terjadi kesalahan dalam
0 2 4 6 8 10
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
I
d

I
r

tidak TRIP
TRIP
a
b
gangguan
gangguan
DIF






JETri, Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 41 - 68, ISSN 1412-0372



66
membaca perbedaan arus dan tegangan di sisi primer dan sekunder
transformator tenaga serta pergeseran fasa di trafo arus. kesalahan ini
disebut mismatch error. (Anderson Anvenue, 2001: 214-300).

Pada relai diferensial untuk melihat mismatch error didapat dari
perbandingan CT dengan tegangan pada persamaan (8):

1
2
CT
CT
=
2
1
V
V
(8)

Untuk menghitung error mismatch sebelumnya terlebih dahulu
menghitung nilai CT yang ideal di salah satu sisi transformator tenaga,
misal untuk sisi 13,8 kV (CT
2
) dengan persamaan (9):

CT
2
(ideal) = CT
1
x
2
1
V
V
(9)

Dimana:
CT
1
: current transformer pada sisi primer
CT
2
: current transformer pada sisi sekunder
V
1
: tegangan di sisi primer (KV)
V
1
: tegangan di sisi sekunder (KV)

CT
2
(ideal) =
5
200
x
kV
kV
8 , 13
115


Maka ratio CT
2
di sisi 13,8 kV saat maxsimum load adalah = 1666,667 : 5

Ratio CT yang digunakan di sisi 13,8 kV adalah 1500 : 5,
sedangkan idealnya CT untuk sisi 13,8 kV adalah 1666,667 : 5 .Maka, error
mismatch didapat dari perbandingan antara CT ideal dengan CT yang ada
dipasaran. Error mismatch untuk relai diferensial adalah:

2
CT
CT
ideal
% =
1500
67 , 1666


= 1,111%






Liem Ek Bien & Dita Helna. Studi Penyetelan Relai Diferensial Pada Transformator PT Chevron



67
Kesalahan relai diferensial dalam mengamankan transformator dari
gangguan adalah sebesar 1,111 % .Untuk memperbaiki error mismatch pada
relai diferensial ini dapat dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan
tap pada CT.

Error mismatch diharapkan nilainya sekecil mungkin agar proteksi
relai diferensial bekerja secara optimal dalam mengamankan transformator
tenaga. Dengan syarat kesensitifan relai diferensial dalam pengoperasian
Mismatch error tidak boleh lebih dari 5%. Syarat ini ditentukan untuk
proteksi agar optimal menjaga sistem tenaga listrik dari gangguan.


5. Kesimpulan
1. Relai diferensial transformator adalah relai utama yang bekerja
mengamankan transformator tenaga dari gangguan didalam
transformator tenaga dan tidak bekerja saat terjadi gangguan di luar
transformator tenaga.
2. Pada karakteristik relai diferensial, setelan rele diferensial untuk
gangguan didalam transformator tenaga sebesar 25% lebih kecil
dibandingkan untuk gangguan di luar transformator sebesar yang 100%
dan untuk nilai pick up di ambil dari ratio error CT.
3. Error mismatch adalah kesalahan dalam membaca perbedaan arus dan
tegangan di sisi primer dan sekunder transformator tenaga serta
pergeseran fasa di trafo arus. Nilai Error mismatch harus lebih kecil dari
5 % agar proteksi relai diferensial lebih optimal dalam mengamankan
transformator tenaga.


Daftar Pustaka
1. Anderson Anvenue, Markham, Ontario Transformer Management
Relay Instruction Manual GE Power Management. Canada . 2001.
2. Anderson Anvenue, Markham, Ontario T60 Transformer Management
Relay UR Series Instruction Manual GE Power Management. Canada .
2003.
3. J lewis, Blackburn Protective Relaying Principles And
Applicationssecond edition. 2004
4. Kadarisman, Pribadi, Diktat Kuliah Sistem Proteksi .
5. Sukmawidjaja, Maula. 1995. Edisi ke-2. Teori Soal Dan Penyelesaian
Analisa Sistem Tenaga Listrik II. Jakarta: Jurusan Teknik Elektro,
Universitas Trisakti.






JETri, Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 41 - 68, ISSN 1412-0372



68
6. Instructions Transformer Differential Relays With Percentagee And
Harmonic Restraint Types STD15C And STD16C. GE Meter and
control. 1995

Anda mungkin juga menyukai