Anda di halaman 1dari 16

Helivia Elvandari/kelompok 3

PRAKTIKUM III
ISOTERM ADSORPSI KARBON AKTIF

I. TUJUAN
Menentukan isoterm adsorpsi menurut Freundlinch bagi proses adsorpsi asam
asetat oleh arang.

II. LATAR BELAKANG TEORI
Adsorpsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada
permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada
permukaaan zat tersebut. Dalam adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan adsorban,
dimana adsorbat adalah substansi yang terjerap atau substansi yang akan
dipisahkan dari pelarutnya, sedangkan adsorban adalah merupakan suatu media
penyerap yang dalam hal ini berupa senyawa karbon.
Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom
atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada permukaan zat
padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-
gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan
zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada
absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam absorbens sedangkan pada adsorpsi zat
yang diserap hanya terdapat pada permukaannya (Sukardjo, 1990).
Komponen yang terserap disebut adsorbat (adsorbate), sedangkan daerah
tempat terjadinya penyerapan disebut adsorben (adsorbent / substrate).
Berdasarkan sifatnya, adsorpsi dapat digolongkan menjadi adsorpsi fisik dan kimia.
Tabel 1. Perbedaan adsorpsi fisik dan kimia
Adsorpsi Fisik Adsorpsi Kimia
Molekul terikat pada adsorben oleh
gaya van der Waals
Molekul terikat pada adsorben oleh
ikatan kimia
Mempunyai entalpi reaksi -4 sampai
-40 kJ/mol
Mempunyai entalpi reaksi -40 sampai
-800 kJ/mol
Dapat membentuk lapisan multilayer Membentuk lapisan monolayer
Adsorpsi hanya terjadi pada suhu di
bawah titik didih adsorbat
Adsorpsi dapat terjadi pada suhu tinggi
Jumlah adsorpsi pada permukaan
merupakan fungsi adsorbat
Jumlah adsorpsi pada permukaan
merupakan karakteristik adsorben dan

Helivia Elvandari/kelompok 3

adsorbat
Tidak melibatkan energi aktifasi
tertentu
Melibatkan energi aktifasi tertentu
Bersifat tidak spesifik Bersifat sangat spesifik

Proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat teradsorpsi tergantung pada
beberapa faktor, yaitu :
a. Jenis adsorben
b. Jenis adsorbat
c. Luas permukaan adsorben
d. Konsentrasi zat terlarut
e. Temperatur (Atkins, 1990).
Penentuan Adsorpsi Isoterm
Perubahan konsentrasi adsorbat oleh proses adsorpsi sesuai dengan
mekanisme adsorpsinya dapat dipelajari melalui penentuan isoterm adsorpsi yang
sesuai. Isoterm Langmuir dan Isoterm BET adalah dua diantara isoterm-isoterm
adsorpsi yang dipelajari:
a. Isotherm Langmuir
Meskipun terminology adsorpsi pertama kali diperkenalkan oleh Kayser (1853-
1940), penemu teori adsorpsi adalah Irving Langmuir (1881-1957), Nobel laureate in
Chemistry (1932). Isoterm adsorpsi Langmuir didasarkan atas beberapa asumsi,yaitu :
(1) Adsorpsi hanya terjadi pada lapisan tunggal (monolayer),
(2) Panas adsorpsi tidak tergantung pada penutupan permukaan, dan
(3) Semua situs dan permukaannya
Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan
menganggap terjadinya kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang diadsorpsi
pada permukaan adsorben dengan molekulmolekul zat yang tidak teradsorpsi.
Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat dituliskan sebagai berikut :


C merupakan konsentrasi adsorbat dalam larutan, x/m adalah konsentrasi adsorbat
yang terjerap per gram adsorben, k adalah konstanta yang berhubungan dengan
afinitas adsorpsi dan (x/m)mak adalah kapasitas adsorpsi maksimum dari adsorben.
Kurva isoterm adsorpsi Langmuir dapat disajikan seperti pada Gambar 1.


Helivia Elvandari/kelompok 3


b. Persamaan Isoterm Adsorpsi Freundlich
Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich didasarkan atas terbentuknya lapisan
monolayer dari molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben. Namun pada
adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben
bersifat heterogen. Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan
sebagai berikut.
Log (x/m) = log k + 1/n log c.................................................................(2),
sedangkan kurva isoterm adsorpsinya disajikan pada Gambar 2.

Bagi suatu sistem adsorpsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang
teradsorpsi persatuan luas atau persatuan berat adsorben dengan konsentrasi yang
teradsorpsi pada temperatur tertentu disebut dengan isoterm adsorpsi ini dinyatakan
sebagai:

x/m = k. C
n
.........................................................................................................(1)
dalam hal ini :
x = jumlah zat teradsorpsi (gram)
m = jumlah adsorben (gram)
C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan, setelah tercapai kesetimbangan
adsorpsi

Helivia Elvandari/kelompok 3

k dan n = tetapan, maka persamaan (1) menjadi :

log x/m = log k + n log c................................................................................(2)
persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu proses adsorpsi menuruti isoterm
Freundlich, maka aluran log x/m terhadap log C akan merupakan garis lurus. Dari garis
dapat dievaluasi tetapan k dan n (Tim Dosen Kimia Fisika, 2012).
Arang Aktif
Arang adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang mengandung
karbon. Arang tersusun dari atom-atom karbon yng berikatan secara kovalen
membentuk struktur heksagonal datar dengan sebuah atom C pada setiap sudutnya
(Gambar 3). Susunan kisi-kisi heksagonal datar ini tampak seolah-olah seperti pelat-
pelat datar yang saling bertumpuk dengan sela-sela di antaranya.

Gambar 3 Struktur grafit karbon aktif
Sebagian pori-pori yang terdapat dalam arang masih tertutup oleh hidrokarbon
dan senyawa organik lainnya. Komponen arang ini meliputi karbon terikat, abu, air,
nitrogen, dan sulfur. yang mempunyai luas permukaan dan jumlah pori sangat banyak
(Baker 1997).
Setyaningsih (1995) membedakan karbon aktif menjadi 2 berdasarkan
fungsinya, yaitu Karbon adsorben gas (gas adsorbent carbon): Jenis arang ini
digunakan untuk mengadsorpsi kotoran berupa gas. Pori-pori yang terdapat pada
karbon aktif jenis ini tergolong mikropori yang menyebabkan molekul gas akan mampu
melewatinya, tetapi molekul dari cairan tidak bisa melewatinya. Karbon aktif jenis ini
dapat ditemui pada karbon tempurung kelapa. Selanjutnya adalah karbon fasa cair
(liquid-phase carbon). Karbon aktif jenis ini digunakan untuk mengadsorpai kotoran
atau zat yang tidak diinginkan dari cairan atau larutan. Jenis pori-pori dari karbon aktif
ini adalah makropori yang memungkinkan molekul berukuran besar untuk masuk.
Karbon jenis ini biasanya berasal dari batu bara, misalnya ampas tebu dan sekam
padi.

Helivia Elvandari/kelompok 3


III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat-alat yang digunakan:
1. Labu erlenmeyer bertutup 250 ml 12 buah
2. Pipet volume 10 ml 1 buah
3. Pipet volume 25 ml 1 buah
4. Buret 50 ml 1 buah
5. Corong 1 buah
6. Pengaduk 1 buah
7. Spatula 1 buah
8. Neraca analitik 1 buah
9. Kertas saring 6 buah
10. Statif 1 buah
11. Stopwatch 1 buah
12. Pembakar spirtus 1 buah
13. Kasa asbes 1 buah
14. Kaki tiga 1 buah
15. Cawan porselin 1 buah

b. Bahan-bahan yang digunakan:
1. Asam asetat (CH
3
COOH) 0.5 N
2. Adsorben arang atau karbon
3. Natrium Hidroksida (NaOH) 0.1 N
4. Indikator Phenolptalin (pp)


Helivia Elvandari/kelompok 3

IV. SKEMA KERJA








Panaskan arang


Dinginkan
Masukkan masing-
masing 1 gram ke
dalam 6
erlenmeyer
Menyiapkan masing-masing
125 mL larutan CH
3
COOH 0,500
N, 0,250 N , 0,125 N ,0,0625 N,
0,0313 N dan 0,0156 N
masukkan
Tutup dengan
plastik. Biarkan
30 menit dan
kocok 1
menit/10 menit
Masing-masing sisa
CH
3
COOH

25 mL dititrasi
dengan NaOH 0,1 M


NaOH
CH
3
COOH
NaOH
Titrasi larutan tersebut dengan
NaOH 0,1 M masing-masing 5 mL,
5mL, 10 mL, 25 L, 25 mL, 25 mL.


CH
3
COOH

Helivia Elvandari/kelompok 3

V. HASIL DAN PEMBAHASAN
No
Massa
(gram)
Konsentrasi asam (N) X
(gram)
X/m
Log
x/m
Log C
Awal Akhir C
1
1,0031 0,477 0,430 0,047 0,282 0,2811 -0,551 -1,328
2
1,0026 0,242 0,224 0,018 0,108 0,1077 -0,967 -1,744
3
1,0011 0,121 0,103 0,018 0,108 0,1078 -0,967 -1,744
4
1,0022 0,061 0,052 0,009 0,054 0,0539 -1,269 -2,046
5
1,0014 0,030 0,0296 0,0004 0,0024 0,0024 -2,620 -3,398
6
1,0023 0,015 0,012 0,003 0,018 0,0179 -1,745 -2,523

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan isotherm adsorpsi menurut
freundlich bagi proses adsorpsi asam asetat pada arang. Percobaan ini dilakukan
secara kuantitatif, yaitu dengan cara menghitung volume larutan asetat mula-mula
sebelum ditambah karbon aktif dibandingkan dengan volume larutan asetat setelah
ditambah karbon aktif, seperti yang tercantum di hasil percobaan dan
direpresentasikan dalam bentuk kurva. Dalam percobaan ini menggunakan karbon
aktif sebagai adsorben, asam asetat dengan berbagai konsentrasi sebagai adsorbat
serta larutan NaOH 0,1 N sebagai larutan standar. Larutan asam asetat yang telah
dibuat dalam berbagai konsentrasi dimasukkan arang aktif dan didiamkan selama
30 menit. Peristiwa adsorpsi yang terjadi bersifat selektif dan spesifik dimana asam
asetat lebih mudah teradsorpsi dari pelarut (air), karena arang aktif (karbon) hanya
mampu mengadsorpsi senyawa-senyawa organik.
Perubahan konsentrasi asam asetat sebelum dan sesudah adsorpsi dapat
diketahui dengan cara mentitrasi filtrat yang mengandung asam asetat dengan
larutan standar NaOH 0.1 N. Konsentrasi awal asam asetat mempengaruhi volume
titrasi yang digunakan. Semakin besar konsentrasinyanya semakin banyak larutan
NaOH yang digunakan. Hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi, letak
antara molekulnya semakin berdekatan sehingga susah untuk mencapai titik
ekivalen pada saat proses titrasi.
Dalam percobaan isoterm adsorpsi arang aktif digunakan larutan asam
asetat dalam berbagai variasi konsentrasi. yaitu, 0.500 N, 0.250 N, 0.125 N, 0.0625
N, 0.0313 N, 0.0156 N. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan arang
untuk mengabsorpi larutan asam asetat dalam berbagai konsentrasi pada suhu
konstan.
Arang dalam percobaan sebagai absorben (zat yang mengapsorbsi) dimana
dalam awal percobaan arang ini harus dipanaskan terlebih dahulu. Pemanasan

Helivia Elvandari/kelompok 3

dilakukan sampai keluar asap, jangan lakukan pemanasan sampai arang membara.
Pemanasan arang sampai membara dapat menjadikan arang menjadi abu, dimana
jika telah menjadi abu, arang tersebut tidak dapat lagi untuk menjadi absorben.
Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk membuka pori-pori permukaan dari arang
agar mampu mengabsorpsi secara maksimal, dalam percobaan ini yaitu
mengabsorpsi asam asetat.
Larutan asam asetat mendapat dua perlakuan yang berbeda. Pertama
(awal) asam asetat yang murni, tidak mendapat perlakuan apa-apa, sedang yang
kedua (akhir) ditambah dengan arang dan disaring. Kedua perlakuan ini dilakukan
untuk membandingkan konsentrasi asam asetat yang dicampurkan arang dan asam
asetat yang tidak diberikan perlakuan khusus yang nantinya akan sama-sama
dititrasi dengan larutan baku NaOH 0.1 N dengan indikator phenolphtalein. Indikator
PP sangat peka terhadap gugus OH
-
yang terdapat pada larutan NaOH.
Pada percobaan ini akan ditentukan harga tetapan-tetapan adsorpsi
isotherm Freundlich bagi proses adsorpsi CH
3
COOH terhadap arang. Variabel yang
terukur pada percobaan adalah volume larutan NaOH 0.1 N yang digunakan untuk
menitrasi CH
3
COOH. Setelah konsentrasi awal dan akhir diketahui, konsentrasi
CH
3
COOH yang teradsorpsi dapat diketahui dengan cara pengurangan konsentrasi
awal dengan konsentrasi akhir. Selanjutnya dapat dicari berat CH
3
COOH yang
teradsorpsi. Dengan cara X = C*Mr*100/1000.
Dari data pengamatan dan hasil perhitungan, konsentrasi asam asetat
sebelum adsorpsi lebih tinggi daripada setelah adsorpsi. Hal ini karena asam asetat
telah diadsorpsi oleh arang aktif. Dari data juga dibuat suatu grafik dimana x/m
diplotkan sebagai ordinat dan C sebagai absis.
Grafik hubungan antara x/m dengan c maupun hubungan antara log x/m
dengan log C dari percobaan dapat dilihat pada gambar grafik berikut.


Helivia Elvandari/kelompok 3


Gambar 4. Grafik hubungan log x/m vs log c


Gambar 5. Grafik hubungan C vs x/m

Grafik 1 merupakan Grafik Isoterm Adsorpsi Freundlich. Dari persamaan
grafik tersebut jika dianalogikan dengan persamaan Freundlich maka akan didapat
nilai k dan n. Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai
berikut.
Log (x/m) = log k + 1/n log c sedangkan persamaan grafik Isotherm
Adsorpsi Freundlich adalah y = 1x - 0.776, sehingga didapat nilai Log k = -0.776 dan
1/n = 1. Maka nilai k adalah 0.1675 dan nilai n adalah 1.
Mengenai gambar grafik 1 yang dihasilkan sudah hampir sesuai dengan
teori isotherm adsorpsi Freundlich yaitu grafik berupa garis linear sedangkan grafik
y = 1.0002x - 0.7769
R = 1
-4
-3.5
-3
-2.5
-2
-1.5
-1
-0.5
0
-3 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0
l
o
g

x
/
m


log c
y = 5.9814x + 6E-05
R = 1
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05
C

x/m

Helivia Elvandari/kelompok 3

2 belum sesuai dengan teori isotherm adsobsi Langmuir karena seharusnya grafik
seperti setengah trapezium mengalami kenaikan dan selanjutnya terjadi
kekonstanan. Namun dari hasil percobaan ini grafik terus mengalami kenaikan. Hal
ini mungkin terjadi dalam kesalahan pengenceran asam asetat.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan :
1. Arang dapat berfungsi sebagai adsorpsi.
2. Semakin besar konsentrasi asam asetat yang digunakan maka semakin besar
pula jumlah zat dalam larutan asam asetat yang terserap.
3. Dari perhitungan regresi linear diperoleh nilai k adalah 0.1675 dan nilai n
adalah 1.

Saran :
1. Mempelajari cara kerja dan landasan teori sebelum praktikum agar tidak terjadi
kesalahan selama praktikum.
2. Penggunaan alat yang terbatas dan alat yang tidak valid membuat percobaan
kurang efisien.
3. Berhati-hati dalam melakukan titrasi, karena satu tetes titrat sangat berpengaruh
terhadap hasil akhir titrasi, sehingga bisa mejadikan data kurang valid.
4. Dalam pengeceran larutan yang dipakai adalah larutan induk yaitu larutan yang
paling pekat atau konsentrasinya tinggi.















Helivia Elvandari/kelompok 3

VII. DAFTAR PUSTAKA
Atkins PW. 1997. Kimia Fisika. Ed ke-4. Kartohadiprodjo II, penerjemah; Jakarta:
Erlangga. Terjemahan dari: Physical Chemistry.
Baker FS, Miller CE, Repik AJ, Tollens ED. 1997. Activated carbon. Di dalam:
Ruthven DM, editor. Encyclopedia of Separation Technology, Volume 1 (A
kirk-Othmer Encyclopedia). New York: J Wiley.
Setyaningsih H. 1995. Pengolahan limbah batik dengan proses kimia dan adsorpsi
karbon aktif [tesis]. Jakarta: Program Pascasarjana, Universitas Indonesia.
Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Tim Dosen Kimia Fisika.2012.Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik.Semarang:
FMIPA UNNES.


Mengetahui, Semarang, 24 Oktober 2012
Dosen Pengampu Praktikan,


Ir. Sri Wahyuni, M.Si Helivia Elvandari
NIP NIM. 4301410013


Helivia Elvandari/kelompok 3

PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Apakah percobaan ini termasuk jenis adsorpsi fisik atau kimia ? Jelaskan!
Jawab:
pada percobaan termasuk ke dalam adsorpsi secara fisika dikarenakan ikatan
yang terlibat dalam adsorpsi ini yaitu ikatan yang lemah yang merupakan ikatan
van der waals dan melalui panas reaksi yang rendah.
2. Apakah perbedaan antara kedua jenis adsorbs ini ? berikan beberapa contoh dari
kedua jenis adsorpsi ini !
Jawab :
Adsorpsi terbagi atas 2, yaitu :
a. Adsorpsi secara kimia : merupakan adsorpsi menggunakan senyawa kimia.
Molekul terikat pada adsorben oleh ikatan kimia.
Mempunyai entalphi reaksi -40 sampai -500 kj/mol.
Membentuk lapisan monolayer.
Contoh : ion exchange.
b. adsorpsi secara fisika : adsorpsi dengan menggunakan sifat fisika
Molekul terikat pada adsorben oleh gaya vander waals.
Mempunyai entalphi reaksi Melibatkan energy aktivasi -4 sampai -40
kJ/mol.
Dapat membentuk lapisan multi player.
Tidak melibatkan energy aktivasi.
Contoh : adsorbs oleh karbon aktif.
3. Apakah perbedaanya yang terjadi pada pengaktifan arang dengan cara
pemanasan?
Pengaktifan arang dengan cara pemanasan :
a. L-karbon (L-AC) yaitu karbon aktif yang dibuat dengan oksidasi pada suhu
300
o
C 400
o
C (570
o
-750
o
F) dengan menggunakan udara atau oksidasi kimia.
L-AC sangat cocok dalam mengadsorpsi ion terlarut dari logam berat basa
seperti Pb
2+
, Cu
2+
, Cd
2+
, Hg
2+
. Karakter permukaannya yang bersifat asam
akan berinteraksi dengan logam basa. Regenerasi dari L-AC dapat dilakukan
menggunakan asam atau garam seperti NaCl hampir sama pada perlakuan
pertukaran ion.
b. H-karbon (H-AC) yaitu karbon aktif yang dihasilkan dari proses pemasakan
pada suhu 800
o
-1000
o
C (1470
o
-1830
o
F) kemudian didinginkan pada
atmosphere inersial. H-AC memiliki permukaan yang bersifat basa sehingga
tidak efektif dalam mengadsorpsi logam berat alkali pada suatu larutan air

Helivia Elvandari/kelompok 3

tetapi sangat lebih effisien dalam mengadsorpsi kimia organik, partikulat
hidrofobik, dan senyawa kimia yang mempunyai kelarutan yang rendah dalam
air. Akan tetapi H-AC dapat dimodifikasi dengan menaikan angka asiditas.
Permukaan yang netral akan mengakibatkan tidak efektifnya dalam mereduksi
dan mengadsorpsi kimia organik sehingga efektif mengadsorpsi ion logam
berat dengan kompleks khelat zat organik alami maupun sintetik dengan
menetralkannya.
4. Bagaimana isotherm adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat
padat? Apa pembatasnya?
Isotherm Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat kurang baik
atau memuaskan. Hal ini terjadi karaena pada adsorpsi Freundlich situs-situs
aktif pada permukaan adsorben bersifat heterogen. Gas merupakan
campuran yang homogeny sehingga kurang cocok jika digunakan dalam
isotherm Freundlich.
Batasannya : adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben
bersifat heterogen.
5. Mengapa isoterm Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat
kurang memuaskan dibandingkan dengan isoterm adsopsi Langmuir?
Bagaimana bentuk isotherm adsorbs yang terakhir ini ?
Jawab :
Isoterm Freundlich untuk adsorpsi gas permukaan zat padat kurang memuaskan
karena nilai Vm tidak akab dicapai walaupun tekannaya diperbesar dan tidak
sesuai untuk adsordat dengan konsentrsi yang sangat tinggi.Sedangkan pada
isoterm Langmuir mengemukakan asumsi yang lebih baik. Isoterm Langmuir
sangat sederhana didasarkan pada asumsi bahwa setiap tempat adsorbs adalah
akivalen dan kemampuan partikel untuk terikat di tempat ini tidak bergantung
pada tempati atau tidaknya tempat yang berdekatan.










Helivia Elvandari/kelompok 3

LAMPIRAN
Table pengamatan 1
Konsentrasi
CH
3
COOH
Awal
Akhir
(dengan penambahan arang)
CH
3
COOH
(mL)
NaOH 0.1 N
(mL)
CH
3
COOH
(mL)
NaOH 0.1 N
(mL)
0.500 N 10 47.7 5 21.5
0.250 N 10 24.2 5 11.2
0.125 N 10 12.1 10 10.3
0.0625 N 10 6.1 25 13.0
0.0313 N 10 3.0 25 7.4
0.0156 N 10 1.5 25 3.0

Tabel pengamatan 2 :
No
Massa
(gram)
Konsentrasi asam (N)
X
(gram)
X/m Log x/m Log C
Awal Akhir C
1
1,0031 0,477 0,430 0,047 0,282 0,2811 -0,551 -1,328
2
1,0026 0,242 0,224 0,018 0,108 0,1077 -0,967 -1,744
3
1,0011 0,121 0,103 0,018 0,108 0,1078 -0,967 -1,744
4
1,0022 0,061 0,052 0,009 0,054 0,0539 -1,269 -2,046
5
1,0014 0,030 0,0296 0,0004 0,0024 0,0024 -2,620 -3,398
6
1,0023 0,015 0,012 0,003 0,018 0,0179 -1,745 -2,523


Sebelum absorpsi Sesudah adsorpsi
a. CH
3
COOH 0,5 N a. CH
3
COOH 0,5 N
V
1
N
1
= V
2
N
2
V
1
N
1
= V
2
N
2
10 mL .N
1
= 47.7 mL. 0,1 N 5 mL .N
1
= 21.5 mL. 0,1 N
N
1
= 0.477 N N
1
= 0,43 N

b. CH
3
COOH 0,25 N b. CH
3
COOH 0,25 N
V
1
N
1
= V
2
N
2
V
1
N
1
= V
2
N
2
10 mL .N
1
= 24.2 mL. 0,1 N 5 mL .N
1
= 11.2 mL.0,1 N
N
1
= 0,242 N N
1
= 0,224 N


Helivia Elvandari/kelompok 3

c. CH
3
COOH 0,125 N c. CH
3
COOH 0,125 N
V
1
N
1
= V
2
N
2
V
1
N
1
= V
2
N
2
10 mL .N
1
= 12.1 mL. 0,1 N 10 mL .N
1
= 10.3 mL. 0,1 N
N
1
= 0.121 N N
1
= 0.103 N

d. CH
3
COOH 0,0625 N d. CH
3
COOH 0,0625 N
V
1
N
1
= V
2
N
2
V
1
N
1
= V
2
N
2
10 mL .N
1
= 6.1 mL. 0,1 N 25 mL .N

= 13.0 mL. 0,1 N
N
1
= 0,061 N N
1
= 0,052 N

e. CH
3
COOH 0,0313 N e. CH
3
COOH 0,0313 N
V
1
N
1
= V
2
N
2
V
1
N
1
= V
2
N
2
10 mL .N
1
= 3.0 mL. 0,1 N 25 mL .N
1
= 7.4 mL. 0,1 N
N
1
= 0,030 N N
1
= 0,0296 N

f. CH
3
COOH 0,0156 N f. CH
3
COOH 0,0156 N
V
1
N
1
= V
2
N
2
V
1
N
1
= V
2
N
2
10 mL .N
1
= 1.5 mL. 0,1 N 25 mL .N
1
= 3.0 mL. 0,1 N
N
1
= 0,015 N N
1
= 0,012 N

Jumlah zat yang teradsorpsi (x)
1. x
1
= (C
awal
-C
akhir
) x Mr x V / 1000
= 0.047 x 60 x 100 / 1000
= 0.282 gram
2. x
2
= (C
awal
-C
akhir
) x Mr x V / 1000
= 0.018 x 60 x 100 / 1000
= 0.108 gram
3. x
3
= (C
awal
-C
akhir
) x Mr x V / 1000
= 0.018 x 60 x 100 / 1000
= 0.108 gram
4. x
4
= (C
awal
-C
akhir
) x Mr x V / 1000
= 0.009 x 60 x 100 / 1000
= 0.054 gram
5. x
5
= (C
awal
-C
akhir
) x Mr x V / 1000

Helivia Elvandari/kelompok 3

= 0.0004 x 60 x 100 / 1000
= 0.0024 gram
6. x
6
= (C
awal
-C
akhir
) x Mr x V / 1000
= 0.003 x 60 x 100 / 1000
= 0.018 g

Anda mungkin juga menyukai