Anda di halaman 1dari 5

Berita Resmi Statistik No.4/1/Th.

XVII, 2 Januari 2014 1








PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2013

JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 MENCAPAI 856 RIBU ORANG

No. 4/1/Th.XVII, 2 Januari 2014
RINGKASAN
Persentase penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di
Aceh pada keadaan September 2013 sebesar 17,72 persen. Angka ini menurun
dibandingkan dengan September 2012 yaitu sebesar 18,58 persen.
Selama periode September 2012-September 2013, persentase penduduk miskin di
daerah perkotaan dan perdesaan mengalami penurunan, di perkotaan mengalami
penurunan sebesar 0,92 persen (dari 12,47 persen menjadi 11,55 persen), dan di
daerah perdesaan mengalami penurunan 0,83 persen (dari 20,97 persen menjadi 20,14
persen).
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan lebih besar dibandingkan
peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September
2012 sebesar 76,11 persen sedangkan pada September 2013 sebesar 76,42 persen.
Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di daerah
perkotaan maupun perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, dan ikan
tongkol/tuna/cakalang. Untuk komoditi bukan makanan yang berpengaruh terhadap
nilai Garis Kemiskinan adalah perumahan.
Pada periode September 2012-September 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
mengalami peningkatan dari 3,069 pada September 2012 menjadi 3,201 pada
September 2013. Sementara itu Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada periode
tersebut relatif sama.
B P S P R O V I N S I A C E H
Berita Resmi Statistik No.4/1/Th.XVII, 2 Januari 2014 2

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh, September 2012-
September 2013
Persentase penduduk miskin Provinsi Aceh pada bulan September 2013 sebesar
17,72 persen. Jika dibandingkan dengan persentase penduduk miskin pada September
2012 yaitu 18,58 persen, berarti persentase penduduk miskin turun 0,86 persen.
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebesar 0,92 persen dan daerah
perdesaan meningkat sebesar 0,83 persen. Hal ini disebabkan antara lain oleh:
a. Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan III-2013 secara
triwulanan (q-to-q) mencapai 1,28 persen dan tanpa migas sebesar 1,76 persen.
b. Indeks Harga Konsumen (IHK) September 2012-September 2013 mengalami
peningkatan dari 131,33 pada September 2012 menjadi 134,31 pada September
2013 atau terjadi inflasi sebesar 5,37 persen.
c. Pada September 2013, Nilai Tukar Petani (NTP) tercatat sebesar 103,14, turun 0,42
persen dibandingkan September 2012 yaitu sebesar 103,56.

Tabel 1.
Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Aceh
Menurut Daerah, September 2012, Maret 2013 dan September 2013

Daerah/Tahun
Garis Kemiskinan
(Rp./Kapita/Bulan)
Jumlah
Penduduk
Miskin
(000)
Persentase
Penduduk
Miskin
Makanan
Bukan
Makanan
Total
Perkotaan
September 2012 247.271 99.113 352.056 165,43 12,47
Maret 2013 257.542 101.675 359.217 156,37 11,59
September 2013 267.490 106.771 374.261 156,80 11,55
Perdesaan
September 2012 242.395 65.870 310.089 711,13 20,97
Maret 2013 249.594 69.822 319.416 684,34 19,96
September 2013 265.538 72.424 337.962 698,92 20,14
Kota+Desa
September 2012 243.766 78.127 321.893 876,56 18,58
Maret 2013 251.838 78.815 330.653 840,70 17,60
September 2013 266.087 82.085 348.172 855,71 17,72

Sumber: Diolah dari data Susenas September 2012, Maret 2013 dan September 2013
Berita Resmi Statistik No.4/1/Th.XVII, 2 Januari 2014 3
2. Perubahan Garis Kemiskinan di Provinsi Aceh, September 2012 September 2013
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis
Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
Selama periode September 2012-September 2013, Garis Kemiskinan naik
sebesar 8,16 persen, yaitu dari Rp.321.893,- per kapita per bulan pada September 2012
menjadi Rp.348.172,- per kapita per bulan pada September 2013. Untuk daerah
perkotaan, Garis Kemiskinan naik sebesar 6,31 persen, dari Rp. 352.056,- per kapita per
bulan pada September 2012 menjadi Rp. 374.261,- per kapita per bulan pada September
2013, sedangkan untuk daerah perdesaan naik sebesar 8,99 persen, yaitu dari Rp.
310.089,- per kapita per bulan pada September 2012 menjadi Rp. 337.962,- per kapita
per bulan pada September 2013.
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM),
peranan komoditi makanan lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan
(perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada September 2012 sumbangan
GKM terhadap GK sebesar 76,11 persen dan pada September 2013 sebesar 76,42 persen.
Komoditi yang paling penting bagi penduduk miskin adalah beras. Pada
September 2013, sumbangan pengeluaran beras terhadap Garis Kemiskinan Makanan
sebesar 35,81 persen di perkotaan dan 39,92 persen di perdesaan. Sementara itu untuk
komoditi bukan makanan, biaya perumahan mempunyai peranan yang cukup besar
terhadap Garis Kemiskinan Bukan Makanan dengan total 22,26 persen di perkotaan dan
21,31 persen di perdesaan.
Tabel 2.
Peranan Komoditi Terhadap Garis Kemiskinan di Provinsi Aceh, September 2013

Komoditi Perkotaan (%) Perdesaan (%)

Makanan
a. Beras
b. Rokok kretek filter
c. Tongkol/tuna/cakalang
d. Gula pasir
e. Telur ayam ras
35,81
9,81
7,18
5,06
4,77
39,92
12,52
5,95
4,86
3,56

Bukan
Makanan
a. Perumahan
b. Bensin
c. Pakaian jadi (anak-anak)
d. Pakaian jadi (perempuan dewasa)
e. Listrik
f. Pakaian jadi (laki-laki dewasa)
22,26
10,96
9,83
8,86
7,73
7,17
21,31
11,24
9,44
8,05
6,77
7,60
Sumber: Diolah dari data Susenas September 2013
Berita Resmi Statistik No.4/1/Th.XVII, 2 Januari 2014 4
3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase
penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kedalaman dan
keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin,
kebijakan penanggulangan kemiskinan juga sekaligus dapat mengurangi tingkat
kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.
Pada periode September 2012-September 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan
(P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,14
poin. Indeks Kedalaman Kemiskinan bergeser dari 3,069 pada September 2012 menjadi
3,201 pada September 2013. Sedangkan untuk Indeks Keparahan Kemiskinan pada
periode yang sama bergeser dari 0,825 menjadi 0,829. Besaran nilai indeks ini
mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi
garis kemiskinan, sementara kondisi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk
miskin relatif tidak berubah.
Tabel 3.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
di Provinsi Aceh Menurut Daerah, September 2012, Maret 2013 dan September 2013
Sumber: Diolah dari data Susenas September 2012, Maret 2013 dan September 2013

Periode Perkotaan Perdesaan Kota+Desa
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
September 2012 1,438 3,708 3,069
Maret 2013 2,342 3,437 3,128
September 2013 1,965 3,685 3,201
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
September 2012 0,268 1,043 0,825
Maret 2013 0,720 0,900 0,849
September 2013 0,513 0,953 0,829
Berita Resmi Statistik No.4/1/Th.XVII, 2 Januari 2014 5
4. Penjelasan Teknis dan Sumber Data
a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan
dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.Dengan
pendekatan ini dapat dihitung Head Count Index, yaitu persentase penduduk miskin
terhadap total penduduk.
b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari
dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan
BukanMakanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah
untuk daerah perkotaan dan perdesaan.
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per
bulan dibawah Garis Kemiskinan.
c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan
minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket
komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian,
umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan,
minyak dan lemak, dll).
d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk
perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar
non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di
perdesaan.
e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2013
adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) modul konsumsi bulan
September 2013. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD
(Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan
proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.

Anda mungkin juga menyukai