JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014
A. Pendahuluan Penggunaan Air Conditioner (AC) sebagai alternatif untuk mengganti ventilasi alami dapat meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kerja, namun AC yang jarang dibersihkan akan menjadi tempat nyaman bagi mikroorganisme untuk berbiak. Kondisi tersebut mengakibatkan kualitas udara dalam ruangan menurun dan dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan yang disebut sebagai Sick Building Syndrome (SBS) atau Tight Building Syndrome (TBS). Banyaknya aktivitas di gedung me ningkatkan jumlah polutan dalam ruangan. Kenyataan ini menyebabkan risiko terpaparnya polutan dalam ruangan terhadap manusia semakin tinggi, namun hal ini masih jarang diketahui oleh masyarakat. Pada dasarnya desain AC yang dipakai untuk mengatur suhu ruangan secara kontinu dapat mengeluarkan bahan polutan. Kadar gas-gas SO2, CO2, dan O2 di dalam ruangan tidak dipengaruhi oleh keberadaan AC. Bahan partikulat dapat dikurangi secara signifikan oleh AC dengan filter yang efektif. Kadar pollen di dalam ruangan dapat berkurang secara signifikan dengan adanya AC. Jumlah bakteri dan spora di gedung dengan AC kemungkinan akan lebih sedikit daripada gedung tanpa AC, walaupun sampai saat ini hal tersebut masih diperdebatkan. a) Hasil pemeriksaan The National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH), menyebutkan ada 5 sumber pencemaran di dalam ruangan yaitu (Aditama, 2002): b) Pencemaran dari alat -alat di dalam gedung seperti asap rokok, pestisida, bahan-bahan pembersih ruangan. c) Pencemaran di luar gedung meliputi masuknya ga s buangan kendaraan bermotor, gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat gedung, dimana kesemuanya dapat terjadi akibat penempatan lokasi lubang udara yang tidak tepat. d) Pencemaran akibat bahan bangunan meliputi pencemaran formaldehid, lem, as bes, fibreglass dan bahan -bahan lain yang merupakan komponen pembentuk gedung tersebut. e) Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan produk mikroba lainnya yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin beserta seluruh sist emnya. f) Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk, serta buruknya distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara. Kualitas udara di dalam ruangan mempengaruhi kenyamanan lingkungan ruang kerja. Kualitas udara yang buruk akan membawa dampak negatif terhadap pekerja /karyawan berupa keluhan gangguan kesehatan. Dampak pencemaran udara dalam ruangan terhadap tubuh terutama pada daerah tubuh atau organ tubuh yang kontak langsung dengan udara meliputi organ sebagai berikut : 1. Iritasi selaput lendir: Iritasi mata, mata pedih, mata merah, mata berair 2. Iritasi hidung, bersin, gatal: Iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, batuk kering 3. Gangguan neurotoksik: Sakit kepala, lemah/capai, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi 4. Gangguan paru dan pernafasan: Batuk, nafas berbunyi/mengi, sesak nafas, rasa berat di dada 5. Gangguan kulit: Kulit kering, kulit gatal 6. Gangguan saluran cerna: Diare/mencret 7. Lain-lain: Gangguan perilaku, gangguan saluran kencing, sulit belajar Keluhan tersebut bias anya tidak terlalu parah dan tidak menimbulkan kecacatan tetap, tetapi jelas terasa amat mengganggu, tidak menyenangkan dan bahkan mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja para pekerja. B. Tempat Kerja Tempat kerja yang dapat memberi motivasi para pekerjanya adalah sangat penting bagi organisasi yang ingin mencapai hasil baik. Dalam hal instalasi nuklir, maupun instalasi konvensional, hasil baiknya tentu saja adalah dapat beroperasi dengan tingkat keandalan dan keselamatan yang tinggi Di sini yang dimaksud dengan ruang kerja bukan saja ruang perkantoran, melainkan juga ruang-ruang lain dimana pekerjaan dilakukan. Misalnya saja bengkel, laboratorium, ruang kendali dan lain-lain. Ruang kerja harus dapat memberi kenyamanan pada para pekerjanya. Namun interaksi-interaksi yang terjadi antara manusia dengan pekerjaannya pada tempat-tempat tersebut memiliki karakteristik yang sama yang dapat digambarkan dengan skema seperti pada Gambar 1. Apa yang mampu dilakukan manusia dalam menghadapi pekerjaannya banyak dipengaruhi kondisi lingkungan kerjanya seperti suhu tempat kerjanya, kelembaban, pencahayaan, getaran, kebisingan, kebersihan udara dan lain lain Gambar 1 Diagram Blok Gambar 2. Desain Rumah
C. Kualitas Udara Kualitas udara dalam ruangan adalah udara di dalam suatu bangunan yang dihuni atau ditempati untuk suatu periode sekurang-kurangnya 1 jam oleh orang dengan berbagai status kesehatan yang berlainan. Ruang kerja yang terlalu padat penghuninya dan sistem AC yang kurang terawat dengan sirkulasi udara yang kurang memadai akan dapat meningkatkan resiko timbulnya gangguan kesehatan. Resiko tersebut kemungkinan dapat lebih diperparah oleh kondisi sebagai berikut : 1) Asap rokok dalam ruangan 2) Bahan-bahan bangunan, furniture, dan peralatan-peralatan modern 3) Produk-produk pembersih ruangan 4) Bahan-bahan pencemar udara dari luar ruangan dan lain-lain
D. Kontaminan Udara Dalam Ruang Kerja Beberapa jenis kontaminan atau bahan pencemar yang sering dapat menurunkan kualitas udara dalam suatu ruang kerja, yaitu : 1) Karbon dioksida (CO2) Kadar CO2 merupakan indikator yang bagus untuk mengetahui efektif tidaknya sistem ventilasi dalam ruangan yang bersangkutan. Kadar CO2 dalam suatu ruangan harus diusahakan < 1000 ppm. ASHRAE Standard 62-1989 merekomendasikan untuk ruang kerja perkantoran harus mempunyai rata-rata aliran udara masuk sekurangkurangnya 10 liter/det/orang untuk mempertahankan kadar CO2 di bawah 1000 ppm. 2) Produk hasil pembakaran Produk sisa hasil pembakaran dapat meliputi karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO) dan mungkin hidrokarbon (HC). Gas-gas tersebut dapat bersumber dari dalam bangunan itu sendiri seperti; pembakaran akibat proses masak-memasak, merokok dalam ruang kerja. Sumber- sumber bahan pencemaran yang berasal dari luar bangunan biasanya dibawa masuk ke dalam - uangan melalui aliran udara ventilasi. 3) Formaldehid Formaldehid merupakan gas yang tidak berwarna dengan bau yang cukup tajam. Formaldehid biasanya dihasilkan dari bahanbahan bangunan seperti plywood, karpet, furniture. Urea Formaldehyde Foam Insulation (UFFI). Pemaparan formaldehid pada kadar yang cukup rendah 0,05 - 0,5 ppm dapat menyebabkan mata terbakar, iritasi pada saluran nafas bagian atas dan dicurigai sebagai karsinogen. 4) Ozon (O3) Peralatan kerja yang dapat mengeluarkan ozon antara lain; printer lazer, lampu UV, mesin photo copy dan ioniser. Ozon merupakan gas yang sangat beracun dan mempunyai efek pada konsentrasi rendah. Ozon dapat menyebabkan iritasi pada mata dan saluran pernafasan. Ozon merupakan gas yang sangat mudah bereaksi namun hanya mempunyai pengaruh yang kecil pada lingkungan udara dalam ruang kerja.