0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan28 halaman
Buat apa aja lah gratis inimah sok aja di download nya gratis da aslina, inimah saya mere aja ke kamu buat nambah nambah ilmu.
gausah kasih royalti da inimah murni buatan saya, buat jerman buat apa apa terserah..
Buat apa aja lah gratis inimah sok aja di download nya gratis da aslina, inimah saya mere aja ke kamu buat nambah nambah ilmu.
gausah kasih royalti da inimah murni buatan saya, buat jerman buat apa apa terserah..
Buat apa aja lah gratis inimah sok aja di download nya gratis da aslina, inimah saya mere aja ke kamu buat nambah nambah ilmu.
gausah kasih royalti da inimah murni buatan saya, buat jerman buat apa apa terserah..
Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani(2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran kooperatif.
Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.
Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
B. Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1.Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2.Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
3.kelompok mempunyai tujuan yang sama.
4.Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
5.Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
6.Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7.Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : 1).Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2).Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
3).Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.
C. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat 6(enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif.
1). Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.
2). Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa.
3).Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru menginformasikan pengelompokan siswa.
4).Membimbing kelompok belajar. Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok kelompok belajar.
5). Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
6).Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.
model pembelajaran pendekatan taktis dalam penjas Pendekatan taktis mendorong siswa untuk memecahkan masalah taktik dalam permainan. Masalah ini pada hakikatnya berkenaan dengan peberapan keterampilan teknik dalam situasi permainan. Dengan demikian siswa makin memahami kaitan antara teknik dan taktik. Keuntungan lainnya, pendekatan ini tepat untuk mengajarkan keterampilan bermain sesuai dengan keinginan siswa. Tujuan utama dari pendekatan taktis dalam pengajaran permainan adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep bermain. Pendekatan taktik bermain membantu memikirkan guru untuk menguji kembali pandangan filosofis mereka pada pendidikan bermain. Model mengajar ini memungkinkan siswa untuk menyadari keterkaitan antara bermain dan peningkatan penampilan bermain mereka. (Subroto 2001 : 4) menjelaskan tentang tujuan pendekatan taktis secara spesifik yaitu untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan. Model pembelajaran permainan taktikal menggunakan minat siswa dalam suatu struktur permainan untuk mempromosikan pengembangan keterampilan dan pengetahuan taktikal yang diperlukan untuk penampilan permainan. Sedangkan pembelajaran masuk ke dalam alam pikir siswa, sehingga terbentuk struktur pengetahuan tertentu. Pembelajaran pendekatan taktikal dalam pendidikan jasmani adalah bagian dari pembelajaran kognitif. Pada model pembelajaran permainan taktikal, guru merencanakan urutan tugas mengajar dalam konteks pengembangan keterampilan dan taktis bermain siswa, mengarah pada permainan yang sebenarnya. Tugas-tugas belajar menyerupai permainan dan modifikasi bermain sering disebut juga bentuk-bentuk permainan. Penekanannya pada pengembangan pengetahuan taktikal yang memfasilitasi aplikasi keterampilan dalam permainan, sehingga siswa dapat menerapkan kegiatan belajarnya saat dibutuhkan. Pada intinya adalah siswa dapat mengembangkan keterampilan dan taktis bermain secara berkesinambungan. Dalam strategi pembelajaran pendekatan taktis yaitu lebih menekankan pada konsep game-drill-game. Game yaitu bermain, siswa dituntut untuk bermain dengan konsep-konsep yang yang diberikan oleh guru dan memahami tentang permainan itu. Drill yaitu pengulangan, guru harus lebih teliti melihat permainan siswanya dan apabila terjadi kesalahan dalam tugas gerak maka guru menghentikan pembelajaran dan memberikan contoh gerakan yang benar kemudian siswa melakuakn tugas gerak. Kemudian game yaitu bermain, setelah melakukan pengulangan atau drill siswa kembali melakukan permainan dengan perubahan tugas gerak yang telah dilakukan pada tugas drill. Pembelajaran melalui model pembelajaran pendekatan taktis membiasakan siswa untuk melatih kognitif, afektif, dan psikomotor. Pembelajaran taktikal mengutamakan pada pemanfaatan masalah-masalah taktikal sebagai perantara dan tujuan pembelajaran. Guru harus mampu menunjukan masalah- masalah taktis yang diperlukan dalam situasi bermain. Sedangkan bagi siswa, sangat penting untuk mengenali posisi bermain di lapangan secara benar, pilihan-pilihan gerak yang mungkin dilakukan, dan situasi-situasi bermain yang dihadapi siswa. Kesadaran akan taktik, menggunakan dasar kemampuan untuk menekankan masala-masalah taktik yang muncul selama permainan. Hal itu sekaligus dapat memilih respons tersebut, mungkin terletak pada keterampilan gerak dalam penguasaan bola, seperti passing, dribling dan shooting dalam permainan bola tangan.
Inkuiri
A. Pengertian Inkuiri Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu. Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuaan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental, emosi, maupun pribadinya. Oleh karena itu dalam proses perencanaan pembelajaran, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Pembelajaran adalah proses memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat sejumlah fakta).
B. Konsep Dasar Inkuiri SPI berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahunanya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam disekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indra pengecapan, pendengaran, penglihatan dan indra-indra lainnya. Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri, yaitu : (1) strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. (2) seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan. Dengan demikian strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. (3) tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis. Tujuan utama pembelajaran melalui strategi inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan- pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Strategi pembelajaran inkuiri akan efektif manakala : (1) siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan, (2) bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, (3) proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu, (4) guru akan mengajar sekelompok siswa yang rata- rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir, (5) jumlah siswa yang belajar tidak terlalu banyak, dan (6) guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. C. Prinsip-prinsip Penggunaan SPI SPI merupakan strategi yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Menurut Piaget perkembangan intelektual anak dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu : 1. Maturation atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik yang meiputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak dan pertumbuhan sistem saraf. 2. Physical experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda- benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Tindakan yang dilakukan individu memungkinkan dapat berkembangnya daya pikirnya. 3. Social experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain. Melalui pengalaman sosial, anak bukan hanya dituntut untuk mempertimbangkan atau mendengarkan pandangan orang lain, tetapi juga akan menumbuhkan kesadaran bahwa ada aturan lain disamping aturannya sendiri. 4. Equilibration adalah proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang ditemukannya.
Atas dasar penjelasan di atas, maka dalam penggunaan SPI terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu : 1. Berorientasi pada pengembangan intelektual Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. 2. Prinsip interaksi Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. 3. Prinsip bertanya Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan SPI adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu kemampuan guru untuk bertanya dalam setiao langkah inkuri sangat diperlukan. 4. Prinsip belajar untuk berpikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir, yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. 5. Prinsip keterbukaan Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Oleh karena itu anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakn berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
D. Langkah Pelaksanaan SPI Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan SPI dapat mengikuti langkah- langkah sebagai berikut : 1. Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada langkah ini guru harus merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting karena keberhasilan SPI sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi yaitu : - Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang siharapkan dapat tercapai oleh siswa. - Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. - Menjelaskan pentingnya topic dan kegiatan belajar, hal ini dapat dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa. 2. Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri. Beberapa hal yang hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantara : - Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa - Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti - Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa 3. Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajikan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. 4. Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. 5. Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. 6. Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebiknya guru mempu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
E. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial Pada awalnya strategi pembelajaran inkuiri banyak diterapkan dalam ilmu-ilmu alam. Namun demikian para ahli pendidikan ilmu sosial mengadopsi strategi inkuiri yang kemudian dinamakan inkuiri sosial. Ada tiga karekteristik pengembangan strategi inkuiri sosial, (1) adanya aspek (masalah) sosial dalam kelas yang diangap penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas. (2) adanya rumusan hipotesis sebagai fokus untuk inkuiri. (3) penggunaan fakta sebagai pengujian hipotesis
F. Kesulitan-Kesulitan Implementasi SPI Dalam penerapan SPI terdapat beberapa kesulitan (1) SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang bersandarkan kepada dua sayap yang sama pentingnya, yaitu proses belajar dan hasil belajar, (2) sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima materi pelajarandari guru dengan demikian bagi mereka guru adalah sumber belajar yang utama, (3) berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang diangagp tidak konsisten. Misalnya sistem pendidikan menganjurkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya menggunakan pola pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir melalui pendekatan student active learning atau yang kita kenal dengan CBSA.
G. Keunggulan dan kelemahan SPI 1. Keunggulan SPI merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya : a. SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna b. SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka c. SPI merupakan strategi yang diangap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman d. Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah belajar 2. Kelemahan a. Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran maka SPI akan sulit diimpelmentasikan oleh setiap guru
PROSES PEMBELAJARAN PENJASKES MELALUI PENDEKATAN TAKTIS Tujuan utama dalam mengajarkan olahraga di dalam pendidikan jasmani adalah untuk kesenangan, keterlibatan aktif, dan peningkatan keterampilan siswa yang bedampak positif terhadap hidupnya. Dalam proses pembelajaran, tujuan tersebut akan tercapai dan tidaknya tergantung pada bagaimana metode/ pendekatan keterampilan mengajar yang diterapkan guru kepada siswa dalam mengajar. Selama ini dalam proses pengajaran pendididikan jasmani di sekolah masih ada guru yang menganut sistem pendekatan yang bersifat tradisional, yang menekankan pengajaran hanya pada penguasaan keterampilan atau teknik dasar suatu cabang olahraga. Meskipun format/ konsep pengajaran seperti itu memang bisa meningkatkan penguasaan teknik siswa, tetapi kekurangannya adalah bahwa keterampilan teknik dasar diajarkan kepada siswa sebelum siswa mampu memahami keterkaitan atau relevansi teknik-teknik dasar tersebut dengan penerapannya di dalam permainan yang sebenarnya, akibatnya sifat kesinambungan dari implementasi teknik dasar ke dalam permainan menjadi terputus. Untuk menghindari hal tersebut sekarang sudah dikenal suatu sistem pendekatan yang dirasakan lebih cocok untuk diterapkan dalam mengajar penjas terutama yang terkait dengan mengajar untuk olahraga-olahraga yang bersifat permainan yaitu sistem "pendekatan taktis". Pengajaran melalui pendekatan taktis ini berusaha menghubungkan kemampuan taktis bermain dan keterampilan teknik dasar dengan menekankan pemilihan waktu yang tepat untuk melatih teknik dasar dan aflikasi dari pada teknik dasar tersebut ke dalam keterkaitannya dalam kemampuan taktis bermain, sehingga mampu merangsang siswa untuk befikir dan menemukan sendiri alasan-alasan yang melandasi gerak dan penampilannya (peformance). Selain itu sistem pendekatan taktis ini dapat dipakai untuk menghindari dari ketidak tercapaiannya tujuan/ target kompetensi yang diajarkan karena minimnya pasilitas yang ada pada sekolah, ataupun dikarenakan alokasi waktu yang sedikit yang diberikan untuk mata pelajaran penjas ini. Dalam pelaksanaannya pendekatan taktis ini memanfaatkan bentuk-bentuk permaianan yang dimodifikasi. Penulis contohkan di sini misalnya pada permainan bola voli, bentuk modifikasinya seperti ukuran lapangan diperkecil, tinggi tiang net diperpendek, jumlah pemain bisa dikurangi atau ditambah. Modifikasi ini disesuaikan dengan kemampuan keterampilan siswa dan sarana yang ada. Di bawah ini penulis paparkan salah satu contoh sederhana penerapannya dalam praktik. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Bentuk beberapa kelompok siswa yang terdiri dari tiga orang. Tiga orang siswa pertama tempatkan dilapangan (setengah lapangan) dengan posisi membentuk segitiga dengan masing-masing memiliki tugas, orang kesatu bertugas sebagai penerima bola pertama yang akan diberikan kepada orang kedua yang bertindak sebagai pengumpan (tosser), dan orang ketiga sebagai spaiker.
2. Setelah menempati posisi sesuai dengan tugasnya masing-masing latihan dapat dimulai dengan memainkan bola diawali oleh guru yang memberikan bola kepada orang pertama selanjutnya dari orang pertama diberikan kepada orang kedua dengan cara di passing dan dari orang kedua selanjutnya diumpankan kepada orang ketiga untuk dismash.
3. Setelah selesai melakukan latihan yang pertama maka siswa diputar bergantian posisi, orang kesatu diganti oleh orang ketiga, orang kedua diganti oleh orang kesatu, dan orang ketiga diganti oleh orang kedua dan seterusnya sampai semua siswa dapat melakukan dan merasakan posisi-posisi tersebut. Setelah semuanya selesai ganti dengan kelompok berikutnya. Lakukan hal yang sama seperti penjelasan di atas. Lihat gambar.
4. Setelah semua kelompok selesai berlatih dapat dilanjutkan dengan game dalam bentuk yang dimodifikasi sesuai dengan kemampuan keterampilan siswa.
PEMBELAJARAN DENGAN METHODE TUTOR TEMAN SEBAYA Dalam pembelajaran matematika sebenarnya telah banyak upaya yang dilakukan oleh guru kelas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun usaha itu belum menunjukan hasil yang optimal. Rentang nilai siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai terlalu mencolok. Untuk itu perlu diupayakan pula agar rentang nilai antar siswa tersebut tidak terlalu jauh yaitu dengan memanfaatkan siswa yang pandai untuk menularkan kemampuannya pada siswa lain yang kemampuannya lebih rendah. Tentu saja guru yang menjadi perancang model pembelajaran harus mengubah bentuk pembelajaran yang lain.
Pembelajaran tersebut adalah pembelajaran tutor sebaya. Kuswaya Wihardit dalam Aria Djalil (1997:3.38) menuliskan bahwa pengertian tutor sebaya adalah seorang siswa pandai yang membantu belajar siswa lainnya dalam tingkat kelas yang sama Sisi lain yang menjadikan matematika dianggap siswa pelajaran yang sulit adalah bahasa yang digunakan oleh guru. Dalam hal tertentu siswa lebih paham dengan bahasa teman sebayanya daripada bahasa guru. Itulahsebabnya pembelajaran tutor sebaya diterapkan dalam proses pembelajaran matematika.
Hisyam Zaini dalam Amin Suyitno (2004:24) menyatakan bahwa Metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya.
Menurut Miller (1989) dalam Aria Djalil ( 1997:3.34) berpendapat bahwa Setiap saat murid memerlukan bantuan dari murid lainnya, dan murid dapat belajar dari murid lainnya. Jan Collingwood (1991:19) dalam Aria Djalil (1997:3.34) juga berpendapat bahwa Anak memperoleh pengetahuan dan keterampilankarena dia bergaul dengan teman lainnya. Pada pembelajaran menentukan KPK dan FPB misalkan siswa kelas VI akan dibawa pada model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok-kelompok belajar.
Menurut Hisyam Zaini (2001:1) (dalam Amin Suyitno, 2004:34) maka langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1. Pilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri. Materi pengajaran dibagi dalam sub-sub materi (segmen materi). Misalnya siswa diberi soal latihan tentukan KPK dan FPB dari pasangan bilangan 24 dan 18, maka segmen materi yang diberikan adalah sebagai berikut. Kelipatan dari 24 adalah : 24, 48,,,(diisi oleh siswa) , Kelipatan dari 18 adalah : 18, 36,,,(diisi oleh siswa). Faktor dari 24 adalah : ,,,(diisi oleh siswa). Faktor dari 18 adalah : ,,,(diisi oleh siswa) 2. Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya 3. Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya. 4. Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas 5. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama. 6. Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara barurutan sesuai dengan urutan sub materi, beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan.
Dari uraian tersebut di atas selanjutnya dapat dikembangkan dalam bentuk soal yang lain untuk dijadikan bahan pembelajaran dalam kelompokkelompok kecil. Dengan demikian oleh model pembelajaran ini dalam diri siswa akan tertanam kebiasaan saling membantu antar teman sebaya.
Agar model pembelajaran tutor sebaya mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan, Miler (dalam Aria Djalil 1997:2.48) menuliskan saran penggunaan tutor sebaya sebagai berikut.
a. Mulailah dengan tujuan yang jelas dan mudah dicapai.
b. Jelaskan tujuan itu kepada seluruh siswa (kelas). Misalnya : agar pelajaran matematika dapat mudah dipahami.
c. Siapkan bahan dan sumber belajar yang memadai.
d. Gunakan cara yang praktis.
e. Hindari kegiatan pengulangan yang telah dilakukan guru.
f. Pusatkan kegiatan tutorial pada keterampilan yang akan dilakukan tutor.
g. Berikan latihan singkat mengenai yang akan dilakukan tutor.
h. Lakukanlah pemantauan terhadap proses belajar yang terjadi melalui tutor sebaya.
i. Jagalah agar siswa yang menjadi tutor tidak sombong.
dari berbagai sumber diantaranya:
Metode Pembelajaran Peer Teaching Pembelajaran model peer teaching adalah metode belajar yang melibatkan siswa secara aktif. Jadi disini satu siswa akan mengajari siswa lain yang mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diberikan. Ada ujaran yang menyebutkan bahwa orang tua dua puluh tahun yang akan datang adalah pemuda pada masa kini Pendidikan sebagai upaya terorganisasi, terencana, sistimatis, untuk mentransmisikan pengetahuan dalam arti luas (sikap, moral dan nilai- nilai hidup dan kehidupan, ketrampilan, dll.) dari suatu generasi ke generasi lain, bertujuan ingin mencapai perubahan sikap dan perilaku tertentu. Bagi kita sebagai bangsa dalam suatu negara bangsa (nation state) yang merdeka, pendidikan kita niscaya dilandasi oleh pengetahuan dari mulai dilahirkan dan sudah kita sepakati dan anut bersama. Aktifitas apapun yang dilakukan manusia memerlukan daya nalar yang tinggi. Dan untuk menguji dan mengasah daya nalar tersebut manusia harus melakukan latihan demi latihan. Sejak manusia berada dalam kandungan telah diberikan oleh Tuhan akal dan pikiran. akal dan pikiran tersebut harus digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia terutama guru sebagai agen perubahan tersebut. Dalam mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, guru dituntut memberikan layanan terbaiknya agar materi yang diajarkan dapat tersampaikan dan tersalurkan secara tuntas, dan indikator yang diharapkan dapat direspon positif oleh peserta didik. Strategi pembelajaran yang tepat akan menuntun siswa untuk mencapai tujuan tersebut. Selain tukar pikiran, strategi lain yang masih dapat digunakan adalah siswa saling memberi pengetahuannya kepada sesama temannya atau mengajar teman sejawat (peer teaching). Peer Teaching adalah pola belajar antar sesama siswa. Dalam proses ini guru tak dapat dipisahkan dari proses perubahan afeksi siswa dalam belajar. Untuk menerapkan strategi ini selain membutuhkan skil yang memadai, juga perlu penguasaan konsep materi yang akan diajarkan kepada siswa. Biologi sebagai salah satu pembelajaran sains merupakan pembelajaran yang menuntut daya fikir siswa untuk lebih kreatif dan mandiri. Materi biologi berkaitan dengan alam secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran biologi dibutuhkan pemahaman dari suatu konsep secara universal. Satu metode yang sesuai dengan tuntutan KTSP dapat dilakukan dengan menerapkan Peer Teching. Pembelajaran Biologi dapat dikatakan berhasil dan berkualitas dari segi proses apabila seluruh dan sebagai besar peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu menyerap materi yang diajarkan, sehingga pembelajaran biologi tersebut dapat dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan daya pikIr terhadap suatu konsep yang telah ditetapkan.
Langkah langkah Pelaksanaan Metode Peer Teaching 1. Cara pertama dalam menggunakan strategi ini yaitu, setelah melakukan apersepsi atau memberi salam dan melakukan pre test terhadap materi minggu lalu, guru juga menghubungkan materi minggu lalu dengan topik yang akan dibahas pada waktu itu. Kemudian guru menerangkan secara umum tentang topik yang dibahas pada waktu itu. Kemudian guru membuat kelompok antar siswa secara merata, artinya dalam satu kelompok terdapat siswa yang pintar sedang dan kurang pintar. Maksudnya agar terdapat keseragaman pemikiran nantinya. 2. Langkah berikutnya adalah menjelaskan secara detil materi yang akan dibahas pada waktu itu meliputi indicator yang harus dicapai oleh siswa pada waktu itu. Selanjutnya siswa diberikan lembaran berisi tugas berupa pertanyaan untuk didiskusikan menurut pengetahuan yang mereka kuasai. 3. Dalam lembaran tersebut setiap kelompok diminta untuk memberikan pendapat menurut persepsi mereka sendiri masing-masing, lalu satu pendapat didiskusikan sampai permasalahan yang di indikasikan terpecahkan. Dalam diskusi tersebut di tuntut setiap anggota kelompok memberikan tanggapan serta pendapat mereka sendiri yang nantinya akan di satukan dalam satu kesimpulan yang mengerucut pada tujuan yang hendak dicapai dalam materi tersebut. Peran guru di sini adalah mengawasi serta mengamati kegiatan diskusi yang dilakukan setiap kelompok siswa, serta memberikan bantuan bila mereka mendapatkan kesulitan dalam hal-hal tertentu, namun bukan berarti guru harus ikut memecahkan masalah tersebut. Mengenai pemecahan masalah tersebut, setiap kelompok siswa harus memikirkannya sendiri dan tidak keluar dari batasan materi yang diberikan pada waktu itu. Bila ada yang menyimpang dari koridor, maka guru harus mengembalikan perdebatan mereka ke materi semula. 4. Bila masing-masing setiap kelompok telah selesai melaksanakan semua instruksi yang ada dalam lembaran kerja tersebut, maka setiap kelompok harus merumuskan hasil diskusinya dalam satu kesimpulan yang telah disepakati bersama. Kemudian hasil diskusinya diserahkan ke guru dalam bentuk lembaran yang ditulis rapi. 5. Selanjutnya guru memerintahkan setiap kelompok satu per satu membacakan hasil diskusinya. Hasil diskusi yang dibacakan di depan kelompok yang lainnya. Sementara kelompok yang lain memberikan tanggapan tentang hasil diskusi kelompok tersebut serta memberikan pendapat atau sanggahan kepada kelompok tersebut. Setiap masalah baru yang muncul, dicatat guru. 6. Terakhir, semua masalah yang muncul pada waktu diskusi kelompok tersebut diberikan solusinya oleh guru. Dan guru mengevaluasi serta menyimpulkan semua masalah dan pemecahannya kepada seluruh anggota kelas. Sehingga terdapat satu pemahaman yang seragam bagi setiap siswa. Terakhir guru memberikan tugas kepada siswa untuk merangkum semua penjelasan guru tadi untuk dikumpulkan sebagai post test bagi siswa. Metode ini sangat cocok digunakan untuk kelas yang memiliki mahasiswa dalam jumlah banyak. Aktivitas ini memberikan simulasi pada setiap kelompok untuk melatih setiap sub bab lebih baik. Aktivitas yang akan dideskripsikan disini merupakan cooperative learning activity yang merupakan suatu strategi dimana mahasiswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil dengan tujuan untuk memaksimalkan pembelajaran anggota kelompok yang ada didalamnya (Cooper, KcKinney dan Robinson 1991). Metode tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan proses belajar.
Metode Peer-Teaching ini diberikan sebagai berikut: 1. Pada akhir suatu bagian, misalnya akhir suatu bab, mahasiswa diberikan latihan yang berhubungan dengan materi yang telah dibahas sebelumnya. Latihan ini harus dikerjakan oleh mahasiswa diluar jadwal. Materi pada latihan tersebut merupakan pertanyaan yang terstruktur dari prosedur yang mudah sampai prosedur yang bersifat konseptual. Tujuan dari latihan ini adalah untuk memfasilitasi pembelajaran dan tidak berhubungan dengan nilai. Mahasiswa bebas untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan latihan tersebut. Mahasiswa yang dapat menyelesaikan latihan tersebut dan merasa percaya diri untuk menerangkan kepada temannya dijadikan volunteers teacher. 2. Dosen kemudian mengadakan prepatory meeting dengan tujuan untuk menyusun tim pengajar (teaching teams) yang terdiri dari mahasiswa yang bersedia untuk menjadi volunteers teachers kemudian mendiskusikan semua pertanyaan yang timbul dari latihan yang telah mereka kerjakan sebelumnya. 3. Setelah semua pertanyaan didiskusikan, mahasiswa dari teaching teams masing- masing membentuk suatu kelompok dari diluar teaching teams untuk dijadikan peer. 4. Mahasiswa dari teaching teams bertindak sebagai instruktur kepada anggotanya untuk menerangkan latihan yang telah diberikan sebelumnya (peer-teaching). 5. Partisipasi student-students ataupun teacher-student merupakan kegiatan yang bersifat optional dan tidak berhubungan dengan nilai mahasiswa. Penilaian disini berasal dari indiviual assignment ataupun dari hasil ujian. Esensi dari aktivitas ini adalah untuk mencari tempat dan waktu yang tepat baik untukprepatory meeting ataupun peer teaching. Namun kuncinya adalah jika mahasiswa yang dijadikan volunteers teachers telah menyelesaikan latihan yang diberikan, maka prepatory meeting tersebut dilakukan dengan efektif tanpa membuang waktu. Keuntungan untuk mahasiswa yang berperan sebagai mahasiswa adalah remoteness yang menyebabkan mahasiswa enggan untuk bertanya pada kelas reguler dapat diminimalisir. Bukan hanya karena adanya jumlah anggota kelompok yang sedikit, adanya kesamaan usia dan gaya diantara peers membuat para anggota kelompok nyaman untuk bertanya mengenai materi yang ada sehingga memudhkan pembelajaran. Sedangkan untuk mahasiswa yang berperan sebagai teacher adanya metode ini akan semakin meningkatkan pemahaman mahasiswa tersebut akan materi yang ada. Selain itu dengan adanya kompetisi antara kelompok mendorong mahasiswa yang berperan sebagai pengajar akan menngkatkan kualitas kelompoknya.
Pelaksanaan Peer Teaching Metode peer teaching dilaksanakan di luar jadwal kuliah. Mahasiswa dibagi menjadi 8 kelompok, masing-masing beranggotakan 9-10 mahasiswa yang dipandu oleh seorang volunteers teacher. Materi dalam peer teaching ini terdiri atas materi kebidangan dan materi problem based learning. Materi kebidangan bertujuan menjabarkan silabi statistika dengan memberikan contoh- contoh kasus ekonomi dan perbankan. Dengan demikian mahsiswa menjadi paham ruang lingkup statistika. Materi problem based learning, bertujuan untuk menghidupkan berbasis pada student centerred learning untuk mem back up materi perkuliahan. Dengan demikian wawasan statistika tidak hanya dipahami secara teoritis saja melainkan secara nyata melalui studi kasus di lapangan. Materi khusus terdiri dari membuat makalah mengenai data-data ekonomi dan perbankan. Ada pola ajar yang mungkin tepat bagi guru untuk menyampaikan materi ajarnya. Yaitu tukar pendapat atau brain storming dimana materi yang disampaikan hanya sebatas materi pokok, selanjutnya diberikan waktu bagi siswa untuk memberikan tanggapan atau respon materi tadi, lalu guru memberikan jawaban atas respon tadi dengan menyelipkan indicator yang ingin disampaikan.
Keunggulan dan Kelemahan Metode Peer Teaching a. Keunggulan metode peer teaching Meningkatkan motivasi belajar siswa Meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran Meningkatkan interaktif sosial siswa dalam pembelajaran Mendorong siswa ke arah berpikir tingkat tinggi Mengembangkan keterampilan bekerja dalam kelompok Meningkatan rasa tanggung jawab untuk belajar sendiri Membangun semangat bekerja sama Melatih keterampilan berkomunikasi Meningkatkan hasil belajar b. Kelemahan metode peer teaching Memerlukan waktu yang relatif lama Jika siswa tidak memiliki dasar pengetahuan yang relevan maka metode ini menjadi tidak efektif Kemungkinan didominasi oleh siswa yang suka berbicara, pintar, atau yang ingin menonjolkan diri Tidak semua guru benar-benar memahami cara masing-masing siswa bekerja di kelompok Perlu dimodifikasi agar sesuai diterapkan pada siswa SD (teknik ini biasanya diterapkan di PT) Memerlukan perhatian guru yang ekstra ketat