u/ L 100 m
t
min
= 0,65 . L u/ L 100 m
L tidak lebih dari 200 m
III. Deck
t
min
= [ ] K 0,05L 4,5 + ( mm)
L tidak lebih dari 200 m
Pengurangan ketebalan maksimum (t
k
) pada
permukaan pelat yang luas & merata dan pada web-
profile :
untuk t 11.5 mm: t
k
= 1.5 mm
untuk t > 11.5 mm: t
k
= 0.09 t + 0.45 mm,
max. 3.0 mm
t = tebal pelat hasil perhitungan sesuai dengan
Rules Volume II
Pengurangan maksimum (t
k
) ketebalan pelat
setempat (lokal)
t
k
= 0,2 t
SURVEYOR HANDBOOK 24
Corrosion allowance untuk perhitungan scantling:
t
K
= 1,5 mm untuk t' 10 mm
t
k
=
k
0,1.t
+5 mm, max. 3,0 mm u/ t' > 10 mm
t' = tebal sesuai persyaratan Rule
k = faktor material
Untuk tempat-tempat khusus seperti tangki-tangki
dll. lihat tabel 3.7 Rules Volume II
Hatchway
t = 6,0 + 0,0833 L [mm]
t
min
= 8,5 [mm]
t
max
= 11,0 [mm]
Hatch Cover
t = 10 . a [mm]. atau
t = C a k . p + tk [mm]
a = jarak stiffeners
p = p
DA
or p
L
, lihat Section 4 Rules Volume II
C = 1,21 apabila p = p
DA
C = 1,11 apabila p = p
Hatch Cover tipe Pontoon :
t = 8 . a [mm] atau
t
min
= 6,0 [mm]
IV. Konstruksi Alas
Keel
- lebar min. : b = 800 + 5 L [mm]
b
max
= 1800 [mm]
- Tebal pelat keel pada 0,7 L tengah kapal tidak
boleh kurang dari:
t
FK
= t + 2,0 [mm]
t = tebal pelat di sebelahnya [mm]
SURVEYOR HANDBOOK 25
Alas Tunggal (Single Bottom)
- Floor :
Tinggi pelat Floor:
h = 55 . B - 45 [mm]
h
min
= 180 mm.
Tebal web boleh tidak kurang dari:
t =
100
h
+ 3 [mm]}
untuk pelat Floor di Ceruk tebal tidak boleh
kurang dari:
t = 0,035 L + 5,0 [mm].
- Center Girder:
tebal web tidak boleh kurang dari:
t
w
= 0,07 L + 5,5 [mm].
- Side Girder:
tebal web tidak boleh kurang dari:
t
w
= 0,04 L + 5 [mm].
Alas Ganda (Double Bottom)
- Center Girder
tinggi tidak boleh kurang dari:
h = 350 + 45 . B [mm]
h
min
= 600 mm.
tebal pelat pada 0,7 L tengah kapal tidak boleh
kurang dari:
t = k 1,0
100
h
+ [mm]
untuk h 1200 [mm]
t = k 3,0
120
h
+ [mm]
untuk h > 1200 [mm].
SURVEYOR HANDBOOK 26
Tebal dapat dikurangi sampai 10% untuk 0,15 L
pada ujung depan/belakang kapal
- Side Girder
Tebal pelat tidak boleh kurang dari :
t = k
a
h . 120
2
h
[mm]
h = tinggi center girder sesuai rumus diatas
[mm]
h
a
= tinggi center girder yang terpasang [mm]
h
a
tidak boleh kurang dari h untuk perhitungan t
ini.
t = (5,0 + 0,03 L ) k [mm]
- Sea Chest
Tebal pelat tidak boleh kurang dari :
t = 12 . a k . p + t
K
[mm]
a = jarak stiffener [m]
p = blow out pressure pada safety valve in
[bar]
p tidak boleh kurang dari 2 bar
- Dudukan mesin
Tebal longitudinal girder di atas pelat inner
bottom tidak boleh kurang dari :
t =
15
P
+ 6 [mm] untuk P < 1500 kW
t =
750
P
+ 6 [mm]
untuk 1500 P < 7500 kW
SURVEYOR HANDBOOK 27
t =
1875
P
+ 6 [mm] untuk P 1500 kW
Tebal pelat dudukan mesin minimal sama dengan
diameter baut pass, dengan luas cross section
tidak kurang dari :
A
T
=
15
P
+ 30 [cm
2
] untuk P 750 kW
A
T
=
75
P
+ 70 [cm
2
] untuk P > 750 kW
V. Konstruksi Tangki
- Tebal pelat minimum
t
min
= 5,5 + 0,02 L [mm]
- Untuk tangki-tangki bahan bakar, minyak
pelumas, dan air minum t
min
tidak perlu lebih
besar dari 7,5 mm
- Untuk tangki-tangki ballas pada kapal kargo t
min
tidak perlu lebih besar dari 9,0 mm
- Untuk oil tanker, tebal minimun :
t
min
= 6,5 + 0,02 L [mm] untuk L 300 m
VI. Hull Outfitting
Lubang pembebasan (freeing port)
A = 0,7 + 0,035 l [m
2
] untuk l 20 m
A = 0,7 l [m
2
] untuk l > 20 m
l = panjang bulwark [m]
l
max
= 0,7 L
Tinggi bulwark atau pagar tidak boleh kurang
dari 1,0 m
SURVEYOR HANDBOOK 28
Dengan jarak railing terbawah tidak boleh lebih
dari 230 mm, sedangkan jarak railing selanjutnya
tidak lebih dari 380 mm.
VII Jangkar dan Rantai Jangkar
- Pengurangan diameter rantai jangkar = 12 %
(D = 0,88 D
original
)
- Pengurangan berat jangkar = 10 %
SURVEYOR HANDBOOK 29
SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN INTERNAL
INSPECTION DAN PRESSURE TEST TERHADAP
TANGKI-TANGKI
Survey Pem-
Baruan Kelas
TANGKI AIR
(Air tawar/laut)
TANGKI
MUATAN
(Selain Tanker)
TANGKI
BAHAN
BAKAR
TANGKI
MINYAK
LUMAS
TANGKI
MUATAN
(Tanker)
Tangki
Dasar
Ganda
(D.B. Tk)
-
Survey
Pembaruan
Kelas I
(s/d5 Tahun)
Tangki
Tinggi
(Deeep
Tank)
Tangki
Dasar
Ganda
(D.B. Tk)
-
Survey
Pembaruan
Kelas II
(510 Tahun)
Tangki
Tinggi
(Deep
Tank)
Tangki
Dasar
Ganda
(D.B. Tk)
-
Survey
Pembaruan
Kelas III
(1015 Tahun)
Tangki
Tinggi
(Deep
Tank)
Survey
Pembaruan
Kelas IV, V, dst
(15 Tahun keatas)
Semua tangki harus diperiksa secara seksama/ cermat
dan dicoba pada tekanan yang sesuai dengan :
Maximum Head yang dicapai di dalam operasi-
opersai sebelumnya.
KETERANGAN :
= Harus dilaksanakan
= Boleh diabaikan/ditiadakan berdasarkan hasil internal
inspection dan extrenal Inspection
= Boleh diabaikan/ditiadakan berdasarkan hasil external
inspection.
= Tidak diharuskan/tidak diisyaratkan
Internal Inspection
Pressure Test
JENIS TANGKI
*1
*2
*4
*3
*5
*4
*2
*7
*6
SURVEYOR HANDBOOK 30
*1 = Kedua Tangki ceruk tidak boleh diabaikan
*2 = Semua tangki-tangki lainnya boleh diabaikan
berdasarkan pada hasil internal examination
terhadap setiap satu tangki double bottom, depan
dan belakang.
*3 = Semua tangki lainnya boleh diabaikan berdasarkan
pada hasil internal examination terhadap satu
tangki double bottom pada bagian tengah kapal
(amidship), depan dan belakang.
*4 = Semua tangki lainnya boleh diabaikan berdasarkan
pada hasil internal examination terhadap satu
tangki yang dipilih,disamping *1 tersebut diatas.
*5 = Semua tangki lainnya boleh diabaikan berdasarkan
pada hasil internal examination terhadap setengah
dari jumlah tangki, disamping *1 tersebut diatas.
*6 = Dinding-dinding pembatas tangki muatan yang
berhadapan dengan tangki-tangki selain dari tangki
muatan, dan ruangan-ruangan, harus di test.
*7 = Disamping *6 diatas, sekat-sekat tangki muatan
yang merupakan pembatas/pemisah muatan, harus
di test.
UJI KEKEDAPAN
Uji kekedapan daun kemudi dengan tekanan udara : 0,2
bar atau dengan tekanan air setinggi 2 meter dari
puncak daun kemudi
Uji semprot ( Hose test ) dengan tekanan : 2,0 bar
(Nozzel 12,5 m/m pada jarak 1,5 meter)dilaksanakan
pada Closing devices, watertight steel
doors,windows,sidelights dan hatch covers.
Uji semprot juga dilaksanakan pada pengelasan pelat
geladak, pelat kulit, sekat kedap air, sekat bangunan
atas, dll
SURVEYOR HANDBOOK 31
NORMAL & HIGHER STRENGTH HULL
STRUCTURAL STEELS.
1. Ruang lingkup
Produk-produk baja berdasarkan grade dan
ketebalannya ditentukan sebagai berikut :
a. pelat baja dengan grades : KI-A,KI-B,KI-
D,KI-E,KI-A27S,KI-D27 S,KI-E27S,KI-
A32,KI-D32,KI-E32,KI-A36,KI-D36, and
KI-E36 berlaku untuk ketebalan s/d 100 mm
pelat baja dengan grades : KI-A40,KI-
D40,KI-E40,KI-F32,KI-F36 and KI-F40
berlaku untuk ketebalan s/d 50 mm
b. profil dan batangan berlaku untuk semua
grade dengan ketebalan s/d 50 mm.
2. Jenis Pengujian : Kimia, tarik, impak
3. Kekuatan Mekanis
Pada uji impak (pukul Takik), bila tebal pelat < 10
mm maka tebal batang uji (specimen) dan nilai rata-
rata enerji impak minimum dalam table E bias
dikurangi sebagai berikut :
Tabel E
Ukuran penampang batang uji
Nilai rata-rata enerji impak
minimum
10 x 7,5
10 x 5,0
5/6 E
2/3 E
Uji pukul takik tidak disyaratkan untuk tebal produk
< 6 mm
Nilai rata-rata uji pukul takik diambil dari 3 batang
uji dengan syarat nilai masing-masing 70 % E
4. Toleransi Ketebalan minus yang diijinkan
SURVEYOR HANDBOOK 32
Tabel 3.1 Permited minus tolerances for the
thickness plates and wide flats
Nominal Thickness
(mm)
Minus tolerances in relation to
nominal thickness
(mm)
from To less
than
A
1)
B
2)
C
3
5
8
15
25
40
80
150
5
8
15
25
40
80
150
250
-0,4
-0,4
-0,5
-0,6
-0,8
-1,0
-1,0
-1,2
-0,3
-0,3
-0,3
-0,3
-0,3
-0,3
-0,3
-0,3
0
0
0
0
0
0
0
0
1)
Plate and wide flat for machinery
2)
Hull structural steel
5. Lokasi pengambilan sample uji sebagai berikut
Plat es, str ip an d
wide f lat e
600 mm Wiude
Angle
Channels Bulb f lat s
I-sect ion ( j oists)
Flats Rounds
Fig. 3.1. Example showing location of test section (sample uji)
6. Jumlah batang uji
a. Uji tarik :
Untuk setiap batch, 1 (satu) batang uji harus
diambil dari 1 piece (berat max. 50 ton dari
peleburan / Heat Number yang sama) jika berat
material akhir > 50 ton, maka 1 batang uji
SURVEYOR HANDBOOK 33
tambahan harus diambil dari 1 piece yang
berbeda dari setiap 50 ton atau bagian darinya.
Satu batang uji tambahan harus diambil untuk
perbedaan tebal atau diameter > 10 mm dari
pelebuaran yang sama.
b. Uji impak untuk grade-grade selain KI-E27S,
KI-A32, KI- E32, KI-E40, KI-F32, KI-F36, KI-
F40 :
Untuk setiap batch (berat 50 ton dari peleburan
yang sama), diambil 1 set (3 batang uji) impak
yang dibuat dari 1 piece.
Bila berat material akhir > 50 ton, maka 1 set (3
batang uji) tambahan dibuat dari 1 piece yang
berbeda dari setiap 50 ton atau bagian darinya.
Untuk pelat (kecuali grade KI-A) dengan
ketebalan > 50 mm dan kondisi normalizing
rolled, test batch 25 ton atau bagian darinya.
7. Re-test
Bila hasil uji tarik nilai rata-rata / nilai individual uji
impak tidak memenuhi persyaratan, uji ulang dapat
dilaksanakan sesuai Rules Vol. V sec. 2H.
SURVEYOR HANDBOOK 34
Tabel 3.2 Chemical composition and deoxidation for normal
strength steel
Grade KI-A KI-B KI-D KI-E
Deoxidation
practice
For t 50 mm
Any method
Except
rimmed steel
1)
For t > 50 mm
killed
For t 50 mm
Any method
Except
rimmed steel
For t > 50 mm
killed
For t 50 mm
Killed,
For t > 25
mm
Fully killed
and fine
grain treated
Fully killed
and fine
grain treated
Chemical
composition
(%) ladle
sample
4), 7), 8)
Carbon plus 1/6 of the manganese content is not to
exceed 0,4 %
C
max
0,21
2)
0,21 0,21 0,18
Mn
min
2,5 x C 0,30
3)
0,60 0,70
Si
max
0,5 0,35 0,35 0,25
P
max
0,035 0,035 0,035 0,035
S
max
0,035 0,035 0,035 0,035
Al(acid
soluble)
max
- - 0,015
5) 6)
0,015
6)
T = material thickness
1)
= Grade KI- A sections up to a thickness of 12,5 mm may be accepted
in rimmed steel subject to the special approval of the Society
2)
= max 0,23 % for section
3)
= when grade KI-B steel is impact tested the minimum manganese
content may be reduced to 0,60%
4)
= When any grade of steel is applied in the thermo-mechanically rolled-
condition variations in the special
chemical composition may be allowed or required
5)
= For Grade KI-D steel over mm thick
6)
= For Grade D steel over 25 mm thick and for Grade E steel, the total
aluminium content may be calculated in place of the acid soluble part.
In such cases, the total aluminium content may not less than 0,020%.
BKI may also specify a maximum limit for aluminium. Other grain
refining elements may also be permitted subject to approval.
7)
= In the melt, the maximum values of the following elements may not be
exceeded :
Cu : 0,30%; Cr : 0,20%; Ni : 0,40%; Mo : 0,08%
8)
= Where the manufacturing process demands the addition of additional
elements, their contents are to be indicated in the manufacturers
certificate.
SURVEYOR HANDBOOK 35
Table 3.3 Chemical composition and deoxidation practice for
higher strength steels
Grade
1)
KI-A 27 S, KI-D 27 S, KI-
E 27 S, KI-A 32, KI-D 32,
KI - E 32, KI-A 36, KI-D
36, KI - E 36, KI-A 40, KI-
D 40, KI - E 40
KI-F 32
KI-F 36
KI-F 40
Deoxidation practice Killed and fine grain treated
Chemical composition (%)
5), 7)
(ladle samples)
Cmax
Mn
Simax
Pmax
Smax
Al (acid soluble)min
Nb
V
Timax
Cumax
Crmax
Nimax
Momax
Nmax
Carbon equivalent value
6)
0,18
0,90 -1,60
2)
0,50
0,035
0,035
0,015
3), 4)
0,02 - 0,05
4)
0,05 - 0,10
4)
0,02
0,20
0,30
0,40
0,08
-
0,16
0,90 -1,60
0,50
0,025
0,025
0,015
3), 4)
0,02 - 0,05
4)
0,05 - 0,10
4)
0,30
0,02
0,20
0,80
0,08
0,009
(0,012 where Al
is present
)
The letter H may be added to the steel grade designation, e.g. KI-AH 36
2)
Up to a thickness of 12,5 mm the minimum manganese content may be reduced to 0,70
%.
3)
The total aluminium content may be calculated in place of the acid-soluble part. In
such cases the total aluminium content may not be less than 0,020%.
4)
The steel is to contain aluminium, niobium, vanadium or other suitable grain refining
elements, either singly or in any combination. When used singly the steel is to contain
the specified minimum content of the grain refining element. When used in
combination, the specified minimum content of the refining element is not applicable.
5)
Where a higher strength steel is supplied in a thermo-mechanically rolled condition,
variations in the chemical composition may be approved or required.
6)
When required, the carbon equivalent value is to be calculated from the ladle analysis
using the following formula :
Mn Cr + Mo + V Ni + Cu
Ceq = C ----------- + ---------------- + -----------
6 5 15
This formula is applicable only to steels which are basically of the carbon_manganese
type and gives a general indication of the weldability of the steel
7)
When the manufacturing process demands the addition of the other elements, their
content is to be indicated in the manufacturers certificate.
SURVEYOR HANDBOOK 36
Table 3.4 Carbon equivalent values for TM rolled, higher strength
shipbuilding steels up to a product thickness of 100 mm
Carbon equivalent value, max (%)
1)
Thickness of product (t) mm Steel Grade
t 50 50 < t 100
KI-A 27 S, KI-D 27 S, KI-E 27 S
KI-A 32, KI-D 32, KI-E 32, KI-F 32
KI-A 36, KI-D 36, KI-E 36, KI-F 36
KI-A 40, KI-D 40, KI-E 40, KI-F 40
-
0,36
0,38
0,40
-
0,38
2)
0,40
2)
-
Note :
1)
It is up to the manufacturer and material user to agree lower value is special cause
2)
Steel grades KI-F 32 and KI-F 36 are not designed for thickness of t > 50 mm
Table 3.5 Condition of supply for normal strength steels
Grade Thickness range (mm) Condition of supply
KI-A 50
> 50 100
any
Normalized, normalizing or TM rolled
1)
KI-B 50
> 50 100
Any
Normalized, normalizing or TM rolled
2)
KI-D 50
> 50 100
any
Normalized, normalizing or TM rolled
2)
KI-E 100
Normalized, normalizing or TM rolled
2)
Note :
1) Subject to the special approval of the society, plates in Grade KI-A and KI-B steel may
also be supplied in the as rolled condition, cf. 13.2 b)
2) Subject to the special approval of the society, sections in Grade KI-D steel may be
applied in the as rolled condition provided satisfactory results are consistently obtained
from Charpy V-actch impact tests. Similarly sections Grade KI-E steel may be applied
in the rolled or normalized rolled condition. The frequency of impact tests is to be in
accordance with 13.2.b) and 13.3c) respectively
SURVEYOR HANDBOOK 37
Table 3.6 Condition of supply for Higher strength steels
Grade Grain
refining
elements
used
Thickness
range
(mm)
Condition of supply
KI-A 27 S
KI-A 32
KI-A 36
Nb and or V
12,5
> 12,5 100
any
Normalized, normalizing or TM rolled
1)
KI-A 27 S
KI-A 32
KI-A 36
At alone or
with Ti
20,0
> 20,0 35
> 35,0 100
Any
any, but as-rolled subject to special approval
of the society
1)
normalized, normalizing or
TM rolled
2)
KI-A 40 any
12,5
> 12,5 100
any
Normalized, normalizing or TM rolled
KI-D 27 S
KI-D 32
KI-D 36
Nb and or V
12,5
> 12,5 100
Any
Normalized, normalizing or TM rolled
KI-D 27 S
KI-D 32
KI-D 36
At alone or
with Ti
20,0
> 20,0 25
> 25,0 100
Any
any, but as-rolled subject to special approval
of the society
1)
normalized, normalizing or TM rolled
2)
KI-D 40 any 50,0 Normalized, normalizing or TM rolled
KI-E 27 S
KI-E 32
KI-E 36
any
50,0
> 50,0 100
Normalized, normalizing or TM rolled
3)
Normalized, normalizing or TM rolled
KI-E 40 any 50,0
Normalized, TM rolled quenched and
tempered
KI-F 27 S
KI-F 32
KI-F 36
any 50,0
Normalized, TM rolled quenched and
tempered
3)
Note :
1)
The frequency of impact tests is to be accordance with 13.2 b)
2)
Subject to the special approval of the society, sections in Grade KI-A 27 S, KI-A 32, KI-A 36, KI-D 32 and
KI-D 36 steel may be applied in the as rolled condition provided satisfactory results are consistently obtained
from Charpy V-actch impact tests. Similarly sections Grade KI-E 27, KI-E 32 and KI-E 36 steel may be
applied in the rolled or normalized rolled condition. The frequency of impact tests is to be in accordance with
13.2.b) and 13.3c) respectively
3)
Subject to special approval of the society, section in grade KI-F 32 and KI-F 36 steels may be applied in
applied in as-rolled condition or normalizing rolled condition. The frequency of notch impacts tests is to be in
accordance with 13.3c).
SURVEYOR HANDBOOK 38
Table 3.7 Mechanical Properties for normal strength steels
Notched bar impact tests
Impact energy KV [J] min.
t # 50
[mm]
50 < t # 70 [mm] 70 < t # 100 [mm]
Grade
Yield
Strength
ReH
[N/mm
2
]
min.
Tensile
Strength
Rm
[N/mm
2
]
Elong
ation
A5
(%)
min.
Test
temp.
[
o
C ] long.
3)
trans.
3)
long.
3)
trans.
3)
long.
3)
trans
3)
KI-A
KI-B
KI-D
KI-E
235 400-520
1)
22
2)
+20
0
-20
-40
-
27
4)
27
27
-
20
4)
20
20
34
3)
34
34
34
24
3)
24
24
24
41
3)
41
41
41
27
3)
27
27
27
t = thickness of product
Notes:
1) For Grade KI-A sections the upper limit for the specified tensile strength range may be exceeded at the
discretion of the Society, irrespective of product thickness.
2) For flat tensile test specimens with a thickness corresponding of the product thickness and with a width of 25
mm and a gauge length of 200 mm the elongation is to comply with the following minimum values:
Thickness [mm] 5 > 5
10
> 10
15
> 15
20
> 20
25
>25
30
> 30
40
> 40
50
Elongations [%] 14 16 17 18 19 20 21 22
3) See paragraph 6.3
4) Notch impact test (ISO V actch specimen) are generally and required for Grade KI-B steel with thickness of 25
mm or less
5) For Grade KI-S products with thickness in access of 50 mm, notch impact tests are not required provided that
the steel has been fleas grain trusted and normal led. TM rolled steels may also be supplied without notch
impact testing provided that the society has volved the need.
Table 3.8 Mechanical Properties for higher strength steels
Notched bar impact tests
Impact energy KV [J] min.
t # 50
[mm]
50 < t # 70 [mm] 70 < t # 100 [mm]
Grade
Yield
Strength
ReH
[N/mm
2
]
min.
Tensile
Strength
Rm
[N/mm
2
]
Elong
ation
A5
(%)
min.
Test
temp.
[
o
C ] long.
3)
trans.
3)
long.
3)
trans.
3)
long.
3)
trans
3)
KI-A 27 S 0
KI-D 27 S -20
KI-E 27 S
265 400-530 22
2)
-40
27 30 34 24 41 27
KI-A 32 0 31 22 38 26 46 31
KI-D 32 -20 31 22 38 26 46 31
KI-E 32 -40 31 22 38 26 46 31
KI-F 32
315 440-570
3)
22
2)
-60 31 22 Not Applicable
KI-A 36 0 34 24 41 27 50 34
KI-D 36 -20 34 24 41 27 50 34
KI-E 36 -40 34 24 41 27 50 34
KI-F 36
355 490-630
3)
21
2)
-60 34 24
KI-A 40 0 41 27
KI-D 40 -20 41 27
KI-E 40 -40 41 27
KI-F 40
390 510-660
3)
20
2)
-60 41 27
Not Applicable
t = thickness of product
Notes:
1) For full thickness flat tensile specimens with a width of 25 mm and gauge length of 200 mm the elongation is
to comply with the following minimum values:
Thickness [mm] 5 > 5
10
> 10
15
> 15
20
> 20
25
>25
30
> 30
40
> 40
50
Elongation
[%]
KI-A27S, KI-D27S,
KI-A32,KI-D32,KI-E32,KI-F32
KI-A36,KI-D36,KI-E36,KI-F36
KI-A40,KI-D40,KI-E40,KI-F40
15
14
13
12
16
16
15
14
17
17
16
15
18
18
17
16
19
19
18
17
20
20
19
18
21
21
20
19
22
22
21
20
2) See paragraph 6.3
3) For TM-rolled steels, the tensile strength may be up to 30 N/mm below the lower limit for this value without
giving cause for complaint.
SURVEYOR HANDBOOK 39
II. STEEL PIPES
Unalloyed Steel Pipes
1. Ruang Lingkup
Berlaku untuk pipa-pipa baja C dan C-Min yang
seamless ataupun welded dan digunakan untuk bejana
tekan, pipa saluran yang bekerja pada suhu ruang.
2. Grade- grade pipa : sesuai Tabel 4.6
3. Kelas inspeksi
Berdasarkan kondisi kerja pipa-pipa dikategorikan
dalam klas-klas inspeksi
Tabel 4.4 Inspection classes for pipes
Outside diameter of pipes [mm]
63,5 > 63,5
Inspection class
1)
Temperature
2)
[
o
C ]
Permissible
working pressure
[bar]
Temperature
2)
[
o
C ]
Permissible
working pressure
[bar]
1
2
450
> 450
80
> 80
450
> 450
32
> 32
1)
When the pressure and temperatures values do not fall into the same inspections
class, the higher inspection class is applicable
2)
Temperature of medium flowing through pipe
4. Jenis pengujian : kimia, tarik, ring, impak
5. Komposisi kimia : Harus sesuai Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Chemical composition of unalloyed steel pipe
Chemical Composition [%] Strength
category or pipe
grade
C Si Mn Pmax Smax Cr
360
410
510
0,17
0,21
0,23
0,10 0,35
1)
0,10 0,35
1)
0,30 0,60
0,40 0,80
0,40 1,20
0,80 1,50
0,040 0,040 0,30
1)
The Silicon content may be less than the specified minimum if the steels are killed
with aluminum or deoxidized under vacuum
6. Kekuatan mekanis : Harus sesuai table 4.6
SURVEYOR HANDBOOK 40
Table 4.6 Mechanical and technological of unalloyed steels
pipes
Yield Strength
Roff
1) 2)
for a wall thickness in
[mm] of
Elongation
A5
Impact energy
KV
16
> 16
40
> 40
60
long. trans long trans
Strength
category of
pipe grade
Tensile
Strength
Rm
[N/mm
2
]
[N/mm
2
]
min.
[%]
min.
[%]
min.
360
410
510
360 480
410 530
510 - 610
235
255
310
225
245
310
215
235
300
25
21
19
23
19
17
41 27
1)
For pipe with on outside diameter of 30 mm and a well thickness of 3 mm, the
minimum value are 10 N/mm
2
lower
2)
Where the well thickness ts 60 mm the values are subject to agreement
3)
For pipes for shells of pressure vessels and hydraulic cylinders with wall thickness 10
mm.
7. Test batch : - untuk d
o
# 500 mm, masing-masing test
batch berisi 100 pipa
d
o
> 500 mm, masing-masing test
batch berisi 50 pipa
8. Uji tarik : - 2 pipa masing-masing diambil dari 2 test
batch pertama, 1 pipa masing-masing dari
setiap batch berikutnya.
- untuk d
o
< 200 mm, dibuat batang uji
tarik longl
d
o
200 mm, dibuat batang uji tarik
trasns.
- untuk welded pipe, dibuat batang uji tarik
tambahan dengan arah melintang
sambungan las dan reinforcement
diratakan
9. Uji ring
9.1 Lokasi pengambilan batang uji ring. :
- pipa klas inspeksi 1 : - pada satu ujung dari setiap
pipa sample yang dipilih
sesuai ketentuan test batch
diatas.
SURVEYOR HANDBOOK 41
- pipa klas inspeksi 2 : - pipa-pipa dengan d
o
# 51
mm, pada satu ujung dari
20 % pipa-pipa.
- pipa-pipa dengan d
o
> 51
mm, pada kedua ujung
setiap pipa. Bila pipa-pipa
dalam keadaan sebagian
panjang dan tanpa
keterangan, minimal 1
batang uji harus diambil
dari 1 ujung dari setiap
bagian panjang tersebut.
Table 4.1 Types of ring test
Nominal wall thickness t
[mm]
Outside diameter of
pipe
[mm] t < 2 2 # t # 16 16 < t # 40
# 21,3 ring flattening test
1)
3)
ring flattening test
1)
3)
----
> 21,3 # 146 ring flattening test
1)
3)
ring expanding test
1)
3)
ring flattening
> 146 ---- ring traction test
2)
ring traction test
2)
1)
The drift expanding test may also be applied to welded pipes
2)
Instead of the ring traction test, the flattening test is applied to pipes with bores of #100 mm
3)
The drift expanding test is applied to seamless and welded pipes in compliance with DIN 2391-2 or
DIN 2393-3.
9.2 Ketentuan Ring Flattening Test :
H =
a/D C
a ) C 1 (
+
+
dengan C = 0,09 untuk pipa grade 360
C = 0,07 untuk pipa grade -
grade lain.
where:
H [mm] = distance between the platens
a [mm] = nominal wall thickness
D [mm] = outside diameter of pipe
C = constant determined by the steel
grade (see the provisions relating to
technological tests contained in the
following parts).
SURVEYOR HANDBOOK 42
Fig. 2.8 Pipe flattening test
Fig.2.10 Ring expanding test.
10. Uji impak : - dilaksanakan pada suhu ruang
- untuk d
o
200 mm, dibuat batang uji
trasversal
- untuk d
o
< 200 mm,dibuat batang uji
longitudinal
[
III F O R G I N G
Forging for Machine Construction and Shipbuilding
1. Ruang Lingkup : - Forging yang dari unalloyed
& low alloy steel.
- Untuk pembuatan komponen
& bagian-bagian struktur pada
kontruksi mesin dan bangunan
kapal misal : poros, piston
rod, connecting rod, rudder
stok, pintle.
- Juga berlaku untuk rolled
round bar untuk pembuatan
poros , pin dan komponen-
komponen sejenis.
t
b
b/2
Dmax
.
C
Dmin.
t
D
Drift
Specimens
SURVEYOR HANDBOOK 43
2. Kondisi supply dan laku panas :
a). Baja C dan C-Mn : - Normalizing
- Normalizing &
tenpering (quenching ,
tempering udara)
- Quenching & tempering
b). Baja Paduan (alloy) : Quenching & tempering
3. Jenis pengujian : Kimia,tarik,impak, kekerasan,
NDT.
4. Komposisi kimia : Tabel 5.2
Table 5.2 Limit values for the chemical
composition of forging steels.
C and Cmn steel
Alloyed
Steels
Chemical
Composition
1)
[%]
Permitted
Residual
Element
[%] max
Chemical
Composition
2)
Cmax. 0,50
3
)
4
)
Simax 0,45
Mn 0,30 - 1,70
Pmax 0,035
Simax 0,035
Cu 0,30
Cr 0,30
Ni 0,30
Mo
Cmax 0,45
3
)
Simax 0,45
Pmax 0,035
Simax 0,035
1) Where necessary, grain-refining elements, e.g aluminium, may be
added.
2) For the alloying elements the data given in the standards or approved
specifications are applicable.
3) The use of steels with carbon contents of C > 0,5 % and > 0,45 %
respectively must be specially authorized by the Society.
4) For welded contructions, rudder stocks and pintles, max. 0,23 %
5. Kekuatan Mekanis :
Kekuatan tarik yang dinyatakan dalam Tabel 5.3 &
5.4 tidak dianggap sebagai kuat tarik minimum
tertentu dari grade-grade baja tempa (forging), tetapi
dimaksudkan untuk memungkinkan nilai-nilain yang
dikehendaki (batas ulur, elongasi, penyusutan area
dan enrgi impak) yang ditentukan dengan interpolasi
berkaitan dengan kuat tarik minimum yang
ditetapkan
SURVEYOR HANDBOOK 44
6. Uji mekanis :
Batang uji bisa diambil dari sampel-sampel dalam
arah longitudinal, tangen sial atau tranverse seperti
Fig. 5.1 s/d 5.3.
7. NDT :
MT/PT untuk memeriksa retak permukaan setelah
machining pada :
- poros baling-baling pada bagian tirus & alur
pasak
- poros dorong pada 2 sisi flens dorong
- connecting & piston rod
- rudder stock & head pintle
- komponen- komponen mesin disel dengan d
cyl
>
400 mm ( piston head, cylcover dan lain-lain.)
UT pada :
- poros mesin induk dengan d 250 mm
- piston head
- cylinder cover
- connecting & piston rod untuk mesin disel
dengan d
cyl
> 400 mm dan lain-lain
- rudder stock & heel pintel dengan d 250 mm
dan lain-lain
Fig.5.1 Location of specimens (sampel uji) in unflanged shafts and rods
Longitudinal specimens
Transverse specimens
Transverse specimens
Tangential specimens
Transversel specimens
Tangential specimens
Longitudinal specimens
Transversel specimens
SURVEYOR HANDBOOK 45
Fig.5.2 Location of specimens (sampel uji) in flanged shafts with thrust
flange
Fig.5.3 Location of specimens ( sampel uji) in flanged shafts
IV. C A S T S T E E L
Steel Casting (baja tuang) for Machine Contruction and
Shipbuilding
1. Ruang lingkup : - Casting yang dibuat dari
unalloyed cast steel
- Untuk pembuatan komponen &
bagian-bagian struktur pada
konstruksi mesin dan bangunan
kapal misalnya : komponen mesin
disel (kecuali crank shaft) gear,
coupling, propeller, stem, stern
post, stern tube, shaft strut, rudder
bearing dan jangkar.
2. Grade Cast Steel : Sesuai dengan DIN 1681, DIN
17182, DIN 17205, grade lain
yang sepadan.
3. Jenis pengujian : Kimia, tarik, impak, NDT,
kekedapan.
4. Komposisi kimia : Baja tuang C & C-Mn (termasuk
juga Grade Cast Stell diatas)
Komposisi kimia dibatasi sesuai
tabel 6.1
Transversel specimens
Longitudinal specimens (bore)
Transversel specimens
Longitudinal specimens
SURVEYOR HANDBOOK 46
Table 6.1 Limits for chemical composition
Chemical
composition
[%]
Residual
elements
[%]
C # 0,40
1
)
Si # 0,60
Mn = 0,50 _ 1,60
S # 0,040
p # 0,040
Cu # 0,30
Cr # 0,30
Ni # 0,30
Mo # 0,08
V # 0,03
1) In the case of steel castings for weldments and propellers: C # 0,23 %
Table 6.2 Mechanical and technological properties of cast steels
conforming to DIN 1681
Impact energy
KV
[J]
1)
min.
Grade of
cast steel
Yield
strength
ReH
[N/mm
2
]
min.
Tensile
strength
Rm
[N/mm
2
]
min.
Elongation
A5
[%]
min.
Reduction
in area
Z
[%]
min. t #30 mm
2)
t >30 mm
2)
GS-38
GS-45
GS-52
GS-60
200
230
260
300
380
450
520
600
25
22
18
15
40
31
25
21
35
27
27
27
35
27
22
20
1)
Average value of 3 tests
2)
t = sample thickness
Table 6.3 Mechanical and technological properties of cast steels
conforming to DIN 17182
Grade of
cast steel
Heat
treated
condition
Wall
thickness
[mm]
Yield strength
1)
ReH
[N/mm
2
]
min.
Tensile
strength
Rm
[N/mm
2
]
Elongation
[%]
min.
Impact energy
KV [J]
1)
min.
normalized
(N
up to 40
over 40 to 100
260
230
430 to 600
430 to 600
25
25
65
45
GS-20 Mn 5 normalized
(N)
up to 40
over 40 to 100
over 100 to 160
over 160
300
260
(260)
3)
(240)
3)
500 to 650
500 to 650
480 to 630
450 to 600
22
22
20
20
55
40
27
27
GS-20 Mn 5 quenched
and
tempered
(Q T)
up to 40
over 40 to 100
over 100 to 160
over 160
360
300
(280)
3)
(260)
3)
500 to 650
500 to 650
500 to 650
480 to 630
24
24
22
22
75
50
40
30
1)
If there is no marked yield strength, the 0,2% proof stress applies.
2)
Average value of 3 tests.
3)
The values in brackets are only an approximate indication of the minimum yield strength in the
casting.
SURVEYOR HANDBOOK 47
Table 6.4 Mechanical and technological properties of cast steels
conforming to 2.4
Impact energy
3
Grades
of steel
Minimum tensile
strength
1)
2)
Rm
[N/mm
2
]
Yield strength
ReH
[N/mm
2
]
min.
Elongation
A5
[%]
min.
Reduction in area
Z
[%]
min.
KV
[J]
4)
min.
KU
[J]
4)
min.
Ordinary
quality C and
CMn cast
steel
400
440
480
520
560
600
200
220
240
260
280
300
25
22
20
18
15
13
40
30
27
25
20
20
25
20
18
15
12
10
25
22
20
17
15
12
Special
quality C and
CMn cast
steel
400
440
480
520
560
600
200
220
240
260
280
300
28
26
24
22
20
18
45
45
40
40
35
35
32
28
25
20
18
15
30
27
25
22
20
17
1) Where the minimum tensile strength of a steel grade falls between two of the graduated values, the requirements may be
determined by interpolation.
2) The tensile strength determined by testing may not exceed the specified minimum tensile strength by more than 150
N/mm
2
in the case of the ordinary qualities and 120 N/mm
2
in the case of the special qualities.
3) The propellers of ships with ice class symbols ES1 to ES4 are subject to the requirements specified in 4.3.
4) Average value of 3 tests.
Untuk mengetahui mampul las, digunakan :
C
m
= C +
6
Ma
+
5
V Mo Cr + +
+
15
Cu Ni +
(%)
5. Kekuatan mekanis :
Sesuai tabel table 6.2, 6.3, 6.4. Tabel 6.4 dipergunakan
untuk grade lain yang sepadan
6. NDT :
MT/UT dilaksanakan pada :
- bed plate mesin disel.
- bagian-bagian dari mesin disel (poston head,
cylinder cover dan lain-lain ) dengan d
cyl
> 400 mm.
- stern tube / boss dari stern post.
- shaft strut (boss dan arm)
Dengan persetujuan surveyor , UT boleh diganti dengan
RT.
SURVEYOR HANDBOOK 48
7. Uji Kedap :
- Dengan uji tekanan hidrolic pada komponen (setelah
dimachining) misal stern tube.
- Tekanan uji = 1,5 x tekanan kerja (untuk stern tube
.2 bar ) selama 10 menit.
V CAST IRON ( BESI TUANG )
A. Besi tuang Nodular
1. Penggunaan : komponen-komponen mesin
dan saluran pipa jenis fitting,
flange, housing,hub, crank
shaft, bed plate yang bekerja
pada suhu ruang.
2. Jenis pengujian : Kimia, impak, metallograpy,
MT.
3. Komposisi kimia : minimum terdiri dari unsur C,
Si, Mn, P, S, dan Mg. Ni
dan Cu sesuai DIN 1693
4. Kekuatan mekanis : sesuai tabel 7.1
Table 7.1 Mechanical properties and structure of nodular cast iron
Impact energy Minimum Tensile
Strength
Rm
1)
[N/mm
2
]
Rp 0,2
[N/mm
2
]
min.
A5
[%]
min.
Hardness
HB 10
2)
min.
Test
temp.
[C]
KV
3)
[J]
min.
Structure of
metallic
matrix
Ordinary
qualities
370
400
500
600
700
800
230
250
320
370
420
480
17
12
7
3
2
2
120-180
140-200
170-240
190-270
230-300
250-350
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Ferrite
Ferrite
Ferrite/Perlite
Ferrite/Perlite
Ferrite
Ferrite/Perlite
Special
qualities
350
400
220
250
22
4)
18
4)
110-170
140-200
40 17 (14)
14 (11)
Ferrite
Ferrite
)
Where the minimum tensile strength of the casting falls between the graduated values
indicated, the requirements may be determined by interpolation.
2)
The value are intended only as a guide and are not test requirements.
3)
The average value measured on 3 Charpy V_notch specimens. One result may be
below the average value but not less than the minimum shown in brackets.
4)
In the case of integrally cast samples, the elongation may be 2 percentage
SURVEYOR HANDBOOK 49
5. Uji Tarik : 1 batang uji masing-masing diambil dari
batang sampel bentuk U dan Y Fig. 7.1 dan 7.2
6. MT : dilaksanakan pada crank shaft setelah machining
Sizes in [mm] for sample of type
Dimension
Y1 Y2 Y3 Y4
a
b
c
h
12
40
25
135
25
55
40
140
50
100
50
150
75
125
65
175
B. Besi tuang kelabu (Grey Cast Iron)
1. Penggunaan : komponen mesin dan saluran
pipa misalnya : fitting, flange,
housing, hub, wheel bodie, bed
plate, cylinder dan bagian-
bagian sejenis.
2. Jenis pengujian : kimia , tarik
3. Komposisi kimia : minimum terdiri dari unsur-
unsur C, Si, Mn, P, S sesuai
DIN 1691.
3Incline
Dimension Location of specimen
a
b
c
h
Lt
= 25 mm
= 90 mm
= 40 mm
= 100 mm
= 125 mm
Z =
K =
tensile test specimen
Impact test specimen
SURVEYOR HANDBOOK 50
4. Kekuatan mekanis : ada 4 macam kuat tarik
minimum yaitu : Rm = 200 ;
250; 300; 350 N/mm
2
5. Uji tarik : batang sample harus dituang
terpisah seperti Fig. 7.3
Fig. 7.3 Mould for test bar
VI. ALUMUNIUM ALLOY
A. Wrought A Alloy .
1. Bentuk material : a. Pelat dan Strip :
KI-5083 (Al Mg 4,5 Mn 0,7)
KI-5086 (Al Mg 4)
KI-5754 (Al Mg 3)
b.Profil, batangan, pipa :
KI-5083 (Al Mg 4,5 Mn 0,7)
KI-5086 (Al Mg 4)
KI-6065A (Al Si Mg (A))
KI-6061(Al Mg 1 Si Cu)
KI-6082 (Al Si 1 Mg Mn).
Bentuk a & b dapat dalam kondisi material :
annealing, work hardening dan lain-lain (lihat Rule
Vol. V Table 9.2)
2. Toleransi ukuran : - Pelat dan strip : lihat Tabel 9.4
- profil terbuka : lihat Tabel 9.5
3 0
+ 2
0
SURVEYOR HANDBOOK 51
- profil tertutup : lihat Tabel 9.6
3. Jenis pengujian : Kimia , tarik
4. Komposisi kimia : lihat tabe l 9.1
5. Kekuatan mekanis : lihat tabe l 9.2 & 9.3
6. Pengujian :
a. Produk dikelompokkan dalam kelompok-
kelompok uji (test bachs) dengan syarat :
- dibuat dari campuran (alloy) dan peleburan
(charge) yang sama
- proses pembentukan, kondisi material /
perlakuan panas yang sama
- bentuk dan ukuran yang sama(untuk pelat
dan strip dengan ketebalan yang sama.
b. Jumlah batang uji tarik :
- pelat dan strip t 6 mm :
- 1 batang uji diambil dari setiap tect batch
berat 1000 kg
- bila berat sebuah test batch > 1000 kg,
sebuah batang uji diambil dari setiap
tambahan 1000 kg atau bagian darinya.
- pelat t > 6 mm
- 1 batang uji diambil dari setiap tect batch
- bila berat sebuah test batch > 2000 kg,
sebuah batang uji diambil dari setiap
tambahan 2000 kg atau bagian darinya.
- produk extrusi (profil, batangan, pipa)
dengan berat / m :
- < 1 kg/m : 1 batang uji diambil dari
setiap tect batch berat
1000 kg atau bagian
darinya
- 1 s/d 5 kg/m : 1 batang uji diambil dari
setiap tect batch berat
2000 kg atau bagian
darinya
SURVEYOR HANDBOOK 52
- > 5 kg/m : 1 batang uji diambil dari
setiap tect batch berat
3000 kg atau bagian
darinya
c. Posisi sample uji :
- untuk pelat dan strip, diambil sample uji
melintang
- bila lebar < 300 mm, boleh diambil sample
memanjang
- untuk produksi extrusi , diambil sample
memanjang
d. Bentuk batang uji :
- t 12,5 mm, batang uji pipih dengan L
o
= 50
mm
- t > 12,5 mm, batang uji bulat dengan d
o
= 10
mm L
o
= 50 mm
dengan lokasi sumbu batang uji :
dengan t 40 mm, terletak ditengah tebal
produk
untuk t > 40 mm, terletak di tebal produk.
7 Re-test :
- Bila satu batang uji gagal memenuhi syarat, 2
batang uji tambahan harus diambil dari sample
uji yang sama. Bila kedua batang uji ulang
memenuhi syarat, sample uji dari batang uji
ulang dan sample-sampel uji lain yang termasuk
dalam test batch tersebut dapat diterima
(accepted)
- Bila 1 atau kedua batang uji ulang gagal
memenuhi syarat, sample uji dari batng uji
tersebut harus ditolak (rejected). Sample uji sisa
dalam batch tersebut bias diterima asalkan hasil
uji yang dilakukan pada batang-batang uji dari 2
sampel uji yang lain memenuhi syarat. Bila
batang-batang uji ini juga gagal, maka seluruh
test batch harus ditolak.
SURVEYOR HANDBOOK 53
Tabel 9.1. Chemical composition of selected wrought alumunium
alloys
Tabel 9.2 Material condition and mechanical properties of plates
and strips made of wrought alumunium alloys
1)
(product
thickness t = 3,0 50 mm)
Alloy
Number
Material
Condition
RF0,2
[N/m
m
2
]
min
Rm
[N/mm
2
]
min
Thickness
t
[mm]
Elongation
[%]
min.
A50mm A5
O/H111/H112 125 275 -350 t 12,5 16
t > 12,5 15
H116 215 305 t 12,5 12
t > 12,5 10
H32/H321 215 t 12,5 10
KI-5083
t > 12,5 9
O/H111/H112 100 240 -310 t 12,5 17
t > 12,5 16
H116 195 275 t 12,5 10
t > 12,5 9
H32/H321 185 275 - 335 t 12,5 10
KI-5086
t > 12,5 9
O/H111/H112 80 t 12,5 18 KI-5754
t > 12,5 17
1)
The mechanical properties are applicable to both longitudinal and transverse test
specimen
2)
Indication symbols used in material condition :
O = Annealing
H111 = Work hardened
H112 = As manufacturing process
H116 = Stabilizing treatment after work hardened
H32 = Stabilizing treatment after work hardened
H321 = Stabilizing treatment after work hardened
T5 = Artificial age hardening after aisvated temperature working and according
cooling
T6 = Artificial age hardening treatment after solution treatment
Chemical composition (%) Others
%
Additional
reguirements
Alloy
Member
Al Si Fe Cu Mn Mg Cr Zn Ti singleTotal
KI-5083 Residual 0,40 0,40 0,10 0,4-1,0 4,0-4,9 0,05-0,25
0,25 0,15 0,05 0,15
KI-5086 Residual 0,40 0,50 0,10 0,2-0,7 3,5-4,5 0,05-0,25
0,25 0,15 0,05 0,15 0,10 Mn + Cr 0,6
KI-5754 Residual 0,40 0,40 0,10 0,50 2,6-3,6 0,30 0,20 0,15 0,05 0,15 0,12 Mn + Cr 0,50
KI-6005A Residual 0,5-0,9 0,35 0,30 0,50 0,4-0,7 0,30 0,20 0,10 0,05 0,15
KI-6061 Residual 0,4-0,8 0,70 0,15-0,4 0,15 0,8-1,2 0,04-0,35
0,25 0,15 0,05 0,15
KI-6062 Residual 0,7-1,3 0,50 0,10 0,4-1,0 0,6-1,2 0,25 0,20 0,10 0,05 0,15
1)
Slight variations from the specified composition may be permitted of 7.2
2)
Others are regarded as approval other metallic elements. They do not have to be indicated
provided that the boundary volume are not exceeded
3)
The alloy grades 6005 A, 6061 of the 6000 series should not be used in direct contact
with sea water unless protected by anodes and/or pa.
SURVEYOR HANDBOOK 54
Table 9.3 Material condition and mechanical properties of
extruded sections, bars and pipes made of wrought
aluminum alloys
1)
(product thickness t = 3,0 to 50
mm)
Elongation
[%]
min.
Alloy
Number
Material
Condition
RF0,2
[N/mm
2
]
min
Rm
[N/mm
2
]
min
Thickness
t
[mm]
Amax As
O/H111 110 270 - 350 t 12,5 14 KI-5083
O/H112 125 270 t > 12,5 12
O/H111 95 240 - 320 t 12,5 18 KI-5086
t > 12,5 15
T5/T6 215 260 t 12,5 8 KI-6005 A
t > 12,5 6
T5/T6 240 260 t 12,5 10 KI-6061
t > 12,5 8
T5/T6 260 310 t 12,5 10 KI-6082
t > 12,5 8
The mechanical properties are applicable to both longitudinal and transverse not specimen
Table 9.4 Permitted lower thickness tolerances for plates and strips
Thickness tolerances for product widths
[mm] Nominal thickness
[mm]
up to 1500
Over 1500
up to 2000
over 2000
up to 3500
up to 4 0,10 0,15 0,15
over 4 up to 8 0,20 0,20 0,25
over 8 up to 12 0,25 0,25 0,25
over 12 up to 20 0,35 0,40 0,50
over 20 up to 50 0,45 0,50 0
Table 9.5 Permitted lower thickness tolerances for open sections
Thickness tolerances for product widths
[mm] Nominal thickness
[mm]
up to 2500
Over 2500
up to 4000
over 4000
From 3 up to 6 0,25 0,35 0,40
over 6 0,30 0,40 0,45
Table 9.6 Permitted lower thickness tolerances for closed sections
Thickness tolerances for product widths
[mm]
Nominal thickness
[mm]
up to 250 Over 250 up to 400
From 3 up to 6 0,15 0,25
over 6 0,20 0,30
SURVEYOR HANDBOOK 55
B. Casting A Alloy
1. Penggunaan : - lambung kapal
- bagian-bagian konstruksi kapal
- komponen bangunan kapal yang
lain
2. Grade-grade yang diijinkan : Table 9.7
Table 9.7 Commonly used aluminum casting alloys
Material designation to DIN 1725, part 2
Suitability for use in marine environment
to DIN 1725, part 2
G-/GK/GD-Al Si 12
G-/GK/GD-Al Si 10 Mg wa
G-/GK-Al Si 9 Mg wa
G-/GK-Al Si 7 Mg wa
G-/GK-Al Si 5 Mg ka/wa
G-/GK-Al Mg 3
G-/GK-Al Mg 3 Si
G-/GK-Al Mg 5
G-/GK-Al Mg 5 Si
G-/GK-Al Mg 9
Good
Good
Good
Good
Good
Excellent
Very good
Excellent
Very good
Very good
VII. COPPER ALLOY
Cast Copper Alloy :
1. Penggunaan : katup, rumah pompa, shaft liner,
bush, bagian-bagian serupa
2. Grade-grade yang dapat digunakan : lihat tabel
10.4
3. Jenis-jenis pengujian : kimia, tarik
4. Komposisi kimia : sesuai DIN 1705, 1716, 17658
5. Kekuatan Mekanis : lihat tabel 10.5
6. Uji tarik : - 1 batang uji diambil dari setiap
peleburan dengan berat 1000 kg
SURVEYOR HANDBOOK 56
- bila berat peleburan > 1000 kg,
diisyaratkan 1 batang uji tambahan
- sample uji seperti Fig. 10.1 harus
dari peleburan yang s
Fig. 10.1 Sample casting
Table 10.4 Suitable cast copper alloys
Material designation
Abbreviated
material
designation
Chemical
Composition to
Recommended application
Bronze Cu Sn 90/10 G-Cu Sn 10 DIN 1705 Valves and pump housings
Gunmetal SS/10/2 G-Cu Sn 10 Zn DIN 1705 Shaft liners, bearing bushes
Loaded gunmetal 83/7/4/6 G-Cu Sn 7 Zn Pb DIN 1705 Shaft liners, bearing bushes
Loaded gunmetal 83/5/5/5 G-Cu Sn 5 Zn Pb DIN 1705 Bearing bushes, valves, fittings
Load bronze 85/5/10 G-Cu Pb 5 Sn DIN 1716 Valves and pump housings
Copper-nikel 90/10 G-Cu Ni 10 DIN 17658 Valves and pump housings
Copper-nikel 70/10 G-Cu Ni 30 DIN 17658 Shaft liners, valve and pump
housings
Table 10.5 Mechanical properties of cat copper alloys according to
3.1
Abbreviated
Material
designation
Method of
casting
Yield
strength
RF0,2
[N/mm
2
]
min
Tensile
strength
Rm
[N/mm
2
]
min
Elongation
As
[%]
min.
Hardness
HB 10
min.
G Cu Sn 10 Send cast 130 270 18 70
G-Cu Sn 10 Zn Send cast
Centrifugally cast
Continuously cast
130
150
150
260
270
270
15
7
7
75
85
80
G-Cu Sn 7 ZnPb Send cast
Centrifugally cast
Continuously cast
120
130
130
240
270
270
15
13
16
65
75
70
G-Cu Sn 5 ZnPb Send cast 90 240 18 60
SURVEYOR HANDBOOK 57
G-Cu Pb 5 Sn Send cast 130 240 15 70
G-Cu Ni 10 Send cast 150 310 18 100
G-Cu I 30 Send cast 230 440 18 115
VIII. J A N G K A R
1. Bahan : Dari baja tempa atau tuang atau
dibuat dengan pengelasan
2. Kategori : - Normal Holding Power
- High Holding Power (HHP)
- Very High Holding Power (VHHP)
3. Design : - design jangkar harus disetujui oleh
BKI Pusat
- Jangkar kategori HHP hanya boleh
dihubungkan dengan rantai jangkar
grade KI-KI atau K1-K2 dan VHHP
dengan K1-K3
4. Bahan : - Shank dan crown dari baja tempa
harus dibuat dari baja C atau C-Mn
yang mampu las dengan % C
0,22 % dan memenuhi persyaratan
baja forging/tempa
- Shank dan crown dari baja tuang
harus dibuat dari baja C atau C-Mn
yang mampu las dan memenuhi
persyaratan baja tuang (cost steel)
5. Uji material : Pabrik jangkar harus memberikan hasil
uji material (komposisi kimia, kekuatan
mekanis, kondisi perlakuan panas, heat
number)
6. Uji beban ; - dikenakan pada jangkar dengan
berat (termasuk stock) 75 kg.
- Sebelum uji tidak boleh ada coating
dan cacat misal : retak, cacat tempa,
cacat tuang dan cacat las
SURVEYOR HANDBOOK 58
- Beban uji dipusatkan pada 1/3
panjang lengan dari ujung
- Nilai beban uji tergantung dari berat
(table 11) dan kategori jangkar
sebagai berikut :
a. jangkar tanpa stock : berat total
b. jangkar dengan stock : berat
tanpa stock
c. jangkar HHP : berat = 1,33 x
berat actual
d. jangkar VHHP : berat = 2,0 x
berat actual
e. jangkar mooring : berat = 1,33 x
berat actual
- Setelah uji beban harus tidak tampak
perubahan tetap dari jangkar, dan
lengan masih dapat bergerak bebas.
7. Perbaikan dan uji ulang pada jangkar rusak
- jangkar rusak bisa diperbaiki dengan pengelasan
dan/atau pelurusan (dengan pemanasan)
- sebelum perbaikan dengan las harus preheated, dan
sesudahnya harus stretsrealieved dan bebas cacat
retak, LF, U/C yang parah inklusi slag
- perbaikan dengan las pada cast steel harus sesuai
dengan persyaratan pada Cast Steel
- Uji beban ulang harus dilaksanakan sesuai butir 6 di
atas
IX. RANTAI JANGKAR
1.Grade : - K1-K1, K1-K2, K1-K3
- hanya K1-K1 & K1-K2 yang boleh
berupa mata rantai pendek dan
tanpa sekang (studless)
2. Bahan : - Rolled Steel
SURVEYOR HANDBOOK 59
- Forged Steel
- Cast Steel
3. Rolled Steel : - kekuatan mekanis, komposisi
kimia, toleransi ukuran sesuai Tabel
12.1, 12.2, 12.3
- jenis uji mekanik : tarik dan impak
- sample uji mekanis diambil dari
setiap kelompok uji (test batch)
- test batch dikelompokkan berdasar
no. peleburan dan ukuran yang
sama dan berat maksimum = 50 ton
/ batch
- sebelum pembuatan batang uji,
sample uji harus dikenai perlakuan
panas seperti table 12.4
- sample uji diambil dalam arah
memanjang pada lokasi 1/6 (Fig
12.1)
- 1 set batang uji impak terdiri dari 3
batang uji
- bila uji tarik atau impak gagal, 2
batang uji tarik atau 2 set batang uji
impak baru bias diuji ulang, sample
uji ulang tidak berasal dari sample
uji untuk uji awal yang gagal
- uji ulang dianggap lulus, bila kedua
batang uji tarik atau 2 set batang uji
impak memenuhi syarat.
4. Forged Steel : - persyaratan bahan seperti pada
Forging untuk konstruksi mesin dan
bangunan kapal
- bila persyaratn tidak ditentukan
secara spesifik maka persyaratan
kekuatan mekanis table 12.1 harus
SURVEYOR HANDBOOK 60
dipakai sebagai persyaratan
minimum
5. Cast Steel : - persyaatan bahan seperti pada Cast
steel untuk konstruksi mesin dan
bangunan kapal
- semua Cast Steel harus diberi
perlakuan panas
- bila persyaratan tidak ditentukan
secara spesifik, maka persyaratan
kekuatan mekanis Tabel 12.1 harus
dipakai sebagai persyaratan
minimum
6. Toleransi Ukuran :
- toleransi diameter minus mata rantai didaerah
lengkungan :
d
nom
40 mm, - 1 mm
40 < d
nom
84 mm, - 2 mm
84 < d
nom
122 mm, - 3 mm
d
nom
> 122 mm, - 4 mm
- toleransi diameter plus mata rantai di daerah
lengkungan 5 % d
nom
- toleransi diameter minus mata rantai di daerah
luar lengkungan tidak boleh
- toleransi diameter plus mata rantai di daerah
reinforcement 8 % d
nom
- deviasi dari posisi 90
0
dan kemelesetan pust X
(Fig 12.2) :
4
0
, X = (A-a)/2 10 % d
nom
- toleransi untuk perlengkapan rantai :
- - d
nom
: +5 %,
- -0%
- ukuran-ukuran yang lain 2,5 %
(Shackle, Swivel, Shackle Swivel)
SURVEYOR HANDBOOK 61
7. Proof dan Breaking Load Test :
- Rantai harus bebas dari lapisan cat dan anti
korosi
- Proof Load test dikenakan pada setiap segel
rantai (27,5 m) sesuai table 12.7
- Breaking Load test dikenakan pada sample
mata rantai (3 mata) sesuai table 12.7
8. Retest : - Bila sebuah breaking load test gagal, satu
benda uji boleh diambil dari segel yang sama
untuk diuji. Bila uji ulang gagal, maka segel
tersebut ditolak.
- Breaking Load re-test kedua boleh dilakukan
pada 3 segel sisa (yang merupakan bagian
dari test batch sebelumnya). Bila 1 (satu) test
gagal maka seluruh test batch dari 4 segel
ditolak.
- Bila sebuah proof load test gagal, mata-mata
rantai yang rusak harus diganti, perlakuan
panas harus dilaksanakan pada mata rantai
baru dan kemudian proof load test diulang.
9. Uji Mekanis pada Rantai K1-K2 dan K1-K3 :
- Untuk rantai K1-K3 dan K1-K2, 1 batang uji
tarik & 1 set batang uji impak diambil dari
setiap segel ke-4. batang uji diambil dari
metal induk pada sisi dari mata rantai
berlawanan dengan las (table 12.5)
- 1 set batang uji impak tambahan dengan
takik terletak di las diambil dari rantai K1-
K3 dan K1-K2 non heat treated.
- Kekuatan mekanis harus memenuhi
persyaratan table 12.6
10. Pengujian dan Perlengkapan Rantai :
- Proof load test dikenakan pada perlengkapan
rantai sesuai table 12.7
SURVEYOR HANDBOOK 62
- Breaking load dikenakan pada 1 unit
perlengkapan dari :
25 unit shackle, swivel, swivel shackle,
large link, end link
50 unit ke center shackle
Tabel 12.1. Mechanical Properties of chain cable material
Notched bar impact test
Grade
ReH
[N/mm
2
]
min.
Rm
[N/mm
2
]
A5
%
min.
Z
%
min.
Test
Temperature
0
C
KV
1)
[J]
min.
K1-K1
K1-K2
K1-K3
---
295
410
370-490
490-690
min. 690
25
22
17
---
---
40
---
0
0
(0-20)
---
27
2)
60
(35)
3)
1)
Average value obtained with 3 specimens. One individual value may be below, but not
less than 70 % of the average value
2)
The notched bar impact test nay be disposed with for K1-K2 material if the chain cable
is supplied in heat-treated condition
3)
Alternatively, the notched bar impact test may be performed at -20
0
C
Table 12.2 Chemical composition of rolled steel bars
Chemical composition of rolled steel bar
Grade
C
max
Si Mn P
max
S
max
Altot
1)
min
K1-K1 0,20 0,15-0,35 min 0,40 0,040 0,040 ---
K1-K2 0,24 0,15-0,55 max 1,60 0,035 0,035 0,020
K1-K3 According to the approved specification
1)
Alumunium may be partly replaced by other grain reforming elements
2)
With the societys approval, additional alloying condition may be added
Table 12.3 Permitted tolerances applicable to the diameter and
oval shapes of rolled chain cable steel
Nominal diameter
[mm]
Diameter tolerances
[mm]
Oval shape (d
max
d
min
)
below 25 - 0 + 1,0 0,6
25-35 - 0 + 1,2 0,8
36-50 - 0 + 1,6 1,1
51-80 - 0 + 2,0 1,5
81-100 - 0 + 2,6 1,95
101-120 - 0 + 3,0 2,25
121-160 - 0 + 4,0 3,0
SURVEYOR HANDBOOK 63
Table 12.4 Heat treatment of chain cables
Grade Condition of supply
K1-K1
(K1-K2)
1)
Untreated or normalized after welding
K1-K1
(K1-K2)
Normalized, normalized and tempered or
quenched and tempered
1) Chain cables made of girders K1-K2 steel shall generally be normalized. The
society may
Table 12.5 Scope of mechanical and technological testing of
finished chain cables
No. of test specimens from every 4
th
length of chain
cables
Notched bar impact test
Grade
Method of
manufacture
Heat
Treatment
1)
Breaking
Load test
Tensile test
Parent metal Parent metal Weld
K1-K1 Welding None 1 --- --- ---
K1-K2
K1-K2
Welding
Welding
N27.
None
1
1
---
1
2)
---
3
---
3
K1-K3 Welding N, QT 1 1
3)
3 3
K1-K2 Casting or
forging
N 1 1 3 ---
K1-K3 Casting or
forging
N, QT 1 1 3 ---
1)
Heat treatment N = normalizing, QT = quenching and tempering
2)
Preparation of test specimens are 4.1.3
3)
The society may additionally require a tensile test of the weld if there are doubt as to the
characteristics of the chain cable
Table 12.6 Mechanical properties of finished chain cables
Weld area
Notched bar impact test
Grade
Parent metal
Tensile test
1)
Elongation
A5
%
min.
Test temperature
[
0
C]
Impact energy
KV
[J]
2)
min.
K1-K1
K1-K2
K1-K3
The requirements
Specified in table
12.1 are to be met
25
18
14
---
0
0
(-20)
---
27
50
(27)
3)
1)
The tensile strength and the yield strength shall confirm to the requirements specified
in table 12.1. no value for the reduction in area is specified for grade K1-K3
2)
Average value obtained with 3 test specimens. One individual value may be lower
than, but not less than 70 % of, this average value
3)
Alternatively, the notched bar impact test may be performed at -20
0
C
SURVEYOR HANDBOOK 64
Table 12.7 Proof and breaking loads for stud link chain cables
Grade K1-K1 Grade K1-K4 Grade K1-K3 Chain
Diameter
[mm]
Proof load
[kN]
Breaking
load
[kN[
Proof load
[kN]
Breaking
load
[kN[
Proof load
[kN]
Breaking
load
[kN[
Weight
[kg/m]
1)
1 2 3 4 5 6 7 8
11
12,5
14
16
17,5
19
20,5
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
46
48
50
52
54
56
58
60
62
64
66
68
70
73
76
78
81
84
87
90
92
95
36
46
58
76
89
105
123
140
167
194
225
257
291
328
366
406
448
492
538
585
635
696
739
794
851
909
969
1030
1100
1160
1230
1290
1390
1500
1580
1690
1800
1920
2050
2130
2260
51
66
82
107
127
150
175
200
237
278
321
368
417
468
523
581
640
703
769
837
908
981
1060
1140
1220
1290
1380
1470
1560
1660
1750
1840
1990
2150
2260
2410
2580
2750
2920
3040
3280
51
66
82
107
127
150
175
200
237
278
321
368
417
468
523
581
640
703
769
837
908
981
1060
1140
1220
1290
1380
1470
1560
1660
1750
1840
1990
2150
2260
2410
2580
2750
2920
3040
3280
72
92
116
150
179
211
244
280
332
389
449
514
583
655
732
812
896
981
1080
1170
1270
1370
1480
1590
1710
1810
1940
2060
2190
2310
2450
2580
2790
3010
3160
3380
3610
3850
4090
4260
4510
72
92
116
150
179
211
244
280
332
389
449
514
583
655
732
812
896
981
1080
1170
1270
1370
1480
1590
1710
1810
1940
2060
2190
2310
2450
2580
2790
3010
3160
3380
3610
3850
4090
4260
4510
102
132
165
216
256
301
349
401
476
556
642
735
833
937
1050
1160
1280
1400
1540
1680
1810
1960
2110
2270
2430
2600
2770
2940
3130
3300
3500
3690
3990
4300
4500
4820
5160
5500
5840
6080
6440
2,65
3,40
4,30
5,60
6,70
7,90
9,2
10,6
12,6
14,8
17,2
19,7
22,4
25,3
28,4
31,6
35,0
38,6
42,4
46,3
50,4
54,8
59,2
63,8
68,7
73,6
78,8
84,2
89,7
95,4
101,3
107,3
116,7
126,5
133,2
143,7
154,5
165,8
177,4
185,4
197,6
SURVEYOR HANDBOOK 65
Table 12.7 Proof and breaking loads for stud link chain cables
(continued)
Grade K1-K1 Grade K1-K4 Grade K1-K3 Chain
Diameter
[mm]
Proof load
[kN]
Breaking
load
[kN[
Proof load
[kN]
Breaking
load
[kN[
Proof load
[kN]
Breaking
load
[kN[
Weight
[kg/m]
1)
1 2 3 4 5 6 7 8
97
100
102
105
107
111
114
117
120
122
124
127
130
132
137
142
147
152
157
162
2340
2470
2560
2700
2790
2970
3110
3260
3400
3500
3600
3750
3900
4000
4260
4520
4790
5050
5320
5590
3340
3530
3660
3850
3980
4250
4440
4650
4850
5000
5140
5350
5570
5720
6080
6450
6840
7220
7600
7990
3340
3530
3660
3850
3980
4250
4440
4650
4850
5000
5140
5350
5570
5720
6080
6450
6840
7220
7600
7990
4680
4940
5120
5390
5570
5940
6230
6510
6810
7000
7200
7490
7800
8000
8510
9030
9560
10100
10640
11170
4680
4940
5120
5390
5570
5940
6230
6510
6810
7000
7200
7490
7800
8000
8510
9030
9560
10100
10640
11170
6690
7060
7320
7700
7960
8480
8890
9300
9720
9990
10280
10710
11140
11420
12160
12910
13660
14430
15200
15970
206,1
219,0
227,8
241,4
250,7
269,8
284,6
299,8
315,4
326,0
336,7
353,2
370,2
381,6
411,0
441,6
473,2
506,0
539,8
574,7
1) Approximate weight data calculated according to the formula kg/m = 0,0219.
Fig. 12.2 Tolerances for stud position Fig. 12.4 Standard link
3,6
SURVEYOR HANDBOOK 66
Fig. 12.5 Large link Fig. 12.6 Studless link
Fig. 12.7 Kenter shacki Fig. 12.8 Connecting shackle
Fig. 12.9 End shackle Fig. 12.10 Swivel
4
SURVEYOR HANDBOOK 67
X PROPELLER (CAST COPPER ALLOY)
1. Perlakuan panas :
Untuk mengurangi tegangan sisa (stress relieving)
setelah penuangan dilakukan annealing dengan
temperatur dan holding time sesuai tabel 15.4 & 15.5
Tabel 15.4 Recommended filler metals and heat treatments
Grade
of
casting
Filler
Material
Preheating
Temperature
[
o
C] min.
Interpass
Temperature
[
o
C] max.
Stress
relieving heat
treatment
temperature
[
o
C]
Hot
straightening
Temperature
[
o
C]
CU 1 Al
Bronze
1)
Mn
Bronze
150
300
350 - 550
500 800
CU 2 Al
Bronze
Ni Mn
Bronze
150
300
350 550
500 800
CU 3 Al
Bronze
Ni Mn
Bronze
2)
Mn Al
Bronze
50
250
450 - 500
700 900
CU 4 Mn Al
Bronze
100 300 450 - 600 700 - 850
1) Ni Al Bronze and Mn Al Bronze may also be used
2) Stress relieving heat treatment is not necessary if Ni Al filler metal are used
Table 15.5 Holding times for the stress-reliving heat treatment of
cast copper alloys for propellers
CU 1 and CU 2 grade of casting
CU 3 and CU 4 grade of casting
Stress relieving
heat treatment
temperature
[
o
C]
Hours for each
25 mm of
thickness
Maximum
recommended
member of
hours
Hours for
each 25 mm
of thickness
Maximum
recommended
member of
hours
350
400
450
500
550
600
5
1
-
15
5
2
1
-
-
-
5
1
1)
1)
-
-
15
5
2
1)
1
1)
1) Temperature within the range 500
o
C and 600
o
C shall only be employed for CU4
alloys.
SURVEYOR HANDBOOK 68
2. Komposisi kimia : Cast copper alloy untuk baling-
baling dibagi (berdasarkan
komposisi kimia) dalam grade
sebagai berikut :
Table 15.1 Chemical composition of standard cast copper alloys
for propellers
Chemical Composition [%]
Casting
Grade
Cu Al Mn Zn Fe Ni Sn Pb
CU 1
CU 2
CU 3
CU 4
52-62
50-57
77-80
70-80
0,5-3,0
0,5-2,0
7,0-11,0
6,5-9,0
0,5-4,0
2,0-4,0
0,5-4,0
8,0-20,0
35-40
33-38
Max.1,0
Max.6,0
0,5-2,5
0,5-2,5
2,0-6,0
2,0-5,0
Max.1,0
2,5-8,0
3,0-6,0
1,5-3,0
0,1-1,5
0,1-1,5
Max.0,1
Max.1,0
Max.0,5
Max.0,5
Max.0,03
Max.0,05
3. Uji Kekuatan mekanis :
- Untuk standard cast alloy harus sesuai dengan tabel
sebagai berikut.
- Batang uji dibuat dari sampel uji yang dituang terpisah
dari tuangan baling-baling seperti Fig. 15.1 dengan
kondisi tuangan baling-baling
Fig. 15. 1 Separately cast sample pieces
SURVEYOR HANDBOOK 69
Table 15.2 Mechanical properties of standard cast copper alloys
for propellers (separately cast sample pieces)
Casting grade
Rp0,2
[N/mm
2
]
min.
Rm
[N/mm
2
]
min.
As
(%)
min.
CU1 175 440 20
CU2 175 440 20
CU3 245 590 16
CU4 275 630 1
4. N D T : - PT dilaksanakan di zona A, bila
diperlukan bisa di zona B & C
- RT dan/atau UT sebagai tambahan
untuk meyakinkan adanya cacat dalam.
5. Sudut miring (skew angle) :
- High skew propeller : > 25
o
- High skew propeller : 25
o
6. Daerah-daerah membahayakan :
- A : - tegangan kerja terbesar
- biasanya tidak diijinkan untuk
dilas (bila ada pengelasan, tempat
tersebut harus diheat treatment).
- B : - tegangan kerja bias tinggi
- pengelasan sebisa mungkin
dihindari
- C : - tegangan kerja rendah
- repair dengan las cukup aman
Batas-batas zona A, B, C untuk low skew dan high
skew propeller lihat Fig. 15.3, Fig. 15.4, Fig. 15.5
& Fig. 15.6
SURVEYOR HANDBOOK 70
Fig. 15.3 Endangered areas of fixed-pitch, low-skew propeller
Fig. 15.4 Endangered areas of high-skew, fixed-pitch propeller
Driving face
Suction face
Driving face
Suction face
SURVEYOR HANDBOOK 71
Fig. 15.5 Endangered area of the bosses of controllable-pitch
propeller
Fig. 15.6 Endangered area of fixed and controllable-pitch
propeller
Zone A
(including
bores)
g
Leading
edge
Zone B
a
Zone B Zone A
(including
Section a - a
Zone A
End of t
Section b - b
SURVEYOR HANDBOOK 72
XI WIRE ROPE
1. Penggunaan : - Hawser (tow mooring line),
standing & running rigging
untuk cargo gear dan katrol
angkat yang lain.
- Hawser dan standing rigging
harus dibuat dari kawat galvanis
(Zinc coating)
- Zinc coating sesuai tabel 13.3
2. Kuat tarik : - Harus mempunyai nom.
breaking strength (kekuatan
putus nom) 1570 dan 1770
N/mm
3
sesuai tabel 13.1
Table 13.1 Usual types of wire ropes approved by society
Structure of role
Use Number
of
strands
Number
of wires
per
strand
Type
of rope
core
Construction
of the strand
Nominal
breaking
strength
[N/mm
3
]
Galvanizing
method
Standing
rigging
6
6
7
19
1)
1 fibre or
steel core
Standard 1570
and
1770
Fully
galvanized
Hawser
(towlines
Mooring
lines)
6
6
6
6
6
19
37
24
1 steel
core
Standard
Scale or
warrington,
Warrington-
scale
1570
Fully
galvanized
Running
Rigging
6
6
6
1 fibre
steel
core
7 fibre
steel
core
Warrington-
scale
Standard
standard
1570
and
1770
Normally
galvanized
This rope may also be used as a single
Tabel 13.2 Positive tolerances for nominal breaking strength
Nominal wire diameter
D [mm]
Marginal deviations
[N/mm
3
]
0,20 up to < 0,50
0,20 up to < 1,00
0,50 up to < 1,50
1,50 up to < 2,00
2,00 up to < 6,00
+ 390
+ 350
+ 320
+ 290
+ 260
SURVEYOR HANDBOOK 73
Tabel 13.3 Zinc coatings
Marginal deviations
[N/mm
3
]
Nominal wire diameter
D [mm]
Normally
Fully Galvanized
0,20 up to < 0,25
0,25 up to < 0,40
0,40 up to < 0,50
15
20
30
-
-
75
0,5 up to < 0,6
0,6 up to < 0,7
0,7 up to < 0,8
40
50
60
90
110
120
0,8 up to < 1,0
1,0 up to < 1,2
1,2 up to < 1,5
70
80
90
130
150
165
1,5 up to < 1,9
1,9 up to < 2,5
2,5 up to < 3,2
100
110
125
180
205
230
3,2 up to < 3,7
3,7 up to < 4,0
4,0 up to < 4,5
125
135
150
250
260
270
4,5 up to < 5,5
5,5 up to < 6,0
165
180
280
280
3. Uji Keuletan : - Semua kawat dalam sastrand diuji
lengkung balik atau puntir
beberapa kali sesuai DIN 2078
- Memenuhi syarat bila 95 %
kawat-kawat tidak putus.
4. Uji Gulung : - Untuk mengetahui adesi (daya
ikat) lapisan zinc.
- Kawat galvanis ( min. 5
kawat)digulung min. 10 gulung
yang berdekatan sesuai tabel 13.4
- Setelah penggulungan, zinc
coating harus masih sangat
melekat
SURVEYOR HANDBOOK 74
Tabel 13.4 Winding Tests
Diameter of test mandrel expressed as a multiple
of the wire diameter of : Method of
Galvanizing
< 1,5 mm 1,5 mm
Fully Galvanized 4 6
Normally 2 3
5. Uji Tarik : - Satu sample uji tarik sepanjang 30 x d
rope (panjang min. = 600 mm)
diambil dari setiap panjang wire rope
10 km.
- Beban putus min. untuk rope tertentu
harus mencapai nilai yang ditentukan
dalam standar yang relevan/diakui
oleh BKI.
- Untuk panjang rope > 10 km, sample
uji kedua diambil untuk diuji.
- Bila kapasitas beban tarik mesin uji
tidak cukup, maka breaking load
ditentukan dari hasil uji yang
dilaksanakan pada helaian-helaian
kawat-kawat, untuk itu 1 strand
diambil dari setiap panjang rope 5
km. Panjang sample uji kawat 100
atau 200 mm. Kuat tarik ditentukan
berdasarkan d
rope
kawat.
- Dianggap berhasil bila 95 % kawat-
kawat memenuhi persyaratan kuat
tarik (butir 2) diatas dan beban putus
yang dihitung mencapai nilai uji
helaian kawat digunakan untuk semua
kawat dalam 1 rope dan dikalikan
factor realisasi (tabel. 13.5) dibawah.
SURVEYOR HANDBOOK 75
Tabel 13.5 Realization factors
Rope construction Rope with fibre
core
Ropes with steel core
6 x 7
6 x 19
6 x 24
6 x 36
6 x 37
0,9000
0,8600
0,8700
0,8400
0,8250
0,8379
0,8007
-
0,7821
0,7681
6. Cek diameter : - Setiap rope diukur diameternya
pada 2 tempat berjarak 1 km
- Setiap tempat diukur 2 kali dengan
arah saling tegak lurus
- Perbedaan hasil terkecil dan
terbesar 4 %
- Diameter rope = harga rata-rata
dari 4 pengukuran tersebut dan
harus masuk dalam toleransi
standar yang relevan /diakui BKI.
7. Penandaan :
- Diberi tanda berwarna :
Putih : Kuat normal = 1570 N/mm
2
Hijau : Kuat normal = 1770 N/mm
2
Kuning : Kuat normal = 1960 N/mm
2
- Rope yang telah lulus uji ditandai dengan
SURVEYOR HANDBOOK 76
TONGKAT & PENA KEMUDI
Material
Komposisi kimia dari baja tempa untuk tongkat dan pena
kemudi sbb : ( lihat Rules Volume V tabel 5.2).
Komposisi kimia untuk Forging Steel (Baja Tempa)
Baja C dan CMn Alloyed Steels
Komposisi kimia
1)
(%)
Unsur sisa lain yang
diijinkan (%) max.
Komposisi kimia
2)
(%)
Cmax 0,50
3) 4)
Simax 0,45
Mn 0,30 1,70
Pmax 0,035
Smax 0,035
Cu 0,30
Cr 0,30
Ni 0,30
Mo 0,08
Cmax 0,45
3)
Simax 0,45
Pmax 0,035
Smax 0,035
1)
Jika perlu, unsur grain-refining, seperti alumunium, dapat ditambahkan
2)
Untuk unsur campuran, data yang diberikan yang ada pada standart atau
spesifikasi yang disetujui
3)
Penggunanan baja dengan C > 0,5 % dan ,45 % masing-masing harus
disetujui secara khusus oleh BKI
4)
Untuk konstruksi yang dilas, tongkat kemudi dan pintle max. 0,23 % C
Kekuatan tarik ( lihat 4.2.2 & 4.2.3)
Jika dua sampel uji diambil dari forgiing, perbedaan antara
nilai kekuatan tarik yang diukur tidak boleh melebihi
ketentuan sbb :
Kekuatan tarik minimum
(N/mm
2
)
Perbedaan yang diijinkan
antara nilai kekuatan tarik
(N/mm
2
)
< 600
600 < 900
900
70
100
120
NDT
Dilaksanakan untuk uji retak permukaan dan khusus untuk
tongkat dan pena kemudi yang diameternya >250mm
diadakan pengujian UT
SURVEYOR HANDBOOK 77
Pengelasan
Tongkat kemudi dengan flens kemudi untuk diameter
tongkat kemudi D > 150 mm pelaksanaan pengelasan
dengan flens sesuai peraturan dalam Rules volume II
section 19 B.4.4 fig 19.21 dan Rules volume VI sec 12 G.14
fig 12.38
Tongkat kemudi dengan flens kemudi untuk diameter tonkat
kemudi D < 150 mm sesuai Rules volume VI section 12
G.14 fig 12.39 dan volume II section 19.21
Batas ruang main yang dijinkan
o Ruang main (clearance) dari pena kemudi (pintle) tidak
boleh melebihi ketentuan berikut :
Diameter pena kemudi (d) Ruang Main (t)
< 50 mm 3 mm
50 mm s/d 100mm 5 mm
> 100 mm (0,01 d + 4 ) mm*
* Batas maximum ruang main = 6 mm
o Ruang main bantalan antara (intermediate/neck
bearings) tidak boleh melebihi (0,01 D + 2) mm **
dimana D = diameter tongkat kemudi
** Batas maximum ruang main = 4 mm
Petunjuk perbaikan
1. Bila tongkat kemudi terpuntir karena terbentur
oleh sesuatu benda dilaut dan tidak terdapat
kerusakan tambahan atau deformasi yang
signifikan maka perbaikan yang diijinkan adalah
tergantung pada besarnya puntiran pada tongkat
kemudi sesuai dengan persyaratan kelas.
a. Untuk puntiran A
o
<
d
L
- Tongkat kemudi masih bisa digunakan
tanpa adanya perlakuan panas ( heat
SURVEYOR HANDBOOK 78
treatment ) dan dilaksanakan pengujian
keretakan ( NDT )
- Lubang pasak dipindahkan 180
o
b. Untuk puntiran
d
L
< A
o
<
d
5L
- Tongkat kemudi dikenakan stress
relieved dengan 625
o
C dengan waktu
selama 1 jam setiap 25 mm tebal
c. Apabila puntiran A
o
>
d
5L
- Tongkat kemudi harus diannealed dan
normalized + 900
o
C dengan waktu
lebih besar 30 menit setiap 25 mm
tebal
Ket : A = Sudut puntiran ( derajat )
L = Panjang tongkat yang
terpuntir
d = Diameter tongkat kemudi
[
- Bila terjadi puntiran pada tongkat kemudi
tersebut di atas disarankan untuk menutup
lubang pasak yang lama dengan cara
pengelsan. Sebelum pengelasan diadakan
perlakuan panas demikian juga setelah
pengelasan selesai
- Setelah perbaikan tongkat kemudi yang
terpuntir dilaksanakan pengujian keretakan
(NDT)
- Apabila hasil perbaikan tersebut memuaskan
maka perbaikan tersebut dianggap perbaikan
permanen
2. Bila tongkat kemudi bengkok dan tidak terdapat
kerusakan , maka perbaikannya tergantung pada
ukuran deformasi dengan cara meluruskannya
SURVEYOR HANDBOOK 79
baik dengan pemanasan maupun dengan
pendinginan di workshop yang diakui dengan
prosedur yang disetujui oleh kelas. Untuk
pelurusan dengan cara pemanasan temperatur
umumnya antara 530
o
580
o
C.
3. Jika retak pada tongkat kemudi yang deformasi,
tongkat kemudi dapat digunakan kembali
tergantung pada kondisi dan besarnya keretakan.
Jika perbaikan pengelasan dianggap diterima,
keretakan dapat dihilangkan dengan grinding dan
pengelasan berdasarkan pada prosedur
pengelasan yang disetujui begitu juga perlakuan
panas setelah pengelasan sesuai persyaratan
kelas.
4. Perbaikan tongkat kemudi dengan pengelasan.
Bila tongkat kemudi aus pada daerah
bantalannya, maka bilamana D minimum masih
memenuhi syarat, maka tongkat kemudi tersebut
dapat dilas dengan prosedur sbb :
- Material tongkat kemudi mempunyai kadar
Carbon ( C ) < 0,23 %
- Sebelum dan sesudah bagian yang aus di
bubut, dilaksanakan pengujian keretakan
- Bila tidak terdapat keretakan dan setelah
dibubut diameter tongkat kemudi yang aus
masih memenuhi persyaratan, maka dapat
dilaksanakan perbaikan dengan pengelasan
- Sebelum pengelasan dimulai dilaksanakan
preheating 150
o
C
- Selesai pengelasan, diannealing 625
o
C
yang lamanya tergantung besarnya
diameter (25 mm tebal setiap jam)
- Selesai dibubut diadakan pengujian
keretakan ( UT )
SURVEYOR HANDBOOK 80
- Bila tidak ditemukan cacat dapat
dipergunakan kembali.
Catatan : Apabila terjadi hal-hal diluar ketentuan
tersebut di atas agar konsultasikan ke BKI pusat.
BOLLARD PULL ( lihat circular)
Panjang tali lebih dari 100 meter
Lebar perairan kiri kanan Min = L kapal
Perairan 2T
Kecepatan arus 0,5 m/det : Kecepatan Angin
5 m/det.
Bollard pull output 110 % Output selama 10 menit.
Power output 110 % selama 1 menit
Juga yang perlu dicatat adalah : ( rpm mesin, fuel
injection, charge air pressure, temp. Gas buang pada
silinder outlet dan sebelum Turbo charge ).
SURVEYOR HANDBOOK 81
2.2 MESIN & LISTRIK
PEMERIKSAAN MESIN UTAMA (DIESEL)
Bagian-bagian yang diperiksa umumnya sbb :
Cylinder cover
Valve & Valve gear
Cylinder Liner
Piston & ring
Piston pin & bearing
Piston rod
Cross head, pin & bearing
Connecting rod
Crankpin & bearing
Journal & bearing
Cam shaft
Foundation bolt/chock
Vibration damper
Dll
SISTEM POROS UTAMA
Minimum Diameter :
d = Diameter luar poros (mm)
di = diameter lubang poros, bila ada. Jika lubang
pada poros 0,4 d, maka
=
0 , 1 1
4
=
ds
di
ds = diameter poros aktual (mm)
Pw = Daya rata-rata yang ditransmisikan oleh poros
(kW)
n = putaran poros rata-rata (rpm)
d F.k
3
(Pw / n . ( 1 (di/ds)
1
* Cw da
SURVEYOR HANDBOOK 82
F = faktor untuk type instalasi propulsi.
- poros antara dan thrust shaft 95 untuk
instalasi turbin dan 100 untuk instalasi
lainnya
- poros baling-baling = 100 untuk
semua type instalasi
Cw = Faktor material =
160
560
+ Rm
k = 1,1 untuk poros antara
k = 1,22 untuk poros propeller dengan ketentuan
sbb :
- Propellernya tanpa pasak yang
dipasang pada taper poros propeller
dengan methode shrinkage yang
disetujui, atau
- Propeller dilekatkan flens poros
propeller integral dan
- Poros propeller dilumasi dengan
minyak dan dilengkapi dengan oil
sealing glands,atau
- Poros yang dilengkapi dengan liner
yang menerus
k = 1,26 untuk poros propeller dengan ketentuan :
- Propeller dengan pasak dan dipasang
pada taper poros propeller dengan
metode yang disetujui,dan
- Poros propeller yang dilumasi dengan
minyak dan dilngkapi dengan type oil
seal glands yang disetujui, atau
- Jika poros dipasang dengan liner
menerus.
atau :
d F . k
3
( Pw . Cw ) / n da
SURVEYOR HANDBOOK 83
Tegangan Tarik Bahan
400 800 N/mm
2
Untuk perhitungan poros baling-baling tegangan tarik
maksimum 600 N/mm
2
. Bila ada hal-hal yang tidak
sesuai hubungi Divisi Mesin & Listrik
Shaft Taper : antara 1 :12 dan 1 : 20
Tebal Minimum Shaft Liner : s
min
= 0,03 d + 7,5 (mm)
; d = diameter poros di bawah liner
Contact Fit : 70 % dari permukaan kerucut teoritis ****
Stern Tube Bearing of Propeller Shaft
- Aft : 2,0 d pelumasan oli
- Fp : 0,8 d
Lignum vitae, rubber, plastik :
- Aft : 4,0 d pelumasan air laut
- Fp : 1,5 d
Pelumasan Grease ( Besi Tuang )
- Aft : 2,5 d
- Fp : d
PROPELLER SHAFT CLEARENCE
Bantalan Lignum Vitae
Initial : (0,003 D + 0,2) s/d (0,004 D + 0,5) mm
Maksimum : (0,01 D + 2,5) mm
Bantalan White Metal
Initial : (0,001 D + 0,3) s/d (0,001 D + 0,5) mm
Maksimum : (0,015 D + 0,65) mm
Bantalan Sintetis
Sesuai manufacturer techical information, bila tidak ada
boleh digunakan clearence untuk bantalan lignum vitae
Conicity
For Securing flange coupling 1 : 10 s/d 1 : 20
For Propeller 1 : 10 s/d 1 : 15
SURVEYOR HANDBOOK 84
POROS BALING-BALING
1. Bantalan dari kayu pok pelumasan air laut.
1.1. Sewaktu kapal dibangun baru (new assembly) :
0,004 D + 0,5 mm (D = diameter lapis pelindung
poros)
1.2. Batas ruang main maksimum :
0,01 D + 3 mm ( untuk diameter D s/d 500 mm)
2. Bantalan dari logam putih pelumasan dengan minyak
2.1. Sewaktu kapal dibangun baru (new assembly)
Secara umum dapat diambil angka : 0,001 D
Beberapa pabrik pembuat bantalan dan galangan
pembangunan mengajukan angka sebagai
berikut:
Diameter Poros Ruang main baru
100 200 mm 0,4 0,5 mm
200 300 mm 0,5 0,6 mm
300 400 mm 0,6 0,7 mm
400 500 mm 0,7 0,8 mm
500 600 mm 0,8 1,0 mm
600 700 mm 0,9 1,1 mm
700 800 mm 1,0 1,3 mm
800 900 mm 1,1 1,4 mm
2.2. Batas ruang main maksimum
Bila hasil pengukuran menunjukkan angka >
0,02 D + 0,3 mm (D = diamter poros), maka
bantalan poros harus dicor baru.
3. Ruang main untuk bantalan poros yang terbuat dari
bahan sintetis ( pelumasan air laut maupun minyak ),
besarnya ruang main umumnya tergantung dari jenis
bahan bantalan.
4. Batas keausan lapisan pelindung poros ( shaft liner ).
- 25 % dari tebal lapisan pelindung sesuai peraturan
BKI, di daerah bantalan
SURVEYOR HANDBOOK 85
- 50 % dari tebal lapisan pelindung di daerah
reamers packing.
Tebal lapisan pelindung poros :
S = 0,03 d + 7,5 mm
d = diameter poros dibawah lapisan pelindung
Dalam hal apapun tebal sisa yang diperkenankan untuk
lapisan pelindung tidak boleh kurang dari 7,5 mm
PROPELLER
1. Balansing Statis (lihat Circular)
Massa yang tidak balans di ujung daun pada pengujian
balans statis tidak boleh melebihi rumus dibawah ini :
m =
2
100
N
. D
3
10 . M . 3,6
dimana :
m = massa yang tidak balans (kg)
M = massa baling-baling (kg)
D = Diameter baling-baling (m)
N = Putaran poros baling-baling per menit pada
maksimum continous output (rpm)
2. Toleransi Pitch (lihat Circular)
a. Kisar rata-rata tiap daun tidak boleh melebihi
1 % dari kisar rata-rata semua daun
b. Kisar rata-rata semua daun tidak boleh melebihi
1,5 % dari kisar rancangan ( design pitch ).
SURVEYOR HANDBOOK 86
PEMASANGAN BALING-BALING DENGAN PASAK
MENGGUNAKAN SISTEM TEKAN HIDROLIK
Jarak dorong aksial pemasangan baling-baling pada konis
poros ditentukan sesuai rumus :
L =
1000
dp
. (Cw + Ct) + 0,3 (mm)
Dimana :
L (mm) : Jarak dorong aksial pemasangan baling-
baling, diukur dengan :
a. alat pengukur jarak dari tanda nol pada
poros sampai dengan tanda yang
diterakan setelah baling-baling
terpasang pada posisi finalnya
b. Jarak dorong aksial ini adalah selisih
antara jarak dari sisi sebelah belakang
dari konus poros ke sisi belakang dari
hub baling-baling sebelum dan setelah
pemasanganbaling-baling pada posisi
finalnya
c. Jarak lintas keliling dari mur baling-
baling yang digunakan untuk
memasang (mendorong) baling-baling
ke posisi finalnyadan ditentukan sesuai
rumus :
S.h
L = (mm)
d.
S = jarak lintas keliling mur baling-
baling
h = langkah (pitch) dari ulir mur baling-
baling
d = diameter mur baling-baling
dp = diameter poros baling-baling pada ujung sebelah
muka konus poros.
SURVEYOR HANDBOOK 87
Harga Cw D2/D1 = dia. luar/dia. Dlm dari hub
baling2 pada ujung baling2
1,7 1,8 1,9 2,0 2,1 2,2 2,3 Bahan baling-baling
10 : 1 4,2
3,4
2,1
4,1
3,3
2,1
3,7
3,1
1,9
3,6
2,9
1,8
3,5
2,8
1,8
3,3
2,8
1,7
3,2
2,7
1,7
Besi Cor
Perunggu (Bronze)
Baja
12 : 1 4,9
4,0
2,5
4,8
3,9
2,4
4,4
3,5
2,2
4,2
3,4
2,1
4,0
3,3
2,1
3,9
3,2
2,0
3,8
3,1
2,0
Besi Cor
Perunggu (Bronze)
Baja
15 : 1 5,9
4,8
3,0
5,8
4,7
2,9
5,3
4,3
2,7
5,1
4,1
2,6
4,9
4,0
2,5
4,7
3,9
2,5
4,6
3,8
2,4
Besi Cor
Perunggu (Bronze)
Baja
Harga Ct
-5 -0 +5 +10 +15 +20 +30
10 : 1
12 : 1
15 : 1
2,1
2,5
3,1
1,8
2,2
2,7
1,5
1,8
2,2
1,2
1,4
1,8
0,9
1,1
1,4
0,6
0,7
0,9
0,3
0,4
0,5
0
0
0
3. Jarak dorong aksial pemasangan baling-baling
ditentukan sesuai rumus : Circ. No 18
L = C.
n.dp.l
Ne.S
8.10
-6
(k-1)dp(35-t)
*
+2,4.Rm.K (mm)
Dimana :
L (mm) : adalah jarak dorong aksial pemasangan
baling-baling pada konus poros baling-
baling. L harus diukur dari grip pertama
dari hub baling-baling atau dari tanda pena
gores ( scriber mark ) yang dibuat setelah
baling-baling dipasang pada konus poros.
Ne (SHP METRIC) : Daya kuda mesin
n (mim
-1
) : Putaran baling-baling
dp (mm) : Diameter poros pada ujung konus poros
( =
1
1
D dalam gambar pada nomograf
terlampir )
l (mm) : Panjang kontak permukaan dari baling-
baling pada konus poros diukur dari tepi
Tirus
D1/D2
C
Tirus
SURVEYOR HANDBOOK 88
muka dan belakang dari permukaan
kontak pada hub baling-baling dan
permukaan konus poros.
K : Ketirusan dari konus, untuk baling-baling
yang dipasang dengan sistem tekan
minyak hidraulik, seyogianya k = 1 : 15
C : Faktor, diambil dari nomograf terlampir
Rtm (mm) : Nilai kekasaran permukaan rata-rata
(peak-to-valley) dari konus poros dan hub
baling-baling (rata-rata = 0,1 mm, blia
tidak ada ketentuan lain).
S : Faktor keamanan terhadap slip, untuk
baling-baling pada suhu air laut = 25
o
C
(atau 95
o
F) dan k = 1 : 15.
2,5 untuk instalasi mesin propulsi turbin
dan propulsi diesel-electrik, dan
instalasi mesin yang mengguna-kan
roda gigi reduksi.
3,5 untuk sistem propulsi langsung,
asalkan daya torsi yang berubah-ubah
sebagai akibat irregulasi dari daya
torsi dan aurs ikutan (wake) kapal
tidak melebihi 75 % dari daya torsi
minimum rata-rata(Mdm).
t
o
(
o
C) : Suhu, sewaktu baling-baling dipasang dan
pembuatan tanda dengan pena penggores
pada poros. Sebelum proses pemasangan
baling-baling selesai dilaksanakan, kedua
komponen, baik baling-baling maupun
poros harus menunjukkan suhu yang
sama.
* Hal yang ini hanya berlaku untuk baling-baling
yang dibuat dari bahan perunggu (bronze) atau baja
austenit dan dipasang ke poros baling-baling yang
dibuat dari baja paduan berkadar karbon rendah.
SURVEYOR HANDBOOK 89
Catatan :
1. Sebuah cincin antara harus dipasang antara shaft recess
dan mur baling-baling untuk mendudukkan hub baling-
baling tepat pada posisi ujungnya pada konus poros.
2. Mur baling-baling harus dikunci (locked) pada poros
baling-baling.
Mengikat mur baling-baling ke baling-baling hanya
dilaksanakan pada sistem poros baling-baling
berukuran mur penutup/pelindung (fair cap).
Dalam hal ini arah putaran ulir harus dibuat berlawanan
dengan arah putaran baling-baling sewaktu kapal
bergerak maju (ahead going)
3. Semua peralatan/perlengkapan hidraulik untuk
pemasangan dan pencabutan baling-baling harus
disimpan di kapal.
4. Minyak hidraulik yang digunakan untuk pemasangan
dan pencabutan baling-baling (atau kopling flens) harus
dari viskositas k.l. 3 s/d 6 E / 50 C n (k.l. 20 s/d 40 cSt),
tergantung darisuhu udara terbuka dan konstruksu hub
baling-baling (atau hub kopling flens), dan harus bebas
dari additives, seperti misalnya Molykote yang
berpengaruh kurang baik terhadap pemasangan baling-
baling ke konus poros.
SURVEYOR HANDBOOK 90
PETUNJUK
PENGUKURAN DEFLEKSI POROS ENGKOL
(CRANKSHAFT DEFLECTION)
1. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah poros
engkol dari mesin sudah tepat kesegarisannya (correctly
aligned). Ketidak segarisan terjadi akibat pemasangan
pada pondasi tidak baik atau letak pondasinya
mengalami perubahan (mis. Akibat penggantian pelat di
bawah pondasi mesin tersebut).
2. Untuk menjaga kesegarisan , diberikan batas harga
yang diijinkan untuk simpang poros engkol untuk
membatasi kenaikan tegangan tambahan pada sudut-
sudut pena engkol dan journal engkol yang disebabkan
oleh lenturan poros engkol yang dapat merusak mesin.
3. Seandainya pemasangan bantalan-bantalan poros sudah
tepat, poros engkol walau tidak dibebani, akan
dipengaruhi oleh setiap ketidak segarisan aksial pada
salah satu bantalan poros engkol.
4. Pengukuran lonceng (dial indicator) diletakkan
sedemikian rupa hingga pengukuran dilakukan kalau
sudah segaris dengan main bearing journal yang
bersangkutan.
5. Jika ketidak segarisan aksial pada bagian luar metal
duduk dicurigai, maka keterangan pada lokasi tersebut
dapat diperoleh dengan pengukuran simpang poros
engkol pada silinder yang bersangkutan.
6. Sebenarnya agak sulit untuk dapat menetapkan dengan
tegas batas-batas harga simpang poros dalam menjaga
kesegarisan poros engkol, karena simpang poros engkol
akan berubah sesuai dengan kekakuan lenturan dari
poros engkol yang bersangkutan, susunan counter
SURVEYOR HANDBOOK 91
weight pada setiap engkol, sudat hadap (phase angle)
dari setiap engkol yang bersebelahan, dsb.
Cara yang efektif untuk menetukan kesegarisan engkol
adalah dengan jalan mengadakan pemeriksaan yang
dapat memberikan tanda bahwa poros engkol selalu
duduk dengan baik pada belahan bawah dari bantalan-
bantalan metal duduk, yaitu dengan cara memutar poros
engkol dan memeriksanya dengan feeler gauges.
Walaupun pengukuran simpang poros engkol telah
dilakukan, namun pemeriksaan untuk mengetahui
apakah journal engkol selalu duduk dengan baik pada
belahan bawah dari bantalan-bantalan metal duduk
tetap harus dilakukan.
7.1. Untuk pembatasan kenaikan tegangan lentur tambahan
batas standard simpang poros engkol adalah :
2s
a = a
o
- a
u
10000
Dimana : a = batas standard simpang poros engkol
a
o
= jarak antara permukaan dalam dari
pipi-pipi engkol yang berhadapan
pada posisi titik mati atas
a
u
= jarak antara permukaan dalam dari
pipi-pipi engkol yang berhadapan
pada posisi titik mati bawah
s = langkah torak.
7.2. Jika toraknya tidak dicabut, harga batas maksimum
yang diijinkan ditentukan oleh pabrik mesin yang
bersangkutan.
7.2.1.Tiap pabrik pembuat memberikan harga batas simpang
poros engkol yang sedikit berbeda, karenanya dalam
SURVEYOR HANDBOOK 92
pelaksanaan survey pemeriksaan simpang poros
engkol, surveyor mengikuti petunjuk dari pabrik
pembuat mesin tersebut
7.2.2 Tabel berikut adalah contoh harga batas simpang
poros engkol dari beberapa pabrik pembuat mesin
diesel.
Engine /type of
crank shaft
Limits of crank
shaft deflection to
be recomended
Limits of crank
shaft deflection for
which reconditi-
oning is to be
enforced
Sulzer / Semi Built
Up
B & W / Semi
Built Up
UE Mitsubishi /
Semi Built Up
PC 2 V
2s / 10000
2,4s / 10000
2s / 10000
2,4s / 10000
2s / 10000
3,6s / 10000
2s / 10000
3,7s / 10000
7.3. Seandainya data untuk mesin yang bersangkutan
tidak diperoleh, untuk pedoman harga batas
maksimum simpang poros engkol adalah sbb :
a. Untuk mesin baru = 0,014% x langkah torak (mm)
b. Untuk mesin lama = 0,02% x langkah torak (mm)
Hanya jika roda gila (flywheel) dipasang
menggantung, maka simpang poros engkol
maksimum adalah :
0,028% x langkah torak (mm) dari silinder no. 1
(paling dekat ke roda gila).
SURVEYOR HANDBOOK 93
LIMIT DEFLEKSI POROS ENGKOL
Limit defleksi pada saat uji operasi di Workshop :
S/20000
Limit defleksi pada saat uji safety : S/20000
Limit defleksi dimana koreksi disarankan : 2S / 10000
Limit defleksi dimana koreksi disyaratkan : 28.S/10000
RUANG MAIN BANTALAN
Panjang Pull-up standard untuk baling-baling
yangdipasang ( forced fitted ) ke poros baling-
balingdengan menggunakan pasak, umumnya sbb :
L = 2dp x 10
Tan @
Dimana : L = Panjang pull-up standard (mm)
Dp = Diameter poros baling-baling
ujung Konus yang besar (mm)
@ = Seperdua sudut konus ( derajat )
Bila baling-baling dilepas dari poros baling-baling
dengan pelumasan, hub baling-baling tidak boleh
melebihi 100 derajat C
SURVEYOR HANDBOOK 94
PETUNJUK
PERBAIKAN CRANKSHAFT
1. U m u m
Jenis kerusakan engine crankshaft adalah keausan, retak
dan cacat lainnya pada permukaan journal/crankpin.
Setelah cacatnya dibuang, diameter crankshaft masih
memenuhi syarat, baik ditinjau dari Rules BKI atau
Instruction Book pabrik pembuat mesin yang
bersangkutan.
Kemudian crankshaft dilakukan pengujian NDT untuk
menetukan crankshaft bebas dari cacat.
Perbaikan hanya boleh dilaksanakan oleh qualified &
recognized contractor dan yang sudah berpengalaman
dalam perbaikan tersebut.
Contractor mengajukan rencana perbaikan Repair
Procedure specification yang diapprove oleh BKI
pusat dan bila perlu diadakan procedure test.
Surveyor harus menghubungi BKI pusat sedini
mungkin. Perbaikan baru dapat dilaksanakan setelah
mendapat persetujuan dari BKI pusat.
2. Crankshaft tanpa built up
Crankshaft dapat digunakan kembali sesudah polishing
dan menggunakan undersize bearing. Jika diperlukan
dapat diberikan perlakuan pengerasan permukaan.
Pengukuran diameter pena atau journal engkol dapat
diizinkan maksimum sebesar 1 % dari diameter asli.
Petujuk pabrik pembuat perihal pengurangan
maksimum dari diameter pena atau journal engkol
dapat dijadikan pedoman.
Ovalitas maksimum pena atau journal engkol dapat
diizinkan sebesar 0,001 d dari diameter asli.
SURVEYOR HANDBOOK 95
3. Crankshaft diberi hard chrome plating
Crankshaft dapat dijadikan ukuran standard dengan
build up yang menggunakan hard chrome plating
Sesudah diberi hard chrome plating, kemudian
dimachining/plishing/grinding menjadi ukuran
standard.
Petunjuk perihal tebal maksimum lapisan Hard chrome
plating dari qualified & recognized contractor dapat
dijadikan pedoman.
Dilakukan pengujian NDT untuk menentukan bahwa
perbaikan bebas dari cacat.
Perbaikan dengan cara hard chrome plating merupakan
perbaikan sementara.
Enam bulan pertama setelah perbaikan atau 3600 jam
crankshaft diperiksa lagi secara visual. Bila hasil
pemeriksaan baik, maka perbaikan crankshaft
dinyatakan sebagai perbaikan tetap.
SURVEYOR HANDBOOK 96
PROSEDUR PEMERIKSAAN & PENGUJIAN
INSTALASI LISTRIK
BANGUNAN BARU
1. Gambar dan data teknik yang diperlukan :
a. Standar, code dan spesifikasi yang dipakai
b. Gambar dan dat teknik Generator Pembangkit
c. Diagram pengawatan (wiring diagram)
d. Diagram satu garis (one line diagram)
e. Pemasangan jalur / saluran kabel
f. Gambar tata letak (lay out ) pembangkit tenaga
listrik
g. Sertifikasi pabrik pembuat
( Generator,MSB,Distribution panel ,kabel )
h. Laporan uji pabrik pembuat ( surat sertifikasi )
i. Ukuran kabel dan terminal kabel
j. Data teknik komponen listrik lainnya ( Distribution
panel, transformator, elektromotor, baterai,dll )
2. Pemeriksaan Fisik bangunan baru
a. Pemeriksaan visual
b. Verifikasi dokumen dengan pelat nama (name
plate) semua komponen listrik yang dipasang
c. Pemeriksaan kelengkapan pembangkit tenaga
listrik**
d. Pemeriksaan cara peletakan/dudukan dan
kesegarisan pembangkit tenaga listrik
e. Pemeriksaan penyambungan kabel
f. Pemeriksaan penjaluran (cable tray),pengikatan &
penembusan kabel
g. Pemeriksaan selungkup pelindung (enclosure) pada
bagian yang bertegangan dan bagian yang berputar
pada pembangkit tenaga listrik**
h. Pemeriksaan kondisi pembumian dan penetralan
seluruh jaringan instalasi listrik
i. Pemeriksaan panel kontrol pada pembangkit tenaga
listrik
SURVEYOR HANDBOOK 97
3. Penyaksian Pengujian & Pengukuran (Witness)
a. Pengukuran tahanan isolasi (Insulation resistance
measurement) dengan megger test
b. Pengujian tegangan tinggi (high-voltage test)
dengan tegangan 25 kv selama 1 menit dan diukur
kembali tahanan isolasi
c. Pengujian paralel, untuk sistem pembangkit tenaga
listrik yang dirancang kerja paralel
d. Uji fungsi / uji operasi kerja seluruhkomponen
listrik yang terpasang (Distribution panel,
tranformator, elektromotor,dll )
e. Pemeriksaan setting relay-relay kontrol pengaman
f. Setting meter-meter pengukur
g. Uji start otomatis untuk unit darurat
SURVEYOR HANDBOOK 98
PROSEDUR PEMERIKSAAN & PENGUJIAN
INSTALASI LISTRIK YANG SUDAH TERPASANG
(PENERIMAAN KELAS UNTUK KAPAL YANG
SUDAH JADI )
1. Penelaahan dokumen, (gambar teknik dan data-data
teknik)
a. Diagram pengawatan (wiring diagram)
b. Daigram satu garis (one-line diagram)
c. Diagram jalur dan saluran kabel
d. Data teknis pembangkit tenaga listrik
e. Laporan uji dari Pabrikan
f. Ukuran kabel dan terminal kabel
2. Pemeriksaan, pengujian dan pengukuran di lapangan
a. Pemeriksaan visual
b. Periksa kondisi dan pelat nama (name plate) unit
pembangkit
c. Pemeriksaan kelengkapan pembangkit tenaga listrik
d. Pemeriksaan dudukan pembangkit tenaga listrik
e. Pemeriksaan pemasangan hasil instalasi penjaluran
& pengikatan kabel
f. Pemeriksaan kondisi pembumian dan penetralan
g. Pemeriksaan kondisi instalasi unit pembangkit
h. Pemeriksaan panel kontrol pada pembangkit tenaga
listrik
i. Pemeriksaan kelurusan (alignment) poros &kopling
penggerak mula & generator
j. Pengukuran tahanan isolasi (insulation resistance
meaasurement)
k. Uji fungsi / uji operasi kerja seluruh jaringan listrik
yang terpasang
SURVEYOR HANDBOOK 99
PEMERIKSAAN PAPAN HUBUNG UTAMA DAN
URUTAN PENGUJIANNYA (TESTING).
1. Ukuran-ukuran luarnya disesuaikan dengan gambar
2. Tes tegangan tinggi dan megger test
3. Tes kenaikan suhu dari M.S.B ( heat run test )
Arus listrik dialirkan, besarnya arus sama dengan
besarnya arus kerja ( rated current ) dari
generator,kenaikan suhu dari tiap-tiap bagian ( busbar,,
kontak-kontak, dll) dicatat setiap 30 menit, bila kenaikan
suhunya sudah stabil ( tidak naik lagi), maka testing
boleh distop (selesai ).Mengacu pada Pabrik pembuat
4. Verifikasi semua meter-meter di-kalibrasi, relay test,
A.C.B dam U.V.C test.
- Semua meter-meter dikalibrasi dengan standard
motor.
- O.C.R ( Over Current Relay ) (pref. Trip ) ditest, set
point 100 % dan ditest dengan arus sebesar 110 %
dari rated current , dicheck apakah bekerja dengan
baik.
- R.P.R ( Reverse Power Relay ) ditest, dengan
tenaga sebesar 15 % dari tenaga generator, dicheck
apakah bekerja dengan baik.
A.C.B, U.V.C ( Under voltage Current ) ditest, dengan
tegangan sebesar 80 % dari tegangan normalnya (rated
voltage) A.C.B harus dapat masuk/ dimasukkan (ON),
pada tegangan kurang dari 60 % tegangan normalnya
harus trip (OFF).
5. Uji pengaman arus lebih O.C.R (ver current Relay)
A.C.B ( Air Circuit Breaker ) tripping test.
Dalam hal ini A.C.B tripping di-stel pada set point 115
%, dan tes dengan arus sebesar 120 % dari rated
current nya, dan di-test apakah bekerja dengan baik.
Test kerjanya peralatan tersebut dibawah ini :
SURVEYOR HANDBOOK 100
- A.C.B ON dan OFF test.
- R.P.R ( Reverse Power Relay ) test
- Test rangkaian governor motor.
- Test interlock dari Harbour Gen., hubung darat,
Gen. Induk.
- Test lampu kebocoran arus listrik
- Test trip darurat dan pref. Trip.
Catatan :harap dicatat No. dari MCB yang dilekapi
dengan trip darurat (emergency trip).
PEMERIKSAAN KOMPONEN LISTRIK LAINNYA
- BATERAI
Check semua penempatan dan kondisi ruangan
- TRANSFORMATOR
Check sertifikatnya, check tahanan Isolasi dan
penempatannya
- DISTRIBUTION PANEL
Check penempatannya dan di uji fungsi
- ELEKTROMOTOR
Semua motor listrik dimegger test dan diuji fungsi
setelah dicheck pemasangan dan pembumiannya
- KABEL LISTRIK
Dimegger test, dichek penjalurannya,cara
pemasukannya ke panel atau terminal, check
pembumiannya/penetralannya.
SURVEYOR HANDBOOK 101
TAHANAN ISOLASI (MEGGER TEST )
Semua komponen dan instalasi propulsi listrik harus
dikenakan pengukuran tahanan isolasi. Pengukuran ini harus
dilakukan dengan tegangan D.C. sekurang-kurangnya 500 V
di tempat sirkuit yang diuji, termasuk kapasitor-kapasitor
besar ( misalnya kapasitor-kapasitor anti-interferensi ),
harus dilepas guna menghindarkan kesalahan pengukuran
dari jatuhnya tegangan uji.
Pengukuran tahanan isolasi pada lilitan utama harus
dilakukan pada mesin-mesin dalam kondisi kerja/panas.
Nilai tahanan isolasi minimum dalam mega ohm tersebut,
dihasilkan dari rumus sebagai berikut :
Tetapi sekurang-kurangnya 1 ( satu ) mega ohm, ditetapkan
sebagai nilai tegangan. Tahanan isolasi dari seluruh bagian
bertegangan yang dihubungkan secara konduktiVE terhadap
bumi dan dari seluruh penghantar yang terisolasi satu sama
lain, kepada masing-masingnya, akan berjumlah / berharga
sekurang-kurangnya 1 ( satu ) mega ohm
Instalasi boleh dipisah-pisahkan kedalam seksi-seksi untuk
tujuan pelaksanaan pengukuran. Tahanan isolasi dari sirkuit
yang memiliki tegangan kerja maksimum kurang dari 50 v,
harus serendah-rendahnya 0,5 mega ohm. Komponen-
komponen elektronika di luar sirkuit-sirkuit utama harus
diukur, kalau perlu pada tegangan yang lebih kecil.
3 x tegangan kerja ( nominal ) dalam V
Daya keluar nominal dalam KVA + 1000
SURVEYOR HANDBOOK 102
2.3 LAMBUNG TIMBUL & CARGO GEAR
A. PEMERIKSAAN LAMBUNG TIMBUL
1. Regulasi
a. International Load Line Convention 1966 (ILLC
66), ILLC yang digunakan oleh Kapal
berbendera Indonesia yang berlayar di perairan
internasional.
b. Indonesian Domestic Load Line Regulation 1986
(PGMI 86) untuk Kapal berbendera Indonesia
yang berlayar di Indonesia, Asia Tenggara dapat
menggunakan Indonesian Domestic Load Line
Regulation ( PGMI 86 ). Owner dapat
mengajukan permintaan PGMI 86 ke BKI.
2. Kondisi secara umum ketentuan ILLC 66 dan PGMI
86 sama, hanya beberapa bagian yang berbeda seperti
yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
No ILLC 1966 PGMI 86
1.
2.
3.
4.
Tinggi haluan yang
disyaratkan harus
dipenuhi
Perhitungan Freeboard
freeboard minimum
dari tabel A & B
Koreksi Sheer (6 titik)
Masa berlaku sertifikat 5
tahun
Sertifikat sementara 5
bulan
Tinggi haluan tidak
disyaratkan
freeboard minimum
menurut formula
Koreksi sheer (AP & FP)
Masa berlaku sertifikat 4
tahun
Sertifikat sementara 3 bulan
3. Jenis-jenis Survey
a. Survey pertama untuk pengeluaran sertifikat
b. Inspeksi periodik Lambung timbul / Survey
tahunan
c. Survey periodik / survey pembaharuan kelas
SURVEYOR HANDBOOK 103
d. Survey khusus
- Penyelesaian pelaksanaan rekomendasi
- Perubahan sarat
- Perubahan dari geladak terbuka ke geladak
tertutup atau dari geladak tertutup menjadi
geladak terbuka
- Perubahan besar (seperti perubahan panjang
kapal & jenis kapal)
4. Pelaksanaan Survey
4.1 Penentuan Survey
4.1.1 a Survey pertama harus dilaksanakan bersamaan
dengan survey penerimaan kelas kapal bangunan
lama yang dibangun di bawah pengawasan kelas.
Untuk Kapal yang pembangunan dibawah
pengawasan (bangunan baru) atau bangunan lama,
urutan survey :
- Verifikasi konstruksi Kapal dan peralatan
diatur oleh peraturan load line didasarkan
pada persetujuan gambar dan standar yang
diakui.
- Data-data kondisi laporan dari assignment
(form F-9 untuk ILLC 1966 atau F-9A untuk
PGMI 86) dan diajukan ke Kantor BKI Pusat
(Divisi Statutoria).
Berdasarkan form tersebut diatas (F-9 atau F-
9A), Kabag Load Line dan Alat Angkat
Divisi Statutoria akan menginformasikan ke
surveyor apakah konstruksi Kapal dan
perlengkapannya telah memenuhi persyaratan
ILLC 1966 atau PGMI 1986. Jika dianggap
perlu Kabag Load line & Alat angkat akan
mengeluarkan rekomendasi yang mana harus
diikuti.
- Kabag LL & CG akan menerbitkan Instruksi
Pemasangan Lambung Timbul (IPLT) dan
SURVEYOR HANDBOOK 104
dikirim ke surveyor untuk digunakan pada
pemasangan marka lambung timbul pada
kedua sisi kapal. Atas permintaan
Surveyor/galangan, Divisi Statutoria akan
mengeluarkan IPLT sebelum menerima form
F-9 atau F-9A apabila tidak ada perubahan
dimensi Kapal dari gambar yang disetujui
sebelumnya.
- Surveyor memverifikasi pemasangan tanda
lambung timbul berdasar pada IPLTdan
membuat berita acara
- Mengeluarkan Sertifikat sementara ILLC
1966 atau sertifikat PGMI 1986.
- Masa berlaku sertifikat sementara adalah 5
bulan untuk ILLC 1966 dan 3 bulan untuk
PGMI 1986.
- Laporan survey pada form F-135 harus
dikirim ke kantor BKI pusat
4.2 Inspeksi Periodik Load Line ( Survey Tahunan )
- Batas tanggal pelaksanaan survey 3 bulan
sebelum dan 3 bulan setelah satu tahun dari
tanggal survey pertama yang dilakukan.
Surveyor dapat menentukan tanggal dari status
survey atau melihat sertifikat load line.
- Lingkup survey mengikuti ckecklist survey form
F-105 untuk ILLC 1966 atau F-106 untuk PGMI
1986.
- Ketika batas tanggal survey telah lewat, Surveyor
harus meminta persetujuan kantor BKI Pusat
lebih dahulu untuk melaksanakan survey menulis
kalimat berikut pada sertifikat
This Certificate has been revalidated since
( date )
Metode terdapat pada form F-105 dan F-106, B-2
appendix 3 dan 5
SURVEYOR HANDBOOK 105
4.3 Survey periodic ( Survey Pembaruan ) ILLC 1966
- Pelaksanaan Survey Pembaruan adalah pada
akhir masa berlaku dari sertifikat ( yaitu 5 tahun
dari survey pertama atau survey pembaruan
terakhir).
- Apabila survey pembaruan kelas dilaksanakan
sebelum tahun kelima dari sertifikat survey load
line harus dilaksanakan pada waktu bersamaan
dengan survey pembaruan kelas.
- Lingkup survey berdasar pada Form F-105 dan
metode pelaporan dapat dilihat pada B-2
Appendix 3.
- Jika survey dilaksanakan lebih dari 3 bulan
setelah batas akhir masa berlaku sertifikat
surveyor harus meminta persetujuan kantor pusat
BKI sebelumnya untuk melaksanakan survey.
- Setelah menentukan survey, surveyor
mengeluarkan sertifikat sementara dan
mengirimkannya ke kantor pusat BKI, bersama
dengan F-105 dan F-135.
4.4 Survey Pembaruan PGMI 1986
- Survey yang dilakukan pada tahun keempat
setelah survey pertama atau survey pembaruan
terakhir.
- Lingkup survey berdasarkan checklist form F-
106 dan metode pelaporan dapat dilihat pada B-2
Appendix 5.
- Masa berlaku dari sertifikat sementara adalah 3
bulan.
- Jika survey pembaruan kelas tidak dilaksanakan
pada tahun keempat, survey tahunan harus
dilaksanakan dan sertifikat sementara harus
diterbitkan.
- Jika survey pembaruan kelas tidak dilaksanakan
setelah 3 bulan untuk masing-masing kepala
cabang harus mengeluarkan sertifikat sementara
SURVEYOR HANDBOOK 106
load line dengan kode Perp. I (Extension I), Perp.
II (Extension II) hingga Perp. III(Extension III)
tanpa melaksanakan survey.
- Akhirnya Survey pembaruan kelas dan survey
periodik dilaksanakan secara bersama-sama.
5. Survey Khusus
5.1 Penyelesaian rekomendasi yang belum dilaksanakan
Rekomendasi yang belum dilaksanakan sepanjang
survey periodic harus diselesaikan sesuai dengan
tanggal yang ditetapkan pada laporan.
- Perbaikan bulwark pada guard rail
- Perbaikan pintu kedap air
- Perbaikan pipa-pipa udara,ventilasi, dll.
- Hatch cover
- Dll
Laporan menggunakan form F-105 atau F-106 hanay
halaman 1/4 dan tanda pengesahan sertifikat.
5.2 Perubahan Sarat
Owner dapat mengajukan perubahan sarat. Mereka
harus memasukkan dokumen untuk persetujuan
antara lain :
Gambar modifikasi konstruksi, perhitungan stabilitas,
dll.
- Surveyor harus memasukkan form F-9 atau F-9A
yang baru ke Kantor BKI Pusat.
- Apabila kondisinya memungkinkan, kantor BKI
pusat akan menginformasikan surveyor, dan
mengirim gambar yang telah disetujui dan IPLT
yang diperbaiki.
- Setelah selesai survey, surveyor akan
menerbitkan sertifikat sementara yang berlaku
selama 5 bulan untuk ILLC 1966 dan 3 bulan
untuk PGMI 1986.
- Laporan hanya pada halaman 1/4 dan 2/4 dari
form F-105 atau F-106
SURVEYOR HANDBOOK 107
- Apabila survey dilaksanakan secara bersamaan
dengan periodical load line maka item survey
mencakup juga inspeksi tahunan ditentukan pada
halaman 3/4 dan 4/4 dari form F-105 atau F-106
5.3 Perubahan dari deck terbuka menjadi deck tertutup
atau dari tertutup menjadi deck terbuka
Untuk Kapal berbendera Indonesia tidak
menggunakan dua tonase (dual tonnage)
BKI akan melaksanakan jika diberikan wewenang
oleh negara bendera kapal. Verifikasi apakah
sertifikat yang berlaku sudah sesuai dengan marka
lambung timbul yang ada di kapal
- Jika kondisi geladak terbuka, sebagian tonase
terbuka harus dibuka dan marka freeboard pada
kondisi terbuka harus dicat dengan warna yang
berbeda dari cat lambung.
- Jika kondisi geladak tertutup yang disyaratkan
sebagai full scantling harus diverifikasi dengan
dan marka freeboard dari geladak tertutup harus
dicat dengan warna yang berbeda dengan cat
lambung.
- Hanya satu sertifikat yang berlaku dalam satu
kapal. Pada kondisi terbuka sertifikat geladak
tertutup yang ditetapkan tidak berlaku.
5.4 Perubahan dari ILLC 1966 menjadi PGMI 1986 atau
sebaliknya
Survey dilaksanakan dapat disamakan per 2.4.5.2
5.5 Perubahan type Kapal dari type A ke Type B atau
sebaliknya
Survey dilaksanakan dapat disamakan per 2.4.5.2
5.6 Perubahan besar, (misalnya penambahan panjang )
Kapal
Survey dilaksanakan dapat disamakan per 2.4.5.2
SURVEYOR HANDBOOK 108
6. Appendix
1. B-2 Appendix 1 : Form F-9
2. B-2 Appendix 2 : Form F-9A
3. B-2 Appendix 3 : Form F-105
4. B-2 Appendix 4 : Metode terdapat pada
Form F-105 (Edisi
Indonesia)
5. B-2 Appendix 5 : Form F-106
6. B-2 Appendix 6 : Metode terdapat pada
Form F-105 (Edisi
Indonesia)
SURVEYOR HANDBOOK 109
LOAD LINES (GARIS MUAT)
Di Indonesia Berlaku 2 macam Peraturan Garis Muat :
ILLC 1966 (International Load Line Convention 1966)
diberlakukan di indonesia sejak pemerintah R.I
Meratifikasi konfensi ini pada tahun 1976
PGMI 1986 (peraturan garis muat kapal indonesia 1986)
Diberlakukan berdasarkan. Keputusan Mentri
Perhubungan no. Km.37/al.407/phb-86 tanggal 14 maret
1986
Perbedaan Antara Kedua Peraturan Tersebut Menurut:
1. Daerah pelayaran
- ILLC '66 : tidak dibatasi.
- PGMI '86 : wilayah perairan Indonesia dengan
batas-batas: pantai barat Malaysia,
bagian selatan Muangthai, bagian
selatan pulau Mindanao
(Philipina), Papua New Guinea,
bagian utara Australia
2. Konstruksi kapal:
- ILLC 66 : ada persyaratan tinggi haluan
minimum
- PGMI '86 : tidak ada persyaratan tinggi haluan
3. Jenis kapal
- ILLC '66 untuk tongkang tak berawak disebabkan dari
persyaratan perlindungan awak kapal dan tinggi haluan
serta mendapat keringanan lambung timbul sebesar 25
%
- PGMI 86 : tidak ada keringanan untuk tongkang tak
berawak.
4. Masa berlaku sertifikat
- ILLC '66 sertifikat berlaku selama 5 tahun, tidak dapat
diperpanjang.
SURVEYOR HANDBOOK 110
- PGMI.'86: sertif1kat berlaku selama 4 tahun, dapat
diperpanjang selama 3 bulan
Istilah-Istilah Pada Peraturan Garis Muat
garis geladak : garis horisontal panjang 3000 mm.
Lebar 25 mm. Yang ditempatkan di sisi pada
pertengahan panjang kapal tepat pada sisi atas geladak
lambung timbul.
marka garis muat terdiri dari lingkaran dengan diameter
300 mm. Tebal 25 mm. Dipotong garis
Horizontal sepanjang 450 mm. Tebal 25 mm. Marka ini
ditempatkan tepat dibawah garis geladak pada jarak
sebesar lambung timbul kapal...garis-garis horizontal
panjang 230 mm. Tebal 25 mm. yang menyatakan garis
muat kapal serta garis vertikal t ebal25 mm dipasang
540 mm. Dari titik pusat lingkaran
Geladak lambung timbul geladak teratas yang
menyeluruh terbuka thd cuaca dan air laut, mempunyai
penutupan yang permanen serta kedap air baik pada
bukaan-bukaan diatas maupun pada sisi kapal, geladak
yang lebih rendah dapat dianggap sebagai geladak
lambung timbul jika geladak tersebut menyeluruh dan
permanen dengan panjang sekurang-kurangnya antara
sekat kamar mesin s/d sekat tubrukan.
Bangunan atas bangunan tertutup di atas geladak.
lambung timbul dengan lebar sekurang-kurangnya 96%
lebar kapal.
Bangunan tertutup
Bangunan yang memenuhi syarat-syarat :
- Konstruksi sekat-sekat penutup efisien
- Mempunyai pintu masuk yang sesuai peraturan
lambung timbul
- lubang-lubang lain mempunyai penutup kedap cuaca.
SURVEYOR HANDBOOK 111
- Kedap air : sistem konstruksi dimana air tidak dapat
merembes dari kedua sisinya
- Kedap cuaca: sistem konstruksi dimana air tidak
dapat merembes kedalam kapal.
- Posisi 1: posisi diatas geladak lambung
timbul/geladak penggal yang. Tidak terlindung atau
diatas geladak bangunan atas pada jarak panjang kapal
dari garis tegak haluan (fp).
- Posisi 2: posisi diatas geladak bangunan atau
yang tidak terlindung pada jarak dibelakang panjang
kapal dari garis tegak haluan.
Syarat-Syarat Penentuan Lambung Timbul
1. Stabilitas kapal
Stabilitas kapal harus terjamin di kapal tersedia
panduan pemuatan kapal serta perhitungan stabilitas
kapal yang telah disetujui
2. Kekuatan kapal
Kekuatan badan kapal cukup untuk sarat sesual
lambung timbul yang ditetapkan. Kapal yang
dibangun dan dirawat sesuai peraturan badan klasifikasi
yang diakui pemerintah / dianggap mempunyai
kekuatan yang cukup
3. Pintu-pintu
Pintu-pintu pada sekat bangunan atas tertutup harus
mempunyai kekuatan yang sama seperti sekat yang
tidak berlubang harus kedap cuaca jika ditutup dan
dapat dilayani dua sisi sekat
Ambang pintu pada posisi 1 600= mm, pada posisi 2 =
380 mm.
4. Ambang palka
Lubang palka harus mempunyai ambang sebesar 600
mm. Untuk Posisi 1 dan 450 mm. Untuk posisi 2.
SURVEYOR HANDBOOK 112
Lubang palka dengan penutup kayu harus memenuhi
Persyaratan sbb:
- Lebar dudukan tutup palka > 65 mm.
- Tutup kayu tebal > 60 mm. B entangan < 1500 mm.
- Kekedapan cuaca dijamin oleh 2 lembar -,r terpal
yang jepit ke ambang palka dengan menggunakan
baji-baji
Lubang palka dengan tutup kedap cuaca dari baja tutup
palka harus mempunyai kekuatan yang cukup serta
dalam bentuk -yang disetujui kekedapan cuaca harus
dapat dipertahankan dalam tiap kondisi cuaca - harus
diuji kekedapannya pada periode tertentu
5. Lubang lubang ruang mesin
Lubang ruang mesin harus dilindungi dengan selubung
baja dengan kekuatan yang cukup, pintu pada selubung
harus memenuhi persyaratan ambang dari tiap corong
angin, cerobong atau ventilator ditempatkan setinggi
mungkin sejauh dapat diterima / dilaksanakan. Lubang
corong angin / ventilator harus dapat ditutup kedap
cuaca
6. lubang-lubang pada geladak lambung timbul dan
geladak bangunan atas lubang pada geladak yang tidak
terlindung harus dilengkapi dengan tutup kedap air
yang kuat atau dengan cara melindungi lubang dengan
rumah geladak dengan pintu yang memenuhi
persyaratan kedap cuaca.
7. Ventilator
Ventilator harus mempunyai ambang yang kuat
sekurang- kurangnya 900 mm, untuk posisi 1 dan 760
mm, untuk posisi 2 disambungkan dengan baik ke
geladak, untuk tinggi ambang > 900 mm. harus diberi
penyangga khusus.
SURVEYOR HANDBOOK 113
8. Pipa udara
Pipa udara untuk tangki-tangki balas atau tangki
lainnya dibuat setinggi 760 mm. Diatas geladak
lambung timbul atau 450 mm. Diatas geladak bangunan
atas, disediakan penutup pipa udara yang permanen.
9. Pintu muat atau sejenisnya
Lubang-lubang pada lambung kapal dibawah geladak
lambung timbul harus dilengkapi penutup yang
menjamin kekedapan air serta keutuhan bangunan
sepatu dengan pelat kulit yang mengelilinginya. Tepi
bawah dari lubang-lubang ini tidak boleh berada lebih
rendah dari batas garis muat tertinggi.
10. Saluran.buang dan pemasukan umumnya tiap. Saluran
buang harus mempunyai satu katup anti balik otomatis
yang dilengkapi dengan cara penutupan langsung dari
atas geladak lambung timbul, bila jarak antara
ujung.dalam pipa lebih dari 0,01 l maka saluran buang
dapat menggunakan dua buah katup anti balik otomatis
tanpa alat penutup langsung dimanan katup bagian
dalam dapat dicapai untuk pemeriksaan bila jaraknya
lebih dari 0,02 l dapat menggunakan satu katup anti
balik otomatis
11. Tingkap sisi (Side scuttle)
- tingkap sisi harus terbuat dari konstruksi yang baik
dan disetujui
- tidak boleh dipasang lebih rendah dari jarak 500
mm. Atau 2,5 % B di atas garis muat
- Tingkap sisi pada ruangan dibawah geladak
lambung timbul harus dilengkapi dengan penutup
kedap air
12. Lubang pembebasan
Pada kubu-kubu dibuatkan lubang-lubang pembebasan
air / sehingga air yang masuk ke kapal tidak akan
tergenang.
SURVEYOR HANDBOOK 114
13 Perlindungan awak kapal
- Rumah geladak yang digunakan untuk tempat
tinggal awak kapal harus mempunyai kekuatan yang
cukup.
- Bagian geladak yang tidak terlindung dipasang
pagar / kubu-kubu dengan tinggi tidak kurang dari
1000 mm.
- jarak batang terendah dari pagar adalah 230 mm.
Dari geladak, batang-batang lain berjarak tidak lebih
dari 380 mm.
- Cara-cara lain yang disetujui harus disediakan untuk
menjamin keselamatan awak kapal untuk
melaksanakan pekerjaan di kapal
14. Persyaratan khusus untuk Kapal tangki
- Mempunyai integritas geladak yang tinggi
- Selubung kamar mesin dilindungi dengan bangunan
atas /rumah geladak
- Lubang Palka, dilengkapi dengan tutup kedap cuaca
yang efisien
- Ada jembatan yang menghubungkan bagian depan
dengan bagian belakang kapal.
SURVEYOR HANDBOOK 115
PENGUJIAN & PEMERIKSAAN
CARGO GEAR
1. Setiap alat angkat harus diuji dengan suatu beban uji
yang melebihi beban kerja aman (SWL) sbb :
SWL Beban Uji
S/d 20 ton 25% diatas beban kerja aman
20 s/d 50 ton 5 ton diatas beban kerja aman
di atas 50 ton 10% diatas beban kerja aman
2. Untuk sistem derek beban uji harus diangkat dengan
derek normal kapal dengan posisi batang derek pada
sudut minimum sesuai perencanaan (umumnya 15
0
), atau
pada sudut yang besarnya disetujui. Sudut derek pada
saat pengujian harus dicantumkan pada sertifikat uji.
Setelah beban uji dilepas batang derek harus diayun
sejauh mungkin pada dua arah yang berbeda.
2.1. SWL yang ditunjukkan hanya berlaku bagi derek
dengan sistem ayunan. Untuk jenis derek ganda
(union purchase) SWL ditentukan sebagaimana
tercantum pada formulir L A 2 (U)
2.2 Untuk derek kapasitas besar harus diperhatikan
apakah stay telah terpasang dengan benar.
3. Untuk kran, beban uji harus digantungkan, diayun dan
ditegakkan secara perlahan. Kran (Gantry Crane) dan
kran berjalan (Traveling Crane) harus digerakkan
bersama dengan keretanya (bila mungkin) secara
melintang dan memanjang pada seluruh panjang
lintasannya.
3.1. Untuk kran yang memiliki beban radius kerja yang
bervariasi pengujian umumnya dilaksankan dengan
beban uji yang sesuai pada radius maximum,
minimum dan pertengahan.
SURVEYOR HANDBOOK 116
3.2. Untuk kran hydrolik dimana keterbatasan tekanan
menyebabkan ketidak mungkinan pengangkatan
beban 25 % di atas SWL, cukup dilakukan
pengangkatan seberapa mungkin dengan syarat tidak
boleh kurang dari 1,1 SWL.
4. Sebagai suatu ketentuan umum, pengujian harus
dilakukan dengan beban uji dan untuk pengujian pertama
tidak boleh ada kekecualian. Untuk perbaikan,
penggantian atau bila pengujian periodik mensyaratkan
pengujian ulang, maka penggunaan pegas atau
penyeimbangan hidrolis dapat dipertimbangkan. jika
menggunakan per atau penyeimbangan hidrolis maka
peralatan tersebut harus dikalibrasi dan ketelitiannya
harus dalam batas kurang lebih 2 % dan indikatornya
harus tetap konstan selama 5 menit.
4.1. Jika tidak menggunakan beban uji maka hal tersebut
harus disebutkan pada kolom (3).
5. Pengertian 1 ton adalah 1000 kg.
6. Pengertian Compotent Person, Pemeriksaan seksama
dan alat angkat ditentukan pada formulir L A 1.
CATATAN
Untuk rekomendasi mengenai prosedur uji dalam dokumen
ILO Safety and Health Dock Work dapat dijadikan
acuan.
SURVEYOR HANDBOOK 117
PENGUJIAN & PEMERIKSAAN DEREK YANG
BEROPERASI SEBAGAI
DEREK GANDA (UNION PURCHASE)
1. Sebelum digunakan, derek ganda yang beropersi harus
diuji dengan beban yang melebihi beban kerja aman
derek ganda SWL (U) seperti berikut :
SWL Beban Uji
S/d 20 ton ditamabah 25 %
20 s/d 50 ton ditambah 5 ton
di atas 50 ton ditambah 10 %
2. Pengujian harus dilaksanakan dengan ketinggian pelat
segitiga maximum di atas ambang palka yang disetujui
atau pada sudut antara tali-tali muatan dan dengan
batang derek pada kondisi operasi, untuk membuktikan
kekuatan pelat mata geladak dan sistem derek ganda.
Tinggi pelat segitiga atau sudut antar tali-talitidak
boleh melebihi nilai yang tercantum dalam gambar
susunan peralatan bongkar muat.
Pengujian harus dilaksanakan menggunakan beban uji
SURVEYOR HANDBOOK 118
PENGUJIAN DAN PEMERIKSAAN SEKSAMA
INTERCHARGEABLE COMPONENT DAN LOOSE
GEAR
1. Setiap interchargeable component dan loosegear
harus diperiksa seksama sebelum digunakan untuk
pertama kalinya dan sesudah suatu perubahan yang
penting atau perbaikan dari bagian yang berpengaruh
pada keselamatannya. Beban uji yang digunakan
harus sesuai dengan tabel berikut :
Interchargeable
Component
SWL Beban uji
PL
Stat
Rantai, cincin, kait, segel,
kili-kili dll
Kerek roda ganda
Kerek roda tunggal tanpa
beket
Kerek roda tunggal dengan
beket
s/d 25 t
diatas 25 t
s/d 25 t
diatas 25 t s/d 160 t
diatas 160 t
s/d 12,5 t
diatas 12,5 t
s/d 8,0 t
diatas 8,0 t
2 x SWL
(1,22 x SWL) + 20
t
2 x SWL
(0,933 x SWL) +
27 t
1,1 x SWL
4 x SWL
(2,44 x SWL) + 20
t
6 x SWL
(3,66 x SWL) + 20
t
Peralatan lepas seperti
balok angkat, spreader dan
alat sejenis lainnya.
s/d 10 t
diatas 10 t s/d 160 t
diatas 160 t
2 x SWL
(1,04 x SWL) +
9,6 t
1,1 x SWL
*) Untuk kerek roda ganda, batas beban kerja
adalah sama dengan beban yang dizinkan
pada gantungan Derek
Untuk kerek roda tunggal tanpa beket, batas beban
kerja adalah sama dengan setengah beban yang
diizinkan pada gantungan. Jika kedua bagian tali
bergerak sejajar maka SWL adalah sama dengan
tegangan pada tali.
Untuk kerek jalur tunggal dengan beket, SWL
adalah sama dengan sepertiga beban suspensi yang
diizinkan pada gantungan. Jika ketiga bagian tali
SURVEYOR HANDBOOK 119
bergerak sejajar maka batas beban kerja adalah
sama dengan tegangan pada tali
2. Menyimpang dari butir 1 komponen dengan SWL
diatas 100t dan loosegear dengan SWL diatas 10 t yang
akan digunakan untuk peralatan angkat yang sejenis
boleh diuji dinamis bersamaan dengan uji beban
peralatan angkat tersebut dengan menggunakan beban
uji
SWL dari alat angkat Beban uji PL
Dyn
s/d 20 t
dari 20t s/d 50t
di atas 50t
SWL + 25 %
SWL + 5 %
SWL + 10 %
Komponen yang diuji dengan beban PL
Dyn
bukan
merupakan interchargeable component , dapat juga
digunakan, dengan catatan mendapat persetujuan tertulis
dari Biro Klasifikasi Indonesia, untuk peralatan angkat
lainnya. Untuk tiap komponen tersebut harus diterbitkan
sertifikat tersendiri dalam format LA3.
SURVEYOR HANDBOOK 120
PENGUJIAN DAN PEMERIKSAAN SEKSAMA
STEEL WIRE ROPE (SWR)
1. SWR harus diuji dengan menggunakan sebuah contoh
benda uji dengan cara merusak. Jika keadaan ini tidak
memungkinkan maka beban putus diperoleh dengan
cara menguji kawat hingga putus.
2. Prosedur uji harus sesuai dengan standard internasional
atau standard nasional yang diakui.
3. SWL dari SWR ditentukan dengan membagi beban
putus dengan koefisien utilisasi tersebut dibawah ini :
Koefisien Utilisasi K
SWL
( ton )
Tali Gerak
Tali
Penahan
Sling tali
kawat*) (sling
kaki tunggal)
s/d 10
10 s/d 107
10 s/d 160
diatas 107
diatas 160
5
-
1910 (8,85xSWL)
10.000
+
-
3
4
191 (8,85xSWL)
8.000
+
-
2,8
-
6
-
19 (8,85xSWL)
12.000
+
-
3,6
Koefisien tersebut diatas harus dipakai kecuali ada
persyaratan lain yang ditentukan oleh badan nasional
*) Jika sling tali kawat merupakan satu kesatuan dari loose
gear, maka penentuan ukuran sling ini dapat dianggap
sebagai Tali statis dengan syarat tiap sling dilengkapi
dengan simpul ujung atau rongga tali pada kedua ujung.
SURVEYOR HANDBOOK 121
PENGAKUAN SERTIFIKAT UJI DAN
PEMERIKSAAN SEKSAMA DARI SWR
A. Pabrik pembuat SWR boleh menguji sendiri produknya
dan menerbitkan sertifikat yang dapat diakui oleh BKI
jika memenuhi persyaratan berikut :
1. Pabrik pembuat harus disetujui oleh BKI.
2. SWR harus diperiksa sesuai dengan peraturan
BKI.
3. Semua type konstruksi tali harus mendapat
persetujuan dari BKI.
4. Suatu tanda pengenal dengan nama pabrik harus
diterakan pada SWR. Sebagai tambahan bahwa
tanda pengenal tersebut harus mencantumkan
nomor pengenal yang diberikan oleh BKI.
Disamping itu juga pada SWR harus dikaitkan
benang berwarna yang menunjukkan tegangan
tarik dari SWR tersebut. Benang tersebut dapat
dihilangkan bila tanda pengenal mempunyai
warna dengan masing-masing kuat tarik.
5. Semua mesin uji tarik untuk menguji SWR dan
tali harus berada dalam pengawasan Biro
Klasifikasi Indonesia.
6. Formulir yang digunakan adalh formulir yang
dikeluarkan oleh BKI.
B. Atas permintaan pemasok tali kawat dapat diberi
wewenang oleh Biro Klasifikasi Indonesia untuk
menyalin sertifikat asli pabrik ke dalam formulir BKI.
Hal ini dapat dimungkinkan untuk tali dari pabrik yang
diakui oleh BKI untuk tali yang diuji secara sendiri.
SURVEYOR HANDBOOK 122
PENGUJIAN LIFT
Pengujian hanya dilakukan untuk lift kapal yang dikelaskan
pada BKI.
Seluruh komponen harus dibersihkan
Setiap komponen yang rusak atau tidak berfungsi dengan
baik harus diganti dengan atau diperbaiki;: secara khusus
harus ditentukan sebelum pengujian, apakah alat pengaman
dari pintu (kontak, magnit dan alat pengunci lainnya)
beroperasi dengan baik, apakah peralatan pelepas ujung
dapat menghentikan lift dan apakah penyelaras tingkat dari
lift berfungsi dengan baik dicoba dan berfungsi dengan
baik.
Seorang ahli lift harus mengoperasikan tersebut selama
pengujian. Personil pembantu dan peralatan yang diperlukan
(beban uji, perkakas, sekering listrik, dan seterusnya) harus
tersedia.
Catatan lift tersebut harus diberikan kepada surveyor BKI
sebelum pengujian.
Bila, akibat persiapan yang tidak memadai, pengujian tidak
dapat atau tidak seluruhnya dapat dilakukan pada waktu
yang ditentukan atau bila selama dalam pengujian lift
tersebut ternyata tidak berada pada kondisi yang ditetapkan
maka pengujian harus diulang.
Oleh karena itu dianjurkan agar selalu untuk menghadirkan
mekanik lift dalam persiapan pengujian dan melakukan
pengerakan dan melaksanakan percobaan selama pengujian,
kecuali tersedia personil lain yang memadai.
SURVEYOR HANDBOOK 123
PENGUJIAN DAN PEMERIKSAAN FIBRE ROPES
1. Fibre Ropes diuji dengan benda uji yang ditarik
sampai putus. Beban putus boleh juga ditentukan
dengan uji merusak benang bila hal ini disepakati oleh
pembuat dan pemesan. Akan tetapi prosedur ini harus
dapat diterapkan pada tali yang faktor realisasinya
telah ditentukan dalam peraturan Biro Klasifikasi
Indonesia. Untuk jumlah benaNg yang harus diambil
lihat peraturan Biro Klasifikasi Indonesia vol. V,
Appendix S.4. atau ISO 2307.
2. Untuk fibre ropes yang digunakan di kapal, beban
kerja aman tidak boleh melebihi I/N dari beban putus
hasil uji.
Diameter Nominal Fibre
Ropes
Koefisien Utilisasi N*)
10 17
18 23
24 39
40 dan seterusnya
10
8
7
6
Fibre ropes yang digunakan sebagai sling harus
memenuhi standard yang diakui up.DIN.83.302.
3. Fibre ropes untuk tali jalan dan tali diam dari alat
bongkar muat dan alat angkat hanya boleh digunakan
dengan izin khusus dari Biro Klasifikasi Indonesia.
*) Untuk tali poliamida nilai koefisien utilisasi N harus
ditambah 10%
SURVEYOR HANDBOOK 124
PENGAKUAN SERTIFIKAT UJI DAN
PEMERIKSAAN FIBRE ROPES
A. Pabrik pembuat fibre ropes boleh menguji sendiri
produknya dan menerbitkan sertifikat yang diakui
oleh Biro Klasifikasi Indonesia apabila memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Bengkel kerja dari pabrik pembuat telah
disetujui oleh Biro Klasifikasi Indonesia.
2. Fibre ropes harus diperiksa sesuai dengan
peraturan Biro Klasifikasi Indonesia.
3. Konstruksi, bahan dan struktur fibre ropes
memenuhi standar yang diakui oleh Biro
Klasifikasi Indonesia
4. Tanda identifikasi dengan nama pabrik
pembuat harus tercantum pada fibre ropes.
Sebagai tambahan tanda identifikasi tersebut
harus memuat nomor identifikasi Biro
Klasifikasi Indonesia. Disamping itu juga
benang berwarna yang mencantumkan kuat
tarik dari benag sesuai standard harus
dicantumkan pula pada fibre ropes.
5. Semua mesin uji tarik untuk pengujian benang
dan fibre ropes harus dibawah pengawasan
Biro Klasifikasi Indonesia.
6. Hanya formulir yang diterbitkan Biro
Klasifikasi Indonesia yang dapat digunakan
sebagai sertifikat uji.
B. Pemasok fibre ropes untuk kapal, atas permintaan,
dapat diberi wewenang oleh Biro Klasifikasi
Indonesia untuk menyalin sertifikat uji asli yang
dibuat oleh pembuat pada formulir sertifikat Biro
Klasifikasi Indonesia. Hal tersebut hanya dibolehkan
untuk fibre ropes dari pembuat yang diberi
wewenang oleh Biro Klasifikasi Indonesia untuk
mengadakan pengujian sendiri.
SURVEYOR HANDBOOK 125
3. TABEL KONVERSI
FAKTOR CONVERSI METRIC
(symbol of s1 units, multiples and submultiples are given in
parentheses in the right-hand column)
multiply by to obtain
LENGTH
centimeter 0,3280840 foot
centimeter 0,3937008 inch
fathom 1.8288 meter (m)
foot 0,3048 meter (m)
foot 30.48 centimeter (cm)
foot 304,8 milimeter (mm)
inch 0,0254 meter (m)
inch 2,.54 centimeter (cm)
inch 25,4 milimeter (mm)
kilometer 0.6213712 mile (US statute
meter 39.37008 inch
meter 0.5468066 fathom
meter 3.280840 foot
meter 0.1988388 rod
meter 1.093613 yard
meter 0.0006213712 mil (us statute)
microinch 0.0254 micrometer
micrometer 39,37008 microinch
mile [US statute] 1609,344 meter (m)
mile [US statute] 1,609344 kilometer (km)
milimeter 0,003280840 foot
milimeter 0,03937088 inch
rod 5,0292 meter (m)
yard 0,9144 meter (m)
AREA
acre 4046,856 meter
2
(m
2
)
acre 0,4046856 hektar
sentimeter
2
0,1550003 inch
2
sentimeter
2
0,001076391 foot
2
foot
2
0,9290304 meter
2
(m
2
)
foot
2
929,0304 sentimeter
2
(cm
2
)
foot
2
92.903,04 milimeter
2
(cm
2
)
hektar 2,471054 acre
inch
2
645,16 milimeter
2
(cm
2
)
inch
2
6,4516 sentimeter
2
(cm
2
)
inch
2
0,00064516 meter
2
(cm
2
)
SURVEYOR HANDBOOK 126
meter
2
1550,003 inch
2
meter
2
10,763910 foot
2
meter
2
1,195990 yard
2
meter
2
0,0002471054 acre
milimeter
2
0,00001076391 foot
2
miliimeter
2
0,001550003 inch
2
yard
2
0,8361274 meter
2
(m
2
)
BERAT DAN UKURANNYA
Metrik dan Inggris equivalents
Ukuran panjang
1 kilometer = 0,6214 mile 1 mile = 1,609 kilometers
39,37 inches 1 yard = 0,9144 meter
1 meter = 3,2808 feet 1 foot = 0,3048 meter
1,0936 yards 1 foot = 304,8 milimeter
1 centimeter = 0,3937 inch 1 inch = 2,54 centimeter
1 milimeter = 0,03937 inch 1 inch = 25,4 milimeter
Ukuran Kuadrat
1 kilometer
2
= 0,3861 mile
2
= 247,1 acre
1 hektar = 2,471 acre = 107,639 feet
2
1 are = 2,471 acre = 107,639 feet
2
1 meter
2
=10,764 feet
2
= 1,196 yard
2
1 centimeter
2
= 0,00155 inch
2
1 mile
2
= 2,5999 kilometer
2
1 acre = 0,4047 hectare = 40,47 are
1 yard
2
= 0,836 meter
2
1 foot
2
= 0,0929 meter
2
= 929 centimeter
2
1 inch
2
= 6,452 centimeter
2
= 645,2 milimeter
2
Pengukuran kubik
1 meter
3
= 35,315 feet
3
= 1,308 yard
3
1 meter
3
= 264,2 U.S. gallon
1 centimeter
3
= 0,051 inch
3
1liter ( decimeter
3
) = 0,353 foot
3
= 61,023 inches
3
1 liter = 0, 2642 U.S. gallon = 1,0567 U.S. quarts
1 yard
3
= 0,7646 meter
3
1foot
3
= 0,02832 meter
3
= 28,317 liter
1inch
3
= 16,38706 centimeter
3
1 U.S. gallon = 3,785 liter
1 U.S. quarts = 0,946 liter
SURVEYOR HANDBOOK 127
Berat
1 metrik ton = 0,9842 ton (u/ 2240 pound) = 2204,6 pound
1 kilogram = 2,2046 pound = 35,274 ounce avoirdupois
1 gram = 0,03215 ounce troy = 0,03527 ounce avoirdupois
1 gram = 15,432 grain
1 ton (u/ 2240 pound) = 1,016 metrik ton = 1016 kilogram
1 pound = 0,4536 kilogram = 453,6 gram
1 ounce avoirdupois = 28,35 gram
1 ounce troy = 31,103 gram
1 grain = 0,0648 gram
1 kilogram per milimeter
2
= 1422,32 pound per inch
2
1 kilogram per centimeter
2
= 14,2232 pound per inch
2
1 kilogram = 7,233 foot-pound
1 pound per inch
2
= 0,0703 kilogram per centimeter
2
1 calorie (kilogram calorie) = 3,968 Btu (Btiris Thermal unit)
Satuan Sistem Internasional (SI)
Physical
quantity
Nama
satuan
Simbol satuan Defenisi
Satuan dasar SI
Panjang Meter m
Jarak tempuh cahaya pada ruang
hampa udara selama
1/299.792.458 detik
Massa kilogram kg
Massa yang bentuk dasar
internasionalnya yang dipelihara
oleh The bereau International des
poids et measure (BIPM) di sevres
dekat Perancis
Waktu Second s
Lamanya 9.192.631 .770 periode
putaran yang sama pada per-
pindahan diantara kedua tingkatan
hyperfine pada tingkat dasar dari
cesium133 atom
Arus Listrik ampere A
Arus yang tetap, jika dipertahan-
kan pada konduktor lurus paralel
yang panjangnya tidak terbatas,
bagian putaran menyilang dapat
diabaikan, dan ditempatkan pada
jarak satu meter di ruang hampa,
dapat menghasilkan diantara
konduktor tersebut sebuah tekanan
sebesar 2 x 10
7
N/m panjang
Temperatur
Thermodinami
o
Kelvin
K
Pecahan 1/273,16 dari temperatur
termodinamik untuk derajat keti-
SURVEYOR HANDBOOK 128
c ga dari air.
Jumlah
zat kimia
mole mol
Jumlah zat kimia dari sebuah
sistem yang terdiri dari banyak
dasar yang terjadi sebagai bagian
dari atom dalam 0,012 kilogram
carbon 12.
Intersitas
luminous
candela cd
Intensitas luminous, secara tegak
lurus pada permukaan 1/600.000
meter
2
pada black body untuk
temperatur beku platinum dibawah
tekanan 101,325 newton per
meter
2
Satuan SI yang memiliki nama khusus
Tekanan newton
N=
kgm/s
2
Tekanan yang diberikan pada
sebuah benda yang memiliki
massa 1 kilogram, akan
menghasilkan secara tepat pada 1
meter per sekon
2
Kerja,
energi,
jumlah
panas
joule J = N.m
Kerja yang dilakukan ketika
tekanan diberikan sebesar 1
newton dapat berpindah sebesar 1
meter searah dengan tekanan
Muatan
listrik
coulomb C = A.s
Jumlah muatan listrik yang
bergerak dalam 1 sekon oleh arus
sebesar 1 ampere
Potensial
listrik
volt V = W/A
Perbedaaan potensial antara dua
titik pada suatu kawat penghantar
membawa arus tetap sebesar 1
ampere, ketika daya dihilangkan
diantara titik-titik tersebut sebesar
1 watt
Kapasi-
tansi
listrik
farad F = C/V
Kapasitansi pada sebuah kapasitor
diantara pelat yang terlihat
perbedaan potensial 1 volt ketika
dimuati oleh sejumlah listrik yang
sama 1 coulomb
Satuan SI yang mempunyai nama khusus
Tahanan
listrik
ohm = V/A
Tahanan diantara dua titik pada
sebuah konduktor pada beda
potensial 1 volt, diberikan diantara
dua titik tersebut, dalam
konduktor ini menghasil-kan arus
sebesar 1 ampere, konduktor ini
tidak akan menjadi sumber dari
segala tekanan elektomitif
Flux
magnetik
weber Wb =V.s
SURVEYOR HANDBOOK 129
Induktansi Henry H = V s/A Induktasi pada
Flux
luminous
Lumen lm = cd sr
Flux yang dipancarkan dengan
sudut yamg kuat pada suatu
steradian oleh suatu sumber yang
memiliki intensity seragam
sebesar 1 candela
Iluminasi Lux lx = lm/m
3
Iluminasi dari 1 lumen per meter
2
Satuan Sistem Internasional (SI) dengan nama kompleks
PHISICAL QUANTITY SATUAN SI
SIMBOL
SATUAN
Area
Volume
Frekuensi
Density (mass density)
Velocity
Angular Velocity
Acceleation
Angular acceleration
Pressure
Tegangan permukaan
Dynamic velocity
difusi Koefisien
kinematik Viskosity
Conduktivity thermal
Electric field strength
Density flux magnietik
Magnetic field strength
Luminance
Meter
2
Meter
3
Hertz
Kilogram/Meter
3
Meter/sekon
Radian/sekon
Meter/sekon
2
Radian/sekon
2
Pascal
Newton/meter
Newtonsekon/meter
Meter
2
/sekon
Watt/meter
o
Kelvin
Volt/meter
Tesla
Ampere/meter
Candela/meter
2
m
2
m
3
Hz
Kg/m
3
m/s
Rad/s
m/s
2
Rad/s
2
Pa
N/m
N s/m
m
2
/s
W/(m
o
K)
V/m
T
A/m
Cd/m
2
Hz = cycle/sekon T = weber/meter
2
Pa = newton/meter
2
Pengukuran tekanan
1 pound/inch
2
= 144 pound/foot
2
= 0,068 atmosphere = 2,042 inch of
mercury pada 62
o
F = 27,7 inches of water pada 62
o
F = 2,31 feet of
water pada 62
o
F
1 atmosphere = 30 inch of mercury pada 62
o
F = 14,7 pound/inch
2
=
2116,3 pound/foot
2
= 33,95 feet of water pada 62
o
F
1 feet of water pada 62
o
F = 62,355 pound/foot
2
= 0,433 pound/inch
2
1inch of mercury pada 62
o
F = 1,132 foot of water = 13,58 inches of
water = 0,491 pound/inch
2
SURVEYOR HANDBOOK 130
FAKTOR KONVERSI METRIK
multiply by to obtain
VOLUME (termasuk KAPASITAS)
Centimeter
3
0,6102376 inch
3
foot
3
0,02831685 meter
3
(m
3
)
foot
3
28,31685 liter
gallon (UK.liquid) 0,004546092 meter
3
(m
3
)
gallon (UK.liquid) 4,546092 liter
gallon (U.S.liquid) 0,003785412 meter
3
(m
3
)
gallon (U.S.liquid) 3,785412 meter
3
(m
3
)
inch
3
16.387,06 milimeter
3
(mm
3
)
inch
3
16,38706 centimeter
3
(mm
3
)
inch
3
0,00001638706 meter
3
(m
3
)
liter 0,001 meter
3
(m
3
)
liter 0,2199692 gallon (UK.liquid)
liter 0,2641720 gallon (U.S.liquid)
liter 0,03531466 foot
3
meter
3
219,9692 gallon (UK.liquid)
meter
3
264,1720 gallon (U.S.liquid)
meter
3
35,31466 foot
3
meter
3
1,307951 yard
3
meter
3
1000 liter
meter
3
61.023,76 inch
3
milimeter
3
0,00006102376 inch
3
yard
3
0,7645549 meter
3
(m
3
)
VELOCITY, AKSELERASI DAN ALIRAN
Centimeter/sekon 1,968504 foot/menit
Centimeter/sekon 0,03280840 foot/sekon
Centimeter/menit 0,3937008 inch/menit
foot/jam 0,00008466667 meter/sekon (m/s)
foot/jam 0,00508 meter/menit
foot/jam 0,3048 meter/jam
foot/menit 0,508 sentimeter/sekon
foot/menit 18,288 meter/jam
foot/menit 0,3048 meter/menit
foot/menit 0,00508 meter/sekon (m/s)
foot/sekon 30,48 sentimeter/sekon
foot/sekon 18,288 meter/menit
foot/sekon 0,3048 meter/sekon (m/s)
foot/sekon
2
0,3048 meter/sekon
2
(m/s
2
foot
3
/menit 28,31685 liter/menit
foot
3
/menit 0,0004719474 meter
3
/sekon (m
3
/s
gallon (U.S.liq)/min 0,003785412 meter
3
/menit
SURVEYOR HANDBOOK 131
gallon (U.S.liq)/min 0,00006309020 meter
3
/sekon (m
3
/s
gallon (U.S.liq)/min 0,06309020 liter/sekon
gallon (U.S.liq)/min 3,785412 liter/menit
gallon (U.K.liq)/min 0,004546092 meter
3
/menit
gallon (U.K.liq)/min 0,00007576820 meter
3
/sekon (m
3
/s
inch/menit 25,4 milimeter/menit
inch/menit 2,54 centimeter/menit
inch/menit 0,0254 meter/menit
MOMEN INERSIA DAN MODULUS SECTION
momen inersia (kg-m
2
) 23,73036 pound-foot
2
momen inersia (kg-m
2
) 3417,171 pound-inch
2
momen inersia (lb-ft
2
) 0,04214011 kilogram-meter
2
(kg-m
2
)
momen inersia (lb-in
2
) 0,0002926397 kilogram-meter
2
(kg-m
2
)
momen section (foot
4
) 0,008630975 meter
4
(m
4
)
momen section (inch
4
) 41,62314 centimeter
4
momen section (meter
4
) 115,8618 foot
4
(ft
4
)
momen section (cm
4
) 0,02402510 inch
4
(in
4
)
modulus section (foot
3
) 0,02861685 meter
3
(m
3
)
modulus section (inch
3
) 0,00001638705 meter
3
(m
3
)
modulus section (meter
3
) 35,31466 foot
3
(ft
3
)
modulus section (meter
3
) 61023.2376 inch
3
(in
3
)
MOMENTUM
kilogram-metre / second 7.233011 pound-foot / second
kilogram-metre / second 86.79614 pound-inch / second
pound-foot / second 0.1382550 kilogram-metre/second
kg-m/s
pound-inch / second 0.011552125 kilogram-metre/second
kg-m/s
TEKANAN DAN TEGANGAN
atmosphere(14,6959lb/inch
2
) 101,325 pascal (Pa)
bar 100000 pascal (Pa)
bar 14,50377 pound/inch
2
bar 100000 newton/meter
2
(N/m
2
)
hectobar 0,6474898 ton (long) / inch
2
kilogram/centimeter
2
14,22334 pound/inch
2
kilogram/meter
2
9,806650 newton/meter
2
(N/m
2
)
kilogram/meter
2
9,806650 pascal (Pa)
kilogram/meter
2
0,2048161 pound/foot
2
kilonewton/meter
2
0,1450377 pound/inch
2
SURVEYOR HANDBOOK 132
newton/centimeter
2
1,450377 pound/inch
2
newton/meter
2
0,00001 bar
newton/meter
2
1,0 pascal (Pa)
newton/meter
2
0,0001450377 pound/inch
2
newton/meter
2
0,1019716 kilogram/meter
2
newton/milimeter
2
145,0377 pound/inch
2
pascal 0,00000986923 atmosphere
pascal 0,00001 bar
pascal 0,1019716 kilogram/meter
2
pascal 1,0 newton/meter
2
(N/m
2
)
pascal 0,02088543 pound/foot
2
pascal 0,0001450377 pound/inch
2
BERAT DAN TEGANGAN
pound/foot
2
4,882429 kilogram/meter
2
pound/foot
2
47,88026 pascal (Pa)
pound/inch
2
0,06894757 bar
pound/inch
2
0,07030697 kilogram/centimeter
2
pound/inch
2
0,6894757 newton/centimeter
2
pound/inch
2
6,894757 kilonewton/meter
2
pound/inch
2
6894,757 newton/meter
2
(N/m
2
)
pound/inch
2
0,006894757 newton/milimeter
2
pound/inch
2
6894,757 pascal (Pa)
ENERGI DAN KERJA
Btu (international tabel) 1,055056 joule (J)
Btu (mean) 1055,87 joule (J)
calorie (mean) 4,19002 joule (J)
foot-pound 1,355818 joule (J)
foot-poundal 0,04214011 joule (J)
joule 0,0009478170 Btu (international tabel)
joule 0,0009470863 Btu (mean)
joule 0,2386623 calorie (mean)
joule 0,7375621 foot-pound
joule 23,73036 foot-poundal
joule 0,9998180 joule (international US)
joule 0,9999830 joule (U.S legal, 1948)
joule (international US) 1,000182 joule (J)
joule (U.S legal, 1948) 1,000017 joule (J)
joule 0,0002777778 watt-hour
watt-hour 3600 joule (J)
DAYA
Btu 0,2930711 watt (W)
(international Tabel/jam)
SURVEYOR HANDBOOK 133
foot-pound/jam 0,0003766161 watt (W)
foot-pound/menit 0,02259697 watt (W)
horsepower(550 ft-lb/s) 0,7456999 kilowatt (kW)
horsepower(550 ft-lb/s) 745,6999 watt (W)
horsepower(electric) 746 watt (W)
horsepower(metric) 735,499 watt (W)
horsepower(U.K.) 745,70 watt (W)
kilowatt 1,341022 horsepower(550 ft-lb/s)
watt 2655,224 foot-pound/jam
watt 44,25372 foot-pound/menit
watt 0,001341022 horsepower(550 ft-lb/s)
watt 0,001340483 horsepower(electric)
watt 0,001359621 horsepower(metric)
watt 0,001341022 horsepower(U.K.)
watt 3,412141 Btu(international Tabel/jam)
VISCOSITY
centipoise 0,001 pascal sekon (Pa.s)
centistoke 0,000001 meter
2
/sekon (m
2
/s)
meter
2
/sekon 1000000 centistoke
meter
2
/sekon 10000 stoke
pascal - sekon 1000 centipoise
pascal - sekon 10 poise
poise 0,1 pascal sekon (Pa.s)
stoke 0,0001 meter
2
/sekon (m
2
/s)
TEMPERATUR
Conversi dari menjadi formula yg digunakan
Temperatur Celcius Temp. Kelvin t
k
= t
c
+ 273,15
Temperatur Fahrenheit Temp. Kelvin t
k
= (t
f
+ 459,67)/1,8
Temperatur Celcius Temp. Fahrenheit t
f
= 1,8 t
c
+ 32
Temperatur Fahrenheit Temp. Celcius t
c
= ( t
c
- 32 )/1,8
Temperatur Kelvin Temp. Celcius t
c
= t
k
- 273,15
Temperatur Kelvin Temp. Fahrenheit t
f
= 1,8 t
k
+ 459,67
Temperatur Kelvin Temp. Rankine t
R
= 9/5 . t
k
Temperatur Rankine Temp. Kelvin t
k
= 5/9 . t
R
BEBERAPA FAKTOR KONVERSI LAINNYA
atmospheteres 29,92 inches of mercury ( 32
o
F )
atmospheteres 14,70 pounds/inch
2
Btu/jam 12,96 foot-pound/menit
Circular mils 0,7854 mils
2
feet of water (60
o
F) 0,8843 inches of mercury( 60
o
F )
SURVEYOR HANDBOOK 134
feet of water (60
o
F) 0,4331 pounds/inch
2
feet/menit 0,01136 miles/jam
foot-pound/sekon 0,07716 Btu/menit
gallons(U.S) of water(60
o
F) 8,337 pounds of water (60
o
F)
gallons (U.S)/sekon 8,021 feet
3
/menit
inches of mercury ( 32
o
F ) 0,3342 atmospheteres
inches of mercury ( 60
o
F ) 1,131 feet of water (60
o
F)
inches of mercury ( 60
o
F ) 0,4898 pounds/inch
2
inches of water ( 60
o
F ) 0,03609 pounds/inch
2
knot (international) 1,151 miles (statute)/jam
miles/jam 88 feet/menit
miles (statute)/jam 0,8690 knot (international)
ounces (avoirdupois) 0,9115 ounces (troy)
ounces (troy) 1,097 ounces (avoirdupois)
ounces (troy) 0,06857 pounds (avoirdupois)
pounds (avoirdupois) 14,58 ounces (troy)
pounds of water (60
o
F) 0,01603 feet
3
pounds of water (60
o
F) 0,1199 gallons (U.S)
pounds/inch
2
0,06805 atmospheteres
pounds/inch
2
2,309 feet of water (60
o
F)
pounds/inch
2
2,042 inches of mercury( 60
o
F )
pounds/inch
2
27,71 inches of water ( 60
o
F )
mils
2
1,273 Circular mils