Anda di halaman 1dari 11

TEKNIK MEMBUAT LIFLET UNTUK KEGIATAN

MARKETING INFORMASI DI PERPUSTAKAAN


PERGURUAN TINGGI

Makalah
Disampaikan pada kegiatan Pendidikan dan latihan singkat
Marketing Informasi dan Sumber-sumber Informasi
untuk Perpustakaan Perguruan Tinggi

Oleh:
Drs. Pawit M. Yusup, M.S.

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN


FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
10 Mei – 8 Juni 2002
1
Teknik membuat Liflet untuk Kegiatan Marketing Informasi
di Perpustakaan Perguruan Tinggi

Oleh: Drs. Pawit M. Yusup, M.S.


(Program Studi Ilmu Perpustakaan Fikom Unpad 2002)

1. Pendahuluan
Di masyarakat, liflet disebut juga dengan booklet, pamflet, brosur, sebaran,
selebaran, atau selipat. Merriam Webster’s Dictionary (1994) menyebutkan bahwa
pamflet merupakan sejenis publikasi tercetak tak dijilid, meskipun sering juga
dijumpai yang berjilid. Yang mirip atau bahkan sinonim dengan liflet, baik bentuk
fisik maupun fungsinya adalah booklet, brochure, pocketbook, chapbook, bulletin,
compilation, circular, broadside, throwaway, dan handbill (lihat Compton’s
Interactive Encyclopedia, 1994).
Secara fisik liflet sering kita jumpai dalam bentuk kertas yang dilipat-lipat,
terdiri atas berbagai ukuran, tak berjilid, yang di dalamnya berisi informasi yang
bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat luas tentang sesuatu berkaitan
dengan penerbitnya atau lembaga yang mengeluarkannya. Isinya juga sering berupa
informasi mutakhir mengenai peristiwa-peristiwa penting, kontroversi sosial, atau
bahkan iklan atau promosi.
Seiring dengan berkembangnya fungsi-fungsi surat kabar dan majalah, fungsi
liflet memang menjadi bergeser dan membatas. Padahal, terbitan jenis liflet ini sangat
terkenal pada sekitar akhir abad ke-15 hingga melewati abad ke-18 (lihat Grolier
International, 1999). Sekarang bahkan liflet kehadirannya semakin mengkhusus
dengan menyajikan informasi yang bersifat hanya sebagai pemberitahuan,
pengumuman, atau promosi saja.

2. Tujuan liflet
Umumnya liflet dikeluarkan oleh penerbitnya dengan tujuan untuk
memberitahukan atau menginformasikan tentang sesuatu peristiwa atau kegiatan

1
Disampaikan pada kegiatan Pendidikan dan Latihan singkat Marketing Informasi dan sumber-sumber
informasi di perpustakaan perguruan tinggi, yang diselenggarakan di Unpad pada tanggal 10 Mei s.d 8
Juni 2002
1
terkini kepada masyarakat luas. Namun ada tujuan-tujuan spesifik dari liflet
dimaksud, yakni sangat erat kaitannya dengan jenis dari lembaga yang
menerbitkannya itu, seperti antara lain:
(a) Untuk memperkenalkan produk-produk tertentu, baik jasa ataupun barang
kepada masyarakat luas;
(b) Untuk memberitahukan suatu peristiwa atau konsep-konsep baru yang
menurut pertimbangan perlu disampaikan kepada masyarakat luas;
(c) Untuk mempromosikan barang , jasa, atau produk-produk tertentu secara lebih
detil kepada masyarakat luas sehingga mereka tertarik untuk membelinya;
(d) Sebagai publisitas lembaga;
(e) Sebagai media yang digunakan untuk kegiatan external public relation;
(f) Di masa perang, liflet biasa dijadikan media untuk menyebarkan desas-desus
sehingga mampu melemahkan posisi musuh lewat perang urat syaraf;
(g) Di kalangan agama, liflet sering dijadikan media komunikasi dakwah.

3. Manfaat liflet
Adapun manfaat dari liflet juga sejalan dengan tercapainya tujuan spesifik
penerbitan liflet yang bersangkutan, yakni antara lain sebagai berikut:
(a) Sebagai media komunikasi khusus yang dipersiapkan oleh lembaga
penerbitnya yang berfungsi untuk menginformasikan, memberitahukan,
menyampaikan pesan-pesan edukasi, atau untuk mempengaruhi khalayak
pembacanya.
(b) Sebagai media promosi akan suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh
lembaga yang menerbitkannya, dengan harapan khalayak pembaca menjadi
tahu dan kemudian membeli barang atau jasa yang ditawarkannya.
(c) Sebagai media komunikasi yang berfungsi untuk publisitas lembaga
penerbitnya, yang dalam jangka panjang hal ini akan berdampak kepada
peningkatan citra lembaga yang menerbitkannya.

4. Sasaran
Sasaran liflet adalah kelompok masyarakat tertentu, meskipun ukuran dan
wilayahnya bisa sangat luas. Bisa secara khusus ditujukan kepada anggota masyarakat
dalam tingkatan sstrata tertentu, seperti khusus kalangan anak-anak peminat buku-
buku komik, kalangan dewasa yang terbatas peminat olah raga keras, dll. Atau juga
2
tidak dibatasi pada strata-strata seperti itu. Liflet tentang kampanye kesehatan melalui
gerakan hidup sehat, misalnya, tidak dibatasi oleh strata masyarakat pembacanya.

5. Jenis-jenis liflet
Ada banyak jenis liflet yang bisa diketahui, baik dilihat dari segi fisik, fungsi,
tujuan, ataupun dari segi karakteristik penerbitnya. Di sini liflet dibedakan dari segi
fungsi media komunikasi secara umum, yakni sebagai berikut:
(a) Liflet yang berfungsi informatif: Yakni liflet yang dibuat dengan maksud
untuk memberitahukan atau menginformasikan sesuatu peristiwa atau kegiatan
tertentu dari lembaga yang menerbitkannya itu. Secara fisik tidak bisa
dibedakan dalam hal isi yang disampaikannya, kecuali tentu saja jika yang
dilihatnya adalah masalah kualitas kertasnya dan teknik penyajiannya serta
kedalaman isinya.
(b) Liflet yang berfungsi edukatif: Yakni liflat yang disamping sudah mengandung
sifat informatif, namun di dalamnya terkandung juga aspek edukatif. Isinya
disusun sedemikian rupa sehingga memenuhi unsur-unsur pendidikan di
dalamnya. Jenis liflet ini banyak dibuat di lingkungan sekolah dan lembaga-
lembaga pendidikan lainnya. Contohnya antara lain dalam bentuk bulletin,
selipat.
(c) Liflet yang berfungsi rekreatif: Meskipun agak jarang, liflet jenis ini bersifat
menghibur pembacanya, atau setidaknya berisi tentang informasi mengenai
aspek hiburan atau entertainment. Banyak kita jumpai misalnya dalam arena
pameran atau hiburan-hiburan massal. Sedikit berbau iklan, memang.
(d) Liflet yang berfungsi persuasif: Liflet jenis ini biasanya dibuat oleh kalangan
yang mempunyai tujuan-tujuan atau kepentingan tertentu, baik kepentingan
yang bersifat bisnis, sosial, ataupun agama. Misi akhir dari jenis liflet ini
adalah agar para pembacanya terpengaruh oleh ajakan sesuai dengan yang
disajikan dalam liflet.
(e) Liflet yang berfungsi promosi atau iklan: Liflet jenis ini yang terbanyak kita
jumpai. Sebenarnya fungsi-fungsi umum seperti sudah disebutkan di atas tetap
ada, namun untuk yang satu ini sudah lebih mengarah kepada unsur-unsur
bisnis dan bertujuan komersial. Bentuknya antara lain adalah iklan suatu
produk tertentu dari perusahaan tertentu.

3
6. Liflet untuk marketing informasi
Seperti sudah kita kenal selama ini bahwa marketing adalah seperangkat
kegiatan dalam bisnis yang tampak berupa alur perjalanan barang dan jasa dari
produsen kepada konsumen (lihat Grolier International, 1999). Kegiatan ini
menyangkut juga aspek-aspek fisik berupa transportasi, penyimpanan atau
penggundangan, penjualan, serta aspek-aspek di masing-masing kegiatan bagiannya.
DDC 21 (Dewey Decimal Classification edisi 21) mengerangkakan bahwa
marketing sebagai kegiatan dalam bisnis yang terfokus kepada manajemen distribusi,
dan termasuk ke dalam kelompok ilmu-ilmu terapan. Sementara itu dunia
perpustakaan mengadopsinya untuk kegiatan pengembangan sistem layanannya, yakni
yang lebih difokuskan kepada manajemen diseminasi informasi.
Dalam kegiatan mendiseminasi informasi dan sumber-sumber informasi yang
dikuasai perpustakaan inilah nantinya banyak dibutuhkan perangkat manajemen
pemasaran atau manajemen distribusi model bisnis tadi. Misalnya saja kegiatan
layanan informasi yang meminjam atau mengadopsi model marketing mix; juga
termasuk menggunakan alat atau media promosi berupa liflet untuk tujuan
pemasarannya.

7. Teknik penyusunan
Ada beberapa unsur syarat yang secara fisik bisa diperhatikan dalam
pembuatan liflet pada umumnya, dan hal ini merupakan bentuk penyajian liflet yang
tampak dari luar, termasuk liflet untuk kegiatan marketing informasi di dunia
perpustakaan, juga untuk lingkungan perpustakaan perguruan tinggi, yakni sebagai
berikut:
(a) Unsur dasar atau pendahuluan: Biasanya berisi latar belakang suatu peristiwa
atau kegiatan yang disampaikan dalam liflet berlangsung. Hal-hal yang dapat
dijadikan masalah yang bisa mengundang minat dan perhatian pembacanya,
juga alasan pokok dilaksanakannya kegiatan marketing informasi dan sumber-
sumber informasi di perpustakaan. Selain itu, beberapa pernyataan atau
bahkan temuan-temuan prediktif atau antisipatif berkaitan dengan
perkembangan dunia kita dengan perkembangan dan tuntutan jaman yang
semakin berubah, juga bisa diungkapkan dalam pendahuluan ini. Semua itu
dalam rangka upaya menarik perhatian pembacanya.

4
(b) Unsur tujuan: Yang dimaksud dengan tujuan di sini adalah tujuan
dilakukannya kegiatan, bukan tujuan pembuatan liflet seperti di atas, yang
lebih baik diarahkan kepada khalayak sasarannya atau pembacanya. Misalnya
beberapa contoh tujuan dalam kegiatan marketing informasi di dunia
perpustakaan, sebagai berikut:
(1) Setelah selesai mengikuti kegiatan marketing informasi ini, diharapkan
peserta memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan marketing
informasi dan sumber-sumber informasi terpilih sebagai bagian dari
sistem layanan aktif di perpustakaan perguruan tinggi.
(2) Peserta dapat merancang beberapa model liflet untuk marketing
informasi dan sumber-sumber informasi di perpustakaan perguruan
tinggi.
(3) Peserta memiliki kemampuan untuk berpikir kritis berkaitan dengan
rencana kegiatan marketing informasi dan sumber-sumber informasi
terpilih di perpustakaan perguruan tinggi, setidaknya dengan
mendasarkan diri atau mengadopsi kepada model marketing mix (4P
tentang pemasaran) dalam marketing management.
(c) Unsur khalayak sasaran: Khalayak sasaran adalah sekelompok orang yang
secara khusus akan dijadikan calon-calon konsumen dari kegiatan marketing
informasi yang sedang kita rencanakan. Dalam dunia manajemen dikenal
dengan analisis pasar, sedangkan dunia perpustakaan lebih mengenal konsep
pengguna, baik pengguna aktual maupun terutama pengguna potensial.
Pengguna aktual adalah orang yang telah menggunakan jasa atau produk-
produk jasa layanan perpustakaan kita, sedangkan pengguna potensial adalah
mereka yang belum menggunakan jasa dan produk-produk jasa layanan
perpustakaan, namun mereka mempunyai potensi untuk menggunakannya.
Beberapa pertimbangan dan perhatian terhadap khalayak sasaran dimaksud,
banyak berkaitan dengan aspek sosiodemografi khalayak sasaran itu sendiri,
yakni antara lain sebagai berikut:
(1) Kenali siapa yang akan dijadikan calon pengguna atau konsumen
produk kita berdasarkan kategori strata: pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, bidang minat, umur, jenis kelamin, dll.

5
(2) Kenali mereka berdasarkan kategori-kategori di atas dengan
mempertimbangkan tujuan kegiatan marketing informasi dan sumber-
sumber informasi terpilih yang kita rencanakan pelaksanaannya.
(3) Contohnya, kalau kita akan memasarkan produk berupa abstrak hasil
penelitian terpilih bidang hukum pidana, tentu yang dianggap sebagai
khalayak sasaran atau pengguna potensialnya adalah para hakim, jaksa,
polisi, peneliti bidang hukum, dosen hukum, dan peminat atau
pemerhati bidang hukum pidana lainnya.
(d) Unsur informasi inti: Ini merupakan materi pokok yang kita maksudkan dalam
kegiatan marketing informasi dan sumber-sumber informasi terpilih di dunia
perpustakaan, termasuk perpustakaan perguruan tinggi. Kalau yang dipasarkan
adalah produk berupa kliping surat kabar nasional dengan dibatasi bidang
IPOLEKSOSBUD HANKAMRATA (akronim ini cukup panjang, oleh karena
itu di sini tidak ditulis kepanjangannya), maka akan berbeda jika yang akan
kita pasarkan adalah produk-produk terpilih berupa program database untuk
aplikasi dunia perpustakaan semisal Database Acces untuk sistem denda di
bagian layanan perpustakaan. Tujuannya, khalayak sasarannya, dasar
pemikirannya, inti permasalahannya, faktor kedalaman informasi yang
disajikannya, dan aspek-aspek lainnya, semuanya berbeda. Jadi untuk unsur
pokok di sini akan sangat bergantung kepada produk yang akan dipasarkan,
juga bergantung kepada model liflet yang akan dibuatnya. Ada liflat yang
mencapai beberapa halaman, juga ada yang hanya memerlukan setengah
halaman kertas ukuran kuarto.
(e) Unsur penunjang: Ini dimaksudkan sebagai unsur yang befungsi memperkuat
fungsi-fungsi liflet yang dibuatnya. Salah satu contoh yang bisa dikategorikan
dalam unsur penunjang ini adalah: informasi mengenai kontak perorangan
diluar jam kerja kantor, yang fungsinya untuk memperlancar proses
komunikasi. Juga misalnya dengan digunakannya teknologi komunikasi
modern seperti internet dan e-mail untuk keperluan kelancaran kegiatan
marketing informasi, itu bisa dikategorikan sebagai unsur penunjang ini.
(f) Unsur pelengkap: Unsur ini sifatnya hanya sebagai pelengkap. Kehadirannya
dirasa penting, namun jika dipasang juga tidak akan mempengaruhi fungsi
liflat dan juga hasil keseluruhan dari kegiatan marketing dimaksud. Unsur ini
agak sulit dibuatkan contohnya di sini, karena sifatnya sangat kasuistis. Setiap
6
liflet memiliki unsur pelengkapnya sendiri yang berbeda dengan jenis liflet
lainnya. Pada liflet satu, unsur pelengkap kadang-kadang bisa dijadikan unsur
penunjang pada liflet lainnya, bahkan mungkin juga bahkan dijadikan unsur
pokok pada kondisi dan situasi tertentu. Gambar-gambar tertentu yang di lifat
satu merupakan unsur pokok, di liflet lain barngkali hanya sebagai unsur
pelengkap, atau mungkin penunjang.
(g) Unsur tampilan fisik: Tampilan fisik sebuah liflet bisa menggambarkan
kredibilitas dan bonafiditas penyelenggara kegiatan, termasuk
penyelenggaraan marketing informasi dan sumber-sumber informasi di
perpustakaan. Liflet yang secara fisik berpenampilan jelek, seperti
menggunakan kertas dan gaya tulisan yang juga tidak menarik, akan
mempengaruhi fungsi dan keberhasilan dari kegiatan yang dilakukannya.

8. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan


Sebagai media komunikasi yang berfungsi promosi, pembuatan liflet juga
perlu memperhatikan beberapa aspek isi dan kunci yang secara langsung berkaitan
dengan pelaksanaan marketing informasi dan sumber-sumber informasi di
perpustakaan, terutama di perpustakaan perguruan tinggi, yakni sebagai berikut:
a) Aspek pengguna/konsumen potensial: Dunia bisnis menggolongkannya ke
dalam aspek analisis pasar atau riset pasar, yang secara potensial akan
ditargetkan menjadi konsumen atau pengguna produk-produk dan jasa yang
kita tawarkan. Gunanya antara lain untuk mengetahui berbagai karakteristik,
kemampuan, dan kebutuhan pasar. Sedangkan dunia perpustakaan lebih
mengenalnya dengan konsep pengguna, baik aktual maupun terutama
pengguna potensial. Siapa yang akan dijadikan sasaran pengguna
potensialnya? Apakah mereka dari kalangan tertentu, yang sesuai dengan
karakteristik sosiodemografi cukup homogen? Bagaimana tingkat dan jenis
kebutuhan mereka, juga minatnya, kebiasaannya, dan aspek-aspek lain
berkaitan dengan perilaku kehidupan mereka sehari-hari? Kenali dan cari tahu
semua aspek tadi. Dengan demikian, tidfak akan mubazir kegiatan yang akan
kita lakukan. Sebuah contoh, jika sasaran pengguna potensialnya adalah
kalangan anak-anak SD dan remaja awal, maka bisa digunakan pendekatan
psikologi anak dan remaja dalam melakukan riset atau analisis pasar, atau
dalam melakukan kajian pengguna.
7
b) Aspek pengembangan jasa layanan dan produk: Produk adalah jenis barang
atau jasa yang memiliki nilai ekonomi. Ia bisa dijual kepada konsumen atas
dasar kesepakatan dan saling membutuhkan. Dunia perpustakaan barangkali
tidak bermaksud menjual jasa atau produk-produknya yang berupa informasi
dan sumber-sumber informasi yang dikelolanya, melainkan lebih sebagai
bentuk “layanan plus”, karena adanya tambahan “biaya produksi” atau
tambahan biaya operasional dalam menangani produk-produk yang telah
dikembangkan. Kalau perpustakaan hanya mengolah informasi dan sumber-
sumber informasi secara apa adanya atau mentah lantas dilayankan kepada
pengguna, tanpa terlebih dahulu dikemas dalam bentuk produk siap saji dan
lebih berkualitas, maka itulah yang selama ini sering dilakukan oleh
perpustakaan-perpustakaan, termasuk perpustakaan perguruan tinggi. Akan
tetapi kalau perpustakaan sudah berusaha mengembangkan produk-produk
jasa dan informasi yang menarik dan siap pakai atau siap saji, misalnya
produk berupa sistem otomasi untuk denda di perpustakaan, produk jasa
layanan informasi siap saji terhantar, maka itu bisa dijual dengan menetapkan
nilai harga tertentu. Atau satu lagi contoh, perpustakaan juga bisa
mengembangkan model sistem layanannya dengan cara memperluas jaringan
dan jangkauannya ke berbagai tempat yang secara potensial bisa dilakukan.
Dengan bantuan media komunikasi dan teknologi informasi seperti sekarang,
maka perpustakaan bisa menggunakan jaringan komputer internet untuk
melakukan pengembangan layanannya. Dengan begitu tentu saja ada
tambahan biaya operasionalnya.
c) Aspek penyebaran/distribusi: Produk atau jasa informasi yang dilola
perpustakaan biasanya tidak berbentuk barang-barang yang memerlukan
tempat atau kemasan fisik khusus. Jasa informasi biasanya cukup
dikomunikasikan kepada pengguna atau konsumen melalui media komunikasi
berupa kiriman surat, paket-paket cetakan, fotokopi artikel tertentu, dan paket-
paket informasi lainnya. Pendistribusiannya pun berbeda dengan model yang
dilakukan oleh bagian distribusi barang-barang konsumtif lainnya. Yang
penting dalam liflet perlu diperhatikan bagaimana pola distribusi jasa atau
barang yang dihasilkan perpustakaan, bagaimana jasa layanan informasi bisa
sampai ke rumah-rumah tinggal penggunanya. Demikian juga alat-alat

8
promosinya. Penyebaran liflet dan media promosi lainnya pun bisa
menggunakan media komunikasi modern seperti telepon, e-mail, dan internet.
d) Aspek penetapan harga jasa dan produk: Sekali lagi bahwa perpustakaan
bukanlah lembaga komersial, meskipun tidak semata-mata berupa lembaga
sosial. Lebih tepat dikatakan bahwa perpustakaan dikategorikan sebagai
lembaga nirlaba, namun dalam kinerjanya mengadopsi model-model lembaga
bisnis, dengan alasan lembaga-lembaga bisnis relatif lebih maju dalam banyak
hal dibandingkan dengan lembaga nirlaba. Adapun dilibatkannya faktor harga
dalam operasionalnya, semata-mata hanya untuk menjaga kesinambungan
kinerja perpustakaan. Kita ingat bahwa produk-produk informasi dan jasa
sekarang ini tidaklah gratis dalam memperolehnya. Jurnal-jurnal ilmiah yang
dilanggan oleh perpustakaan itu bisa menghabiskan ratusan ribu bahkan
ratusan juta rupiah per tahunnya. Untuk menjaga agar perpustakaan tetap bisa
bertahan hidup dengan kekayaan koleksi dan sumber-sumber informasi yang
dikelolanya tetap mutakhir, maka tentu memerlukan biaya, dan biaya ini
sebagian dibebankan kepada tidak saja pihak perpustakaan itu sendiri
misalnya dari anggaran lembaga induknya, akan tetapi juga dari konsumen
atau pengguna. Besaran harga dan penetapannya biasanya berdasarkan atas
perhitungan-perhitungan “asal tidak rugi”. Masalah keanggotaan
perpustakaan, penggunaan secara eceran, faktor denda keterlambatan, dan
aspek lain, juga perlu memperhatikan faktor harga ini.
e) Aspek promosi perpustakaan: Tujuan promosi adalah untuk memperkenalkan
suatu produk atau jasa kepada masyarakat agar produk dan jasa perpustakaan
kita diketahui mereka, sehingga dengan pengetahuannya itu mereka mau
menggunakan produk atau jasa dimaksud. Kegiatan promosi ini dilakukan
melalui iklan di media massa, katalog, kupon, surat langsung, sebaran atau
brosur, pamflet, pajangan atau pameran, dan penjualan secara personal.
Tujuan lain dari kegiatan promosi perpustakaan juga adalah untuk
memperkenalkan produk-produk yang kita buat atau rancang kepada
masyarakat luas, dengan harapan mereka mengetahui dan memahaminya,
sehingga dengan demikian diharapkan sebagian dari mereka berkeinginan
untuk memanfaatkan produk yang kita kenalkan tadi. Tanpa promosi, sebagus
apapun produk atau jasa layanan informasi yang kita buat, tidak ada artinya.

9
9. Penutup
Kita ingatkan sekali lagi di sini bahwa informasi dan sumber-sumber
informasi yang diketahui dan dikeloka perpustakaan adalah benda mati. Ia tidak ada
artinya apa-apa bagi perpustakaan dan masyarakat banyak, kecuali kalau semuanya
itu dimanfaatkan. Untuk bisa dimanfaatkan secara optimal maka barang-barang mati
tadi perlu diolah sedemikian rupa sehingga menjadi suatu produk atau jasa yang
secara potensial dibutuhkan oleh masyarakat.
Meskipun anggota masyarakat sebenarnya membutuhkan sejumlah informasi
yang kita punyai, namun tentu saja tidak semuanya mengetahui bahwa di
perpustakaan kita tersedia “barang-barang” atau informasi yang mereka butuhkan.
Dari sana kita sebagai pustakawan atau petugas informasi perlu mempromosikannya
atau lebih aktif lagi adalah memasarkannya kepada mereka. Dan salah satu alat
promosi dimaksud adalah media komunikasi promosi yang berbentuk liflet.
-------------------------

10. Daftar Pustaka

Compton=s Interactive Encyclopedia. 1996. Markets, products, and customers.


Compton=s Interactive Encyclopedia, SoftKey Multimedia.

Dewey Decimal Classification, edisi 21. 1995. Fores Press.

Eastabrook, Leigh. 1977. Libraries in Post Industrial Society. (A Neal-Schuman


Professional Book). Oryx Press, Cammelbeck Road, Phonix, U.S.A.

Grolier International. 1996. Marketing, what to do people want from marketing, ....
Grolier International Corporation.

Kotler, Philip. 2000. Marketing Management: The Millenium Edition. Prentice-Hall,


Upper Saddle, New Jersey.

World Book Multimedia Encyclopedia. 1998. Marketing, market research, .... World
Book Inc. Monroe Chicago.

10

Anda mungkin juga menyukai