Anda di halaman 1dari 15

2

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Agama,
Politik, dan Pluralisme ini dengan judul Pluralisme dan Pluralitas, Serta
Hubungannya dengan Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Indonesia.
Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas individu mata kuliah Agama,
Politik dan Pluralisme Jurusan Ilmu Politik.

Dalam menyusun makalah ilmiah ini, saya dapat memahami perkembangan
Pluralisme di Indonesia, mengetahui apa saja polemik yang terjadi dalam masa
perkembangannya, dan mengetahui terjadinya perbedaan konsep dalam
masyarakat mengenai Pluralisme dan Pluralitas.

Saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna sempurnanya makalah ini. kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi pembaca umumnya.


Malang, 18 Juni 2012

Nanda Farrel E.B.








3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB 1: Pendahuluan
Latar Belakang Masalah 4
Rumusan Masalah 5
Tujuan Penulisan 5
BAB 2: Pembahasan
Perbedaan Pluralisme dan Pluralitas 6
Tinjauan Teoritis Pluralisme di Indonesia 8
Akar Pemikiran Pluralisme Dalam 10
Konstitusi Dan Kultur Nasional
Penerapan Pluralisme Dalam Kehidupan 13
Berbangsa Dan Bernegara Di Indonesia
BAB 3: Penutup
Kesimpulan 15
Daftar Pustaka 16









4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah

Dalam beberapa dekade belakangan, banyak sekali terjadi perdebatan dalam
masyarakat mengenai pluralisme. Paham baru yang disebut sudah muncul secara
eksplisit sejak dicetuskannya Piagam Jakarta ini telah menyita banyak perhatian
khalayak ramai. Dengan konsepnya yang terkenal mengenai keberagaman dalam
suatu komunitas adalah hal yang wajar, Pluralisme menjadi sebuah polemik baru
bagi masyarakat. Terutama masyarakat negara Indonesia yang terkenal sensitif
dengan permasalahan keberagaman. Pola pendidikan masyarakat Indonesia secara
umum masih sangat rendah, ditambah dengan peran pemerintah yang makin lama
makin lupa dengan kondisi masyarakat membuat permasalahan pluralism ini
semakin controversial.
Padahal dalam memahami suatu paham baru seperti pluralisme ini,
diperlukan adanya kemampuan logika dan nalar yang baik. Status quo yang
dimiliki masyarakat saat ini adalah semua bentuk pemikiran yang dinilai
menyentuh rasa sensitifitas masyarakat akan langsung diperdebatkan tanpa ada
filterisasi dari masyarakat itu sendiri. Pemerintah sebagai organisasi tertinggi yang
mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara harusnya memberikan asupan
informasi yang berbanding lurus dengan arus global yang sekaligus membawa
nilai-nilai pluralisme. Saat ini masyarakat Indonesia cenderung membingungkan
diri mereka sendiri dalam pusaran masalah pluralisme. Padahal sebagai negara
berkembang, selayaknya masyarakat dan para elit politik tidak hanya mampu
memberikan kritik terhadap suatu fenomena. Melainkan bisa menjadikan
fenomena pluralisme ini sebagai wadah untuk menyatukan keberagaman dalam
konteks keindonesiaan.
Lain halnya dengan pluralisme, terdapat sebuah istilah lain yang harusnya
lebih dimanfaatkan untuk menjelaskan konsep sebenarnya dari pluralisme. Istilah
itu adalah pluralitas. Banyak dari masyarakat yang mengira jika kedua istilah ini
memiliki arti yang sama. Padahal dari imbuhan kata saja sudah sangat jelas
tampak bedanya. Pluralitas berarti keberagaman, dalam konteks keindonesiaan
5

bisa dibilang kebhinekaan. Sedangkang pluralisme adalah sebuah paham, Menurut
ide pluralisme, dalam masyarakat harus ada dan tidak boleh dibatasi adanya
golongan-golongan yang bermacam-macam bahkan yang mempunyai tujuan serta
target yang berbeda-beda. Tidak boleh ada pembatasan atau koridor mengenai hal
ini. Dalam masyarakat yang menganut pluralisme, berbagai kelompok sah-sah
saja lahir.
Sejarah negara Indonesia mencatat sebenarnya sudah memperlihatkan
tanda-tanda adanya nilai-nilai plural dalam pembentukan negara Indonesia.
Piagam Jakarta menjadi bukti sekaligus saksi bisu mengenai harga sebuah
keberagaman di negeri tercinta Indonesia. Dari Piagam Jakarta kemudian lahirlah
Pancasila yang menjadi falsafah kehidupan bangsa Indonesia. Dan dari Pancasila
inilah diejawantahkan menjadi peraturan perundang-undangan yang ada di
Indonesia. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara kontekstual pluralisme sudah ada
sejak bangsa ini dibentuk. Keberagaman dan perbedaan menjadi variable terkuat
dari munculnya paham pluralisme di Indonesia



RUMUSAN MASALAH
1. Apa perbedaan konsep Pluralisme dan Pluralitas?
2. Bagaimana akar pemikiran Pluralisme dan Pluralitas dalam konstitusi dan
kultur nasional?
3. Bagaimana penerapan Pluralisme dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia?
TUJUAN PENULISAN
1. Memahami perbedaan konsep Pluralisme dan Pluralitas.
2. Memahami akar pemikiran Pluralisme dan Pluralitas dalam konstitusi dan
kultur nasional.
3. Memahami penerapan Pluralisme dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia
6

BAB II
Pembahasan
2.1 Perbedaan Pluralisme dan Pluralitas

Di zaman modern ini, berbagai masalah muncul tidak hanya muncul akibat
dari arus global saja, namun juga muncul dari kultur nasional yang notabene
memiliki tingkat keberagaman yang amat kompleks. Pluralisme berpijak pada
pemikiran bahwa semua agama adalah baik, seorang pemeluk agama tidak boleh
meyakini bahwa agamanya adalah yang terbaik, tapi harus meyakini bahwa semua
Agama adalah yang terbaik, yang mereka katakan sebagai kesetaraan agama. Pada
hal alasan seseorang memeluk agama, adalah adanya keyakinan bahwa agama
yang dipeluk adalah yang terbaik. Menurut faham pluralisme hubungan antara
manusia dengan tuhannya adalah masalah individu masing-masing semata yang
tidak perlu dibawa keluar dalam kehidupan agar tidak berbenturan kepentingan
dengan penganut Agama lainya. Ini sama dengan penggebirian terhadap
keyakinan beragama.
Sedangkan pluralitas Pengertiannya adalah : Ketuhanan yang Maha Esa
yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab dalam Persatuan Indonesia yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan
memberi kesempatan sepenuhnya bagi pemeluk-pemeluk agama untuk
melaksanakan ibadah sesuai kepercayaan dan keyakinannya masing-masing
dengan tanpa saling mengganggu. Dengan kata lain pluralitas adalah istilah lain
untuk keberagaman atau kebhinekaan jika dalam konteks keindonesiaan.
Para tokoh agama sudah menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada agama
yang tidak mengakui bahwa agamanya adalah yang paling baik dan paling benar.
Karena keyakinan itulah yang melatar-belakangi seseorang untuk beragama. Yang
dituntut oleh Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika , adalah agar umat beragama
dalam melaksanakan Agamanya tidak melanggar kapentingan umat agama yang
lain. Yang sekarang kita kenal dengan toleransi umat beragama.


7

Inilah penjabaran Pasal 29 UUD 45
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Sedangkan untuk menghindari pergesekan antar umat beragama dengan
bermunculannya agama baru yang dimungkinkan adalah agama yang tidak sesuai
dengan Pancasila dan cenderung akan mengganggu agama yang telah ada ,
dipandang perlu adanya Undang-undang yang mengatur tentang itu. Maka
disusunlah satu Penetapan Presiden (Penpres) No.1/PNPS/1965 junto Undang-
undang No.5/1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Penodaan agama.
Dalam penjelasannya pasal demi pasal dijelaskan bahwa Agama-agama yang
dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah: Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Buddha, dan Konghucu.

Meskipun Pasal 29 UUD 45 tidak membatasi keberadaan Agama di
Indonesia tapi juga tidak melarang adanya pembatasan agama , agar agama yang
dianut di Indonesia tidak berkembang dengan munculnya agama baru yang
bertentangan dengan agama lain, dan tidak memenuhi persyaratan Agama seperti
yang terkandung dalam pengertian Ketuhanan yang Maha Esa dalam Pancasila.

Dari kedua pemaparan diatas dapat kita simpulkan bahwa terdapat distorsi
makna dari kedua istilah tersebut. Pluralisme di satu sisi menjunjung tinggi
kebenaran yang bersifat relatif, sehingga tampak bahwa kebenaran agama tersebut
menjadi bias. Sedang pluralitas adalah keberagaman, sehingga menuntut adanya
kesadaran untuk tidak menggangu ajaran agama lain. Keduanya dengan jelas
memiliki 2 makna yang saling bertolak belakang. Namun sayang pengertian kedua
istilah ini tidak begitu dipahami oleh kondisi masyarakat kita yang apatis dan
anomali. Padahal apabila pemaknaan kedua istilah ini dapat digunakan secara
tepat, niscaya tidak akan timbul gesekan-gesekan antar umat beragama seperti di
Poso, Sulawesi Tengah yang pada akhirnya berujung pada vandalisme.

8

2.2 Tinjauan Teoritis Pluralisme di Indonesia
Pluralisme selain sebagai paham tentang ajaran kemanusiaan, ternyata
memiliki sisi lain di dalamnya. Menjadi sarana politik adalah bentuk lain dalam
penggunaan paham ini oleh para elit politik. Dengan mengatasnamakan toleransi
antar umat beragama, kegiatan-kegiatan yang bersifat pluralisme menjadi sarana
politik untuk memperkuat citra diri seorang tokoh dalam sebuah negara.
Salah satu teori yang dikeluarkan oleh S.N. Dubey mengenai pluralisme :
Pluralisme bisa dikatakan salah satu reaksi dari konsep Hegelian tentang
Negara, dimana Negara diangkat dari puncak mistikal laksana Tuhan yang
memiliki dunia ini dan menobatkan legal para penguasa yang bermoral tinggi.
Teori pluralisme lain oleh Dr. J. Neville Figgis: masyarakat bukanlah
individual tumpukan pasir yang berelasi hanya melalui Negara, akan tetapi
sebuah pendakian hirarki suatu kelompok hingga terbentuk.










9

Dari kedua teori diatas dapat diklasifikasikan sebagai berikut :












Dari bagan diatas analisis pertama adalah pluralisme tidak hanya menjadi
perdebatan masyarakat saja, namun sudah menjadi komoditi politik para elit
politik. Banyak hal yang menyebabkan hal ini bisa terjadi, salah satu yang paling
penting karena pluralisme merupakan suatu pemikiran yang menyentuh langsung
dengan ranah keagamaan. Kultur masyarakat Indonesia sangatlah sensitif dengan
hal-hal yang berbau keagamaan. Dengan pertimbangan inilah, pluralisme
kemudian dijadikan sebagai komiditi dalam mencitrakan seorang tokoh.
Salah satu langkah yang pernah diambil pemerintah di zaman Presiden
Gus Dur adalah mengadakan acara doa lintas agama. Sepintas kegiatan ini hanya
untuk meningkatkan toleransi antar umat beragama di Indonesia. Namun tetap

Pluralisme


AGAMA

POLITIK
Isu dan
bahan
kontroversi
Alat
untuk
mencapai
kekuasaan
10

tidak bisa dipungkiri bahwa langkah ini juga menjadi lahan pencitraan bagi
seorang Gus Dur. Dengan kekuatan yang dimilikinya sebagai Presiden, Gus Dur
mencoba untuk mengharmonikan perbedaan yang ada di negara ini. suatu langkah
solutif yang bijak sekaligus suatu langkah politis yang baik untuk mencitrakan diri

2.3 Akar Pemikiran Pluralisme Dalam Konstitusi Dan Kultur
Nasional
Pada 17 Agustus 1945, lahirlah sebuah negara dengan nama Indonesia.
Dengan persiapan yang bisa lihat sebagai persiapan yang prematur, memunculkan
berbagai macam masalah dalam pembentukan dasar - dasar negara. Mulai dari
masalah redaksional piagam Jakarta hingga ketakutan akan kembalinya Belanda
untuk menjajah Indonesia. Berbagai macam permasalahan ini memunculkan
kesempatan berbagai paham untuk disisipkan ke dalam negara ini. Contoh
nyatanya adalah pemberontakan yang dilakukan oleh PKI dengan ideologi
Komunisnya. Dengan kekuatan militer saat itu, pemberontakan itu akhirnya dapat
diredam.
Kondisi geografis Indonesia yang kepulauan dan 2/3 wilayahnya adalah
perairan menciptakan kompleksitas budaya yang luar biasa. Dari keadaan
geografis ini, Indonesia kemudian lahir sebagai negara yang memiliki tinggi
keberagaman budaya yang amat luar biasa. 300 suku asli, 200 bahasa asli daerah
menjadi sebuah senjata negara dalam mengarungi masa depan negara yang
dipenuhi dengan tantangan. Pola kebudayaan dan ini kemudian mempengaruhi
pola kultur masyarakat pula, karena masyarakat dengan keadaan keberagaman
yang tinggi ini didorong menuju batas toleransi mereka dalam kehidupan sehari-
hari. Setiap komunitas-komunitas kecil dalam masyarakat pada akhirnya memiliki
celah untuk mengeksploitasi kemampuan dan kebebasan mereka. Hal ini
menimbulkan kondisi dimana setiap masyarakat harus siap untuk mendapatkan
kemungkinan terburuk dalam berhubungan dengan kelompok lain.


11

Berikut merupakan sebuah alur dari munculnya pluralisme di Indonesia
































Piagam
Jakarta

Pancasila

Undang-
Undang
Dasar 1945

UU/Perda/
Keppres
12

Penjabaran bagan
Piagam Jakarta
Di dalam Piagam Jakarta, telah terdapat sebuah nilai-nilai toleransi antar
umat beragama bagi rakyat Indonesia yang saat itu sedang menunggu
kemerdekaan negara. Butir pertama yang berbunyi Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya merupakan
suatu kalimat yang mengandung nilai toleransi antar umat beragama,
sekaligus menjadi nilai dari tonggak awal lahirnya budaya pluralitas yang
nantinya di masa yang akan datang akan menjadi kebiasaan bagi setiap warga
negara Indonesia untuk menghormati keberadaan agama lain selain agama
Islam.
Pancasila
Disebut sebagai falsafah bangsa, ideologi asli Indonesia dan identitas
kebangsaan. Pancasila muncul sebagai kekuatan politik baru di dunia yang
saat itu didominasi kekuatan negara barat dengan liberalismenya dan negara
timur dengan ideologi komunismenya. Pancasila saat itu menjadi harapan bagi
seluruh bangsa Indonesia untuk menuju zaman keemasan. Sila pertama yang
berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa merupakan cerminan nilai-nilai
pluralisme di Indonesia. Setiap warga negara diberikan hak untuk memilih
agamanya, tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Karena menurut Pancasila
hak beragama adalah hak preogratif setiap individu.
Undang-Undang Dasar 1945
Penjabaran Pasal 29 UUD 45
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
Undang-Undang Dasar 1945 ini sudah sangat menjelaskan mengenai hak
setiap warga negara dalam beragama. Negara juga sudah memiliki kewajiban
yang jelas dalam memenuhi hak beragama tersebut. Kebebasan beragama
merupakan salah satu indikator adanya nilai pluralisme dalam konstitusi
negara.
13

UU/Perda/Keppres
Salah satu dari kebijakan yang memiliki nilai pluralisme di dalamnya adalah
Penetapan Presiden (Penpres) No.1/PNPS/1965 junto Undang-undang
No.5/1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan Penodaan agama.
Penetapan Presiden ini untuk menghindari pergesekan antar umat beragama
dengan bermunculannya agama baru yang dimungkinkan adalah agama yang
tidak sesuai dengan Pancasila dan cenderung akan mengganggu agama yang
telah ada ,

2.4 Penerapan Pluralisme Dalam Kehidupan Berbangsa Dan
Bernegara Di Indonesia
Kondisi masyarakat Indonesia yang amat beragam dari mulai jenis suku,
ras, agama hingga perbedaan pemikiran yang amat kental seharusnya mampu
diharmonikan oleh pemerintah menjadi suatu lukisan abstrak yang indah. Keadaan
perekonomian bangsa yang masih jalan ditempat dan terkesan lamban membuat
hampir 80% rakyat Indonesia tidak memiliki pendidikan yang baik. Lingkaran
setan yang terjadi ini harusnya harus dibenahi oleh pemerintah dengan langkah
yang tegas dan adil.
Kehidupan pluralisme pada hakikatnya memerlukan rasa menerima
keragaman budaya yang amat tinggi. Tidak hanya toleransi yang dibutuhkan
dalam kehidupan pluralisme, memahami dan mengerti perbedaan itu sendiri
seharusnya menjadi awal dalam menjalani hubungan dengan komunitas yang
berbeda baik secara budaya maupun secara politis. Tak perlu banyak wacana
dalam menghadapi perbedaan yang ada. Yang amat diperlukan adalah kesadaran
setiap individu bahwa negara ini tersusun dengan komposisi kebudayaan yang
berbeda.
Pemerintah selaku organisasi tertinggi di negara ini selayaknya juga bisa
mengakomodir setiap kepentingan seluruh masyarakat. Dengan mengakomodir
kepentingan ini diharapkan mampu menghindarkan masyarakat dari konflik yang
14

bersifat sensitivitas kedaerahan atau diakibatkan konflik antar agama. Masa depan
pluralisme di Indonesia saat ini masih berada dalam situasi yang mengambang.
Karena setiap unsur masyarakat masih menjadikan pluralisme sebagai opini yang
bersifat mayoritas dan diskriminatif. Dengan kondisi seperti ini, tampaknya
pluralisme akan mulai memudar dan digantikan dengan nilai-nilai totaliter.























15

Bab III
3.1 Kesimpulan
Dari paparan diatas dapat kita lihat bahwa pluralisme merupakan paham
yang sebenarnya sudah ada sejak negara ini didirikan pada tanggal 17 Agustus
1945. Kemudian pada perjalanannya masyarakat secara tidak sadar telah
melakukan konsep kehidupan dalam negara pluralisme. Tidak dapat dibantah lagi
bahwa pluralisme sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat
Indonesia
Indonesia adalah negara yang memiliki adigdaya dalam kebudayaan. Hal
ini harus diimbangi dengan kemampuan masyarakatnya untuk menerima segala
bentuk keberagaman dan perbedaan. Penulis berharap dengan sikap seperti ini,
Indonesia mampu menjadi contoh bagi negara-negara lain di dunia dalam
menanggapi pola-pola kemajemukan masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam berplural masyarakat memerlukan
pemahaman yang mendalam terlebih dahulu mengenai konsep pluralisme,
kemudian melakukan aksi atau tindakan yang sesuai dengan konsep pluralisme,
seperti menerima perbedaan dan keragaman yang ada.















16

Daftar Pustaka

kompasiana. 27 Februari 2010. Pluralisme. Online
(http://hukum.kompasiana.com/2011/02/27/antara-plural-pluralitas-dan-
pluralisme-pluralitas-adalah-satu-realita-di-negeri-ini/), diakses pada tanggal 19
Juni 2012

Mediaislamnet. 21 Maret 2010. Pluralitas vs Pluralisme. Online
(http://mediaislamnet.com/2010/03/pluralitas-vs-pluralisme/), diakses pada
tanggal 19 Juni 2012

Tasarkum.blogspot.com. 4 September 2007. Teori pluralisme. Online
(http://tasarkarsum.blogspot.com/2007/09/teori-pluralisme.html), diakses pada
tanggal 19 Juni 2012

VolksGeist. 17 Oktober 2010. THE PLURALIST THEORY OF THE STATE.
Online (http://ilhamendra.wordpress.com/2010/10/17/the-pluralist-theory-of-the-
state-teori-negara-pluralis/), diakses pada tanggal 19 Juni 2012

FPI.org.id. 16 Desember 2010. PLURALITAS YES! PLURALISME NO!. Online
(http://fpi.or.id/?p=detail&nid=280), diakses pada tanggal 19 Juni 2012

Zulkifris webblog. 6 Agustus 2007. Wacana Pluralisme antara Pemahaman
Publik dan Pemikiran Akademik di Indonesia. Online
(http://zulfikri.wordpress.com/2008/12/15/wacana-pluralisme-antara-pemahaman-
publik-dan-pemikiran-akademik-di-indonesia/), diakses pada tanggal 19 Juni 2012

Averroes Community. 31 Juli 2009. Meninjau Wacana Pluralisme di Indonesia -Agama
Tanpa Sosiologi Agama. Online (http://www.averroes.or.id/book-review/meninjau-
wacana-pluralisme-di-indonesia-agama-tanpa-sosiologi-agama.html
), diakses pada tanggal 19 Juni 2012

Anda mungkin juga menyukai