UPAYA MITIGASI GEMPABUMI DAN TSUNAMI Resty Herdiani Rahayu NPT. 34.13.0021 J urusan Geofisika Akademi Meteorologi dan Geofisika ABSTRAK Kabupaten Banggai merupakan bagian dari kerangka sistem tektonik Indonesia. Daerah ini terletak pada zona triple junction, pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia, yaitu Indo Australia, lempeng Pasifik dan lempeng Eurasia yang saling bertumbukan. Serta berada di kawasan lempeng tektonik microplate sangat rawan terhadap gerakan dan benturan ketiga lempeng bumi tersebut yang akan menimbulkan fenomena geologi dan rawan terhadap gempabumi dan tsunami. Struktur geologi Banggai dicerminkan oleh sesar, lipatan dan kekar. Sesar yang dijumpai di daerah ini berupa sesar naik, sesar turun dan sesar geser. Sesar ini sebagian merupakan batas antar satuan batuan. Struktur lipatan yang terjadi di daerah ini digolongkan jenis lipatan lemah terbuka, yaitu lipatan yang kemiringan lapisannya maksimum 30 o . dan kuat tertutup, yaitu liapatan yang kemiringan lapisannya lebih dari 30 o Mitigasi merupakan bagian utama manajemen bencana sebagai strategis dalam penanganan suatu bencana. Sangatlah penting untuk meningkatkan kesadaran seluruh umat manusia akan bencana alam, khususnya melalui pemahaman yang lebih baik mengenai bencana alam tersebut. Serta upaya mengurangi resiko bahaya melalui kemampuan teknologi dan manajemen. Kata kunci : Mitigasi, Sistem peringatan dini tsunami, Zona diffuse Fragmen Banggai. 1. PENDAHULUAN Pulau Sulawesi terletak pada zona pertemuan tiga pergerakan lempeng besar yaitu pergerakan lempeng Indo Australia dari selatan dengan kecepatan rata 7 cm/tahun, lempeng Pasifik dari timur dengan kecepatan sekitar 6 cm/tahun dan lempeng Eurasia bergerak relatif pasif ke tenggara. Posisi Sulawesi yang berada pada kawasan lempeng tektonik microplate sangat rawan terhadap gerakan dan benturan ketiga lempeng bumi tersebut yang akan menimbulkan fenomena geologi dan rawan terhadap gempabumi dan tsunami. Perkembangan tektonik di kawasan Pulau Sulawesi berlangsung sejak zaman Tersier hingga sekarang, sehingga Pulau Sulawesi termasuk daerah teraktif di Indonesia dan mempunyai fenomena geologi yang kompleks dan rumit. Secara tektonik Pulau Sulawesi terletak pada suatu kawasan komplek, tempat saling berinteraksi dan bertabrakan Lempeng Eurasia Australia dan Lempeng Pasifik serta sejumlah lempeng-lempeng yang lebih kecil (Van Lueewen, 1994 ). Hal ini telah membuatnya menjadi komplek akresi, daerah melange dan nap ofiolit serta fragmen- 2 fragmen mikrokontinental yang membawanya bersama-sama dengan suatu rangkaian subduksi, tumbukan serta kejadian tektonik lainnya yang agak sulit dipahami. Salah satu fragmen yang ada di Pulau Sulawesi yaitu fragmen Banggai. Pada kurun Miosen, Kepulauan Banggai bertabrakan dengan Sulawesi Timur dan seakan-akan menjadi ujung tombak ke Sulawesi Barat dan menyebabkan semenanjung barat daya berputar berlawanan arah jarum jam 35 derajat dan membuka Teluk Bone. Kawasan Indonesia bagian timur merupakan salah satu wilayah Indonesia yang relatif kurang diketahui. Alasannya dikarenakan sebagian besar kawasan Indonesia bagian timur merupakan daerah lautan dalam dan kawasan Indonesia bagian timur mempunyai tataan geologi dan tektonik yang komplek dan rumit daripada Indonesia bagian barat. Selain itu, menurut Daryono (2010) Banggai merupakan salah satu daerah yang memiliki tingkat aktifitas kegempaan yang tinggi di Indonesia. Oleh karena itu perlunya dilakukan kajian yang lebih mendalam terhadap daerah Banggai, Sulawesi Tengah. Gambar 1. Peta Geologi Sulawesi (Hall and Wilson,2000) Tujuan dalam penulisan ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat tentang tataan geologi dan tektonik serta kegempaan dan tsunami Kabupaten Banggai, untuk meningkatkan kesadaran seluruh umat manusia akan bencana alamdan upaya mitigasi gempabumi dan tsunami sehingga dampak dan korban dapat diminimalisir. Serta sistem peringatan dini tsunami secara global sebagai bagian dari InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System). Pendekatan dalam menyelesaikan makalah ini, yaitu melakukan kajian literatur yang berkaitan dengan tataan tektonik dan geologi struktur, pembahasan tentang kegempaan serta mempelajari tsunami di daerah Banggai, Sulawesi Tengah. 3 II. TATAAN TEKTONIK DAN GEOLOGI BANGGAI 2.1 Tataan Tektonik Banggai Kepulauan BanggaiSula secara tektonik termasuk ke dalam Mintakat Banggai Sula (Banggai-Sula Terrane; Metcalfe, 1990) atau benua mikro (micro continent; Audley-Charles drr., 1972; Simanjuntak & Barber, 1996). Ini merupakan hasil tumbukan dengan sistem penunjaman sepanjang batas timur Paparan Sunda yang menghasilkan kerangka tektonika Indonesia Bagian Timur (Silver, 1977; Hamilton, 1979). Pulau ini diyakini berasal dari batas utara Benua Australia (Klompe, 1954) yang terpisah pada akhir Mesozoikum atau hingga Paleogen, dan terdorong sepanjang sesar Besar Sorong yang diakibatkan oleh pergerakan Lempeng Laut Filipina (Mc Caffrey drr., 1981). Fragmen benua Banggai-Sula dan Tukang Besi di wilayah Sulawesi bersama- sama dengan area Sulawesi tengah dan tenggara diyakini berasal dari bagian benua Australia utara. Daratan ini di masa J urassic bergerak ke timur laut memisahkan diri dari Australia ke posisi sekarang. Kabupaten Banggai merupakan bagian dari kerangka sistem tektonik Indonesia. Daerah ini terletak pada zona triple junction, pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia, yaitu Indo Australia, lempeng Pasifik dan lempeng Eurasia yang saling bertumbukan. Struktur geologi yang berkembang didaerah Kabupaten Banggai, tidak terlepas dari tatanan tektonik global untuk wilayah Indonesia Timur. Dampak pergerakan lempeng dalam kurun geologi yang panjang itu telah menimbulkan terjadinya banyak sesar. Dipadukan dengan citra satelit dan adanya lineasi morfologi dari peta topografi dan kelurusan- kelurusan yang terekam di Pulau Banggai, struktur sesar umumnya berarah utara selatan agak ke baratlaut. Gambar 2. Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah merupakan bagian dari kerangka sistem tektonik Indonesia. Struktur sesar ini sebagian merupakan batas antar satuan batuan,seperti yang terekam di Pulau Banggai, dimana satuan batu gamping Salodik yang menempati bagian timur Pulau Banggai dibatasi oleh sesar lengkung yang berarah hampir utara selatan sebagai pembatas dari satuan batuan yang berumur Pra-Tersier. Kriteria adanyastruktur sesar di lapangan selain dicirikan dengan dengan deretan mata air di sekitar lineasi morfologi gawir, juga dijumpai banyak retakan (fracture) yang sangat rapat kadang Nampak seperti breksi sesar setempat bersama lempung milonitik dan slickenside dengan arah beragam. Gejala sesar dijumpai di Tanjung Kansim ditunjukan oleh adanya perubahan dari struktur sekistose dan munculnya batuan malihan sebagai formasi paling tua secara berulang. Indikasi sesar di Pulau Banggai 4 dijumpai di beberapa tempat dan dapat ditarik sebagai kelurusan sesar, masing- masing di Tokubet-Lambako, Pelingsulit-Lokotoy yangberarah hampir utara selatan dan Banglamayu-Banggai dengan arah barat timur. Formasi yang menyusun stratigrafi daerah ini adalah kompleks batuan malihan, batuan gunungapi, batuan sedimen dan endapan permukaan. Batuan tertua adalah kompleks batuan malihan yang terdiri dari sekis, genes dan kuarsit yang telah terlipat kuat. Menindih tak selaras di atas formasi batuan ini adalah batuan gunungapi Mangole yang terdiri dari riolit, ignimbrit, tuf lafili dan breksi. Di atas formasi batuan tersebut menindih tak selaras Formasi Bobong yang tediri dari konglomerat, batupasir bersisipan serpih dan batubara, setempat megandung pirit. Formasi batuan diatas ini diduga seluruhnya berumur Pra Gambar 3. Peta Geologi Pulau Banggai Tersier (Sukmana, 2005) Struktur sesar naik Balantak, sesar naik Batui, sesar naik Sangihe Timur dan Sesar naik Sorong utara, sesar naik Sula, sesar Matano dan sesar Sorong utara merupakan generator gempabumi yang berpotensi mengguncang wilayah kabupaten Banggai dan sekitarnya (Steve et al., 1998). Struktur geologi lembar luwuk dicerminkan oleh sesar, lipatan dan kekar. Sesar yang dijumpai di daerah ini berupa sesar naik, sesar bongkah dan sesar geser. J enis sesar yang pertama diwakili oleh sesar poh, sesar pasini, sesar batui dan sesar lobu serta beberapa sesar lain yang berukuran lebih kecil dengan arah gayanya dari tenggara. Gaya tersebut menyebabkan terbentuknya sesar naik dan geser jurus mengiri di bagian timurnya. Sesar ini berkembang menjadi sesar bongkah. Sesar Poh berarah hampir timur barat dan melengkung ke baratdaya dan melembar ke daearh Batui. Sesar poh dan sesar Batui melibatkan batuan sediment, batuan mafik dan ulrtamafik. Sesar pasini terdapat dibagian tengah lembar Batui. Sesar ini melibatkan batuan sedimen mesozoikum dan sediment tersier. Sesar lobu di bagian tengah lembar berarah tumurlaut-baratdaya, melibatkan batuan malihan (formasi meluhu), batuan ultramafik; sesar ini diikuti oleh ssar naik di sbelah utaranya yang berarah sama. Sesar bongkah yang utama adalah sesar salodik, berarahbarat-timur, melibarkan batuan sediment tersier (formasi salodik dan formasi Poh). Sesar berukuran lebih kecil pada batuan mesozoikum, batu ultramafik dan mafik. Di daerah ini telah terjadi empat kali pencenanggaan regional yang mempangaruhi struktur batuan. 5 Struktur lipatan yang terjadi di daerah ini digolongkan jenis lipatan lemah terbuka, yaitu lipatan yang kemiringan lapisannya maksimum 30 o . dan kuat tertutup, yaitu liapatan yang kemiringan lapisannya lebih dari 30 o . kedua jenis lapisan tersebut berkembang pada batuan sediment Neogen. Struktur lipatan di daerah ini membentuk antiklin dan sinklin yang sumbunya berarah timurlaut-Baratdaya di pulau Batudaka dan berarah Baratlaut-tenggara di pulau Togian. Di sebelah selatan peginungan balantak sumbu lipatannya berarah hampir timur-barat. Perdaunan pada batuan malihan umumnya tidak berarah beraturan, hal ini disebabkan karena batuan tersebut telah mengalami pencenanggaan kuat beberapa kali. Kekar tejadi pada semua jenis batuan dengan arah dan kemiringan yang beraneka ragam. (Lamatika, 2008) III. GEMPABUMI DAN TSUNAMI DI BANGGAI 3.1 Historis Gempabumi di Banggai Berdasarkan peta seismisitas Kepulauan Banggai, tampak aktivitas kegempaan di daerah ini cukup tinggi, hal ini disebabkan karena lokasinya yang berada pada zona sesar aktif baik di daratan dan di lautan. Melihat daerahnya yang kaya sumber gempabumi berupa patahan aktif serta dilingkupi beberapa zona pembangkit gempabumi di lautan, maka daerah Kabupaten Banggai merupakan kawasan yang memiliki risiko tinggi terhadap gempabumi dan tsunami. Menurut Kertapati, 2005 Fragmen Banggai-Sula merupakan zona sumber gempabumi tersebar atau dikenal dengan sebutan zona gempabumi Diffuse atau menyebar. Sejarah kegempaan daerah Banggai merupakan sumber informasi utama tentang kegempaan yang pernah terjadi. Meskipun kejadian gempabumi masa lalu di daerah ini tidak banyak dilaporkan, namun data seismisitas regional merupakan cerminan tingginya aktivitas kegempaan. Sejarah gempabumi yang ada masih sebatas data kerusakan, namun demikian cukup untuk menggambarkan besarnya tingkat kerusakan akibat gempabumi yang terjadi pada saat itu. Pada 22 Desember 1939 terjadi gempabumi dengan pusat gempa pada 0.1 Lintang Utara dan 123 Bujur Timur menyebabkan beberapa rumah roboh di Kalo, Luwuk, Labuha, dan Pulau Sula (Katalog Gempabumi Merusak BMKG). Wilayah Kabupaten Banggai dan Banggai Kepulauan kembali diguncang gempabumi pada 10 J uli 2009. Episentrum gempa yang mengguncang wilayah timur Provinsi Sulteng itu berada pada koordinat 0,24 Lintang Utara dan 123,44 Bujur Timur, dengan kedalaman 211 kilometer dari permukaan laut. Pusat gempa ini berada di Teluk Tomini atau sekitar 52 kilometer Gambar 4. Lokasi Pusat dan Focal Mechanism Gempabumi Banggai, Sul-Teng (Sumber: SeiscomP, BMKG) 6 arah tenggara Kota Gorontalo dan sangat dekat dengan kota Luwuk (ibukota Kabupaten Banggai di Provinsi Sulteng). Informasi yang diperoleh menyebutkan warga di kota ini merasakan getaran gempa sekitar III-IV MMI (Modified Mercally Intensity). Guncangan gempa tersebut terasa hingga 10 detik. Penduduk di Buelemo dan Balantak yang keduanya merupakan ibukota kecamatan di Kabupaten Banggai dan berada di "Kepala Burung" Pulau Sulawesi itu, merasakan getaran gempa tersebut sekitar IV-V MMI. Sedangkan di kota Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, getaran gempa dirasakan sekitar II-III MMI. Berdasarkan laporan gempabumi Banggai, BMKG pada tanggal 17 Desember 2012 pukul 16:16 WIB gempabumi telah mengguncang Kabupaten Banggai Kepulauan dengan episenter gempa pada 0.77 Lintang Selatan dan 123.89 Bujur Timur dengan kedalaman 10 km. Pusat Gempa Berada114 Km Timur Laut Kep. Banggai, Sulawesi Tengah. Gempabumi ini tidak menimbulkan korban tetapi dirasakan warga cukup kuat selama 3 hingga 5 detik dan membuat warga panik (Tempo,2012). Mekanisme sumber gempabumi ini merupakan sesar mendatar (Strike Slip). Beberapa langkah awal yang dapat dilakukan dalam mitigasi bencana gempa antara lain, (1) pemetaan daerah rawan gempa yang bisa dilakukan oleh lembaga riset atau perguruan tinggi, (2) adanya aturan tentang pendirian bangunan, baik perumahan, perkantoran, maupun fasilitas publik dengan konstruksi yang tahan gempa, sehingga bisa meminimalisasi korban jiwa, (3) pembuatan jalur-jalur evakuasi serta rambu- rambu, seperti tanda pintu darurat untuk membantu warga pada saat melakukan evakuasi jika bencana gempa bumi terjadi, (4) Tanggap darurat gempa adalah mitigasi lain yang harus dipersiapkan saat terjadinya bencana. Kerusakan yang diakibatkan oleh gempa bumi bukan hanya kerusakan fisik saja, tetapi juga menimbulkan dampak terhadap kesehatan umum misalnya luka karena retak tulang dan terjadinya wabah penyakit 3.1 Tsunami Di Banggai Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki laut yang cukup luas. Luas laut indonesia mencapai 5,8 juta km2, atau mendekati 70% dari luas keseluruhan negara indonesia. Dengan kata lain, sebagian besar wilayah negeri ini adalah lautan. Pada satu sisi, laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam. Namun di balik semua keuntungan tersebut, dari laut pula bangsa ini beberapa kali ditimpa bencana. Salah satunya gempabumi yang menyebabkan tsunami. Pada tanggal 4 Mei 2000pukul 4:21:16terjadi gempabumi yang menimbulkan tsunami yang berkekuatan 7.6 SR. Posisi episenter gempa berada 1.10 Lintang Selatan dan 123.57 Bujur Timur. Intensitas maksimum berada sekitar banggai VII MMI. Gempa bumi yang diikuti tsunami terjadi di Pulau Peleng, Kepulauan Banggai, menyebabkan meninggal hingga 50 orang. (Katalog Tsunami, BMKG) Berdasarkan tingkat ketinggian tsunami di pantai, tsunami Banggai termasuk ke dalam tingkat tinggi karena mengakibatkan tsunami dengan ketinggian air hingga mencapai enam meter. Dengan waktu tiba gelombang tsunami sampai di wilayah pantai yaitu 35 menit. Kondisi tatanan tektonik yang komplek menyebabkan tsunami sering terjadi di Indonesia, terutama di kawasan timur. Dalam periode tahun 1991 2002 tercatat 7 kejadian tsunami kawasan Indonesia, yang 6 di antaranya terjadi di kawasan timur. Tsunami tersebut menyebabkan kerusakan di daerah-daerah pesisir dengan intensitas 7 kerusakan yang berbeda satu sama lain. Perbedan intensitas kerusakan tersebut ditentukan oleh faktor perbedaan posisi garis pantai terhadap sumber gelombang, kondisi morfologi dan pola-pola khusus bentuk datar morfologi.(Setiawan.B, 2002). Tsunami merupakan gelombang laut raksasa. Oleh karena itu, kerusakan yang disebabkannya hanya terjadi di daerah pesisir yang dapat dijangkau oleh gelombang tersebut. Kerusakan yang terjadi di kawasan pesisir yang dilanda tsunami dapat berupa kerusakan pada bangunan di sepanjang pantai maupun kematian. Besarnya intensitas kerusakan di wilayah pesisir karena tsunami ditentukan oleh : 1. Posisi garis pantai terhadap sumber gelombang; 2. Kondisi morfologi wilayah pesisir, dan 3. Pola khusus bentuk datar dari pola morfologi (Setyawan, 2002). Pola morfologi datar khusus adalah pola-pola morfologi yang bentuk mendatarnya dapat mengarahkan gelombang pada arah tertentu sehingga dapat meningkatkan intensitas kerusakan oleh tsunami pada lokasi-lokasi tertentu. Seperti bentuk corong di teluk bermulut sempit di Pulau Banggai (vide Amri, 2002). Pada prinsipnya, upaya mitigasi bahaya tsunami dapat dilakukan dengan cara: (1) menghindar dari tsunami, (2) membangun sistem pertahanan pantai, dan (3) mengembangkan manajemen bencana tsunami. 3.3 Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia Indonesia rawan terhadap bencana tsunami lokal karena sebagian daerahpantainya dekat dengan sumber tsunami. Bencana tsunami dapat terjadikurang lebih 30 menit setelah gempabumi terjadi. Saat ini BMKG telah mengembangakan InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia. Tujuan utama sistem peringatan dini tsunami adalah menyelamatkan hidup orang banyak dan mengurangi terjadinya korban jiwa maupun kerusakan. J ika serangkaian prosedur dilakukan dengan benar, kerusakan akibat bencana tsunami dapat diminimalkan. Pengolahan berita gempabumi dan berita peringatan dini tsunami, penyebaran berita peringatan dini tsunami, dan respon pemda secara cepat dan tepat terhadap informasi peringatan dini tsunami untuk melakukan evakuasi menjadi hal yang penting untuk bisa dilakukan dengan benar. Gambar 5: Sebaran gempabumi tektonik yang merusak dan tsunami tahun 1991 2010 BMKG menyediakan berita gempabumi dan berita peringatan dini tsunami serta menyampaikannya kepada institusi terkait, di antaranya BNPB, pemerintah daerah 8 dan media yang kemudian menyampaikan dan ditindaklanjuti oleh masyarakat. Pemerintah daerah diharapkan dapat membuat keputusan evakuasi jika diperlukan. BMKG menerbitkan berita gempabumi atau berita peringatan dini tsunami dalam kurun waktu 5 menit setelah gempabumi terjadi yang kemudian diikuti oleh beberapa kali berita pemutakhiran dan diakhiri berita ancaman tsunami telah berakhir. Pesan peringatan dini tsunami berisi tingkat ancaman tsunami untuk wilayah kabupaten dengan statusAwas, Siaga dan Waspada. Gambar 6: Rentang waktu (Timeline)berita peringatan dini tsunami lokal IV. KESIMPULAN Dengan melihat struktur geologi daerah Banggai maka sebuah konsekuensi logis bahwa sulawesi khususnya Kabupaten Banggai (luwuk) sering mengalami gempabumi dan tsunami. Kekomplekan struktur geologinya memungkinkan hal ini terjadi. Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesiamerupakan salah satu upaya mitigasi gempabumi dan tsunami BMKG. Peringatan dini adalah kombinasi kemampuan teknologi dan kemampuan masyarakat untuk menindaklanjuti hasil dari peringatan dini tersebut. Peringatan dini sebagai bagian dari pengurangan risiko bencana tidak hanya mengenai peringatan yang akurat secara teknis, tetapi juga harus membangun pemahaman risiko yang baik dari suatu peringatan, menjalin hubungan antara penyedia dengan pengguna peringatan, dan juga meningkatkan kemampuan otoritas dan masyarakat untuk bereaksi secara benar terhadap peringatan dini. J ika salah satu komponen tersebut tidak terpenuhi, maka sistem peringatan dini tidak akan berhasil secara keseluruhan. 9 DAFTAR PUSTAKA BMKG. Katalog Gempabumi Signifikan dan Merusak Tahun 1821-2011. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, J akarta.B BMKG. Katalog Tsunami Indonesia. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, J akarta.ADA BMKG. 2012. Buku Pedoman Pelayanan Peringatan Dini Tsunami InaTEWS Edisi Kedua. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, J akarta.ADA Daryono, 2010. Kabupaten Banggai: Kawasan Rawan Gempabumi Dan Tsunami. http://www.facebook.com/note.php?note_id=424205875788 Irsyam, Masyhur, dkk. 2010. Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010. Jurnal 14654_AIFDR. Kusnama. 2008. Fasies dan lingkungan pengendapan Formasi Bobong berumur J ura sebagai pembawa lapisan batubara di Taliabu, Kepulauan Sanana-Sula, Maluku Utara. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 3 September 2008: 161-173.O Lamatika, Yuliati, 2008. Gempa Kabupaten Banggai. http://yulil.blogspot.com/2008/12/blog-post.htmlLl Setywan, B. 2002. Bahaya Tsunami Dan Upaya Mitigasinya Di Indonesia. http://selengkapnya5.blogspot.com/2005/02/bahaya-tsunami-dan-upaya- mitigasinya.html Sukmana. 2005. Inventarisasi Mineral Logam Sn Dan Logam Langka Di Pulau Banggai Sula, Kabupaten Banggai Kepulauan Propinsi Sulawesi Tengah. Proceding Banggai Sula IX. http://atlasnasional.bakosurtanal.go.id/potensi_sumberdaya/logam_detail.php?id=6& judul=Sulawesi http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/22 10