Anda di halaman 1dari 10

1

STUDI TEKTONIK BANGGAI SULAWESI TENGAH SEBAGAI


UPAYA MITIGASI GEMPABUMI DAN TSUNAMI
Resty Herdiani Rahayu
NPT. 34.13.0021
J urusan Geofisika
Akademi Meteorologi dan Geofisika
ABSTRAK
Kabupaten Banggai merupakan bagian dari kerangka sistem tektonik Indonesia.
Daerah ini terletak pada zona triple junction, pertemuan tiga lempeng tektonik utama
dunia, yaitu Indo Australia, lempeng Pasifik dan lempeng Eurasia yang saling
bertumbukan. Serta berada di kawasan lempeng tektonik microplate sangat rawan terhadap
gerakan dan benturan ketiga lempeng bumi tersebut yang akan menimbulkan fenomena
geologi dan rawan terhadap gempabumi dan tsunami.
Struktur geologi Banggai dicerminkan oleh sesar, lipatan dan kekar. Sesar yang
dijumpai di daerah ini berupa sesar naik, sesar turun dan sesar geser. Sesar ini sebagian
merupakan batas antar satuan batuan. Struktur lipatan yang terjadi di daerah ini
digolongkan jenis lipatan lemah terbuka, yaitu lipatan yang kemiringan lapisannya
maksimum 30
o
. dan kuat tertutup, yaitu liapatan yang kemiringan lapisannya lebih dari 30
o
Mitigasi merupakan bagian utama manajemen bencana sebagai strategis dalam
penanganan suatu bencana. Sangatlah penting untuk meningkatkan kesadaran seluruh umat
manusia akan bencana alam, khususnya melalui pemahaman yang lebih baik mengenai
bencana alam tersebut. Serta upaya mengurangi resiko bahaya melalui kemampuan
teknologi dan manajemen.
Kata kunci : Mitigasi, Sistem peringatan dini tsunami, Zona diffuse
Fragmen Banggai.
1. PENDAHULUAN
Pulau Sulawesi terletak pada zona pertemuan tiga pergerakan lempeng besar yaitu
pergerakan lempeng Indo Australia dari selatan dengan kecepatan rata 7 cm/tahun,
lempeng Pasifik dari timur dengan kecepatan sekitar 6 cm/tahun dan lempeng Eurasia
bergerak relatif pasif ke tenggara. Posisi Sulawesi yang berada pada kawasan lempeng
tektonik microplate sangat rawan terhadap gerakan dan benturan ketiga lempeng bumi
tersebut yang akan menimbulkan fenomena geologi dan rawan terhadap gempabumi dan
tsunami. Perkembangan tektonik di kawasan Pulau Sulawesi berlangsung sejak zaman
Tersier hingga sekarang, sehingga Pulau Sulawesi termasuk daerah teraktif di Indonesia
dan mempunyai fenomena geologi yang kompleks dan rumit.
Secara tektonik Pulau Sulawesi terletak pada suatu kawasan komplek, tempat saling
berinteraksi dan bertabrakan Lempeng Eurasia Australia dan Lempeng Pasifik serta
sejumlah lempeng-lempeng yang lebih kecil (Van Lueewen, 1994 ). Hal ini telah
membuatnya menjadi komplek akresi, daerah melange dan nap ofiolit serta fragmen-
2
fragmen mikrokontinental yang membawanya bersama-sama dengan suatu rangkaian
subduksi, tumbukan serta kejadian tektonik lainnya yang agak sulit dipahami. Salah satu
fragmen yang ada di Pulau Sulawesi yaitu fragmen Banggai.
Pada kurun Miosen, Kepulauan Banggai bertabrakan dengan Sulawesi Timur dan
seakan-akan menjadi ujung tombak ke Sulawesi Barat dan menyebabkan semenanjung
barat daya berputar berlawanan arah jarum jam 35 derajat dan membuka Teluk Bone.
Kawasan Indonesia bagian timur merupakan salah satu wilayah Indonesia yang
relatif kurang diketahui. Alasannya dikarenakan sebagian besar kawasan Indonesia bagian
timur merupakan daerah lautan dalam dan kawasan Indonesia bagian timur mempunyai
tataan geologi dan tektonik yang komplek dan rumit daripada Indonesia bagian barat.
Selain itu, menurut Daryono (2010) Banggai merupakan salah satu daerah yang memiliki
tingkat aktifitas kegempaan yang tinggi di Indonesia. Oleh karena itu perlunya dilakukan
kajian yang lebih mendalam terhadap daerah Banggai, Sulawesi Tengah.
Gambar 1. Peta Geologi Sulawesi (Hall and Wilson,2000)
Tujuan dalam penulisan ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih baik
kepada masyarakat tentang tataan geologi dan tektonik serta kegempaan dan tsunami
Kabupaten Banggai, untuk meningkatkan kesadaran seluruh umat manusia akan bencana
alamdan upaya mitigasi gempabumi dan tsunami sehingga dampak dan korban dapat
diminimalisir. Serta sistem peringatan dini tsunami secara global sebagai bagian dari
InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System).
Pendekatan dalam menyelesaikan makalah ini, yaitu melakukan kajian literatur yang
berkaitan dengan tataan tektonik dan geologi struktur, pembahasan tentang kegempaan
serta mempelajari tsunami di daerah Banggai, Sulawesi Tengah.
3
II. TATAAN TEKTONIK DAN GEOLOGI BANGGAI
2.1 Tataan Tektonik Banggai
Kepulauan BanggaiSula secara tektonik termasuk ke dalam Mintakat Banggai
Sula (Banggai-Sula Terrane; Metcalfe, 1990) atau benua mikro (micro continent;
Audley-Charles drr., 1972; Simanjuntak & Barber, 1996). Ini merupakan hasil
tumbukan dengan sistem penunjaman sepanjang batas timur Paparan Sunda yang
menghasilkan kerangka tektonika Indonesia Bagian Timur (Silver, 1977; Hamilton,
1979). Pulau ini diyakini berasal dari batas utara Benua Australia (Klompe, 1954)
yang terpisah pada akhir Mesozoikum atau hingga Paleogen, dan terdorong sepanjang
sesar Besar Sorong yang diakibatkan oleh pergerakan Lempeng Laut Filipina (Mc
Caffrey drr., 1981).
Fragmen benua Banggai-Sula dan Tukang Besi di wilayah Sulawesi bersama-
sama dengan area Sulawesi tengah dan tenggara diyakini berasal dari bagian benua
Australia utara. Daratan ini di masa J urassic bergerak ke timur laut memisahkan diri
dari Australia ke posisi sekarang.
Kabupaten Banggai merupakan bagian dari kerangka sistem tektonik Indonesia.
Daerah ini terletak pada zona triple junction, pertemuan tiga lempeng tektonik utama
dunia, yaitu Indo Australia, lempeng Pasifik dan lempeng Eurasia yang saling
bertumbukan.
Struktur geologi yang
berkembang didaerah Kabupaten
Banggai, tidak terlepas dari tatanan
tektonik global untuk wilayah
Indonesia Timur. Dampak
pergerakan lempeng dalam kurun
geologi yang panjang itu telah
menimbulkan terjadinya banyak
sesar.
Dipadukan dengan citra satelit
dan adanya lineasi morfologi dari
peta topografi dan kelurusan-
kelurusan yang terekam di Pulau
Banggai, struktur sesar umumnya
berarah utara selatan agak ke
baratlaut.
Gambar 2. Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah
merupakan bagian dari kerangka sistem tektonik Indonesia.
Struktur sesar ini sebagian merupakan batas antar satuan batuan,seperti yang
terekam di Pulau Banggai, dimana satuan batu gamping Salodik yang menempati
bagian timur Pulau Banggai dibatasi oleh sesar lengkung yang berarah hampir utara
selatan sebagai pembatas dari satuan batuan yang berumur Pra-Tersier. Kriteria
adanyastruktur sesar di lapangan selain dicirikan dengan dengan deretan mata air di
sekitar lineasi morfologi gawir, juga dijumpai banyak retakan (fracture) yang sangat
rapat kadang Nampak seperti breksi sesar setempat bersama lempung milonitik dan
slickenside dengan arah beragam. Gejala sesar dijumpai di Tanjung Kansim
ditunjukan oleh adanya perubahan dari struktur sekistose dan munculnya batuan
malihan sebagai formasi paling tua secara berulang. Indikasi sesar di Pulau Banggai
4
dijumpai di beberapa tempat dan dapat ditarik sebagai kelurusan sesar, masing-
masing di Tokubet-Lambako, Pelingsulit-Lokotoy yangberarah hampir utara selatan
dan Banglamayu-Banggai dengan arah barat timur.
Formasi yang menyusun
stratigrafi daerah ini adalah
kompleks batuan malihan,
batuan gunungapi, batuan
sedimen dan endapan
permukaan. Batuan tertua
adalah kompleks batuan
malihan yang terdiri dari sekis,
genes dan kuarsit yang telah
terlipat kuat. Menindih tak
selaras di atas formasi batuan
ini adalah batuan gunungapi
Mangole yang terdiri dari riolit,
ignimbrit, tuf lafili dan breksi.
Di atas formasi batuan tersebut
menindih tak selaras Formasi
Bobong yang tediri dari
konglomerat, batupasir
bersisipan serpih dan batubara,
setempat megandung pirit.
Formasi batuan diatas ini
diduga seluruhnya berumur Pra
Gambar 3. Peta Geologi Pulau Banggai Tersier (Sukmana, 2005)
Struktur sesar naik Balantak, sesar naik Batui, sesar naik Sangihe Timur dan
Sesar naik Sorong utara, sesar naik Sula, sesar Matano dan sesar Sorong utara
merupakan generator gempabumi yang berpotensi mengguncang wilayah kabupaten
Banggai dan sekitarnya (Steve et al., 1998).
Struktur geologi lembar luwuk dicerminkan oleh sesar, lipatan dan kekar. Sesar
yang dijumpai di daerah ini berupa sesar naik, sesar bongkah dan sesar geser. J enis
sesar yang pertama diwakili oleh sesar poh, sesar pasini, sesar batui dan sesar lobu
serta beberapa sesar lain yang berukuran lebih kecil dengan arah gayanya dari
tenggara. Gaya tersebut menyebabkan terbentuknya sesar naik dan geser jurus
mengiri di bagian timurnya. Sesar ini berkembang menjadi sesar bongkah. Sesar Poh
berarah hampir timur barat dan melengkung ke baratdaya dan melembar ke daearh
Batui.
Sesar poh dan sesar Batui melibatkan batuan sediment, batuan mafik dan
ulrtamafik. Sesar pasini terdapat dibagian tengah lembar Batui. Sesar ini melibatkan
batuan sedimen mesozoikum dan sediment tersier. Sesar lobu di bagian tengah lembar
berarah tumurlaut-baratdaya, melibatkan batuan malihan (formasi meluhu), batuan
ultramafik; sesar ini diikuti oleh ssar naik di sbelah utaranya yang berarah sama. Sesar
bongkah yang utama adalah sesar salodik, berarahbarat-timur, melibarkan batuan
sediment tersier (formasi salodik dan formasi Poh). Sesar berukuran lebih kecil pada
batuan mesozoikum, batu ultramafik dan mafik. Di daerah ini telah terjadi empat kali
pencenanggaan regional yang mempangaruhi struktur batuan.
5
Struktur lipatan yang terjadi di daerah ini digolongkan jenis lipatan lemah
terbuka, yaitu lipatan yang kemiringan lapisannya maksimum 30
o
. dan kuat tertutup,
yaitu liapatan yang kemiringan lapisannya lebih dari 30
o
. kedua jenis lapisan tersebut
berkembang pada batuan sediment Neogen. Struktur lipatan di daerah ini membentuk
antiklin dan sinklin yang sumbunya berarah timurlaut-Baratdaya di pulau Batudaka
dan berarah Baratlaut-tenggara di pulau Togian. Di sebelah selatan peginungan
balantak sumbu lipatannya berarah hampir timur-barat. Perdaunan pada batuan
malihan umumnya tidak berarah beraturan, hal ini disebabkan karena batuan tersebut
telah mengalami pencenanggaan kuat beberapa kali. Kekar tejadi pada semua jenis
batuan dengan arah dan kemiringan yang beraneka ragam. (Lamatika, 2008)
III. GEMPABUMI DAN TSUNAMI DI BANGGAI
3.1 Historis Gempabumi di Banggai
Berdasarkan peta seismisitas Kepulauan Banggai, tampak aktivitas kegempaan
di daerah ini cukup tinggi, hal ini disebabkan karena lokasinya yang berada pada zona
sesar aktif baik di daratan dan di lautan. Melihat daerahnya yang kaya sumber
gempabumi berupa patahan aktif serta dilingkupi beberapa zona pembangkit
gempabumi di lautan, maka daerah Kabupaten Banggai merupakan kawasan yang
memiliki risiko tinggi terhadap gempabumi dan tsunami. Menurut Kertapati, 2005
Fragmen Banggai-Sula merupakan zona sumber gempabumi tersebar atau dikenal
dengan sebutan zona gempabumi Diffuse atau menyebar.
Sejarah kegempaan daerah Banggai merupakan sumber informasi utama
tentang kegempaan yang pernah terjadi. Meskipun kejadian gempabumi masa lalu di
daerah ini tidak banyak dilaporkan, namun data seismisitas regional merupakan
cerminan tingginya aktivitas kegempaan. Sejarah gempabumi yang ada masih sebatas
data kerusakan, namun demikian cukup untuk menggambarkan besarnya tingkat
kerusakan akibat gempabumi yang terjadi pada saat itu.
Pada 22 Desember 1939 terjadi
gempabumi dengan pusat gempa pada 0.1 Lintang
Utara dan 123 Bujur Timur menyebabkan
beberapa rumah roboh di Kalo, Luwuk, Labuha,
dan Pulau Sula (Katalog Gempabumi Merusak
BMKG).
Wilayah Kabupaten Banggai dan Banggai
Kepulauan kembali diguncang gempabumi pada
10 J uli 2009. Episentrum gempa yang
mengguncang wilayah timur Provinsi Sulteng itu
berada pada koordinat 0,24 Lintang Utara dan
123,44 Bujur Timur, dengan kedalaman 211
kilometer dari permukaan laut. Pusat gempa ini
berada di Teluk Tomini atau sekitar 52 kilometer
Gambar 4. Lokasi Pusat dan Focal Mechanism
Gempabumi Banggai, Sul-Teng
(Sumber: SeiscomP, BMKG)
6
arah tenggara Kota Gorontalo dan sangat dekat dengan kota Luwuk (ibukota
Kabupaten Banggai di Provinsi Sulteng). Informasi yang diperoleh menyebutkan
warga di kota ini merasakan getaran gempa sekitar III-IV MMI (Modified Mercally
Intensity). Guncangan gempa tersebut terasa hingga 10 detik. Penduduk di Buelemo
dan Balantak yang keduanya merupakan ibukota kecamatan di Kabupaten Banggai
dan berada di "Kepala Burung" Pulau Sulawesi itu, merasakan getaran gempa tersebut
sekitar IV-V MMI. Sedangkan di kota Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan,
getaran gempa dirasakan sekitar II-III MMI.
Berdasarkan laporan gempabumi Banggai, BMKG pada tanggal 17 Desember
2012 pukul 16:16 WIB gempabumi telah mengguncang Kabupaten Banggai
Kepulauan dengan episenter gempa pada 0.77 Lintang Selatan dan 123.89 Bujur
Timur dengan kedalaman 10 km. Pusat Gempa Berada114 Km Timur Laut Kep.
Banggai, Sulawesi Tengah. Gempabumi ini tidak menimbulkan korban tetapi
dirasakan warga cukup kuat selama 3 hingga 5 detik dan membuat warga panik
(Tempo,2012). Mekanisme sumber gempabumi ini merupakan sesar mendatar (Strike
Slip).
Beberapa langkah awal yang dapat dilakukan dalam mitigasi bencana gempa
antara lain, (1) pemetaan daerah rawan gempa yang bisa dilakukan oleh lembaga riset
atau perguruan tinggi, (2) adanya aturan tentang pendirian bangunan, baik perumahan,
perkantoran, maupun fasilitas publik dengan konstruksi yang tahan gempa, sehingga
bisa meminimalisasi korban jiwa, (3) pembuatan jalur-jalur evakuasi serta rambu-
rambu, seperti tanda pintu darurat untuk membantu warga pada saat melakukan
evakuasi jika bencana gempa bumi terjadi, (4) Tanggap darurat gempa adalah mitigasi
lain yang harus dipersiapkan saat terjadinya bencana.
Kerusakan yang diakibatkan oleh gempa bumi bukan hanya kerusakan fisik
saja, tetapi juga menimbulkan dampak terhadap kesehatan umum misalnya luka
karena retak tulang dan terjadinya wabah penyakit
3.1 Tsunami Di Banggai
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki laut yang cukup luas. Luas laut
indonesia mencapai 5,8 juta km2, atau mendekati 70% dari luas keseluruhan negara
indonesia. Dengan kata lain, sebagian besar wilayah negeri ini adalah lautan. Pada
satu sisi, laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam. Namun di balik semua
keuntungan tersebut, dari laut pula bangsa ini beberapa kali ditimpa bencana. Salah
satunya gempabumi yang menyebabkan tsunami.
Pada tanggal 4 Mei 2000pukul 4:21:16terjadi gempabumi yang menimbulkan
tsunami yang berkekuatan 7.6 SR. Posisi episenter gempa berada 1.10 Lintang
Selatan dan 123.57 Bujur Timur. Intensitas maksimum berada sekitar banggai VII
MMI. Gempa bumi yang diikuti tsunami terjadi di Pulau Peleng, Kepulauan Banggai,
menyebabkan meninggal hingga 50 orang. (Katalog Tsunami, BMKG)
Berdasarkan tingkat ketinggian tsunami di pantai, tsunami Banggai termasuk ke
dalam tingkat tinggi karena mengakibatkan tsunami dengan ketinggian air hingga
mencapai enam meter. Dengan waktu tiba gelombang tsunami sampai di wilayah
pantai yaitu 35 menit.
Kondisi tatanan tektonik yang komplek menyebabkan tsunami sering terjadi di
Indonesia, terutama di kawasan timur. Dalam periode tahun 1991 2002 tercatat 7
kejadian tsunami kawasan Indonesia, yang 6 di antaranya terjadi di kawasan timur.
Tsunami tersebut menyebabkan kerusakan di daerah-daerah pesisir dengan intensitas
7
kerusakan yang berbeda satu sama lain. Perbedan intensitas kerusakan tersebut
ditentukan oleh faktor perbedaan posisi garis pantai terhadap sumber gelombang,
kondisi morfologi dan pola-pola khusus bentuk datar morfologi.(Setiawan.B, 2002).
Tsunami merupakan gelombang laut raksasa. Oleh karena itu, kerusakan yang
disebabkannya hanya terjadi di daerah pesisir yang dapat dijangkau oleh gelombang
tersebut. Kerusakan yang terjadi di kawasan pesisir yang dilanda tsunami dapat
berupa kerusakan pada bangunan di sepanjang pantai maupun kematian.
Besarnya intensitas kerusakan di wilayah pesisir karena tsunami ditentukan oleh :
1. Posisi garis pantai terhadap sumber gelombang;
2. Kondisi morfologi wilayah pesisir, dan
3. Pola khusus bentuk datar dari pola morfologi (Setyawan, 2002).
Pola morfologi datar khusus adalah pola-pola morfologi yang bentuk
mendatarnya dapat mengarahkan gelombang pada arah tertentu sehingga dapat
meningkatkan intensitas kerusakan oleh tsunami pada lokasi-lokasi tertentu. Seperti
bentuk corong di teluk bermulut sempit di Pulau Banggai (vide Amri, 2002).
Pada prinsipnya, upaya mitigasi bahaya tsunami dapat dilakukan dengan cara:
(1) menghindar dari tsunami, (2) membangun sistem pertahanan pantai, dan (3)
mengembangkan manajemen bencana tsunami.
3.3 Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia
Indonesia rawan terhadap bencana tsunami lokal karena sebagian
daerahpantainya dekat dengan sumber tsunami. Bencana tsunami dapat terjadikurang
lebih 30 menit setelah gempabumi terjadi.
Saat ini BMKG telah mengembangakan InaTEWS (Indonesia Tsunami Early
Warning System) Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia. Tujuan utama sistem
peringatan dini tsunami adalah menyelamatkan hidup orang banyak dan mengurangi
terjadinya korban jiwa maupun kerusakan. J ika serangkaian prosedur dilakukan
dengan benar, kerusakan akibat bencana tsunami dapat diminimalkan. Pengolahan
berita gempabumi dan berita peringatan dini tsunami, penyebaran berita peringatan
dini tsunami, dan respon pemda secara cepat dan tepat terhadap informasi peringatan
dini tsunami untuk melakukan evakuasi menjadi hal yang penting untuk bisa
dilakukan dengan benar.
Gambar 5: Sebaran gempabumi tektonik yang merusak dan tsunami tahun 1991 2010
BMKG menyediakan berita gempabumi dan berita peringatan dini tsunami serta
menyampaikannya kepada institusi terkait, di antaranya BNPB, pemerintah daerah
8
dan media yang kemudian menyampaikan dan ditindaklanjuti oleh masyarakat.
Pemerintah daerah diharapkan dapat membuat keputusan evakuasi jika diperlukan.
BMKG menerbitkan berita gempabumi atau berita peringatan dini tsunami
dalam kurun waktu 5 menit setelah gempabumi terjadi yang kemudian diikuti oleh
beberapa kali berita pemutakhiran dan diakhiri berita ancaman tsunami telah berakhir.
Pesan peringatan dini tsunami berisi tingkat ancaman tsunami untuk wilayah
kabupaten dengan statusAwas, Siaga dan Waspada.
Gambar 6: Rentang waktu (Timeline)berita peringatan dini tsunami lokal
IV. KESIMPULAN
Dengan melihat struktur geologi daerah Banggai maka sebuah konsekuensi
logis bahwa sulawesi khususnya Kabupaten Banggai (luwuk) sering mengalami
gempabumi dan tsunami. Kekomplekan struktur geologinya memungkinkan hal ini
terjadi.
Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesiamerupakan salah satu upaya mitigasi
gempabumi dan tsunami BMKG. Peringatan dini adalah kombinasi kemampuan
teknologi dan kemampuan masyarakat untuk menindaklanjuti hasil dari peringatan
dini tersebut. Peringatan dini sebagai bagian dari pengurangan risiko bencana tidak
hanya mengenai peringatan yang akurat secara teknis, tetapi juga harus membangun
pemahaman risiko yang baik dari suatu peringatan, menjalin hubungan antara
penyedia dengan pengguna peringatan, dan juga meningkatkan kemampuan otoritas
dan masyarakat untuk bereaksi secara benar terhadap peringatan dini. J ika salah satu
komponen tersebut tidak terpenuhi, maka sistem peringatan dini tidak akan berhasil
secara keseluruhan.
9
DAFTAR PUSTAKA
BMKG. Katalog Gempabumi Signifikan dan Merusak Tahun 1821-2011. Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, J akarta.B
BMKG. Katalog Tsunami Indonesia. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika,
J akarta.ADA
BMKG. 2012. Buku Pedoman Pelayanan Peringatan Dini Tsunami InaTEWS Edisi
Kedua. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, J akarta.ADA
Daryono, 2010. Kabupaten Banggai: Kawasan Rawan Gempabumi Dan Tsunami.
http://www.facebook.com/note.php?note_id=424205875788
Irsyam, Masyhur, dkk. 2010. Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa
Indonesia 2010. Jurnal 14654_AIFDR.
Kusnama. 2008. Fasies dan lingkungan pengendapan Formasi Bobong berumur J ura
sebagai pembawa lapisan batubara di Taliabu, Kepulauan Sanana-Sula, Maluku
Utara. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 3 September 2008: 161-173.O
Lamatika, Yuliati, 2008. Gempa Kabupaten Banggai.
http://yulil.blogspot.com/2008/12/blog-post.htmlLl
Setywan, B. 2002. Bahaya Tsunami Dan Upaya Mitigasinya Di Indonesia.
http://selengkapnya5.blogspot.com/2005/02/bahaya-tsunami-dan-upaya-
mitigasinya.html
Sukmana. 2005. Inventarisasi Mineral Logam Sn Dan Logam Langka Di Pulau
Banggai Sula, Kabupaten Banggai Kepulauan Propinsi Sulawesi Tengah.
Proceding Banggai Sula IX.
http://atlasnasional.bakosurtanal.go.id/potensi_sumberdaya/logam_detail.php?id=6&
judul=Sulawesi
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/22
10

Anda mungkin juga menyukai